I. Pendahuluan
Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Rumah Sakit ini bertujuan meningkatkan akses, kualitas, dan keamanan pelayanan KB di rumah sakit. Dokumen ini merujuk pada kesepakatan internasional dalam International Conference on Population and Development (ICPD) 1994 yang menekankan peran subyektif individu dalam pengendalian kependudukan. Pedoman ini penting karena data Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan pencapaian program KB yang masih perlu ditingkatkan, termasuk angka penggunaan kontrasepsi dan unmet need. Pedoman ini juga mempertimbangkan desentralisasi urusan pemerintahan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 dan PP No. 41 Tahun 2007 yang mengatur urusan pemerintahan bidang KB dan keluarga sejahtera di tingkat daerah. Dokumen ini berfungsi sebagai panduan bagi pemerintah daerah, rumah sakit, Dinas Kesehatan, tenaga kesehatan, dan lembaga terkait dalam pelaksanaan pelayanan KB yang efektif dan efisien.
1.1 Latar Belakang
Dokumen ini membahas latar belakang pentingnya pedoman pelayanan KB di rumah sakit, mengingat peran penting rumah sakit sebagai rujukan utama pelayanan KB, khususnya untuk kasus-kasus komplikasi dan metode KB yang tidak tersedia di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Dokumen ini juga menyoroti perlunya peningkatan kualitas pelayanan KB di rumah sakit untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) mengenai angka kematian ibu (AKI) dan penggunaan kontrasepsi. Kurangnya komitmen politik dan sumber daya manusia yang terampil juga menjadi tantangan yang dibahas dalam konteks desentralisasi program KB ke pemerintah daerah. Pedoman ini juga menunjuk pada Pedoman Penyelenggaraan RS 2008 dan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Nomor 129 tahun 2008 sebagai acuan penting.
1.2 Tujuan
Tujuan umum pedoman ini adalah meningkatkan akses, kualitas, dan keamanan pelayanan KB di rumah sakit. Tujuan khususnya meliputi penyediaan tatalaksana administrasi dan manajemen, sistem pelayanan dan rujukan termasuk Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), koordinasi dan kerjasama, panduan fasilitas dan sarana prasarana, panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan, serta panduan pola pembiayaan.
1.3 Ruang Lingkup, Sasaran, dan Pengertian Istilah
Ruang lingkup mencakup semua jenis pelayanan kontrasepsi, penanganan efek samping dan komplikasi, aborsi aman sesuai indikasi medis, dan penanganan infertilitas. Sasarannya meliputi pasangan usia subur, klien rujukan, klien pasca persalinan dan keguguran, pasangan infertil, dan masyarakat umum. Dokumen ini juga mendefinisikan istilah-istilah kunci seperti Keluarga Berencana, Rumah Sakit, Instalasi, Pelayanan Medik, Peralatan Medis, Pelayanan Kontrasepsi, Kontrasepsi Mantap, dan Pelayanan KB di Rumah Sakit, memastikan pemahaman yang konsisten di kalangan pembaca teknis.
II. Pengorganisasian
Bagian ini menjelaskan struktur organisasi dan tugas pokok fungsi dalam pelayanan KB di rumah sakit. Struktur organisasi bervariasi bergantung pada kepemilikan rumah sakit (vertikal, daerah, TNI/POLRI, swasta). Pelayanan KB di rumah sakit dijalankan secara terpadu oleh tim/pokja yang terdiri dari berbagai unit, seperti bagian kebidanan & kandungan, bedah, penyakit dalam, dan farmasi. Tugas pokok dan fungsi dijelaskan secara detail untuk Direktur Utama, penanggung jawab PKBRS, penanggung jawab layanan medis KB, penanggung jawab promosi, penanggung jawab administrasi, dan Instalasi/Bagian Farmasi RS. Diagram struktur organisasi yang diberikan sebagai ilustrasi memperjelas alur koordinasi dan instruksi dalam tim PKBRS.
2.1 Struktur Organisasi
Dua contoh diagram struktur organisasi PKBRS disajikan untuk menggambarkan variasi struktur organisasi yang mungkin terdapat di rumah sakit dengan kepemilikan berbeda. Struktur organisasi ini melibatkan Direktur Utama, Komite Medik, Direktur Yanmed, dan tim/pokja PKBRS yang terdiri dari berbagai instalasi/bagian rumah sakit. Bagan tersebut menunjukkan garis koordinasi dan instruksi untuk memastikan alur kerja yang jelas dan terkoordinasi dalam pelaksanaan pelayanan KB.
