• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

Fatimah Azzahra, Surdin Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI POKOK PETA, ATLAS DAN GLOBE MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) PADA SISWA KELAS VII1 DI SMP NEGERI 15 KENDARI

Fatimah Azzahra1,Surdin2

1Alumni pendidikan geografi FKIP UHO 2

Dosen pendidikan geografi FKIP UHO

Abstrak: Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Materi Pokok Peta Atlas dan Globe Melalui Penerapan Modal Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII1 SMP Negeri 15 Kendari yang berjumlah 26 orang, tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini menunjukan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,6 yang berkategori cukup, sedangkan pada siklus II skor rata-rata meningkat menjadi 3,5 yang termasuk pada katergori baik; 2) Aktivitas mengajar guru, ditunjukkan dengan skor rata-rata pada setiap siklus, dimana pada siklus I skor rata-rata aktivitas guru adalah 2,3 yang termasuk kategori cukup dan meningkat pada siklus II menjadi 3,3 yang berkategori baik; 3) Terjadi peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas VII1 SMP Negeri 15 Kendari dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I dari 26 orang siswa hanya 17 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 65,38% dengan nilai rata-rata 74,15. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 26 orang siswa ada 22 orang siswa yang tuntas dengan persentase ketuntasan 84,61% dengan nilai rata-rata 76,58.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Proses, Aktivitas Siswa, Aktivitas Guru, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan peningkatan mutu pendidikan, guru dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menempatkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi pokok dalam upaya mencerdaskan dan membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat, diharapkan guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan lebih interaktif, menarik dan menyenangkan. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk

berinteraksi satu sama lain, sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.

Sejalan dengan berkembangnya penelitian di bidang pendidikan maka ditemukan model-model pembelajaran baru, yang dapat meningkatkan interaksi siswa dalam proses belajar mengajar, yang dikenal dengan model pembelajaran kooperatif, yaitu aktivitas pelaksanaan pembelajaran dalam kelompok, saling berinteraksi satu sama lain. Dimana pembelajaan adalah bergantung kepada interaksi antara ahli-ahli dalam kelompok, setiap siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas dan juga di dalam kelompoknya.

(2)

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 15 Kendari, diketahui bahwa nilai KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPS adalah 72. Jumlah kelas paralel untuk kelas VII ada tiga kelas. Salah satunya kelas VII1 yang memiliki siswa sebanyak 26 orang. Guru mata pelajaran IPS di kelas ini masih menggunakan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas. Hal ini menyebabkan rata-rata hasil belajar siswa kelas VII1 semester 2 pada bab peta, atlas, dan globe masih rendah.

Penyebab rendahnya hasil belajar siswa diantaranya; siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar. Mereka hanya menjadi objek pasif yang menjadi pendengar setia pada saat guru menyampaikan materi. Hal ini disebabkan oleh penggunaaan model pembelajaran yang kurang melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Masalah yang dihadapi oleh siswa kelas VII1 di SMP Negeri 15 Kendari ini dapat diperbaiki dengan memberikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir, berbicara, dan kemampuan menuliskan pendapatnya masing- masing. Selain itu, model pembelajaran kooperatif Think Talk Write memiliki kelebihan yaitu dapat mengembangkan kemampuan menganalisa, bertanya jawab, dan menulis, serta mampu mengembangkan ide dan menyelesaikan tugas tepat waktu, sehingga dapat mengembangkan karakter rasa ingin tahu dan tanggung jawab pada siswa.

Melalui wawancara singkat peneliti dengan guru mata pelajaran IPS pada saat observasi, diketahui bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ini belum pernah digunakan di SMP Negeri 15 Kendari. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sebagai alternativ bagi permasalahan yang dihadapi di kelas, dalam hal ini hasil belajar yang rendah.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS yang diperoleh siswa.

Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, serta daya penerimaannya (Sudjana, 2011: 28).

Belajar adalah sesuatu yang kompleks, yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya (Arsyad, 2009: 1).

Secara harfiah, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari, dan perbuatan menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan, minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

(3)

3 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Fatimah Azzahra, Surdin Pembelajaran juga merupakan suatu

proses terjadinya interaksi belajar dan mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa unsur, baik unsur intrinsik maupun unsur yang melekat pada diri siswa dan guru termasuk lingkungan (Iru dan Arihi, 2012: 2).

Djamarah (2002: 13) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik kedalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas belajar.

Secara umum, pengertian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks, yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Sedangkan keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi proses mudah dilihat dan ditentukan kriterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan (Sanjaya, 2011: 14).

Berdasarkan beberapa defenisi yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada siswa. Perubahan tersebut berupa perubahan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) yang bersikap tetap dalam jangka waktu yang relatif lama dari suatu keadaan tertentu, ke arah yang lebih maju. Sedangkan pembelajaran merupakan adanya

kegiatan belajar dan mengajar, pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa, yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi pada pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran.

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan cara kerjasama antar siswa, selain dapat mendorong tumbuhnya gagasan yang lebih bermutu dan menumbuhkan kreativitas siswa, juga merupakan nilai sosial bangsa Indonesia yang perlu dipertahankan. Selanjutnya Asyrint (2010: 58-60) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan pembelaran yang menekankan pada akativitas berkelompok untuk saling kerja sama dan membantu dalam menyelesaikan masalah yang mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan mampu memahami serat penyelesaian masalah yang diberikan.

Tugas seorang guru tidak hanya sekedar mengajar (teaching) tetapi lebih ditekankan pada membelajarkan (learning) dan mendidik. Pembelajaran yang bisa didapatkan oleh siswa selama di bangku sekolah seharusnya dapat digunakan untuk bekal hidup dan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran tidak ditekankan pada keilmuan semata. Arah pembelajaran seharusnya berfokus pada belajar (learn) seperti: learning how to learn, learning how to be, learning how to live together, dan learning how to be a good citizen. Semua pembelajaran tersebut dapat dibelajarkan melalui semua jenis mata pelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif.

(4)

Slavin dalam Yasa (2008: 1) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi social dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan menjadi narasumber bagi teman-teman yang lain. Jadi, pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3) jika dalam kelas siswa terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri dan dalam

pendekatan ini, siswa merupakan bagian dari suatu system kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Ibrahim (2000: 9)

mengemukakan bahwa peran aktif siswa sangat diperlukan melalui kerjasama yang kompleks dalam suatu kelompok belajar, dimana dari aktivitas tersebut terdapat tiga tujuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Berkaitan dengan hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit, termasuk konsep-konsep IPS; 2) Penerimaan terhadap keragaman, dimana penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas social, kemampuan maupun ketidak mampuan; 3) Pengembangan keterampilan social yaitu untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Selanjutnya Ibrahim (2000: 10) mengemukakan bahwa tujuan utama pembelajaran kooperatif dalam kegiatan mengajar adalah: 1) Hasil belajar; 2) Penerimaan terhadap keragaman; dan 3) Pengembangan keterampilan social.

Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan, pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa berada dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami suatu pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar tertinggi.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW)

Think Talk Write merupakan salah satu model pembelajaran yang

(5)

5 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Fatimah Azzahra, Surdin dimulai dengan kegiatan berpikir

melalui bahan bacaan, kemudian hasil bacaan tersebut dikomunikasikan melalui presentasi dan diskusi serta diakhiri dengan kegiatan membuat laporan hasil presentasi (Ngalimun, 2014: 170).

Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Iru dan Arihi (2012: 67) bahwa Think Talk Write merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan kepada siswa untuk melakukan perencanaan dari sebuah tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran, yaitu lewat kegiatan berpikir (Think), berbicara (Talk), serta menulis (Write) agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Model pembelajaran ini juga menekankan kepada siswa untuk berpikir secara individu, bertukar pendapat dengan teman kelompoknya dan kemudian menuliskan hasil diskusi, lalu mempresentasikannya di depan kelas dengan harapan siswa dapat saling membantu dan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan awal yang dimiliki siswa sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan dan menuangkan ide-idenya, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (Amalia, 2012: 212).

Prasati (2011: 100) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write mampu mengubah perilaku dan sikap siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan sikap siswa, antara lain siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan kelompok, munculnya keberanian siswa dalam mengeluarkan pendapat, ide dan gagasan. Hal ini

dikarenakan pada penerapan model pembelajaran Think Talk Write siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu tanggung jawab secara individu dan tanggung jawab dalam kelompoknya.

Martunis dalam Zulkarnain (2009: 149) menyatakan bahwa pembelajaran Think Talk Write adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota dalam kelompoknya. Model pembelajaran Think Talk Write beranggotakan 3-5 orang secara heterogen dalam kemampuan, dengan melibatkan siswa berpikir atau berdiskusi dengan dirinya sendiri setelah membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan teman kelompoknya sebelum menulis. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan seseorang dalam memahami materi yang diberikan. Ukuran keberhasilan itu dapat diketahui dari evaluasi yang berbentuk skor unjuk kerja seseorang dalam memahami konsep dan bagaimana menggunakan konsep dan bagaimana menggunakan konsep itu dalam bidang ilmu sendiri maupun terhadap bidang ilmu lainnya.

Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013:13), belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan dan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan, sementara seseorang seperti kelelahan atau dibawah pengaruh obat-obatan.

Perubahan tingkah laku yang terjadi dan diperoleh siswa setelah mengikuti atau mengamati suatu program pembelajaran merupakan kemampuan yang berbentuk hasil belajar, hal ini diperkuat bahwa hasil belajar merupakan kemampuan belajar

(6)

yang ditunjukan dalam penampilan yang tetap sebagai akibat dari proses belajar yang terjadi melalui program yang menyediakan fakta-fakta, bukti-bukti keterangan atau sebagainya.

Dengan demikian bahwa hasil belajar adalah perubahan keadaan secara kognitif, afektif maupun psikomotor pada diri seorang siswa yang diakibatkan oleh pembelajaran yang dialaminya.

Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan.

Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar. Hasil belajar pada sasarannya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dibedakan menjadi empat macam, yaitu pengetahuan tentang fakta-fakta, pengetahuan tentang prosedur, pengetahuan konsep, dan keterampilan untuk berinteraksi.

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas hasil belajar (prestasi belajar) diduga dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang dapat dilihat dari nilai rapor.

Definisi IPS

Menurut Sapriya (2009: 11) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan .

Sedangkan menurut Isjoni (2007: 21) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada

pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu social seperti geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. Selanjutnya ia menyatakan “pendidikan IPS dapat diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berpikir, dan cara bekerja ilmu-ilmu social” (Isjoni, 2007: 22).

Dapat disimpulkan bahwa pedidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu, serta memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berpikir dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu social.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu social yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik.

Pembelajaran terpadu merupakan paket pengajaran yang menghubungkan berbagai konsep dari beberapa disiplin ilmu. Metode pembelajaran terpadu berorientasi pada keaktifan siswa, pengetahuan awal siswa sangat membantu dalam memahami konsep dan keberhasilan belajar. Bagi peserta didik apa yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman hidupnya, sehingga mereka dapat memandang suatu objek yang ada di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah pendekatan kurikulum terpadu, dimana berbagai materi akan dipadukan menjadi sajian materi yang kemudian di ajarkan kepada peserta didik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 yang disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran IPS pada materi pokok Peta,

(7)

7 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Fatimah Azzahra, Surdin Atlas dan Globe kelas VII1, yang

bertempat di SMP Negeri 15 Kendari. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII1 SMP Negeri 15 Kendari yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang yang terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Adapun karakteristik dari penelitian ini yaitu, adanya tindakan yang berulang untuk melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) sebagai alternativ tindakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada materi pokok peta, atlas dan globe pada siswa kelas VII1 di SMP Negeri 15 Kendari.

Desain dan Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang melakukan proses pengkajian berdaur atau bersiklus dari berbagai kegiatan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan terdiri dari 2 (dua) siklus. Tiap siklus dilaksanakan indikator yang ingin dicapai setiap faktor yang akan diselidiki.

Dalam penelitian ini yang mengajar adalah peneliti pada kelas tersebut berkolaborasi dengan guru sebagai observer/pengamat. Desain penelitian dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah : (a)Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan (Observation), Refleksi (Reflection)

Lembar observasi pengelolaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) yang digunakan untuk memperoleh data aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran. Lembar observasi

aktivitas siswa yang digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa. Untuk Tes digunakan adalah esay tes yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus, tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa.

Sumber data penelitian adalah guru dan siswa yang meliputi; a) hasil observasi aktivitas belajar siswa; b) hasil observasi aktivitas mengajar guru; dan c) hasil belajar siswa.

Jenis data dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif. Yang terdiri dari data tentang aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa serta hasil belajar siswa.

Data dikumpulkan dari hasil tindakan yang dilakukan pada proses observasi, proses belajar-mengajar, tes hasil balajar, dan refleksi yang dijabarkan sebagai berikut: (1) Data tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW). (2) Data tentang hasil belajar siswa sebagai tolak ukur penguasaan siswa pada materi menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW).

Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan deskripstif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai aktivitas siswa serta kemampuan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Sedangkan analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menyajikan presentase aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, presentase aktivitas siswa dan presentase ketuntasan hasil belajar siswa.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa aktivitas dan hasil belajar siswa serta aktivitas mengajar guru. Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran distribusi hasil belajar IPS berupa rata-rata dengan menggunakan model pembelajaran kooperativ tipe Think Talk Write (TTW) pada siswa kelas VII1 SMP Negeri 15 Kendari. 1. Aktivitas Belajar Siswa

Data mengenai aktivitas belajar siswa kelas VII1 SMP Negeri 15 Kendari selama pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang diamati oleh satu orang selaku observer dengan cara memberikan skor pada setiap aspek aktivitas yang dilakukan oleh siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Rerata aktivitas belajar siswa pada siklus I selama dua kali pertemuan termasuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 2,6, dimana aspek yang mendapatkan skor terendah adalah aktivitas belajar nomor 10 yaitu siswa menyimak penguatan dan koreksi dari guru tentang hasil diskusi kelompok, dengan skor rata-rata 2,2. Sedangkan aspek yang mendapatkan skor tertinggi adalah aktivitas belajar nomor 3 yaitu Siswa mencari kelompok masing-masing yang telah dibagi oleh guru dengan skor rata-rata sebesar 3,2. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I belum memenuhi criteria ketuntasan minimum yaitu 3,0.

Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus I, secara kolaboratif guru sebagai peneliti, guru kelas VII1 sebagai observer dan teman sejawat, melakukan diskusi sebagai bahan refleksi untuk

memperbaiki proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write(TTW) pada siklus selanjutnya. Sesuai dengan hasil observasi, peneliti dan observer mendiskusikan dan disepakati kekurangan-kekurangan atau kelemahan antara lain: (a) Diswa memperhatikan penjelasan guru mengenai LKS yang telah dibagikan, berada dalam kategori cukup. (b) Siswa memikirkan jawaban secara individu (faseThink), berada dalam kategori cukup. (c) Siswa mendiskusikan soal pada LKS dengan teman kelompoknya (fase Talk), berada dalam kategori cukup. (d) Siswa bekerjasama dengan anggota kelompokkelompoknya dalam menyelesaikan soal pada LKS, berada dalam kategori cukup. (e) Siswa menyimak dan menanggapi hasil diskusi kelompok lain, berada dalam kategori cukup. (f) Siswa menyimak penguatan dan koreksi dari guru tentang hasil diskusi kelompok, berada dalam kategori cukup.

Setelah mengetahui kekurangan-kekurangan pada siklus I melalui hasil refleksi, maka dilakukan perbaikan proses pembelajaran pada siklus II. Adapun skor rata-rata aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:

Aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh rerata aktivitas belajar siswa yang mencapai 3,5 yang termasuk dalam kategori baik. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa semua aspek siswa yang diamati menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya.

Hasil observasi pada siklus II telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum 3,0. Guru dan siswa telah melaksanakan pembelajaran dengan baik melalui penerapan model pembelajaran koopertif tipe Think Talk Write(TTW).

(9)

Jurnal Penelitian Pendidikan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peningkatan rata aktivitas belajar siswa selama pembelajaran pada siklus I dan siklus

Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Grafik Skor Berdasarkan gambar

hasil observasi aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa, aktivitas belajar siswa pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal(3,0) karena rata-rata aktivitas belajar siswa hanya mencapai 2,6 yang berkategori

Sedangkan pada siklus II, aktivitas belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan yang ditandai dengan meningkatnya skor rata-rata aktivitas belajar siswa menjadi 3,5 yang berkategori Baik.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan sebanyak dua siklus yang mengalami peningkatan, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write

2. Aktivitas Mengajar Guru

Aktivitas mengajar guru selama kegiatan pembelajaran diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas mengajar guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:

rerata aktivitas guru pada siklus I selama dua kali pertemuan, mencapai 2,3 yang berkategori cukup. Dari tabel

0 1 2 3 4 SIKLUS I 2.3 2.8 Skor Rata

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peningkatan rata aktivitas belajar siswa selama pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada

1. Grafik Skor Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan gambar 1 di atas

hasil observasi aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa, aktivitas belajar siswa pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal(3,0) karena rata aktivitas belajar siswa hanya mencapai 2,6 yang berkategori Cukup. klus II, aktivitas belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan yang ditandai dengan rata aktivitas belajar siswa menjadi 3,5 yang Berdasarkan analisis data yang dilakukan sebanyak dua siklus yang mengalami peningkatan, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write(TTW).

Guru

Aktivitas mengajar guru selama kegiatan pembelajaran diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas mengajar guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I dapat

abel 4.3 berikut ini:

rerata aktivitas guru pada siklus I selama dua kali pertemuan, mencapai 2,3 yang berkategori cukup. Dari tabel

tersebut terlihat bahwa aspek aktivitas mengajar guru yang masih perlu diperbaiki adalah aspek nomor 7, 8, 9 pada kegiatan inti, dan aspek nomor 2 pada kegiatan akhir yang mendapat skor rata-rata 1,5 yang masih berkategori kurang

Refleksi

Setelah siklus I, yang sebanyak dua kali pertemuan selesai dilaksanakan, peneliti bersama guru mata pelajaran sebagai observer melakukan dis mengenai kekurangan-kekurangan pada aktivitas mengajar guru selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write(TTW) dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan penliti bersama observer, adapun kekurangan-kekurangan aktivitas mengajar guru yang terdapat pada siklus I, sesuai hasil refleksi diantaranya: (a) Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan dipelajari, berada dalam kategori cukup. (b) Guru menyajikan materi pelajaran secara singkat, berada dalam kategori cukup. (c) Guru mengarahkan setiap siswa dalam kelompok untuk mendiskusikan hasil pemikiran masing masing, berada dalam kategori cukup. (d) Guru memberikan kesempatan SIKLUS I SIKLUS II 3.3 2.8 3.6 2.6 3.5

Skor Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa

Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata

1

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peningkatan rata-rata II dapat dilihat pada

tersebut terlihat bahwa aspek aktivitas mengajar guru yang masih perlu diperbaiki adalah aspek nomor 7, 8, 9 inti, dan aspek nomor 2 pada kegiatan akhir yang mendapat skor rata 1,5 yang masih berkategori

Setelah siklus I, yang sebanyak dua kali pertemuan selesai dilaksanakan, peneliti bersama guru mata pelajaran sebagai observer melakukan diskusi kekurangan pada aktivitas mengajar guru selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write(TTW) dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan penliti bersama observer, kekurangan aktivitas mengajar guru yang terdapat pada siklus I, sesuai hasil refleksi Guru memberikan apersepsi tentang materi yang akan dipelajari, berada dalam kategori cukup. Guru menyajikan materi pelajaran a dalam kategori Guru mengarahkan setiap siswa dalam kelompok untuk mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing, berada dalam kategori cukup.

