• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN KENDALI MUTU RADIOLOGI OKE.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN KENDALI MUTU RADIOLOGI OKE.docx"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah berkembang dengan pesat, namun hal ini belum membuahkan hasil yang memuaskan dan belum dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat karena berbagai hambatan dan kendala, terutama dalam menghadapi desentralisasi dan globalisasi saat ini.

Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh berbagai sarana kesehatan pada berbagai tingkat pelayanan baik pemerintah maupun swasta juga belum merata dan belum sepenuhnya dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pengguna jasa dan masyarakat.

Untuk mengatasi berbagai hal tersebut di atas maka mutu pelayanan kesehatan harus ditingkatkan, karena dengan dilakukannya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berkesinambungan akan meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup individu dan derajat kesehatan masyarakat,

Kebijakan jaminan mutu pelayanan kesehatan akan menjadi pedoman bagi semua pihak dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang dimaksudkan adalah pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan penunjang kesehatan

Pelayanan radiologi merupakan pelayanan yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit. Pengendalian mutu adalah salah satu proses deteksi dan koreksi adanya penyimpangan, hasil uji, dilakukan segera setelah terjadi pemeriksaan sehingga mutu pelayanan radiologi dapat ditingkatkan. Kegiatan perbaikan dapat dilakukan dengan tahapan identifikasi masalah, analisis penyebab dan pemilihan pelaksanaan tindakan perbaikan.

Mutu pelayanan kesehatan utamanya pelayanan radiologi yang

diselenggarakan oleh berbagai sarana pelayanan kesehatan pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta belum merata dan belum sepenuhnya pelayanan sesuai apa yang diharapkan.

Kendali mutu (Quality Control) radiologi diharapkan akan dapat mengendalikan persoalan yang berkaitan dengan kualitas gambar dan eksposi yang diterima pasien. Dengan adanya pedoman kriteria kualitas yang dapat diterapkan dalam satu fasilitas pelayanan, maka kualitas gambar ataupun dosis pasien dapat diukur atau dibandingkan dengan ukuran yang ada pada pedoman, sehingga ini adalah satu bentuk pendekatan dengan dasar yang kuat dalam rangka menjaga kinerja fasilitas pelayanan radiologi diagnostik melalui program kendali mutu.

Radiologi berkembang sebagai subspesialisasi dalam ilmu kedokteran sejak awal abad 19 dengan ditemukannya sinar X oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Selama 50 tahun perkembangan radiologi adalah membuat film dari sinar X yang menembus objek yaitu dengan menggunakan kaset. Di Indonesia, penggunaan alat rontgen sudah lama yaitu sejak 1898 oleh tentara Belanda di Aceh dan Lombok.

(2)

2

Kemudian alat rontgen digunakan di RS militer dan pendidikan. Orang Indonesia pertama yang menggunakan alat rontgen adalah RM Notokworo yang lulus dari Universitas Leiden, Belanda. Pada tahun 1939, Prof WZ Johanes mendapatkan brevet ahli radiologi dari STOVIA. Beliau dianggap sebagai Bapak Radiologi Indonesia karena mendidik ahli radiologi Indonesia antara lain Prof GA Siwabessy dan Prof Syahriar Rasyad. (Rasyad, S. 1988)

Penemuan kontras oral dan injeksi pada tahun 1908-1912, membuat dokter bisa melihat organ seperti kolon, gaster dan vaskuler.

Sejak tahun 1960 ultrasonografi dikembangkan dengan prinsip sonar, yaitu menggunakan gelombang suara untuk memeriksa organ tubuh. Sejak saat itu ditemukan perkembangan yang pesat dari mulai organ superfisial,vaskuler serta organ dalam. Teknik imejing digital kemudian mulai dikembangkan sejak ditemukannya CT scan (Computed Tomography) oleh Godfrey Hounsfield tahun 1970. Teknik imejing digital ini menggunakan komputer sebagai pengolah data dan direkonstruksi kembali. Teknik imejing digital berkembang dengan sangat cepat, mulai dari single slice sampai multislice. Teknik imejing digital sangat menolong para klinikus dan ahli bedah karena dapat merekonstruksi organ seperti vaskuler, kolon, tulang dan potongan multidimensi. Keuntungan teknik imejing digital antara lain, dapat mengurangi dosis radiasi, menghasilkan imejing yang sangat tajam resolusinya karena dapat dimanipulasi dengan komputer, dapat dikirim dalam jaringan komputer yang tersedia, serta dapat disimpan dalam bentuk CD/DVD/HD sehingga lebih tahan lama.

Penggunaan nuklir sebagai diagnostik dan pengobatan di Indonesia dimulai sejak tahun 1971 di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, kemudian berkembang di Yogyakarta, Semarang, dan kota-kota lain. Sejak tahun 1975 mulai dikembangkan teknologi PET Scan dimana teknik ini menggunakan positron yang dihasilkan oleh siklotron untuk mendeteksi metabolisme di dalam tumor. PET scan menggunakan alat lain yaitu CT untuk mapping dari organ tubuh. Kegunaan PET scan antara lain dapat mendeteksi tumor, untuk rencana tindak lanjut terapi dan untuk menentukan derajat kanker.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaga nukliran 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 3. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1997 tentang Tenaga Kesehatan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan

Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion

6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 780/Menkes/PER/VIII/2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi

(3)

3

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

C. TUJUAN

 Tujuan Umum :

Meningkatkan mutu pelayanan radiologi yang diselenggarakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.

 Tujuan Khusus :

1. Sebagai acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan radiologi secara sistematik dan terarah.

2. Sebagai acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan kendali mutu peralatan radiologi.

3. Meningkatkan kinerja pelayanan radiologi.

D. SASARAN

1. Rumah Sakit..

2. Balai Kesehatan Paru Masyarakat .

3. Praktek Perorangan/berkelompok dokter spesialis/dokter gigi spesialis. 4. Balai Besar Laboratorium Kesehatan/Balai Laboratorium Kesehatan. 5. Laboratorium Kesehatan Swasta.

6. Klinik Medical Check Up.

7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya sesuai dengan Ketetapan Menteri Kesehatan.

E. PENGERTIAN

1. Pelayanan radiologi adalah pelayanan medik yang menggunakan semua modalitas energi radiasi pengion, dan non-pengion, serta radiologi intervensi, untuk diagnosis dan terapi, antara lain teknik pencitraan dan penggunaan emisi radiasi dengan sinar X, radioaktif, ultrasonografi, radiasi radio frekuensi elektromagnetik, intervensi vaskuler dan non-vaskuler.

2. Kendali mutu (Quality Control) radiologi adalah bagian dari jaminan mutu radiologi yang langsung berkaitan dengan pengukuran – pengukuran secara fisika dari kinerja fasilitas dan tidak secara langsung berhubungan dengan kualitas gambar yang diharapkan.

(4)

4 BAB II

MANAJEMEN MUTU PERALATAN RADIOLOGI A. DEFINISI MANAJEMEN MUTU

Sebuah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang luas, di dalamnya terdapat jaminan mutu (Quality

Assurance), peningkatan kualitas yang dilakukan melalui lewat sebuah

program untuk melaksanakan serta mengevaluasi sebuah Mutu (Quality

Control) dengan menggunakan berbagai metodologi dan teknik yang dilakukan

secara berkesinambungan.

B. TUJUAN MANAJEMEN MUTU

Manajemen mutu bertujuan untuk menghasilkan suatu pencitraan diagnostik dengan mutu terbaik, nilai klinis yang akurat, radiasi minimal dan aman untuk semua pihak yang terlibat.

C. MANFAAT MANAJEMEN MUTU

Mendapatkan optimalisasi peralatan, sumber daya manusia (SDM), efisiensi biaya dan mutu pelayanan.

D. RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU

Ruang lingkup manajemen mutu dijabarkan dalam program kendali mutu yang meliputi pengujian kinerja :

1. Acceptance Test (alat “baru” sebelum digunakan) dilakukan oleh vendor

dan fisikawan medik dari pengguna.

2. Comissioning Test (uji coba kesesuaian untuk tes fungsi/uji fungsi) dilakukan oleh BPFK dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

3. Monitoring Test (daily, weekly, monthly/semi annual, annual) : alat yang

khusus terhadap “alat setelah digunakan selang kurun waktu tertentu”,

dilakukan oleh :

a. Daily/weekly : radiografer, fisikawan medik, dokter spesialis radiologi dari pengguna.

b. Monthly/Semi annual : Fisikawan medik dari pengguna

c. Annual : dilakukan oleh BPFK dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

4. After Repair/Replacement Test (setelah perbaikan) alat yang sedang mengalami malfungsi atau tidak bekerja sebagaimana spesifikasinya, dilakukan oleh vendor, fisikawan medik pengguna, BPFK dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.

(5)

5 E. PRINSIP DASAR MANAJEMEN MUTU

Kegiatan manajemen mutu pada dasarnya terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta pengendalian. Komponen yang harus ada dalam prinsip dasar manajemen mutu adalah :

1. Komite jaminan mutu 2. Kebijakan manajemen 3. Standar mutu citra 4. Petunjuk penggunaan 5. Audit mutu

6. Pertanggungjawaban 7. Spesifikasi pembelian

8. Pengawasan dan pemeliharaan peralatan 9. Evaluasi pencatatan

10. Pelatihan untuk sumber daya manusia 11. Peninjauan kembali

Hasil kendali mutu peralatan radiologi dilaporkan kepada Tim Manajemen Mutu, sesuai dengan peraturan yang berlaku di masing-masing rumah sakit.

Langkah-langkah kegiatan manajemen mutu : 1. Penentuan Kebijakan

2. Pembentukan Tim jaminan mutu yang terdiri dari : a. Dokter spesialis Radiologi konsultan Intervensi b. Radiografer

c. Petugas proteksi radiasi / Fisika medik d. Perawat

e. Teknisi alat.

f. Petugas administrasi 3. Spesifikasi alat saat pembelian 4. Prosedur tetap operasional alat

5. Prosedur tetap bila ada kerusakan emergency pada alat

6. Audit mutu peralatan radiologi intervensional (diagnostik – terapi) 7. Pencatatan, Pemeliharaan dan pengawasan mutu citra

8. Pencatatan, Pemeliharaan dan pengawasan alat maupun keluaran radiasi.

9. Monitoring dosis paparan radiasi pada pasien

10. Monitoring dosis paparan radiasi pada pekerja radiologi intervensional 11. Pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja yang terjadi

12. Pelatihan berkala pada petugas yang bekerja di ruang radiologi intervensional

(6)

6

F. TINGKAT PROGRAM KENDALI MUTU

Tingkat program kendali mutu : Tingkat 1 : Non-invasif, sederhana.

- Program pengujian kinerja alat.

- Bersifat sederhana dan tidak menyangkut perbaikan

- Dapat dikerjakan oleh radiografer

Tingkat 2 : Non-invasif, kompleks.

- Bersifat lebih kompleks tetapi belum menyangkut perbaikan.

- Sebaiknya dikerjakan oleh radiografer bersertifikasi dalam prosedur kendali mutu.

- Peralatan uji yang dipakai lebih canggih seperti : Multifunctional meters, atau

Computerized Multifunction Unit.

Tingkat 3: Invasif, kompleks

- Bersifat sangat kompleks, sudah menyangkut perbaikan atau koreksi vital maupun kalibrasi.

- dikerjakan oleh tenaga berkualifikasi sarjana teknik … (elektro medik???)

(7)

7 BAB IV

PROGRAM KENDALI MUTU PERALATAN IMEJING RADIOLOGI ULTRASONOGRAFI (USG)

A. PENDAHULUAN

Pesawat ultrasonografi telah sering digunakan sebagai modalitas penunjang medis dalam penegakan suatu diagnosis. Modalitas ultrasonografi ini cukup disenangi karena memiliki banyak keunggulan misalnya, bersifat non-invasif, tidak menimbulkan radiasi, memberikan gambaran jaringan lunak yang lebih jelas dibandingkan foto rontgen konvensional dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Karena tingkat okupasi alat ini cukup tinggi, maka untuk memastikan alat ini bekerja dengan maksimal perlu dilakukan kendali mutu secara periodik.

Gambar 3. Jenis-jenis kerusakan yang ditemui

Sering kali menjadi argumentasi apakah perlu dilakukan kendali mutu terhadap pesawat ultrasound dengan alasan kerusakan akan segera terlihat oleh operator ketika memeriksa pasien langsung. Namun alangkah lebih baik, jika kerusakan tersebut dikenali lebih dulu sebelum merugikan pasien yang diperiksa.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lu, Zeng F. (2004), tiga besar kendala yang sering adalah image uniformity (30%), mechanical check (27%), dan image display soft/hard copy quality (21%). Dengan kendali mutu yang berkelanjutan, kendala tersebut dapat diminimalisir.

B. BASELINETEST

Baseline test adalah suatu uji yang menggambarkan indikator kinerja

puncak dari kualitas pencitraan suatu pesawat USG. Hasil dari baseline test ini akan digunakan sebagai control setting pada tes-tes berikutnya. Perubahan

Image uniformity test, 30%

Mechanical checks, 27% Image display soft

/ hard copy quality, 21% Poor spatial and

contrast resolution, 9% Doppler , 6% Software problem , 4% Maximum depth of visualization reduction, 3%

(8)

8

yang halus dalam kualitas pencitraan dapat dideteksi dengan

membandingkannya dengan nilai baseline test ini. Waktu yang terbaik untuk melakukan tes ini adalah sesaat setelah mesin baru selesai diterima dan dipasang. Atau bila tidak memungkinkan, tes dapat dilakukan setelah servis berkala yang dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berkualitas.

Jaringan phantom yang baik dibutuhkan dalam proses control

setting. Dalam proses control setting, scan phantom seolah-olah itu adalah

pasien dan dan sesuaikan pengaturan alat yang terbaik secara klinis. Pastikan pengaturan alat dilakukan dengan kondisi pencahayaan ruangan yang akan dipakai sehari-hari. Pencahayaan ruangan yang sama juga harus digunakan pada saat kendali mutu berikutnya dilaksanakan. Jika pengaturan alat sudah selesai, dokumentasikan seluruh hasilnya serta simpan seluruh pencitraan yang dihasilkan, tandai sebagai ‘baselineimage’. Dokumen ini digunakan sebagai perbandingan pada saat tes-tes berikutnya.

Pada beberapa mesin tertentu, dimungkinkan untuk melakukan

pemograman pengaturan yang diinginkan dalam file yang ditentukan pengguna. Ketika file dipanggil kembali, mesin secara otomatis akan menyesuaikan semua pengaturan pencitraan kembali sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan.

Action level merupakan indikator nilai kualitas pencitraan, dimana

tindakan korektif harus segera diambil sebelum mencapai defect level dimana alat tersebut sudah tidak akurat untuk digunakan. Biasanya action level berkisar 75% dibawah defect level.

C. DESAINPHANTOM

Sebagian besar dari tes kendali mutu dilakukan dengan menggunakan satu atau lebih phantom USG. Jika menggunakan dua phantom atau lebih, adalah penting untuk konsisten untuk menggunakan phantom yang sama pada tes-tes berikutnya. Misalnya jika dua phantom yang digunakan untuk tes yang berbeda, tetapi keduanya memiliki satu set filamen yang digunakan untuk tes tertentu (misalnya, filament horizontal), maka hanya satu dari kedua phantom tersebut yang akan digunakan phantom akurasi jarak horizontal.

Phantom yang ideal untuk prosespengujian harus terbuat dari material

tissue mimicking (TM) yang mempunyai karakteristik: speed of sound 1540 ±

10 m/s pada suhu 22°C, attenuation coefficient 50.5-0,7 dB/cm/MHz, dan echogenitas serta tekstur pencitraan yang menyerupai parenkim hati.

(9)

9

Sayangnya banyak material TM berbahan dasar air yang memungkinkan proses dehidrasi dari waktu ke waktu, mengakibatkan perubahan dalam karakteristik speed of sound dan attenuation coefficient. Kemajuan terbaru dalam teknologi pembuatan phantom dengan menggunakan segel untuk mengurangi masalah dehidrasi tersebut namun tidak dapat mengatasi masalah ini sepenuhnya. Sebagai tolak ukurnya, phantoms yang memiliki kecepatan suara yang berbeda dari 1540 m/s akan menghasilkan fokus yang tidak akurat sehingga tidak dapat digunakan sebagai phantom kendali mutu.