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi
Bagian ini menjabarkan tugas dan fungsi setiap unit/individu dalam tim PKBRS, mulai dari Direktur Utama hingga unit/bagian lain yang terlibat. Penjelasan detail mengenai tanggung jawab masing-masing unit memastikan pemahaman yang jelas mengenai peran dan kewajiban dalam pelaksanaan pelayanan KB. Ini mencakup perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelayanan KB di rumah sakit.
III. Pelayanan KB di Rumah Sakit
Bab ini menjelaskan klasifikasi pelayanan KB di rumah sakit, kompetensi tenaga kesehatan, sistem pelayanan, alur dan prosedur pasien, sarana prasarana dan peralatan, pencatatan dan pelaporan, serta sistem rujukan. Klasifikasi pelayanan meliputi pelayanan KB lengkap, sempurna, dan paripurna, dengan spesifikasi tenaga kesehatan dan fasilitas yang dibutuhkan untuk setiap tingkatan. Alur dan prosedur pasien dijelaskan secara rinci, mulai dari kedatangan pasien hingga pemantauan pasca tindakan. Diagram alur pasien dan tabel spesifikasi sarana, prasarana, dan peralatan memberikan gambaran yang jelas dan sistematis.
3.1 Klasifikasi Pelayanan KB di RS
Pedoman ini mengklasifikasikan pelayanan KB di RS menjadi tiga tingkatan: lengkap, sempurna, dan paripurna. Setiap tingkatan dibedakan berdasarkan jenis pelayanan kontrasepsi yang ditawarkan, tingkat kompleksitas penanganan komplikasi dan efek samping, serta ketersediaan tenaga ahli dan peralatan medis. Klasifikasi ini membantu rumah sakit dalam menentukan jenis dan kualitas pelayanan KB yang dapat mereka berikan sesuai dengan kapasitas dan sumber daya yang tersedia.
3.2 Kompetensi Tenaga
Dokumen ini menjabarkan kompetensi tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk setiap jenis pelayanan KB, mulai dari dokter spesialis (SpOG, SpB, SpU, dll.) hingga bidan dan perawat terlatih. Penjelasan ini penting untuk memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat memiliki kualifikasi dan kemampuan yang memadai untuk memberikan pelayanan KB yang aman dan efektif. Ini juga membantu dalam perencanaan sumber daya manusia untuk pelayanan KB di rumah sakit.
3.3 Sistem Pelayanan, Alur dan Prosedur Pasien
Pedoman ini menekankan pelayanan KB yang terpadu dan berorientasi pada keselamatan pasien melalui pendekatan ‘one stop service’. Alur dan prosedur pasien dijelaskan secara detail dengan diagram alur dan uraian langkah-langkah yang harus diikuti. Ini meliputi identifikasi klien, KIE, konseling, penapisan medis, pelayanan kontrasepsi, pemantauan medis, dan kunjungan kontrol. Penjelasan yang rinci ini memastikan konsistensi dan kualitas pelayanan KB di rumah sakit.
3.4 Sarana, Prasarana dan Peralatan
Dokumen ini memberikan daftar terperinci sarana, prasarana, dan peralatan yang dibutuhkan untuk pelayanan KB di rumah sakit, diklasifikasikan berdasarkan jenis dan tingkat pelayanan KB. Tabel yang disajikan membantu rumah sakit dalam merencanakan dan menyediakan fasilitas yang memadai. Ini mencakup ruangan, peralatan medis, peralatan non-medis, dan persediaan alat kontrasepsi (Alokon).
3.5 Pencatatan dan Pelaporan, Sistem Rujukan
Pedoman ini menjelaskan mekanisme pencatatan dan pelaporan pelayanan KB di rumah sakit, baik menggunakan formulir BKKBN maupun Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Sistem rujukan dijelaskan untuk memastikan penanganan kasus-kasus yang membutuhkan perawatan lebih lanjut atau spesialis tertentu. Penjelasan mengenai jenis laporan yang harus dibuat dan kepada siapa laporan tersebut disampaikan memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan KB.
IV. Konseling, Hubungan Kerja, Pembiayaan
Bab ini menjelaskan pentingnya konseling dalam pelayanan KB, hubungan kerja dengan institusi lain, dan sumber pembiayaan. Konseling menekankan pendekatan informed choice, dengan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK). Hubungan kerja mencakup koordinasi dan kerjasama teknis medis dengan berbagai instansi dan organisasi profesi. Sumber pembiayaan meliputi APBN, APBD, biaya mandiri, dan asuransi. Bagan hubungan kerja memberikan gambaran visual mengenai jaringan kerja yang luas dalam pelayanan KB di rumah sakit.
