PERANAN METODE PENYULUHAN (BIMTEK) TERHADAP PENINGKATAN
PENGETAHUAN PENYULUH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ari Widyastuti*, Umi Pudji Astuti* Retno Dwi Wahyuningrum*
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
Jalan Stadion Maguwoharjo No.22 Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
e-mail :ariwidya62@gmail.com, umy_shadi@yahoo.co.id,
Abstract
The effectiveness of agricultural instructing is influenced by the accuracy of the selection of instructing methods used. The use of effective methods can increase the target group knowledge about the disseminated information. The purpose of this study was to analyze the benefits of the Technical Guidance (Bimtek) method to increase the knowledge of instructors and researchers. This study utilizes structured questionnaires filled by the respondents as its method. Participants were agriculture extension workers and researchers who served in the Yogyakarta Institute of Assesment Agriculture Technology (IAAT/BPTP Yogyakarta). The study was conducted in March 2018 during the implementation of Technical Guidance (Bimtek) on Water Harvest Infrastructure located in the BPTP Yogyakarta hall. The Bimtek was carried out throuhgh face to face interaction (presentation and discussion/question and answer), demonstrations, and field visits. The data collected included the characteristics of the Bimtek participants, and the level of knowledge before and after the implementation of the Bimtek. Data analysis utilized the before- after approach, and different tests using the Wilcoxon test with α = 0.001. The Z test results (0.001) indicate that there is a change in the increase in participants’ knowledge significantly (real difference) regarding water harvesting infrastructure technology before and after following Bimtek. This means that the Bimtek Method is proved to be beneficial to improve understanding and knowledge of the participants to water harvest infrastructure technology. In conclusion, Bimtek can be chosen as a method of increasing new knowledge.
Kata Kunci: Bimtek, pengetahuan, teknologi panen air.
1. PENDAHULUAN
Penyuluhan pertanian merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam rangka mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan (UU SP3K, 2006).
Penyuluhan berperan dalam peningkatan pengetahuan sasaran, baik pelaku utama maupun pelaku usaha, akan teknologi maupun informasi-informasi pertanian yang baru. Peranan penyuluhan dalam memberikan pengetahuan kepada sasaran dapat berfungsi sebagai proses penyebarluasan informasi, penerangan atau memberikan penjelasan, perubahan
perilaku, dan pendidikan (Anonim dalam Saadah, dkk, 2011). BPSDMP (2010) menyebutkan bahwa efektivitas penyuluhan pertanian ditentukan oleh komponen- komponen dalam sistem penyuluhan pertanian, di antaranya yaitu metode penyuluhan pertanian.
Dalam proses penyuluhan pertanian keberhasilan yang dicapai dapat menentukan pesan/materi yang tepat sesuai dengan sasaran pembangunan pertanian tanpa mengabaikan kebutuhan mereka. Pesan atau materi penyuluhan pertanian untuk dapat diterima dan dihayati serta diterapkan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan, bila cara
penyampaiannya/metode yang dipilih cocok dengan kondisi dari sasaran. Memilih cara atau metode/teknik ini akan menentukan keberhasilan di dalam penyelengaraan program penyuluhan pertanian yang
merupakan bagian dari pembangunan pertanian. Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian adalah penyampaian informasi pertanian kepada penggunanya. Keberhasilan penyelenggaraan penyuluhan pertanian tentunya didukung oleh pemilihan media dan metode penyuluhan yang tepat, sesuai dengan karakteristik sasaran, meliputi karakter sosial, ekonomi, dan kultur. Sasaran yang dimaksud adalah penerima manfaat penyuluhan pertanian, yaitu penerima manfaat utama, penentu kebijakan, dan pemangku kepentingan lainnya.
Metode penyuluhan pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada sasaran baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Metode yang efektif harus dipilih dan ditetapkan berdasarkan karakteristik sasaran, sumber daya yang dimiliki, materi, dan tujuan yang ingin dicapai. Pemilihan metode penyuluhan yang efektif diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sasaran terhadap informasi/pesan yang disampaikan sehingga diperlukan pengkajian mengenai peranan metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan sasaran.
Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui peranan metode penyuluhan (Bimbingan Teknis) terhadap peningkatan pengetahuan penyuluh terhadap teknologi infrastruktur panen air di Yogyakarta.
2. METODE PENELITIAN
Kajian dilaksanakan di BPTP Yogyakarta pada 26-27 Maret 2018 pada saat dilaksanakan bimtek teknologi infrastruktur panen air dengan peserta sebanyak 30 orang. Dari 30 orang peserta 17 orang menjadi sampel dalam kajian ini , yaitu penyuluh dan peneliti yang menyelesaikPan evaluai secara lengkap.
Kajian dilakukan dengan mengukur pengetahuan peserta sebelum dan sesudah mengikuti bimtek teknologi infrastruktur panen air. Bimtek dilaksanakan dengan
pendekatan metode tatap muka yaitu presentasi dan diskusi, demonstrasi cara, dan kunjungan lapang. Bimtek Teknologi Infrastruktur panen air dimaksudkan untuk
meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan penyuluh pertanian dan peneliti tentang teknologi infrastruktur panen air dan implikasinya di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner pre test dan post
test, berupa pertanyaan dengan penilaian
secara skoring mengenai materi teknologi infrastruktur panen air. Data yang dihimpun
terdiri dari data primer yaitu karakteristik responden dan tingkat pengetahuan sebelum dan setelah pelaksanaan bimtek. Analisis data menggunakan pendekatan
before-after dengan uji Wilcoxon dengan
tingkat kesalahan α = 0,001.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Karakteristik peserta bimtek meliputi umur, tingkat pendidikan, dan tingkat jabatan fungsional peserta. Ketiga variabel ini berpengaruh terhadap pengetahuan. Tingkat pendidikan formal merupakan penentu dalam kualitas sumberdaya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal petani akan semakin rasional cara berfikirnya dan daya nalarnya. Pendidikan merupakan sarana belajar untuk meningkatkan pengetahuan yang selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap dan mempengaruhi kemampuan peserta dalam mengadopsi suatu informasi yang baru. Mayoritas pendidikan peserta bimtek adalah tamat S1 (50%), diikuti S2
(38%) dan S3 (12%), kondisi ini menunjukan tingkat pendidikan yang cukup tinggi.
Umur berpengaruh kepada kemampuan belajar peserta. Rata-rata peserta bimtek berumur 50 tahun dengan kisaran 30 - 59 tahun, hal ini menunjukkan bahwa umur peserta beragam, Sehingga dalam menerima pengetahuan yang baru juga akan beragam. Menurut Mardikanto (1993), umur akan
berpengaruh kepada tingkat kematangan seseorang (baik kematangan fisik maupun emosional). Umur juga berpengaruh terhadap kapasitas belajar seseorang. Kapasitas belajar seseorang umumnya berkembang cepat sampai usia 20 tahun dan semakin berkurang hingga puncaknya sampai dengan umur berkisar 50 tahun (Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto 1993).
Dari aspek jabatan fungsional, mayoritas peserta berada pada jenjang penyuluh/peneliti muda, diikuti jenjang Utama, Pertama, Madya dan Non Klas. Kondisi ini menunjukan bahwa peserta bimtek telah memiliki pengalaman yang cukup dalam tugas dan fungsinya sebagai
agent sumber teknologi.
Pengetahuan/informasi teknologi yang baru
akan lebih cepat diterima dan disampaikan kepada pengguna. Oleh karena itu sangat penting meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang teknologi yang relatif baru kepada penyuluh dan peneliti BPTP.sehingga peningkatan produksi padi melalui penerapan Teknologi Panen Air
bisa dicapai
.
Pengetahuan Peserta Bimtek Teknologi Infrastruktur Panen Air.
Pengetahuan peserta bimtek terhadap teknologi infrastruktur panen air diukur menggunakan pertanyaan dalam bentuk kuisioner. Pengisian kuisioner pre test oleh responden sebelum kegiatan bimtek dimulai, dan pengisian kuisioner postest dilakukan setelah bimtek selesai dilaksanakan. Pengetahuan peserta bimtek sebelum dan setelah mengikuti bimtek sebagaimana tertera pada Tabel.1. Rata-rata nilai pengetahuan yang diperoleh peserta
pada awal bimtek sebesar 5,3 dan pada akhir bimtek sebesar 7,2 atau terjadi peningkatan sebesar 35,&% setelah bimtek. Menurut kriteria penilaian Budiman et al 2013, perolehan nilai pengetahuan rata rata sebelum bimtek berada pada kriteria kurang (5,3) dan setelah mengikuti bimtek rata rata nilai pengetahuan peserta berada pada kriteria cukup (7,2). Sedangkan peningkatan pengetahuan peserta bimtek sebesar 35,7% setelah dilaksanakan bimtek tergolong peningkatan pengetahuan cukup baik (Nursalam, 2008).
Peningkatan pengetahuan peserta melalui metode bimtek dapat terjadi karena teknik penyampaian materi dan kompetensi narasumber bimtek teknologi panen air yang kompeten. Haslinda, et al (2009) memperkuat pernyataan di atas bahwa kompetensi instruktur merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap peningkatan pengetahuan peserta.Kondisi ini didukung dengan tingkat pendidikan dan jabatan fungsional yang cukup tinggi dari peserta bimtek. Meskipun usia responden sebagian besar diatas 50 tahun, namun dari tingkat pendidikan dan jabatan fungsional yang tinggi, menjadikan peserta lebih cepat memahami materi yang diberikan dan mempercepat peningkatan pengetahuan mereka.
Tabel.1 Nilai pengetahuan responden sebelum dan setelah mengikuti bimtek tahun 2018.
No
responden Before After
1 5.3 7.3 2 3 7 3 6.3 7.3 4 7.7 7.3 5 6 6.7 6 4 7.7 7 5.3 8.3 8 6.7 7.3 9 5.3 7.3 10 5 6 11 2.3 4.3 12 7.5 6.7 13 4 7.3 14 4 8.7 15 7.3 8.3 16 5.3 7.3 17 5.3 7.7 Jumlah 90.3 122.5 Rata-rata 5.311765 7.205882
Peningkatan pengetahuan peserta bimtek
sebagaimana tersaji pada tabel 1 menggambarkan tingkat kesadaran peserta yaitu penyuluh dan peneliti untuk mencari dan menerima informasi teknologi baru dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan kebutuhan petani binaannya, sehingga pengetahuan penyuluh dan peneliti dituntut harus terus berkembang mengikuti kemajuan inovasi nteknologi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardikanto, 1993 bahwa penyuluh pertanian sebagai “agen pembaharuan” perlu mengembangkan dirinya agar memperoleh kepercayaan dan dapat diterima serta dipercaya oleh masyarakat sasarannya. Pengujian beda nyata menggunakan statistic Npar Test sebagai berikut :
NPAR TESTS
/WILCOXON=before
WITH
after
(PAIRED)
/MCNEMAR=before
WITH
after
(PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks after - before Negative
Ranks 2 a 2.50 5.00 Positive Ranks 15 b 9.87 148.00 Ties 0c Total 17 a. after < before b. after > before c. after = before Test Statisticsa after - before Z -3.391b Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Hasil uji beda secara statistic menunjukan bahwa, pengetahuan sebelum dan sesudah bimtek berbeda nyata. Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode bimtek
memberikan manfaat dan mampu meningkatkan pemahaman peserta tentang teknologi insfrastruktur panen air. Metode bimtek perlu dilakukan untuk peningkatan pengetahuan hal yang baru
4. KESIMPULAN
Model pembelajaran melalui metode Bimtek memberikan manfaat dan dapat meningkatkan pengetahuan peserta tentang teknologi insfrastruktur panen air sebesar 35,7%, sehingga metode ini perlu dilakukan untuk peningkatan pengetahuan hal yang baru.
5. DAFTAR PUSTAKA
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. 2010. Menerapkan Metode Penyuluhan Level Supervisor. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Budiman dan Riyanto. 2013. Kapita Selekta
Kuisioner : Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Haslinda A. and Mahyuddi, MY.2009. The effectiveness of Training in the Public Service. American Journal of Scientific Research, page 39-51
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta. Salemba Medika. Saadah, dkk. 2011. Peranan Penyuluh
Pertanian terhadap Pendapatan Petani yang Menerapkan Sistem Tanam Jajar Legowo, Jurnal Agrisistem. Desember 2011. Vol. 7 No. 2 (online)
Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan. 2006