D. TES KENDALI MUTU

Tes kendali mutu ini dibagi menjadi dua bagian: 1. Frequently Perform Test

Tes ini dilaksanakan setiap 3 bulan sekali dengan menggunakan transducer yang biasa dan setiap 1 tahun sekali dengan menggunakan semua jenis

transducer yang tersedia.

a. Physical and mechanical inspection 1) Tujuan

Menilai komponen keras (hardware) dari alat USG 2) Alat dan bahan

Tidak ada 3) Prosedur

Periksa perangkat keras berikut

a) Transducers: periksa kabel, housing, dan transmitting surface dari keretakan serta konektor. Pastikan pergerakannya permukaannya lembut dan bebas dari getaran dan kemungkinan adanya gelembung udara.

b) Power cord: periksa adanya keretakan, perubahan warna, dan kerusakan pada kabel ataupun colokan.

c) Control: periksa kinerja dari tombol kontrol.

d) Video monitor: periksa kebersihannya, goresan serta kinerja dari tombol kontrol.

e) Wheel and locks: pastikan kinerja dari keduanya. f) Dust filter: periksa kebersihannya.

g) Scanner housing: periksa adanya kerusakan. 4) Penilaian dan Evaluasi

Ditemukan ketidaksesuaian dengan kondisi standar 5) Frekuensi uji

Setiap hari

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

Pelajari kembali buku manual, jika tidak dapat dikoreksi hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

(10)

10

b. Display monitor and hard copy 1) Tujuan

Menilai display monitor dan hard copy alat USG. 2) Alat dan bahan

Tidak ada. 3) Prosedur

- Pastikan tombol contrast dan brightness di layar monitor pada posisi baseline.

- Tampilkan grayscale test pattern (misalnya step-wedge pattern) pada layar monitor

- Hitung jumlah grayscale bars yang ditampilkan pada tahap pertama dan tahap terakhir, serta jumlah dari keduanya. Kemudian bandingkan dengan baseline.

- Periksa teks yang ditampilkan untuk menilai apakah ada keburaman (blur).

- Buatlah hardcopy dari masing-masing pencitraan tersebut, kemudian bandingkan dengan baseline.

4) Penilaian dan Evaluasi

- Suggested action level: jumlah gray bar yang ditampilkan<nilai kontrol -2.

- Suggested defect level: jumlah gray bar yang ditampilkan<nilai kontrol -3.

5) Frekuensi uji Setiap tiga bulan

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

Gambar 5. Grayscale step-wedge pattern

c. Image uniformity 1) Tujuan

Gangguan pada image uniformity ini akan memunculkan artefak yang meningkatkan false negative dalam pemeriksaan. Gangguan ini dapat disebabkan oleh malfungsi hardware misalnya, transducer elemen yang buruk, kabel yang tidak terpasang dengan baik, atau akibat malfungsi software pesawat itu sendiri.

2) Alat dan bahan

(11)

11

3) Prosedur

- Gunakan baselinesetting jika ada atau gunakan cardboard

template pada TGC (Time Gain Compensation) setting jika dibuat

pada saat baseline setting.

- Tampilkan gambar menggunakan single dan multiple focal zones. - Sesuaikan gain dan TGC menjadi baseline value (harus

menghasilkan moderate image brightness, uniform with depth). - Scan phantom dan freeze image bersamaan menggerakan

transducer.

- Periksa adanya streaking (lapisan-lapisan) pada gambar.

- Jika terdapat streaking, cobalah scan ulang pada bagian phantom yang berbeda. Coba juga untuk mengubah focal zone, pilih fewer atau more focal zone.

4) Penilaian dan Evaluasi

Suggested action level: nonuniformity ≥ 4 dB. Suggested defect level: nonuniformity ≥ 6 dB.

5) Frekuensi Uji Setiap tiga bulan

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

Gambar 6. Horizontal streaking. d. Maximum depth of visualization

1) Tujuan

Fungsi ini menunjukan kemampuan pesawat USG dalam mendeteksi dan menampilkan objek dengan sinyal echo yang paling rendah.

2) Alat dan bahan

Phantom maximum depth

(12)

12

- Gunakan baseline setting jika ada. Jika tidak, sesuaikan system

output and gain, TGC, focal zone, dan persistence sehingga

didapatkan gambararan yang cerah relatif uniform. - Pengaturan yang disarankan:

* Deepest focal zone

* Gain dan output power pada maximum * TGC pada full gain

* Reject pada off atau minimum.

* Field of view pada nilai memungkinkan visualisasi kedalaman maksimal.

- Scan phantom dan freeze image

- Ukur kedalaman penetrasi dengan menguunakan caliper , jarak antara puncak scan windows dengan objek anechoic spherikal atau silindrikal terdalam.

- Cetak film dari tampilan ini. - Ukur kedalaman pada film. 4) Penilaian dan Evaluasi

Suggested action level: perbedaan kedalaman pada layar dan film ≥

0.6 cm

Suggested defect level: perbedaan kedalaman pada layar dan film ≥

1.0 cm 5) Frekuensi Uji

Setiap tiga bulan

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

Gambar 7. Depth visualization e. Distance accuracy

1) Tujuan

Menilai akurasi pengukuran alat USG. 2) Alat dan bahan

Phantom distance accuracy

(13)

13

- Gunakan baseline setting jika ada. Jika tidak, sesuaikan system

output and gain, TGC, focal zone, dan persistence sehingga

didapatkan gambararan yang cerah relatif uniform. - Pengaturan yang disarankan:

* Deepest focal zone

* Gain dan output power pada maximum * TGC pada full gain

* Reject pada off atau minimum.

* Field of view pada nilai memungkinkan visualisasi kedalaman maksimal.

- Scan phantom sehingga kolum vertical dari filament target menuju pusat gambar dan kolom horizontal juga terlihat. Gunakan

transducer dengan sedikit penekanan.

- Ukur jarak antar filamen yang jelas terlihat dengan menggunakan kaliper. Catat hasilnya.

- Cetak film dari tampilan ini. - Ukur jarak pada film.

Gambar 8. Distance Acurracy 4) Penilaian dan Evaluasi

Suggested action level:

- Vertikal : perbedaan jarak layar dan film ≥ 1.5 mm/ 1.5 %

- Horizontal : perbedaan jarak layar dan film ≥ 2.0 mm/ 2 %

Suggested defect level:

(14)

14

- Horizontal : perbedaan jarak layar dan film ≥ 3.0 mm/ 3 %

5) Frekuensi

Setiap tiga bulan

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala. 2. Less Frequent Perform Test

Tes ini dilaksanakan setahun sekali dengan menggunakan semua jenis

transducer yang tersedia.

a. Anechoic object imaging 1) Tujuan

Fungsi ini menunjukan kemampuan pesawat USG dalam mendeteksi dan menampilkan objek bulat, kontras negative dengan berbagai ukuran.

2) Alat dan Bahan

Phantom anechoic object imaging

3) Prosedur

- Gunakan baseline setting jika tersedia.

- Set multiple focal zone (contoh, 3, 7, 11 cm) atau single focus pada depths

- Sesuaikan gain, power dan TGC untuk menampilkan sejumlah objek anechoic secara maksimal.

- Scan phantom

- Rekam objek anechoic terkecil yang dapat terlihat, atau rekam jarak kedalaman dimana objek anchoic dapat terlihat. (hasil ini dapat diambil dari pemeriksaan visual depth accuracy).

- Nilai kualitas dari objek anechoic tersebut : C =clear

F = filled

J = jagged edge

N = no enhancement distal

- Gunakan caliper untuk menilai ke tinggi dan lebar dari objek anechoic tersebut. Hitung rasio tinggi dibandingkan lebarnya. - Untuk satu atau beberapa objek anechoic yang berkualitas filled

in, turunkan gain hingga filled in tersebut hilang. Catat nilai gain

yang baru ini bandingkan dengan baseline.

(15)

15

Keterangan gambar :

Kiri : normal terdapat artefak di sisi atas dan bawahnya

Tengah : memipih

Kanan : gangguan noise 4) Penilaian dan Evaluasi

Suggested action level dan suggested defect level:

- Perbedaan tinggi dan lebar melebihi 20%.

- Terdapat perbedaan pengukuran gain yang konsisten

dibandingkan baseline. 5) Frekuensi Uji

Setiap tahun

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

(16)

16

b. Axial resolution 1) Tujuan

Fungsi ini menunjukan kemampuan pesawat USG dalam mendeteksi serta menampilkan objek-objek yang berdekatan dalam tersusun

dalam beam’s axis.

Setup: Seperti pada anechoic object test.

Sesuaikan gain sehingga texture echoes pada background terlihat. 2) Alat dan Bahan

Phantom axial resolution 3) Prosedur

- Scan phantom, perbesar maksimum pada axial resolution target

group yang akan dinilai.

- Rekam axial resolution dimana kedua target terlihat terpisah paling minimal pada setiap kedalaman.

Gambar 10. Axial resolution 4) Penilaian dan Evaluasi

Suggested action level dan suggested defect level:

- Axial resolution 1 mm atau lebih, atau 2 mm atau lebih pada

transducer dengan frekuensi > 4 MHz.

- Terdapat perbedaan pengukuran yang konsisten dibandingkan

baseline. 5) Frekuensi

Setiap tahun

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala. c. Lateral resolution or response width

(17)

17

Fungsi ini menunjukan kemampuan pesawat USG dalam

membedakan struktur yang berdekatan dalam image plane sepanjang

garis perpendicular pada beam’s major axis.

2) Alat dan bahan

(18)

18

3) Prosedur

- Scan phantom pada daerah yang mengandung filamen vertical

column.

- Turunkan FOV untuk melihat filament pada region tertentu, jika mungkin perbesar filamen tersebut.

- Freeze gambar tersebut.

- Dengan menggunakan caliper, ukur lateral resolution atau

respone width yaitu lebar filamen pada daerah tertentu.

- Ulangi pada bagian lainnya (untuk baselinetest, pilih tiga filamen yang terdekat, menengah dan terjauh dari transducer).

4) Penilaian dan Evaluasi

Suggested action level: > 1 mm dari nilai baseline. Suggested defect level : >1.5 mm dari nilai baseline.

5) Frekuensi Setiap tahun

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala. Tabel 1. Lateral resolution yang direkomendasikan

Gambar 11. Pengukuran Lateral resolution d. Ringdown or death zone

1) Tujuan

Menilai ringdown atau death zone yang merupakan jarak dari permukaan transducers dengan echo pertama yang dapat diidentifikasi.

(19)

19

2) Alat dan bahan

(20)

20

3) Prosedur

- Gunakan baseline setting bila ada.

- Mencari focal zone yang terdekat dengan permukaan - Sesuikan gain sehingga background echo dapat terlihat. - Hindari near gain yang berlebihan pada TGC.

- Scan phantom pada region yang mengandung death zone test

filament

- Freeze gambar

- Hitung kedalaman filamen yang paling dekat dengan permukaan.

Gambar 12. Death Zone Phantom 4) Penilaian dan evaluasi

Suggested action level:

- 7 mm untuk f> 3 MHz

- 5 mm untuk 3 MHz <f< 7 MHz - 3 mm untuk f< 7 MHz

Suggested defect level

- 10 mm untuk f> 3 MHz

- 7 mm untuk 3 MHz <f< 7 MHz - 4 mm untuk f< 7 MHz

5) Frekuensi Setiap tahun

6) Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

E. USG DOPPLER

1. Tujuan Menilai :

- akurasi sudut

- dimensi volume sampel

- kecepatan terendah yang dapat dideteksi - kecepatan tertinggi yang dapat dideteksi - estimasi peak velocity

(21)

21

2. Alat dan bahan

(22)

22

3. Prosedur

- Spectral Doppler sample volume diletakan pada string yang bergerak dengan bantuan B Mode.

- Catat kecepatan terekam meliputi kecepatan terendah dan tertinggi yang dapat dideteksi, serta estimasi peak velocity.

- Ukur kemiringan sudut yang terekam.

- Ukur dimensi volume sampel yang terekam.

- Bandingkan dengan pengaturan pada phantom dan spesifikasi pabrik.

Gambar 13. String Phantom 4. Penilaian dan Evaluasi

Suggested action level: perbedaan fitur yang tercatat dengan alat ≥ 5% Suggested defect level: perbedaan fitur yang tercatat dengan alat ≥ 5%

5. Frekuensi Setiap 3 bulan.

6. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

F. USG 3D

1. Tujuan

Menilai akurasi pengukuran 3D alat USG. 2. Alat dan bahan

Phantom 3D (egg shape) 3. Prosedur

- Gunakan baseline setting jika ada. Jika tidak, sesuaikan system output

and gain, TGC, focal zone, dan persistence sehingga didapatkan

gambararan yang cerah relatif seragam/uniform. - Pengaturan yang disarankan:

(23)

23

* Deepest focal zone

(24)

24

* TGC pada full gain

* Reject pada off atau minimum.