Guru memberikan kesempatan Pertemuan I Pertemuan II

rata

(10)

kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya, berada dalam kategori kurang.

memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok yang yang melakukan presentasi terbaik, berada dalam kategori kurang. (f) Guru mengadakan pembahasan lembar kerja berupa Tanya jawab singkat kepada seluruh siswa, berada dalam kategori kurang.

bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas, berada dalam kategori cukup. (h) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang

Untuk memperoleh gambaran peningkatan skor rata

setiap siklus dalam mengelolah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write

observasi aktivitas guru dapat dilihat pada gambar

Gambar 2. Grafik Skor Rata Berdasarkan gambar

hasil observasi aktivitas guru menunjukkan bahwa, aktivitas mengajar guru pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (3,0), hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas guru yang hanya mencapai rata-rata 2,3 yang berkategori Cukup. Sedangkan pada siklus II skor rata-rata aktivitas mengajar guru mangalami peningkatan menjadi 3,3 yang berkategori

3. Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar IPS siswa kelas VII1 pada materi pokok Peta Atlas

0 1 2 3 4 SIKLUS I 2 2.5 Skor Rata

kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok yang ntasikan hasil diskusinya, berada dalam kategori kurang. (e) Guru memberikan penghargaan berupa pujian kepada kelompok yang yang melakukan presentasi terbaik, berada dalam Guru mengadakan pembahasan lembar kerja berupa Tanya kat kepada seluruh siswa, berada dalam kategori kurang. (g) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas, berada dalam Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang

dimengerti, berada dalam k kurang.

Dengan mengetahui

kekurangan-kekurangan yang tedapat pada aktivitas mengajar guru di siklus I, maka peneliti melakukan perbaikan scenario pembelajaran pada siklus berikutnya.

Rerata aktivitas mengajar guru pada siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari rerata aktivitas mengajar guru mencapai 3,3 yang berkategori baik. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa semua aspek yang diamati telah menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya. Untuk memperoleh gambaran peningkatan skor rata-rata aktivitas guru pada setiap siklus dalam mengelolah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Think Talk Write (TTW) yang diperoleh dengan menggunakan lembar

uru dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Grafik Skor Rata-Rata Aktivitas Mengajar Guru Berdasarkan gambar 2 diatas

hasil observasi aktivitas guru menunjukkan bahwa, aktivitas mengajar guru pada siklus I belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (3,0), hal ini rata aktivitas guru rata 2,3 yang . Sedangkan pada rata aktivitas mengajar guru mangalami peningkatan menjadi 3,3 yang berkategori Baik.

Data hasil belajar IPS siswa pada materi pokok Peta Atlas

dan Globe diperoleh dengan menggunakan lembar tes hasil belajar berupa soal uraian yang diberikan pada tiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa, diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar dan nilai rata

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW), pada siklus I diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada tabel 4.5 berikut :

SIKLUS I SIKLUS II 2.9 2.5 3.6 2.3 3.3

Skor Rata-Rata Aktivitas Mengajar Guru

Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata

dimengerti, berada dalam kategori mengetahui kekurangan yang tedapat pada aktivitas mengajar guru di siklus I, maka peneliti melakukan perbaikan scenario pembelajaran pada siklus erata aktivitas mengajar guru peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari rerata aktivitas mengajar guru mencapai 3,3 yang berkategori baik. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa semua aspek yang diamati telah menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya.

rata aktivitas guru pada setiap siklus dalam mengelolah pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran (TTW) yang diperoleh dengan menggunakan lembar

Rata Aktivitas Mengajar Guru

dan Globe diperoleh dengan r tes hasil belajar berupa soal uraian yang diberikan pada tiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap hasil belajar siswa, diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar dan nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe (TTW), pada siklus I diperoleh hasil sebagaimana disajikan

Pertemuan I Pertemuan II

(11)

1

Fatimah Azzahra, Surdin Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Tabel 1. Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Skor Jumlah siswa Presentase Ketuntasan Belajar

0-71 9 orang 34,62 % Belum Tuntas

72-100 17 orang 65,38 % Sudah Tuntas

Jumlah 26 orang 100 %

Keterangan :

Tidak Tuntas : 9 orang Tuntas : 17 orang Nilai Rata-rata : 74,15 Nilai Maksimum : 91 Nilai Minimum : 52 Presentase Ketuntasan : 65,38 %

Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I yang memperoleh skor antara 0-71 berjumlah 9 orang dengan presentase 34,62%, sedangkan siswa yang telah memperoleh skor antara 72-100 berjumlah 17 orang dengan presentase ketuntasan mencapai 65,38%, namun belum mencapai indikator ketuntasan keberhasilan dimana 80% siswa mencapai ketuntasan belajar.

Refleksi

Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi pada pelaksanaan siklus I yang belum mencapai indikator yang diharapkan, maka peneliti bersama observer melakukan diskusi untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran pada siklus I berlangsung. Sesuai dengan hasil refleksi, diketahui kekurangan dan kelemahan pada siklus I, diantaranya: (a) Guru kurang dalam memberikan penguatan kepada siswa selama proses pembelajaran. (b) Siswa belum tebiasa

dengan keadaan kelompoknya (c) Siswa masih ragu untuk mengeluarkan pendapatnya di depan teman kelompoknya. (d) Siswa kurang aktif dan kurang kompak dalam mengerjakan LKS (e) Siswa kurang memperhatikan pada saat presentasi teman-teman kelompoknya, (f) Siswa kurang menyimak penguatan dan koreksi dari guru tentang hasil diskusi kelompok. (g) Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang baru diterapkan sehingga tahapan-tahapan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) masih kurang dikuasai.

Setelah melakukan analisis dan refleksi hasil belajar siswa pada siklus I, peneliti mencoba melakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar agar pada siklus selanjutnya siswa yang belum maupun yang sudah memenuhi ketuntasan belajar dapat meningkat lagi seperti yang diharapkan.

(12)

Tabel 2 Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II Skor Jumlah siswa

0-71 4 orang

72-100 22 orang

Jumlah 26 orang

Keterangan :

Tidak Tuntas : 4 orang Tuntas : 22 orang Nilai Rata-rata : 76,58 Nilai Maksimum : 96 Nilai Minimum : 52 Presentase Ketuntasan : 84,61%

Pada tabel diatas terlihat bahwa pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.Peningkatan tersebut terlihar dari persentase ketuntasan pada siklus I sebesar 65,38% atau 17 orang siswa yang mencapai KKM, kemudian meningkat menjadi 84,61% atau

Gambar 4.3 Grafik Persentase Ketuntasan dan Rata Gambar 3 diatas menunjukkan

bahwa perbandingan ketuntasan hasil belajar IPS siswa pada tiap siklus mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 74,15 yang kemudian mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 76,58. Dengan persentase ketuntasan sebesar 65, 38%

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Tuntas(%) Tidak Tuntas(%)

Persentase Ketuntasan dan Rata

Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II Jumlah siswa Presentase Ketuntasan Belajar

4 orang 15,39% Belum Tuntas

22 orang 84,61% Sudah Tuntas

26 orang 100 %

Tidak Tuntas : 4 orang Tuntas : 22 orang

rata : 76,58 Nilai Maksimum : 96 Nilai Minimum : 52

: 84,61% Pada tabel diatas terlihat bahwa pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.Peningkatan tersebut terlihar dari persentase ketuntasan pada sebesar 65,38% atau 17 orang siswa yang mencapai KKM, kemudian meningkat menjadi 84,61% atau

sebanyak 22 orang siswa mencapai nilai KKM yang ditentikan sekolah.

Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hasil belajar siswa kelas VII yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe

Write(TTW) pada siklus II dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Grafik Persentase Ketuntasan dan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa 3 diatas menunjukkan

bahwa perbandingan ketuntasan hasil belajar IPS siswa pada tiap siklus mengalami peningkatan. Hal tersebut rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 74,15 yang ian mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 76,58. Dengan persentase ketuntasan sebesar 65, 38%

pada siklus I dan 84,61% pada siklus II. Berdasarkan data pada gambar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan me penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write

Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang Tidak

Tuntas(%)

Rata-Rata Nilai Max. Nilai Min.

Persentase Ketuntasan dan Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

SIKLUS I SIKLUS II Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

Ketuntasan Belajar Belum Tuntas Sudah Tuntas

sebanyak 22 orang siswa mencapai nilai KKM yang ditentikan sekolah.

Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran hasil belajar siswa kelas VII1 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk (TTW) pada siklus II dapat dilihat

Rata Hasil Belajar Siswa pada siklus I dan 84,61% pada siklus II. Berdasarkan data pada gambar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW). Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

SIKLUS I SIKLUS II

(13)

2 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Fatimah Azzahra, Surdin dilakukan untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa serta aktivitas mengajar guru. Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pada materi peta atlas dan globe. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian dan tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) perencanaan tindakan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action), 3) observasi (observation), dan 4) refleksi (reflection).

Penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ini ternyata mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Model yang menekankan kepada tiga fase ini, yaitu Think, Talk dan Write lebih efektif dan memungkinkan siswa untuk mengingat materi-materi yang telah dipelajari. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write, kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat kepada guru, siswa menjadi lebih aktif. Hal ini dikarenakan siswa dilatih untuk berpikir, mengemukakan pendapat atau berbicara dan membiasakan diri untuk menulis ide-ide yang mereka dapatkan.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) ini dapat meningkatkan tiga aspek penting yang menjadi tolok ukur berhasilnya suatu proses pembelajaran, yaitu: aktivitas belajar siswa, aktivitas mengajar guru dan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe TTW pada dasarnya dibangun melalui tiga tahapan yakni tahap berpikir, berbicara dan menulis. Aktivitas belajar siswa pada proses belajar mengajar, ditekankan pada tiga tahap tersebut. Selama proses belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran ini, guru mendorong dan memotivasi siswa baik secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus I, kegiatan menyimak penguatan dan koreksi hanya memperoleh skor rata-rata sebesar 2,2. Skor ini belum mencapai indikator keberhasilan dari segi pelaksanaan tindakan. Kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru dikarenakan masih kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari aktivitas sebagian siswa yang sibuk bercerita dengan teman sebangkunya tanpa memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu, guru sebagai seorang pendidik perlu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar dengan cara menjelaskan manfaat materi yang akan dipelajari, kemudian guru mencek pemahaman siswa. Sehingga pada siklus II setiap siswa termotivasi untuk lebih mendengarkan ketika guru menjelaskan. Pada aktivitas Think, skor rata-rata perolehan siswa pada lembar aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,3. Pada tahap ini siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal pada LKS, sehingga masih ada siswa yang hanya diam ketika diminta untuk mengerjakan soal. Upaya guru dalam mengatasi masalah ini, adalah dengan memberikan semangat dan motivasi kepada siswa untuk tetap mengerjakan soal yang ada dengan cara membuat/menulis catatan setelah membaca meskipun jawaban mereka masih kurang tepat. Pada siklus II siswa sudah mampu mengerjakan soal secara mandiri sebelum berdiskusi dengan teman kelompoknya. Hal ini terbukti dengan meningkatnya aktivitas siswa pada fase Think menjadi 3,4 pada siklus II.

Pada aktivitas Talk, skor rata-rata siswa pada lembar observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 2,3. Pada tahap ini guru merasa kesulitan dalam membimbing semua kelompok karena keterbatasan waktu, sehingga ada beberapa kelompok yang 13

(14)

merasa terabaikan. Selain itu, kemampuan siswa bekerjasama dalam kelompok pada siklus I masih kurang, hal ini dikarenakan beberapa siswa belum bisa menyesuaikan diri dengan anggota kelompok barunya sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan soal. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah ini adalah lebih memanfaatkan waktu yang ada dengan membimbing semua kelompok yang ada, agar tidak ada kelompok yang merasa terabaikan, sehingga pada siklus II siswa sudah mampu membangun kerjasama yang baik dalam mendiskusikan jawaban LKS. Hal ini terbukti dengan meningkatnya aktivitas siswa pada fase Talk menjadi 3,2 pada siklus II.

Pada aktivitas Write perolehan skor rata-rata pada siklus I yaitu 2,7. Aktivitas ini merupakan aktivitas dengan skor tertinggi jika dibandingkan dengan tahap Think dan Write pada siklus I. Hal ini disebabkan pada saat fase Write, guru meginformasikan bahwa catatan akan di berikan penilaian. Meskipun demikian, skor tersebut masih tergolong rendah karena belum mencapai indikator keberhasilan 3,0. Maka dari itu guru memberikan motivasi kepada siswa agar giat dalam mencatat materi pembelajaran. Sehingga, pada siklus II perolehan skor rata rata pada aktivitas Write meningkat menjadi 3,5.

Pada aktivitas menanggapi hasil diskusi kelompok lain pada siklus I, siswa memperoleh skor rata-rata sebesar 2,3. Skor rata-rata perolehan siswa ini belum mencapai indikator keberhasilan dari segi pelaksanaan tindakan. Oleh karena itu, guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas ini, sehingga pada siklus II perolehan skor rata pada aktivitas belajar siswa ini meningkat menjadi 3,4.

Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II memberikan

dampak positif pada ketuntasan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kuantitatif yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai minimum sebesar 52; nilai maksimum 91; rata-rata hasil belajar siswa sebesar 74,15. Secara klasikal dari 26 siswa yang mencapai persentase ketuntasan hasil belajar yaitu 17 siswa atau 65,38% yang mencapai nilai ≥ 72 sesuai dengan nilai KKM mata pelajaran IPS dan terdapat 9 orang siswa dengan presentase sebesar 34,62% siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 72. Presentase ketuntasan pada siklus I ini belum mencapai target peneliti yaitu mencapai ketuntasan belajar secara klasikal minimal 80%.

Pada siklus II terlihat bahwa hasil belajar siswa memperoleh nilai minimum 52; nilai maksimum 96; nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 76,58. Terdapat 22 siswa yang memperoleh nilai ≥ 72 atau ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 84,61% sedangkan jumlah siswa yang hasil belajarnya di bawah KKM atau yang memperoleh nilai ˂ 72 sebanyak 4 orang atau 15,39% yang belum tuntas. Dari hasil tersebut, menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus I dan siklus II, dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write(TTW) memberikan dampakpositif terhadap hasil belajar siswa. Siswa mampu bersosialisasi dengan baik, bahkan sebagian besar siswa sudah berani mengeluarkan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write(TTW) peran aktif siswa lebih besar dibandingkan guru. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar melalui interaksi dengan

(15)

teman-4 Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

Fatimah Azzahra, Surdin temannya, dengan demikian siswa akan

termotivasi dalam belajr dan menjadi lebih paham terhadap suatu materi.

Target ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai yaitu 84,61% siswa telah tuntas dalam hasil belajarnya. Dalam hal ini, penelitian dianggap telah berhasil mencapai targetnya. Dalam penelitian ini keberhasilan siswa dalam tes hasil belajar siklus II memberikan gambaran bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think

Talk Write (TTW) mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, jawaban atas permasalahan penilitian telah ditemukan yaitu pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) berhasil meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII1 SMP Negeri 15 Kendari khususnya pada materi Peta Atlas dan Globe.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : (1) Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pada setiap siklus cenderung meningkat. Hal ini menunjukan skor rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,6 yang berkategori cukup, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 3,5 dengan kategori baik. (2) Aktivitas guru menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dimana pada siklus I diperoleh rata-rata aktivitas guru sebesar 2,3 yang berkategori cukup dan mengalami penigkatan pada siklus II yaitu diperoleh rata-rata aktivitas guru sebesar 3,3 yang berkategori baik. (3)Hasil belajar IPS siswa kelas VII1 SMP Negeri 15 Kendari dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk

Write (TTW) pada materi Peta Atlas dan Globe. Dimana pada siklus I presentase siswa yang tuntas 65,38% atau 17 orang dari 26 siswa mencapai nilai KKM yang di tentukan sekolah yaitu ≥72 dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 84,61% atau 22 orang dari 26 siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan di sekolah.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti Mengemukakan beberapa saran berikut: (1) Bagi Sekolah, khususnya SMP Negeri 15 Kendari dapat mencoba untuk menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) pada pembelajaran IPS untuk mengatasi banyaknya siswa yang pasif dalam pembelajaran serta untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. (2) Bagi guru mata pelajaran IPS diharapkan dapat mengetahui, memahami dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write(TTW) sebagai alternative tindakan yang efektif dan efisien dalam upaya peningkatan hasil belajar IPS siswa. (3) Bagi peneliti selanjutnya, terus mencari informasi dan mempelajari model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), khususnya pada tahap-tahap model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW), sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih baik lagi dari penelitian sebelumnya. (4) Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam hal perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian dan penganalisisan data hasil penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan, karena peneliti juga hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna dan tidak pernah luput dari kesalahan. Maka dari itu peneliti berharap masukan-masukan 15

(16)

berupa saran dan kritik yang membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Arihi L.S & La iru,2012. Analisis penerapan metode dan model-model

pembelajaran,Yogyakarta,batur etno, banguntapan, Bantul,DIY Arikunto S. 2006. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aqib, Zainal. 2011. Model-model,

media, dan strategi

pembelajaran kontekstual (Inovatif). (Cet. IV). Bandung: CV Yrama Widya.

Azhar Arsyad .( 2003) . Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Rajawali Pres.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. Ibrahim. M. Dkk, 2000. Belajar

Mengajar Kooperatif.

Universitas Negeri Surabaya Universitas Press. Surabaya. Iskandar, 2012. Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta, Pt Bumi Aksara. Robert E Slavin.(2005). Cooperatif

Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Suparno, P. 2008. Riset Tindakan untuk

Pendidik. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Jogyakarta: AR-ruzz Media. Susetyo, B. 2010. Statistka untuk

analisis data penelitian. Bandung : Refika Ditama

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktuvistik. Jakarta. Prestasi Pustaka. Usman dan Setiawati, 2001. Statistika.

Gambar

Gambar 1 berikut:
Gambar 2. Grafik Skor Rata Berdasarkan  gambar
Tabel 1. Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I
Tabel 2 Data Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II Skor  Jumlah siswa

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Proses mengangkut kacang kedelai dilakukan dengan cara manual (memindahkan atau mengangkut dengan tangan) tanpa menggunakan alat bantu, sehingga mengakibkan keluhan rasa sakit pada 3

Penyakit katastropik merupakan penyakit-penyakit yang membutuhkan biaya tinggi dalam pengobatannya serta memiliki komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Penyakit yang

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa; (1) Pada keseluruhan data penelitian, tidak terjadi interaksi antara perlakuan penggunaan tanah endapan perairan dan

Dan ketika dari 4 gugus electron disekitar atom pusat terdiri dari 2 berikatan dan 2 tidak berikatan maka bentuk molekulnya akan menjadi bentuk V dengan sudut idela sebesar 120 0. 

Tabel 8 Analisis Kebutuhan Informasi Divisi Pemasaran Tujuan Divisi Pemasa ran CSF Value chain Kebutuha n Informasi Strategi SI Mempe rkenalk an produk ke berbag ai

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dan kepercayaan diri dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3

Selanjutnya Anak Saksi an.SOZISOKHI LAIA Alias OZI meletakkan dan menyimpan pisang tersebut di sawah milik korban, lalu Anak Saksi an.SOZISOKHI LAIA Alias OZI