4.1 Konseling
Bab ini menjelaskan proses konseling yang efektif dalam pelayanan KB, menekankan pentingnya membangun hubungan baik dengan klien, menggali informasi, memberikan informasi yang komprehensif, membantu pengambilan keputusan, dan melakukan tindak lanjut. Pedoman ini juga menyoroti ketrampilan konseling yang harus dimiliki petugas, seperti penggunaan pertanyaan terbuka, pemberian informasi yang jelas, dan jaminan kerahasiaan klien. Penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) juga dijelaskan sebagai alat bantu penting dalam proses konseling.
4.2 Hubungan Kerja dalam Pelayanan KB RS
Bagian ini menggarisbawahi pentingnya koordinasi dan kerjasama antara rumah sakit dengan berbagai institusi terkait, seperti BKKBN, Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah, asuransi, dan LSM. Bagan hubungan kerja memperjelas jaringan kerja yang kompleks ini, meliputi aspek promosi, pembiayaan, penyediaan sumber daya manusia, dan pelaporan. Kerjasama dengan organisasi profesi untuk peningkatan kualitas layanan juga dibahas.
4.3 Pembiayaan
Bab ini menjelaskan berbagai sumber pembiayaan pelayanan KB di rumah sakit, termasuk APBN, APBD, biaya mandiri, dan berbagai jenis asuransi. Ini membantu rumah sakit dalam merencanakan dan mengelola keuangan untuk pelayanan KB. Komponen biaya pelayanan juga dijabarkan untuk memastikan transparansi dalam pengelolaan keuangan.
V. Pengendalian Mutu, Monitoring dan Evaluasi, Pengembangan Pelayanan
Bab ini menjelaskan bagaimana pengendalian mutu, monitoring dan evaluasi, dan pengembangan pelayanan dilakukan untuk memastikan kualitas dan keberlanjutan pelayanan KB di rumah sakit. Pengendalian mutu mencakup evaluasi internal dan eksternal, serta akreditasi. Monitoring dan evaluasi menggunakan data pencatatan dan pelaporan, serta pertemuan berkala. Pengembangan pelayanan meliputi pengembangan SDM, sarana prasarana, dan layanan itu sendiri. Ini termasuk riset operasional, pengembangan kemitraan, dan program mobil service.
5.1 Pengendalian Kualitas Pelayanan
Bagian ini menjelaskan mekanisme pengendalian kualitas pelayanan KB di rumah sakit, meliputi evaluasi internal (self-assessment) dan eksternal (pemantauan oleh Tim Jaga Mutu), serta akreditasi rumah sakit. Penjelasan ini menekankan pentingnya pemantauan berkelanjutan untuk memastikan kualitas pelayanan yang konsisten dan berkelanjutan.
5.2 Monitoring dan Evaluasi
Bab ini menguraikan pentingnya monitoring dan evaluasi dalam memastikan efektivitas program KB di rumah sakit. Mekanisme pemantauan meliputi analisis data pencatatan dan pelaporan, serta pertemuan koordinasi. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk mengukur kinerja dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
5.3 Pengembangan Pelayanan
Bagian ini membahas strategi pengembangan pelayanan KB di rumah sakit untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan. Pengembangan ini meliputi pengembangan SDM melalui pelatihan dan sertifikasi, pengembangan sarana dan prasarana, serta pengembangan layanan melalui riset operasional, kemitraan, dan program mobil service. Program mobil service dijelaskan secara detail, termasuk tata cara pelayanan dan mekanisme koordinasi.
VI. Penutup
Bab penutup menekankan pentingnya PKBRS sebagai prioritas dalam program KB nasional dan perlunya dukungan dari semua pihak. Pelayanan KB di rumah sakit harus berorientasi pada keselamatan dan keamanan pasien, dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait.
Referensi Dokumen
- Pedoman Tata Cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional ( Direktorat Pelaporan dan Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional )
- Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2 ( Saifuddin AB, Affandi B, Baharuddin M, Soekir S, ed. )
- Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia
- Himpunan Perundang-Undangan di Bidang Pelayanan Medik ( Ditjen Bina Pelayanan Medik, Depkes RI )
- Petunjuk Pelaksanaan Mobil Unit Pelayanan KB BKKBN Seluruh Indonesia ( Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional )
- Pedoman Tata cara Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi Program KB Nasional ( Departemen Pelaporan & Statistik, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional )
- Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit ( Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional )