• Tidak ada hasil yang ditemukan

SinemaTografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SinemaTografi"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Sinematografi

oleh Supriyadi http://pojokspy.blogspot.com/

Tentang Sinematografi

Sejarah sinematografi sangat panjang, namun di sini tidak akan dibahas tentang “perjalanan” sinematografi dari awal. Kemajuan teknologi akan terus berkembang, demikian juga dengan teknologi sinematografi, sehingga kini dikenal dengan sinematografi digital. Kemajuan ini tentu saja akan lebih memudahkan para sineas dalam berkarya. Sebelum lebih lanjut membahas sinematografi, baiknya kita fahami dulu makna dari sinematografi itu sendiri. Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris cinematograhy yang berasal dari bahasa latin kinema ‘gambar‘. Sinematografi sebagai ilmu serapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung gabungkan gambar tersebut hingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide.

Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannya pun mirip. Perbedaannya fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik rangkaian gambar atau dalam senematografi disebut montase atau montage.

D.O.P

D.O.P atau Director of Photography adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Dia harus familiar dengan komposisi dan semua aspek teknik pengendalian kamera dan biasanya dipanggil untuk menyelesaikan permasalahan teknis yang muncul selama perekaman film. D.O.P sangat jarang mengoperasikan kamera. Kerja D.O.P sangat dekat dengan sutradara untuk mengarahkan teknik pencahayaan dan jangkauan kamera untuk setiap pengambilan gambar. “Itu adalah salah satu alasan utama kita untuk berusaha mendapatkan uang untuk menjadi entertain. Karena jika bukan untuk bakat dan pengetahuan sinematografer tidak ada jalan untuk membuat dunia kata-kata

(2)

penulis kedalam gambar yang bisa dilihat oleh semua orang” demikian kata Sinematografer Michael Benson.

Banyak orang berpikir bahwa sutradara mengatur seorang aktor apa yang harus dia lakukan dan D.O.P mengambil gambar. Ini benar, tetapi ada banyak lagi proses selain hal tersebut. Perubahan dari script ke dalam layar lebar adalah melalui lensa seorang D.O.P. Pembuatan film adalah bekerja bersama dengan apa yang ada disana, dan memfilter apa yang ada disini melalui suatu alat yang disebut kamera. Sampai frame pertama digunakan, ini hanyalah sebuah kontrak, ide, konsep, script dan harapan.

Sinematografi tidaklah hanya melihat melalui kamera dan mengambil gambar. Namun tentu saja memerlukan mata yang tajam dan imaginasi yang kreatif. Ini juga memerlukan pengetahuan tentang kimia dan fisika, persepsi sensor yang tepat dan tetap fokus kepada detail. Hampir dari semua itu memerlukan kemampuan untuk memimpin dan juga mendengar, untuk menjadi bagian dari tim kreatif dan proses, dapat dengan memberikan saran yang membangun dan kritis. Sinematografer memerlukan waktu yang panjang dalam pekerjaannya dan memerlukan pengamat, waktu yang pendek untuk masuk ke dunia yang baru

Bekerja dengan Sutradara

Tanggung jawab utama dari D.O.P adalah untuk menciptakan jiwa dan perasaan dalam gambar dengan pencahayaan mereka. Tergantung kepada gaya sutradara, anda dapat memutuskan untuk memilih penampilan film anda sendiri, atau, biasanya setelah meeting dengan sutradara dan biasanya dilakukan bagian artistik yang anda pilih untuk mengatur teknik pencahayaan yang sesuai. Atau sutradara memiliki ide sendiri seperti apa bentuk film ini dan ini akan menjadi tugas D.O.P untuk memenuhi keinginan ini. Semua jalan kerja yang berbeda-beda ini hanyalah panduan yang menyenangkan dalam usaha untuk memenuhi harapan sutradara dan memberikan apa yang dia inginkan dan semoga memberikan kebanggaan dan kesetiaan seorang sutradara.

Sutradara dan sinematografer seharusnya secara konstan berdiskusi tentang angle kamera, warna, pencahayaan, blocking dan pergerakan kamera. Sutradara tahu apa yang dia inginkan. Bagaimana dia mengerjakan ini biasanya tergantung kepada sinematografer. Sinematografer menawarkan ide dan menerima penolakan. Sutradara adalah kapten dari kapal. Seberapa banyak atau sebatas mana kolaborasi yang dia inginkan adalah keputusannya

Sinematografer Darius Khondji mengatakan ”Saya melihat pekerjaan saya adalah untuk membantu director dalam memvisualisasikan film. Ini akan menjadi proses yang terus-menerus, ada banyak hubungan dengan sutradarara tidak hanya sebatas profesional, sering kali menjadi teman dekat dalam kolaborasi kami. “

Sebagai seorang manager, saya mempelajari banyak hal tentang bagaimana mengatur orang. Saya belajar bagaimana merencanakan dan apa peran penting sebuah tim. Saya belajar cara menangani lokasi, bekerja sebagai AD, mengendarai mobil, dan sebagian pertunjukan, bahkan sebagai pemegang kunci. Semua posisi adalah pelajaran yang tidak ternilai,” kata Neil Roach.

(3)

Salah satu pelajaran terpenting yang telah dipelajari Neil Roach sepanjang karirnya tentang pembuatan film adalah mengenai kolaborasi. “Saat anda bekerja dengan sutradara yang tepat, anda dapat menghasilkan kerja yang menakjubkan” Dia berkata, “Tidak menjadi masalah dengan sutradara, yang harus anda lakukan adalah anda bekerja yang terbaik. Karena tugas alami seorang kameramen adalah selalu berkata ‘tidak’. Tidak, anda menginginkan terlalu banyak cahaya. Atau ‘tidak’ anda tidak dapat melakukan ini dan itu. Dalam hati, saya selalu menggambarkan ini untuk menyenangkan diri saya sendiri, dan memperoleh apa yang saya inginkan pada waktu yang sama, memberikan pegawai apapun yang mereka inginkan.”

Sebagai seorang kepala departemen senior, D.O.P diharapkan dapat menjadi contoh keseluruhan unit. Sering kali hanya individu dari sinematografer yang bekerja sebatas kualitas fotografi saja. Ketepatan waktu, perilaku kru, pakaian, kesopanan semua menjadi satu, setidaknya bagian dari D.O.P sehingga mereka menetapkan standar profesional untuk setiap kru. D.O.P bertangung jawab untuk semua hal yang berkaitan dengan fotografi pencahayaan film , exposure, komposisi, kebersihan, dll, yang semua itu adalah tanggung jawab mereka

Operator kamera memainkan peran yang terpenting dalam membuat film dengan sutradara. Seorang operator pemula akan tidak percaya diri dengan sutradara. Ada segitiga sutradara, kamera (dan operator) , serta aktor” Michael Benson menjelaskan “Saat segitiga tersebut rusak, jalur komunikasi juga akan rusak. Ini dapat menjadi berbagai bentuk, tetapi segitiga tersebut adalah hal terpenting dari film dan pencerita dapat berafiliasi dengan ini. Operator adalah orang yang tahu jika suatu pengambilan sudah fokus. Saat ini ada suatu kesalahan bahwa teknologi dapat membetulkannya. Tetapi jika pengambilan tidak fokus, tidak ada teknologi yang dapat merubah supaya fokus”

Grip

Grip bertanggung jawab pada dolly track dan semua gerakan yang dilakukannya. Dia juga bertanggung jawab untuk memindahkan tripod untuk setup selanjutnya: focus puller biasanya bersama dengan kamera. Salah satu hal terpenting adalah kamera tidak boleh dipindahkan saat dia masih berada di tripod. Grip juga bertanggung jawab terhadap gedung, atau mengatur gedung, mengawasi gedung, setiap konstruksi yang diperlukan untuk mendukung jalur atau pergerakan kereta supaya bisa berjalan. Tingkat dan kerataan kerja dorongan track adalah kunci sukses pengambilan gambar. Perawatan jalur dolly dan peralatannya adalah tugas grip. Mereka akan sering membangun atau membuat beberapa hal kecil untuk memperbaiki kamera di hampir setiap objek Gaffer

Gaffer adalah seorang kepada elektrik dan akan bekerja langsung dengan D.O.P. Beberapa D.O.P akan menentukan bentuknya dan pintu gudang dan yang tidak dia inginkan- ini tergantung kepada bagaimana mereka ingin bekerja bersama, Sering D.O.P akan dekat dengan gaffer daripada anggota kru lain. Mereka sangat vital untuk kesuksesannya

Sejak pertama kali sinematografer Ward Russell “naik“ menjadi Director Photography, dia memberikan nasihat kepada gaffernya “Saya selalu memberitahukan kamu bahwa kamu dapat

(4)

belajar dari bayangan daripada dengan melihat cahaya Anda dapat mengatakan arah, kelembutan, intensitas, dan perbandingan kepada bayangan. Bayangan memberikan kamu kontras dan kontras yang memberikan kamu bentuk dan drama. Exposure saya selalu sesuai, tidak lebih, seberapa detail saya ingin melihat dalam bayangan sama dengan seberapa terang saya ingin dari cahaya. Untuk saya, sekali anda memiliki titik yang tepat untuk cahaya, proses kreatifnya adalah seberapa banyak cahaya yang dapat anda ambil

Kamera Film

Manusia telah dibohongi oleh film selama berabad-abad. Salah satu alasannya adalah oleh satu peralatan kecil sederhana (yang juga merupakan peralatan dasar sinematografer), kamera film, untuk merekam langsung dari imaginasi kita. Hal pokok dari kamera film adalah beberapa kotak, salah satunya dengan lensa di depan dan mekanisme yang dapat ditarik sesuai dengan lama film setidaknya enam belas kali setiap detik

Hal lainnya memiliki panjang yang sesuai untuk mekanisme film, dengan ruang yang tersisa untuk mengambil gambar setelah exposure. Saat gambar-gambar dari alat ini diproyeksikan oleh mekanisme yang sesuai, mereka memberikan representasi dari scene asli dengan semua pergerakannya yang ada didalamnya untuk ditampilkan dengan benar.

Bagian mesin yang sangat tepat ini memiliki sejumlah fungsi, yang masing-masing memerlukan pemahaman dan perawatan, dari kamera untuk tetap menghasilkan yang terbaik dan konsisten. Seorang kameramen pemula harus mencoba untuk familiar dengan itu semua dan nyaman dengan pengoperasian kamera, sehingga dia dapat berkonsentrasi untuk aspek kreatif dari cinematography. Pergerakan mekanisme film adalah berbeda dengan kamera saat hanya sebagai sebuah kamera. Ilusi dari pergerakan gambar diciptakan oleh pergantian fotografi yang cepat

Menghasilkan gambar yang bergerak cepat dengan panjang tertentu dari gambar yang ada adalah yang menjadi perhatian dari pandangan manusia. Jika gambar dipancarkan ke retina, mata manusia akan melihat gambar, singkatnya, secara keseluruhan dan seterusnya, untuk periode yang singkat, gambar akan tetap berada di dalam manusia saat menjadi redup atau menghilang.

Jika gambar kedua ditembakkan ke retina manusia akan dapat melihat dua gambar yang berkelanjutan tanpa ada sorotan yang pertama.. Proses flashing gambar yang berkelanjutan ini akan membuat otak menganggap tidak ada jarak antara dua gambar tersebut dan pergerakannya lembut. Laju flashing gambar ke mata adalah sepuluh flash setiap detiknya, dalam laju ini efek kedip akan tidak terasa. Hanya di sekitar enam belas atau delapan belas gambar baru per detik yang menyebabkan pergerakan dianggap sebagai suatu pergerakan yang dapat diterima dan efek kedip dapat dikurangi sampai ke titik yang dapat diabaikan.

Seiring pergantian abad, laju frame menjadi 18 frame per detik (fps) menjadi sesuatu yang umum. Saat ini baik kamera dan proyektor masih dengan tuas tangan dan memiliki kecepatan 2 putaran per detik yang akan menghasilkan laju frame, yang sangat nyaman

(5)
(6)

Sinematografi

Edit in-Camera Oleh Supriyadi

Ada beberapa metode yang bisa digunakan ketika kita akan melakukan penyuntingan gambar atau editing. Namun kalau dibagi dua, pertama penyuntingan gambar bisa dilakukan pada

tahapan paska produksi (dan ini paling umum dilakukan), kedua penyuntingan gambar dilakukan pada saat pengambilan gambar, istilah ini disebut edit in-camera.

Pada tulisan kali ini, saya akan mencoba menjelaskan metode yang kedua yang umum disebut

edit in-camera. Tidak seperti pada metode pertama, metode edit in-camera memerlukan penanganan khusus. Bisa jadi, dengan metode edit in-camera, tidak akan menghasilkan rangkaian shot sebaik waktu kita melakukan penyuntingan gambar di paska produksi. Namun konsep edit in-camera kadang diperlukan misalnya ketika pekerjaan mengharuskan deadline yang ketat. Jadi, dengan edit in-camera akan mengurangi waktu proses penyuntingan gambar. Berdasarkan pengalaman pribadi serta rekomendasi beberapa expert, berikut adalah poin-poin yang harus diperhatikan ketika kita menggunakan konsep atau metode editing di kamera :

Edit on Your Mind, bayangkan sekuens seperti apa yang akan dibuat. Ini sebetulnya hal yang paling pokok ketika kita akan menggunakan metode edit in-camera. Seorang cameraman sudah harus bisa membayangkan bagaimana membuat alur cerita jauh sebelum pengambilan gambar dilakukan.

Shot List, daftar shot yang akan diambil pada saat pengambilan gambar atau shooting. Shot list dibuat sedemikian rupa berdasarkan cerita yang akan ditampilkan, dibuat secara linear sehingga akan memudahkan dalam membuat urutan shot yang akan dilakukan.

Durasi Shot,tidak ada aturan seberapa lama sebuah shot yang baik dilakukan. Yang paling penting adalah apakah dalam durasi yg kita buat itu informasi sudah tersampaikan pada penonton atau belum.

Kontinyuitas, kesinambungan antar shot sangatlah penting. Antar shot akan memiliki kesinambungan jika memiliki beberapa unsur yang sama antar satu shot dengan lainnya. Diantara kesinambungan itu antara lain kesinambungan posisi, gerak, cahaya, warna, dan sebagainya.

General to Detail, dalam editing di paska produksi, seorang editor bisa bermain-main dengan posisi atau letak shot yang dalam terminology editing disebut juksta posisi. Tentang shot mana yang pertama disusun dalam satu sekuens dan seterusnya menjadi penting. Salah satunya adalah apakah shot detail terlebih dahulu lalu shot yang umum atau sebaliknya.

Edit in-camera merupakan tehnik pengambilan gambar dalam pembuatan sebuah karya video dimana sekuens akan terlihat secara utuh di layar. Jadi, metode ini hanya cocok untuk pembuatan video tertentu saja misalnya tentang aktivitas yang berlangsung tanpa interupsi cut dari videomaker.

Sebagai gambaran, berikut merupakan contoh sekuens dengan menggunakan metode edit in-camera. “Unjuk rasa besar-besaran mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi di depan

(7)

gedung KPK, demonstran terdiri dari berbagai unsur organisasi masyarakat. Salah seorang koordinator lapangan pengunjuk rasa mengecam keras semua yang terlibat dalam kriminalisasi KPK”. Shotlist yang bisa dibuat oleh cameraman bisa seperti di bawah ini :

• Shot 1 : Establish Shot pengunjuk rasa

• Shot 2 : Medium Shot satu kelompok pengunjuk rasa • Shot 3 : Close Up beberapa sepanduk

• Shot 4 : Medium Close Up beberapa pengunjuk rasa • Shot 5 : Close Up wawancara koordinator lapangan • Shot 6 : Medium Shot pengunjuk rasa

Shotlist di atas merupakan contoh sederhana yang dibuat cameraman (atau reporter) untuk mempermudah membuat sekuens, yang sudah disusun sedemikian rupa secara linear, dan ini merupakan tyahapan yang harus dilakukan jika akan menggunakan metode edit in-camera. Teknologi terus berkembang, jika dulu pada video kamera hanya bisa menyimpan rekaman gambar pada kaset/tape dan piringan dvd, kini beberapa kamera sudah menggunakan teknologi tapeless atau tanpa kaset. Ada media penyimpanan lain selain tape yakni hardisk dan memory yang memiliki kapasitas penyimpanan yang besar. Dan teknologi ini memungkinkan penggunaan metode edit in-camera secara teknis. Yakni, seorang cameraman bisa melakukan penyuntingan gambar di kamera. Misalnya, ketika ada shot yang dipikir tidak perlu, shot tersebut bisa didelete, susunan shotpun bisa siatur sedemikian rupa sehingga sesuai keinginan kita dalam merangkai cerita. Teknologi ini memang belum sempurna, tapi bukan hal mustahil ke depannya akan terus diperbaharui, sehingga metode edit in-camera

(8)

Tentang Komposisi Oleh Supriyadi

Television takes the process much further by making people visually available, and not in the frozen modality of newspaper photographs, but in movement and action.(Fairclough 1995, 38-9).

Jelas di sini bahwa televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media lainnya. Menurut pakar televisi, John Fiske, bahwa televisi dan film merupakan “teks” yang bisa dibaca. Tentu di sini teks dalam arti yang sangat luas. Setiap yang ditampilkan oleh televisi dan film akan selalu dimaknai oleh penontonnya. Film dan televisi memiliki tiga bentuk, yakni ikon yang terdiri dari suara dan gambar, simbol (dialog dan tulisan), serta indeks sebagai efek dari film itu sendiri.

Televisi merupakan jendela dunia, dan kita percaya bahwa “kamera tidak pernah bohong”. We know of course that ’the dog in the film can bark but it cannot bite’ (Hall 1980, 131). Dulu penonton bisa jadi ketika melihat tontonan baik televisi maupun film sebagai suatu realitas, namun kini penonton sudah sadar bahwa ada “sesuatu” di balik itu semua. Umberto Eco, salah seorang pakar semiotic bahkan mengkritik dengan menyebutkan medium is not “neutral”. Namun siapun tidak bisa dipungkiri, bahwa film dan terutama televisi memiki pengaruh yang kuat pada penontonnya. Dalam opera sabun atau sinetron misalnya, Ien Ang (1985) melihat bahwa karena begitu “dekatnya” cerita opera sabun dengan penontonnya, seolah penonton terwakili oleh actor serta cerita yang ada di tontonan tersebut.

Memahami acara apa yang ditampilkan dalam film maupun televisi memang sangat menarik, ukuran shot, angle, pergerakan subyek, pergerakan kamera, secara sadar atau tidak pasti memiliki arti. Hal ini berarti bukan masalah teknis mekanis saja. Frame, shot, scene, serta sekuens yang memiliki relasi di antaranya yang dikerjakan oleh seorang editor di paska produksi juga memiliki arti. Kalau dalam sebuah karangan, shot berarti kata, scene berarti kalimat, dan sekuens bearti paragraf.

Apakah yang dimaksud komposisi di sini ? sebagian orang mungkin berfikir bahwa komposisi merupakan suatu tindakan seni atau cara untuk merangkai, menata, dan membentuk berbagai unsur yang hendak ditampilkan dalam suatu shot menjadi tampilan yang baik, menarik, dan enak dilihat. Komposisi yang baik harus terdiri dari unsur-unsur yang tampil menarik dan saling bersinergi. Kesemuanya berpadu menjadi kesatuan yang jelas, selaras dan harmonis. Menurut Gerald Millerson dalam Television Production, ada tiga hal yang bisa dilakukan dalam membuat komposisi gambar, yakni :

1. Komposisi by Design 2. Komposisi by Arrangement 3. Komposisi by Selection Prinsip Komposisi

Sebenarnya tidak ada aturan khusus tentang komposisi. Apapun yang anda letakan dalam sebuah

scene tidaklah terlalu penting. Yang paling penting adalah bagaimana cara anda meletakan benda tersebut. Bagaimana anda mengorganisir gambar sehingga penonton bisa menikmati gambar tersebut. Komposisi shot tidak hanya masalah pengemasan gambar saja, tapi harus diingat bagaimana gambar-gambar tersebut bisa berkesinambungan.

(9)

Tidak ada formula atau rumusan khusus untuk menghasilakn proporsi gambar yang indah, namun beberapa abad silam seniman lukis menemukan formula yang bisa diterima sebagai prinsip dasar panduan membuat gambar yang harmonis. Prinsip dasar ini dinamakan Golden Section atau biasa juga disebut Golden Mean. Pelukis, pemahat serta arsitek telah menggunakan metode ini dalam mengekspresikan gagasannya untuk menghasilkan karya yang indah.

Rule of Third

Frame dibagi menjadi tiga bagian baik horizontal maupun vertikal. Menurut teori ini, gambar yang baik adalah ketika salah satu subyek yang kita inginkan berada pada titik pertemuan garis vertikal dan horizontal tersebut.

Kedalaman (Depth) Komposisi

Sering kali kita bosan dengan komposisi gambar terutama ketika melihat subyek statis dalam frame atau tidak ada pergerakan kamera sama sekali. Ada beberapa cara untuk membuat kedalaman dalam gambar, pertama dengan membuat shot dengan menggunakan foreground, yakni subyek lain di depan subyek pertama. Pada Gambar 1, tidak ada unsur subyek sebagai foreground, maka gambar ini kelihatan flat atau datar. Sedangkan pada Gambar 2, ada foreground yakni pohon. Maka pada Gambar 2 lebih kelihatan ada depth atau kedalaman.

(10)
(11)

Mengatasi Shot Bermasalah

Di lapangan, ketika penata kamera akan melakukan pengambilan gambar, dia harus merencanakan komposisi yang bagus. Terkadang di lapangan hal ini tidak mudah dilakukan, seperti pada Gambar 1 misalnya, ada dua subyek yang memiliki jarak yang cukup jauh padahal kita ingin mendapatkan shot ke dua subyek tersebut. Masalah pertama secara teknis jika jarak lensa kamera dengan ke dua subyek itu jauh, mungkin tidak masalah karena penata kamera bisa mendapatkan shot tersebut. Tapi jika jarak lensa dengan ke dua subyek terlalu dekat maka tidak akan mendapatkan gambar yang diinginkan. Masalah kedua, secara artistik bisa jadi gambar 1 tidak terlalu baik.

Gambar 1

Untuk mengatasi shot bermasalah seperti pada Gambar 1, maka lakukanlah pengambilan gambar seperti pada Gambar 2. Sudut pengambilan gambar pada Gambar 2 dilakukan dengan cara memposisikan kamera pada belakang salah satu subjek. Tehnik ini dinamakan Over The Shoulder atau OTS atau OS.

Gambar 2 Gambar Ilustrasi : Rety Palupi

(12)

TENTANG CROSS SHOT

Cross Shot merupakan metode paling umum ketika kita mau membuat sekuens dialog dengan dua subyek. Dengan cross shot, arah pandang mata atau eye direction subyek tertata dengan benar. Jika subyek 1 melihat subyek 2, maka subyek 2 ”harus” melihat subyek 2 sebagai lawan bicaranya.

1. Buatlah shot master, ke dua subyek yang sedang berdialog diambil, misalnya 30 derajat dari kiri depan, seperti pada Gambar

2. Buat cover shot pertama, shot subyek pria diambil Close Up, 45 derajat dari kiri depan 3. Buatlah cover shot ke dua, subyek wanita diambil Close Up, 45 derajat dari kanan depan

Shot pertama, master shot

(13)

Cover Shot 1,wanita

Maka ketika shot-shot di atas digabungkan pada waktu editing, akan menghasilkan rangkaian shot seperti di bawah ini :

(14)

Tehnik Kamera

Hand-held merupakan tehnik menggunakan kamera tanpa menggunkana mounting seperti tripod atau monopod. Tehnik ini menggunakan ke dua tangan sebagai bantuan dalam mengoperasikan kamera. Tehnik ini memungkinkan untuk mengurangi/mereduce goyangan atau shake. Gambar di bawah merupakan contoh cara menggunakan kamera tanpa bantuan tripod. Dengan cara ini diharapkan pengambilan gambar akan lebih stabil walaupun pengambilan gambar dilakukan dalam waktu yang lama.

1. Menggunakan ke dua tangan untuk menahan kamera

2. Posisi kameraman sambil duduk, menggunakan lutut sebagai penahan tangan 3. Lutut kaki kiri menahan di lantai/tanah, tehnik ini dinamakan kneeling. 4. Pengambilan gambar dengan cara kamera dipanggul sambil tiarap 5. Posisi punggung kameraman sambil menyender pada dinding 6. Menggunakan ke dua siku tangan sebagai penahan

7. Kamerman menyenderkan salah satu sisi badan pada tembok sebagai penahan

8. Kaki kanan atau kiri di atas step atau tangga yang lebih tinggi dari posisi kaki lainnya. 9. Mengggunakan tiang sebagai alat bantu

(15)

Ada Makna di Balik Shot

Melalui unsur verbal dan visual (nonverbal), diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari

semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh (Barthes, 1998:172-173). Saya setuju dengan tesis yang dikemukanan ahli semiotika dunia Roland Barthes di atas, namun pada tulisan saya kali ini justru akan lebih banyak melihat dari makna pertama utamanya unsur visual (gambar) yakni makna denotatif. Penulis akan mencoba bagaimana makna-makna verbal itu dihasilkan dari sisi praktisi, si pembuat pesan ( sinematografer, videografer, filmmaker, videomaker, broadcaster). Secara spesifik penulis akan mengurai ada makna apa di balik sebuah shot. Ketika kita menonton sebuah film atau tayangan televisi, sebenarnya kita sedang menyaksikan rangkaian shot dalam sebuah scene, dan rangkaian scene dalam sebuah sequence, dan seterusnya hingga kita melihat tayangan atau film secara utuh. Disadari atau tidak disadari sebenarnya penonton telah disuguhi ratusan bahkan ribuan shot yang muncul silih berganti di layar televisi setiap harinya.

Pasti ada pesan yang ingin disampaikan oleh si pembuat dalam menciptakan rangkaian shot-shot tadi, sayangnya tidak semua pesan bisa disampaikan dengan baik dan celakanya hal ini karena ”kesalahan” dari si pembuat pesan. Shot semestinya tidak semata urusan teknis mekanis dan estetis,menyampaikan pesan akan ”berurusan” dengan falsafah, the philosophy of the shot. Wah serumit itukah? mari kita pahami sampai tuntas.

Belum ada kesepakatan tentang definisi yang benar-benar pas tentang apa itu sebenarnya shot. Ketika kita menekan tombol rec atau start sampai kita tekan sekali lagi tombol yang sama, maka itu adalah satu shot. Walaupun hanya satu detik atau bahkan sampai satu jam dari awal sampai akhir, baik bergerak maupun diam.

SHOT SIZE/Type of Shot

Shot size/type of shot atau ukuran shot adalah besar kecilnya subjek dalam sebuah frame.Type of shot itu terdiri atas :

• ECU : Extreme Close Up (detail shot)

• VCU : Very Close Up (shot wajah) dari atas kepala sampai dagu • BCU : Big Close Up (tight CU, full kepala), wajah memenuhi layar • CU : Close Up, dari keapala sampai pundak

• MCU : Medium Close Up, • Knee, 3/4Shot :

• MLS : Medium Long Shot • LS : Long Shot

• ELS : Extra Long Shot (extereme LS, XLS)

Masing-masing ukuran shot di atas akan memiliki makna yang berbeda-beda ketika diimplementasikan pada pengambilan sebuah gambar/shooting.

Long Shots, secara umum penggunaan shot jauh ini akan dilakukan jika : • Untuk mengikuti area yang lebar atau ketika adegan berjalan cepat

(16)

• Ketika subjek

• Untuk menunjukkan dimana adegan berada/menujukkan tempat • Untuk menujukkan progres

• Untuk menjukkan bagaimana posisi subjek memiliki hubungan dengan yang lain Medium Shots, type shot seperti ini yang paling umum kita jumpai dalam film maupun televisi. Jenis shot ini adalah paling aman, karena tidak ada penekanan khusus seperti halnya pada Long Shots dan Close Shots. Semua adegan bisa ditampilkan dengan netral di sini. Close Shots, televisi adalah media close up. Awalnya premis ini karena berkaitan dengan hal teknis. Pertama, acara dengan media televisi harus ditampilkan secara close up karena ukuran televisi yang kecil jika dibandingkan dengan layar di bioskop. Ke dua, berbeda juga dengan bisokop, acara televisi ditonton sambil lalu, akan lebih cocok menampilkan gambar-gambar dengan close shot/padat.

Tapi,yang perlu dipahami juga justru makna-makna yang ditampilkan ketika shot-shot itu dibuat secara close up. Efek close up biasanya, akan terkesan gambar lebih cepat, mendominasi, menekan. Ada makna estestis, ada juga makna psikologis.

MOVEMENT

Terdapat paradoks dalam menciptakan camera movement untuk menghasilkan perubahan visual ketika mencoba membuat invisible movement. Secara teknis hal ini dimaksudkan untuk menghindari bergesernya perhatian penonton. Caranya adalah dengan melakukan pergerakkan kamera yang mengikuti pergerakkan subjek. Tapi yang harus diperhatikan tentu saja adalah tujuan atau motivasi dari pergerakkan kamera itu dibuat. Secara umum, menurut Peter Ward dalam Digital Video Camerawork, motivasi itu antara lain :

• Untuk menambah interest visual • Mengekresikan kegembiraan • Meningkatkan ketegangan

• Memberikan interes pada subjek baru

• Memberikan perubahan angle/sudut pandang.

Secara khusus, ada dua kaidah dalam mengontrol camera movement, yakni menyesuaikan gerakkan dengan aksi subjek sehingga gerakan kamera akan distimulasi oleh aksi dan yang kedua adanya kebutuhan untuk menjaga komposisi yang baik selama pergerakkan.

Hampir di keseluruhan shot yang ditampilkan dalam film Emergency Room atau E.R. menggunakan konsep ini, dengan demikian efek dramatis tercipta sehingga penonton akan merasakan bagaimana suasana yang sangat dinamis di setiap ruang rumah sakit. Demikian juga di beberapa filmnya Rudy Soedjarwo, walaupun menurut saya masih terasa nanggung. Jadi, apa sebenarnya motivasi Rudy membuat film dengan konsep handheld tersebut ?

ANGLE

Secara mekanis, angle atau sudut pengambilan gambar itu berhubungan erat dengan lensa kamera, baik jenis lensa yang digunakan maupun penempatan kamera itu sendiri. Masih menurut Ward, ruang internal shot sering menonjolkan kualitas emosional dari adegan. Perspektif yang normal untuk membangun shot sering digunakan secara gamblang dan

(17)

langsung. Tinggi lensa akan mengendalikan bagaimana penonton mengidentifikasi subyek. Lensa rendah akan mengurangi detail level latar belakang dan menghilangkan indikasi antara latar belakang dengan objek. Posisi lensa yang tinggi memiliki efek sebaliknya.

Low Angle

Pengambilan gambar dengan low angle, posisi kamera lebih rendah dari objek akan mengakibatkan objek lebih superior, dominan, menekan.

High Angle

Kebalikan dari low angle, akan mengakibatkan dampak sebaliknya, objek akan terlihat imperior, tertekan

Dengan mengetahui dampak pesan yang akan tersampaikan dari sudut pengambilan gambar ini, diharapan sinematografer atau videografer bisa mengkonstruksi shot-shot yang akan dibuat sesuai dengan pesan apa yang ingin kita sampaikan pada penonton.

Satu sekuens yang sama akan dimaknai berbeda ketika pemlihan angle shot yan berbeda pula. Misalnya adegan demontrasi mahasiswa, rangkaian petama : 1.long shot para demontrans, 2.

high angle demonstran teriak-teriak, 3. low angle polisi sedang menggebuki demonstran. 4.

high angle demontran kesakitan, sedangkan rangkain ke dua : 1.long shot para demontrans, 2.

low angle demonstran teriak-teriak, 3. high angle polisi sedang menggebuki demonstran. 4.

low angle demontran.Dalam sekuens pertama, penonton akan memaknai rangkaian shot tersebut bahwa ada demontrasi yang dilakukan mahasiswa, polisi dengan superioritasnya bisa menangani aksi demontrasi itu dengan sikap represif, mahasiswa teretekan. Sedangkan dalam rangkain shot pada sekuens ke dua, penonton akan melihat demontrasi yang dilakukan mahasiswa walapun dijaga oleh para polisi, mahasiswa terlihat superior dan mendominasi bahkan lebih gagah dari para polisi.

Ya, ini baru satu aspek saja yakni dari angle atau sudut pengambilan gambar bisa mengahsilkan efek yang berbeda pada penonton. Jadi, angle menjadi elemen makna atau pesan. Pesan apa yang ingin disampaikan pemberi pesan ?

Secara detail, Ward mengemukan bahwa sudut lensa mana yang dipilih tergantung dari tujuan shot, yang terdiri atas :

• Menonjolkan subyek prinsip • Menyediakan variasi ukuran shot

• Memberikan kelebihan tambahan terhadap subyek yang dipilih

• Menyediakan perubahan sudut atau ukuran shot untuk memungkinkan terjadinya inter cutting yang tidak menonjol

• Menciptakan komposisi shot yang baik • Meningkatkan arah mata

(18)

Kamera

Waktu saya SMA (sekarang SMU ya ?), di depan teman-teman sekelas saya sering berlaga seolah-olah sedang mengambil gambar/ shooting. Wah….pasti mau jadi cameraman ya ?, komentar teman-teman saat itu. Mungkin malaikat ikut meng-amini, sehingga lima tahun kemudian saya merasakan jadi seorang kameramen. Jadi kali ini bergaya dengan kamera beneran. Menjadi seorang kameramen (benarnya : kamerawan atau penata kamera) sebetulnya tidak terlalu sulit. Benar, banyak teori photographi yang harus dimiliki. Akan tetapi, dengan sering latihan saya yakin andapun bisa menjadi seorang kameramen. Bahkan kameramen profesional sekalipun ! Diantara profesi yg berhubungan dengan kamera (video/film) antara lain, asisten penata kamera, penata kamera, dan penata photographi (director of photograhy). Karena jenis acara banyak sekali, biasanya kameramen memiliki spesialisasi. Ada kameramen dokumenter, talkshow, musik, dan tentu saja ada kameramen berita. Di stasiun televisi, setidaknya ada 2 departemen besar, departemen news & affair dan departemen program (drama & non drama). Dan kameramen berita adalah di bawah departemen news & affair. Di berbagai spesialisasi kameramen tadi, kameramen berita adalah yang paling simpel. Terkadang seorang kameramen berita “diperbolehkan” melanggar kaidah-kaidah teori photographi yang berlaku. Hal ini biasanya karena ada sikon tertentu yg menyebabkan seorang kameramen berita tidak bisa optimal. Namun, kalau saran saya seoptimal mungkin kaidah-kaidah (standard operation/SOP) tersebut bisa dilakukan. Kameramen berita di bagi menjadi dua, kameramen di studio menggunakan kamera studio dan kameramen lapangan atau liputan menggunakan kamera video liputan. Bagaimana seorang kameramen berita bekerja ? Tidak seperti pada pembuatan acara televisi lainnya, untuk liputan berita ke lapangan tidak perlu kru dg jumlah yang banyak. Seorang kameramen hanya ditemani seorang reporter saja. Produser berita memberikan tugas pada tim liputan berita untuk meliput berita yang diinginkan. Kameramen dan reporter menuju lokasi kejadian. Kameramen meliput momen yang terjadi, kalau bisa memenuhi kaidah 5 W + 1 H (who, what, when, where, why, + how). Atas permintaan reporter biasanya kameramen juga mengambil beberapa gambar yang dipandang perlu. Tidak seperti acara lain dimana pengambilan gambar/shooting dilakukan sesuai nazca dan pengarahan sutradara, pada acara berita seorang kameramen harus memiliki inisiatif tinggi dalam setiap pengambilan gambar. Kalau bisa gambar-gambar yang terekam harus edit on camera, hal ini untuk memudahkan dalam pengerjaan paska produksi. Untuk liputan live atau langsung, seminimal mungkin tidak ada kesalahan dalam pengambilan gambar, tentu saja karena dalam siaran langsung tidak bisa

retake/diulang. Bekerjasama dg reporter, seorang kameramen harus jeli agar berita yang diliput memiliki nilai lebih. Koordinasi di lapangan juga harus terjaga apalagi terkadang di lapangan sering terjadi rebutan dalam pengambilan gambar. Membuat sudut pandang atau

angle yang baik adalah hal utama juga kestabilan dalam handheld kamera. Beradaptasi dengan sikon Sepertinya hal ini sepele, namun hemat saya hal ini sangat penting. Terkadang banyak situasi yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Jika kita tidak bisa berdapatasi dengan situasi tsb bisa berakibat buruk. Pada liputan perang sebagai contoh, kalau kita tidak pintar untuk memilih lokasi maka tidak menutup kemungkinan bisa terjadi hal yang tidak diinginkan. Bekerja dengan cepat Cepat, akurat, dan terpercaya. Demikian motto Liputan 6 SCTV. Seorang kameramen wajib berkerja cepat. Kenapa ? karena nilai berita harus selalu hangat. Jika tidak maka berita liputan yang kita dapatkan jadi basi, keduluan oleh liputan lainnya. Bagaimana kameramen bisa bekerja cepat ? Walaupun dalan liputan berita biasanya tidak banyak persiapan yang dibutuhkan, tapi seorang kameramen berita harus sudah memiliki konsep liputan yang akan dilakukan atau nilai berita apa yang ingin disampaikan.

Memahami peralatan Paham dengan peralatan, terutama kamera, adalah point yang penting sekali. Banyak jenis kamera dengan format beraneka ragam memiliki karakteristik berbeda.

(19)

Seorang kameramen harus paham betul fungsi semua kontrol di kamera. Tentu tidak lucu kalau kameramen kehilangan momen berita penting gara-gara kameramen tersebut susah untuk memfokus kamera atau membuka/menutup iris.

Bahasa Kamera

Bahasa kamera merupakan bahasa standar broadcast internasional. Jadi bahasa ini umum digunakan di stasiun televisi manapun. Shot Orang

ECU : Extreme close-up (shot yang detail)

VCU : Very close-up (shot muka, dari dahi ke dagu) BCU : Big close-up (seluruh kepala)

CU : Close up (dari kepala sampai dada)

MCU : Medium close-up (dari kepala sampai perut)

MS : Medium shot (seluruh badan sebelum kaki) Knee : Knee Shoot (dari kepala hingga lutut) MLS : Medium long shot (keseluruhan badan)

LS : Long shot (keseluruhan, ¾ sampai 1/3 tinggi layar) ELS : Extra long shot (XLS), long shot yang lebih ekstrim

Zoom In : Obyek seolah-olah mendekat ke kameraZoom Out : Obyek seolah-olah menjauh dari kamera

Pan Up : Kamera bergerak (mendongak) ke atas Pan Down : Kamera bergerak ke bawah

Tilt Up : sama dengan pan up Tilt Down : sama dengan pan down Pan Kiri : Kamera bergeser ke kiri Pan Kanan : Kamera bergeser ke kanan

Track In : Kamera track (bergerak) mendekat ke obyek Track Out : Kamera track (bergerak) menjauh dari obyek Dolly In : sama track in

Dolly Out : sama track out

Untuk jenis shot yang sering digunakan adalah : 1. Long Shot atau Full Shot, keseluruhan

2. Wide Shot atau Cover Shot, keseluruhan obyek dalam adegan 3. Close Shot atau Tight Shot, kelihatan detail

4. Shooting Groups of people, bisa single shot, two shot, three shot dst sebagai gambaran keseluruhan.

(20)

Kamera Studio

Kamera jenis ini selain memiliki kemampuan tersendiri juga ada beberapa adjustment yang dikontrol, alat tersebut bernama camera control unit atau lebih dikenal dengan CCU. Seperti system kamera jenis lainnya, kamera studio bertumpu pada pelurusan sirkuit akan tetapi tehnik digital sekarang memiliki pre-set pada semua penyetelan sirkuit terutama pada kamera studio modern.

Karena ukuran kamera studio sangat berat maka kamera studio biasanya terpasang pada dolly

agar bisa berpindah atau digeser secara halus.

Kamera Broadcast Portable Kamera jenis ini lebih ramping, cocok untuk digunakan di studio maupun di lapangan. Dengan lensa zoom dan viewfinder yang lebih besar maka kamera portabel juga digunakan di studio produksi. Dan karena lebih ramping disbandingkan dengan kamera studio, unit kamera ini bisa bekerja di lapangan secara langsung. Kamera portabel memiliki semua sirkuit yang dibutuhkan serta memiliki fungsi-fungsi yang otomatis. Kamera jenis ini juga memiliki videotape recorder sebagai bagian dari body kamera. Kamera Ringan atau Lightweight Camera Untuk kebutuhan dilapangan produsen juga membuat jenis kamera yang ringan. Hampir sama dengan jenis kamera portabel namun jenis kamera ini lebih kecil lagi. Bisa digunakan secara hand-held atau memakai tripod. Kamera Kecil Kamera ini lebih populer dengan nama handycam. Jenisnya kecil, dibuat karena untuk pertimbangan harga yang murah. Digunakan untuk home use, handycam banyak dijumpai di pasaran.

Sinematrography Elektronik Jenis kamera ini adalah jenis kamera televisi yang didisain dengan karakter yang menyerupai kamera film. Menggunakan tape yang selanjutnya di transfer ke dalam bentuk seluloid.

Bagian-bagian Kamera

Kamera televisi secara normal didisain khusus agar cocok untuk aplikasi tertentu. Sebuah kamera studio misalnya, memiliki viewfinder yang besar agar kameramen bisa dengan mudah mengoreksi fokus secara akurat. Seorang kameramen berita akan lebih nyaman dengan kamera yang kompak karena mudah untuk dibawa walaupun harus berpindah-pindah tempat.

Lensa Lensa kamera merupakan “mata” yang berfugsi menerima gambar secara natural. Lensa kamera memiliki peyesuai area, lensa jenis ini disebut lensa zoom., tapi sistim lensa yang fix yang paling banyak digunakan. Beam Splitter (pembagi cahaya) Di dalam sistim tv warna, warna gambar natural sebenanya di bagi menjadi tiga versi identik yakni cahaya berwarna merah, hijau dan biru yang direflesikan dari sebuah subyek. Hal ini bisa dilakukan dengan tiga metode, yakni

• Dichroic mirror • Prisma blok khusus • atau Filter bergaris

Tabung Kamera, solid-state image sensors (CCD) Secara sederhana, urutan teratas kamera televisi memiliki 3 tabung yang terbagi atas componen merah, hijau, dan biru pada gambar berwarna. Informasi gambar secara detail dan brightness (luminance) dipancarkan dari gabungan gelombang warna yang diterima. Kini kamera video memiliki CCD yang canggih, sesuai dengan jenis kamera yg dikeluarkan. Viewfinder Letak viewfinder lajimnya berada di paling atas kamera atau berada di samping kiri kamera. Viewfinder memiliki yayar monochrome atau hitam putih, namun kini ada juga yg telah memiliki layar warna. Mounting

(21)

menyandarkan kamera pada tripod, agar kamera bisa digerakan sesuai keinginan dari kameramen.

Kontrol Kamera

Semua jenis kamera memiliki tiga urutan control :Untuk penyesuaian selama pengambilan gambarPenyesuaian kembali kondisi ketika perubahan diinginkanAtau ketika kamera “didiamkan sendirian”. Pada kamera studio sebagian kontrol distel di CCU yang terpisah dari kamera. Seorang CCU Man akan mengontrol terang gelap serta keseimbangan warna dan lainnya agar gambar yang dihasilkan bisa maksimal. Jadi seorang kameramen akan konsentrasi pada framing saja. Pertanyaanya, bagaimana kalau kameramen menggunakan kamera portabel atau kamera kombo ¿ Siapa yg menadjust setting kamera ¿ Jadi seorang kameramen harus memiliki kemampuan untuk menaddjust atau menyetel setting kamera. Lensa Kamera Lensa kamera adalah mata kamera atau jantung dari kamera itu sendiri, seorang cameraman harus konsen benar. Sistim pada lensa kamera secara normal memiliki tiga penyetelan atau adjustment yang bisa distel secara manual atau semi otomatis. Fokus, penyetelan jarak dimana gambar harus jelas/fokus.f-stop, penyetelan variable diafragma iris di dalam lensaZoom, merubah jarak focal (focal length) disesuaikan berapa banyak pemandangan/ gambar bisa dicapai. Secara keseluruhan yang bisa dilakukan pada control lensa adalah agar gambar atau shot bisa jelas/fokus, gambar bisa memiliki kedalaman atau

depth of field yg baik, shot memiliki sudut yang baik, serta “besar kecilnya” gambar yang diinginkan. Sudut Lensa Umumnya layar televisi memiliki proporsi 4:3. Lensa kamera secara normal bisa mengkap gambar dengan proporsi yang sama, 4:3. Hitungan ini menjadi acuan bagaimana agar kita bisa memanfaatkan lens angle atau sudut lensa. Selain lensa yang normal, terdapat juga narrow lens untuk pengambilan gambar yang jauh serta widelens, untuk mendapatkan gambar lebih lebar lagi. Kontrol Zoom Control zoom berfungsi untuk mendekatkan atau menjauhkan obyek. Pada tombol ini terdapat kode W (wide angle) dan T (Telephoto). Jika tombol zoom ditekan di kode W maka gambar atau obyek kelihatan mendekat (zoom in), jika control zoom dg kode T yg ditekan maka obyek akan menjauh (zoom out). Fokus Untuk membuat gambar menjadi fokus, setel atau adjust lensa dg memutar ring fokus. Hal ini juga bisa disesuaikan dengan merubah control zoom. Fokus juga akan jauh lebih mudah jika obyek yg kita shooting memiliki cahaya yang cukup. f-numbers (f-stops) f-stop sebenarnya bisa dihitung. Ini persis seperti pada lensa photo still (tustel). Angka-angka tersebut adalah f/1.4 2 2.8 4 5.6 8 11 16 22 32. Dalam kenyataanya angka-angka tersebut bisa 3.5 4.5 6.3 biasanya digunakan. Sebagai contoh dalam bukaan pertama dari f/8 ke f/4 artinya gambar lebih terang empat kali lipat. Agar kita memiliki depth of field yang baik harus memiliki pencahayaan yang cukup. Exposure dan Iris Orang sering beranggapan kalau gambar yang bagus adalah gambar yang terang. Pada kenyataanya hal ini tidak selalu benar. Yang benar adalah jika obyek memiliki tones yang benar. Dalam kamera standar memiliki

auto-iris, kalau fasilitas ini di aktifkan, maka secara otomatis lensa akan menyetelnya, rongga lensa terbuka. Fasilitas auto-iris bermanfaat ketika seorang kameramen harus berpindah-pindah tempat dimana pencahayaan belum tentu sama. Sayangnya, jika fasilitas ini dipakai kadangkala obyek menjadi tidak konstan. Jadi baiknya adalah fasilitas ini digunakan pertama kali, selanjutnya gunakan manual iris. Jika pindah lokasi atau pencahayaan berbeda lakukan dg auto iris kembali, estela itu kembali ke manual.

Jenis-jenis Mounting

Monopod Tripod Kamera

(22)

• Tripod Collapsible • Tripod Pneumatic

• Tripod Rolling atau Tripod Dolly Pedestal Kamera Pedestal Field Pedestal Studio Crane Kamera • Crane-arm • Motorized dolly • Large crane Mounting Khusus

Low shot (Low tripod, high hat, camera sled)

High Shot (Camera clamp, Hydraulic platforms, SkyCam)

Perlengkapan yang harus disiapkan sebelum shooting

Agar tidak ada perlengkapan shooting yang ketinggalan, biasanya dibuat Pre-rehearseal checkout list. Diantaranya :

1. Preliminaries (kamera dicek apakah hidup ? atau perlu warm up terlebih dahulu) 2. Kabel Kamera (yakinkan semua kabel bisa berfungsi baik)

3. Mounting/tatakan kamera 4. Viewfinder

5. Cable guards (berfungsi untuk mengamankan kamera) 6. Lens cap (penutup lensa), agar lensa tidak kena debu dsb. 7. Focus (cek apakah fokusnya baik)

8. Zoom (cek apakah zoom bisa berjalan normal) 9. Batere Kamera

10.Kaset 11.Lampu 12.Microphone Pustaka :

1. The Technique Televisión Production, Twelfth Edition, Peral Millerson. Focal Press

2. The Work of The Motion Picture Cameraman, Hasting Houese New York

(23)

Film Satu Shot

In film, a shot is a continuous strip of motion picture film, created of a series of frames, that runs for an uninterrupted period of time. Shots are generally filmed with a single camera and can be of any duration. A shot in production, defined by the beginning and end of a capturing process, is equivalent to a clip in editing, defined as the continuous footage between two edits.

(wikipedia)

Banyak yang bertanya, kenapa film fiksimini “Berpisah” dari karya fiksimini Acha Chan hanya dibuat dengan satu shot. Kenapa satu shot? Inilah salah satu konsep pembuatan film. Tentang pengertian shot, penjelasan wikipedia di atas cukup jelas. Jadi, yang dinamakan satu shot itu pengambilan satu gambar secara kontinyu tanpa ada interupsi cutting, tanpa ada jeda. Ini merupakan metode awal mula sejarah pembuatan film dimana tehnik editing belum ditemukan.

Tapi ternyata konsep ini menjadi salah satu trend. Tentu saja untuk pembuatan film panjang,

sequence shot, atau satu shot ada dalam satu rangkaian adegan cerita. Beberapa video klip menggunakan konsep ini. Bahkan para filmmaker dunia pernah membuat film dengan hanya satu shot saja.

Dalam film “Zerkalo” sutradara Andrei Tarkovsky asal Russia, membuat eksperimen satu shot. Dua anak kecil sehabis makan keluar meninggalkan ruangan meninggalkan meja makan. Botol di atas meja makan terjatuh. Gambar bergerak melewati cermin yang memantulkan gambar dua anak tersebut bediri di depan pintu. Dari ruang berbeda satu anak ke luar menuju halaman belakang. Terlihat seorang perempuan dan laki-laki berdiri melihat gubuk yang terbakar diiringi hujan. Sang anak mendekat untuk ikut melihat kebakaran gubuk tersebut. Dan ini hanya satu shot tanpa terputus.

Tim artistik berperan sangat penting untuk menghidupkan suasana mistis yang diinginkan. Untuk tempat dipilih sebuah ruangan yang diubah menjadi gudang. Ada meja tua di samping jendela dengan barang-barang yang bermakna simbolis di sekitarnya. Lilin, jam klasik, buku, majalah, patung garuda wisnu kencana, topeng, boneka usang di atas bantal dan koran dengan headline; “Penculikan Bayi Makin Meningkat”. Dan yang paling utama adalah klise dan foto.

Dalam film nampak shot dimulai dengan angin yang bertiup kencang mengibaskan tirai dan membuat lilin yang menyala terjatuh lalu membakar klise. Kamera lalu bergerak seakan

(24)

mencari asal suara tangisan yang berasal dari foto. Untuk lebih dramatis foto dibuat menangis darah. Selain karena ‘air mata’ biasa tidak tampak jelas, ‘tangisan darah’ menyimbolkan kesedihan yang teramat dalam. Foto dibuat khusus untuk film ini, menampilkan sosok perempuan dengan ekspresi ‘misterius’.

Apakah adegan di film ini alami? Tentu saja tidak! Angin yang bertiup berasal dari blower yang dioperasikan oleh kru yang bersiap di balik jendela. Untuk menjatuhkan lilin, angin saja tidak cukup. Maka lilin dililit benang dengan rapi dan kru menariknya di balik jendela. Untuk membakar klise, dengan api lilin saja tentu membutuhkan waktu lama. Maka klise sebelumnya disiram dengan minyak Zippo. Nah, saat kamera bergerak ke arah foto ada kru yang bertugas segera memadamkan api agar seluruh properti tidak habis terbakar. Dari mana asal ‘tangisan darah’? Ada dua orang kru yang sekuat tenaga meniup dua selang yang dihubungkan ke kedua mata di foto tersebut. Cairan darah dibuat dari campuran susu yang diberi pewarna tekstil merah. Agar ‘cairan darah’ mudah mengalir sebelum menyuntikan campuran susu terlebih dahulu disuntikan Altis, sejenis cairan antiseptic yang berfungsi untuk pelumas. Setelah itu kedua orang kru meniup selang kuat-kuat. Butuh kerja keras untuk meniupnya karena selang berukuran kecil dengan panjang 2,5 m. Terbayang kan bagaimana ekspresi kru saat meniupnya?

Tentu saja, untuk mendapatkan satu shot yang diinginkan tersebut dibutuhkan kekompakan tim. Selain sutradara dan cameraman, ada 5 orang kru yang bekerja saat pengambilan gambar. Perlu 8 kali take sampai akhirnya sutradara berteriak ‘Cut! And wrap!’ alias bungkuuusss! Pengulangan yang membuat kami perlu mengganti klise 4 kali dan foto 2 lembar. Ternyata repot ya membuat satu shot saja. Tapi ini repot yang menyenangkan. Tidak percaya?! Silakan mencoba!

(25)

Candid Camera, Ada Dimana Kameranya ?

Kita tertawa begitu melihat ada orang yang gak sadar bahwa dia sebetulnya sudah dikerjain di depan kamera. Spontanitas dari perilaku subyek menjadi hal yang menarik karena ada

“kejujuran” yang sudah menjadi barang langka di dunia ini, tapi apakah candid camera benar-benar jujur?

Candid Camera alias kamera tersembunyi, awalnya merupakan nama acara serial televisi yang diproduksi oleh Allen Funt, sebelumnya adalah acara di radio Candid Microphone yang dimulai pada Juni 1947 tahun yang lalu. Setahun kemudian Allen memproduksi untuk acara televisi, ditayangkan untuk beberapa stasiun televisi termasuk pada jaringan televisi kabel (source: wikipedia). Sukses ini ditiru oleh banyak televisi di dunia, dan tentu saja termasuk di Indonesia. Konsep candid camera sudah dipatentkan sama si empunya konsep, artinya jika akan membuat acara yang sama harus minta izin dengan membeli royalti. Alih-alih demikian, yang ada banyaknya yang “nyolong” begitu saja walaupun dengan dalih modifikasi….upsss

tapi bukan ini bahasan kita, tentang hak cipta akan menjadi bahasan lain. Reportase Investigasi

Pada perkembangannya, metode kamera tersembunyi dipakai untuk membuat acara televisi reportase investigasi. Menggunakan konsep ini, karena tidak semua subyek “rela” diliput untuk menjadi bahan tayangan, maka kamera tersembunyi adalah salah satu solusinya. Dengan kamera tersembunyi, target tidak menyadari kalau aktivitas dia sedang direkam. Pengamanan ketat di rumah tahanan Salemba, bisa dengan begitu mudah “diakali” dengan investigasi hidden camera. Pesta narkoba dengan begitu jelas terekam oleh salah satu kamera yg “dititipkan” pada orang yang punya akses di dalam rutan. Video ini sempat ditayangkan di salah satu tv swasta di Indonesia dan mendapat tanggapan yang luas dari penonton. Kenapa kamera bisa lolos dari pemeriksaan petugas rutan? Karena alat perekam audio visual tersebut dibawa dengan cara disembunyikan. Itulah salah satu tehnik investigative reporting, dengan benar-benar melakukan investigasi dalam peliputan pada subyek atau pada nara sumbernya, bukan seperti pada salah satu acara infotaintmen yang punya judul dengan embel-embel investigasi padahal tidak melakukan investigasi samasekali.

Reality Show

Tidak ada catatan yang pasti apakah konsep candid camera ini pertama kali digunakan untuk acara reportase investigasi atau reality show. Tapi lagi-lagi, di televisi Amerikalah pertama kali acara reality show ditayangkan. Tidak semua acara reality show memakai konsep kamera tersembunyi, tapi memang sebagian besar memakai tehnik ini dengan tujuan agar acara lebih kelihatan real. Karena sudah banyaknya acara reality show termasuk di Indonesia yang menggunakan tehnik ini, maka penonton “merasa” bahwa semua reality show menggunakan tehnik candid.

(26)

Menyembunyikan Kamera

Secara teknis, saat ini seharusnya tidak sulit sebetulnya untuk menyembunyikan kamera. Jika jaman dulu kamera berukuran besar, sehingga perlu penganan khusus untuk benar-benar menyembunyikan kamera. Kini banyak jenis kamera yang didesain secara compact, kamera ukuran kecil tapi dengan resolusi gambar yang baik.

Kalau dibagi dua dalam hal perencanaannya, ada acara televisi yang terencana dan ada yang “tidak terencana” (unplan). Konsep candid camera sebaiknya direncanakan dengan baik bahkan melebihi dari apa yang biasanya dilakukan pada acara televisi yang terencana lainnya. Kenapa demikian? Karena akan banyak hal yang terjadi yang “tidak terduga” sebelumnya, ini yang dinamakan momen. Jadi, yang perlu diperhatiakan ketika akan memproduksi acara candid adalah bagaimana mensiasati untuk bisa menangkap momen.

(27)

Gak seperti halnya shooting dalam keadaan normal, shooting dengan konsep candid camera tentu saja tidak boleh ketauan oleh subyek atau target. Caranya? Yang dengan menyembunyikan kamera tersebut.

Berdasarkan lokasi, maka ada dua jenis tempat yakni dalam ruangan dan luar ruangan. Di luar ruangan atau outdoor, penempatan kamera akan lebih sulit ketimbang di dalam ruangan atau indoor. Penempatan kamera di luar ruang, karena bersifat terbuka maka ada tehnik lain ketimbang bagaimana menempatkan kameranya. Teknis itu yakni penyamaran seoranag cameraman ketika sedang melakukan pengambilan gambar secara candid. Tapi yang paling umum kamera diletakan di dalam tas yang didesain khusus agar kamera tetap bisa melakukan perekaman.

Kamera tersembunyi akan lebih mudah jika dilakukan di dalam ruangan, properti yang ada dalam ruangan bisa dijadikan untuk tempat meletakan kamera. Di ruang tamu, kamera bisa diletakan di antara hiasan yang ada di ruang tersebut. Di dalam kamar, kamera disembunyikan di lampu penerangan kamar. Sedangkan di dapur, kamera bisa diset diantara perabotan dapur.

(28)

Yang dimaksudkan penyamaran tentu saja penyamaran yang dilakukan oleh cameraman yang melakukan pengambilan gambar secara candid. Kalau pengambilan gamar dilakukan di sebuah mall maka baiknya cameraman menyamar menjadi salah seorang pengunjung mall demikian juga jika dilakukan di tempat hiburan lainnya. Intinya, dengan penyamaran demikian tidak akan menaruk curiga pada siapapun jika kita sebetulnya sedang melakukan pengambilan gambar bahkan pada target yang kita ambil gambarnya.

Banyak Kamera

Momen tidak akan terulang dua kali, momen harus bisa ditangkap dengan jelas. Maka, biasanya acara dengan konsep hidden camera akan menggunakan lebih dari satu kamera. Dengan menggunakan lebih dari satu kamera, dimungkinkan untuk bisa menangkap semua momen yang terjadi bahkan momen yang tidak terduga.

Gambar

Gambar 2  Gambar Ilustrasi : Rety Palupi
Gambar Ilustrasi dari Om Gerald

Referensi

Dokumen terkait

SKRIP JAWAPAN & JADUAL SPESIFIKASI UJIAN DIAGNOSTIK

[r]

Untuk setiap usulan yang telah didaftarkan dalam sistem (baik yg lengkap atau tidak lengkap, serta yang didanai atau tidak didanai) dihitung sebagai penggunaan kuota usulan. 

Baru, pada tanggal 24 Oktober 2014 Akar Foundation melakukan konsultasi Publik dan mengajukan Draf Naskah Akademik dan Rancangan Peratura Daerah (Raperda) tentang

The remainder of the chapter is organized as follows. Algorithms for the integer factoriza- tion problem are studied in § 3.2. Two problems related to factoring, the RSA problem and

Ancaman terbesar untuk bangunan tinggi berasal dari beban yang ditimbulkan oleh gempa bumi yang merupakan salah satu faktor yang akan menyebabkan kerusakan pada

Istilah tasawuf berasal dari kata al- shafâ’ yang artinya kesucian, sebagai makna bahwa para sufi telah menyucikan akhlak mereka dari noda-noda bawaan, dan..

- Memberikan pengertian dan keyakinan kepada peserta didik bahwa bahasa Arab merupakan anugerah Allah SWT dan sebagai seorang muslim sepatutnya mampu memahami dan