* Field of view pada nilai memungkinkan visualisasi kedalaman maksimal.

- Scan phantom sehingga struktur 3D (egg shape) menjadi pusat gambar Gunakan transducer dengan sedikit penekanan.

- Freeze gambar.

- Ukur jarak antar sisi struktur 3D yang jelas terlihat dengan menggunakan kaliper. Catat hasilnya.

- Bandingkan dengan hasilnya pada petunjuk phantom

Gambar 14. Phantom USG 3D 4. Penilaian dan Evaluasi

Suggested action level: perbedaan jarak ≥ 1.5 mm/ 1.5 % Suggested defect level: perbedaan jarak ≥ 2.0 mm/ 2.0 %

5. Frekuensi

Setiap tiga bulan

6. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

G. KESIMPULAN

Kendali mutu peralatan USG sangat diperlukan dalam

mengoptimalisasikan kinerja dari peralatan tersebut. Tersedia berbagai macam phantom di pasaran dengan modalitas pengukuran yang berbeda-beda, ada yang untuk satu modalitas atau hampir keseluruhan modalitas. Dengan phantom tersebut dapat dinilai kinerja dari pesawat USG pada saat itu, sehingga dapat diambil tidakan koreksi yang tepat. Sampai saat ini belum ada phantom standar yang ditentukan untuk kendali mutu pesawat USG. Teknologi ultrasonografi akan terus berkembang sehingga perbaikan-perbaikan terhadap kendali mutu yang ada sangat diperlukan.

(25)

25 BAB V

PROGRAM KENDALI MUTU PERALATAN RADIOLOGI COMPUTED TOMOGRAPHY

SCAN (CT SCAN)

A. PENGERTIAN

Kendali mutu peralatan CT Scan sangat diperlukan dalam penggunaan peralatan tersebut dalam rangka menjamin kualitas pencitraan yang dihasilkan. Kualitas pencitraan maksimal akan memberikan informasi maksimal juga kepada dokter radiologi sehingga dapat meningkatkan keakuratan diagnosis yang akhirnya memberikan fasilitas maksimal kepada pelayanan pasien.

Kendali mutu peralatan CT Scan dapat diartikan sebagai program berkala untuk menguji kinerja pesawat CT scan dan membandingkannya dengan standar yang ada. Hendaknya kendali mutu ini dapat dilaksanakan sebagai suatu rutinitas, sehingga adanya ketidaksesuian yang sekecil apapun dapat terdeteksi dengan cepat dan dapat diambil tindakan koreksi dengan segera.

Program kendali mutu peralatan CT Scan yang perlu dilaksanakan secara rutin adalah :

1. CT Dosimetri

2. Pengujian Kinerja Komponen Elektromekanikal a. Marker Pasien

b. Meja Pemeriksaan c. Kemiringan Gantry d. Kolimasi

e. Generator sinar-X 3. Tes Kualitas Gambar

a. Noise

b. Field Uniformity c. Quantitative CT d. Spatial Resolution e. Contrast Resolution

4. Pengujian terhadap Software CT Simulation

B. CT DOSIMETRI

Perhatian utama dari kendali mutu CT scan ini adalah keselamatan pasien. Sebenarnya dosis radiasi yang diterima oleh pasien CT scan tidak signifikan dibandingkan dengan dosis radiasi pada pasien dengan radiasi primer, sehingga pada umumnya tidak terlalu diperhatikan. Dosis radiasi pada petugas pelaksana harus juga menjadi perhatian.

1. Tujuan

Memastikan dosis yang diterima (pasien maupun petugas) sesuai dengan standar.

2. Alat dan Bahan

(26)

26

Gambar 15. Dosimeter

3. Prosedur

a. Ukur paparan radiasi di setiap sisi ruangan.

b. Ukur paparan radiasi yang diterima di bagian bawah mesin CT Scan.

4. Penilaian dan Evaluasi

Pengukuran dilakukan untuk mengevaluasi dosis paparan dari peralatan CT Scan, dengan ketentuan sebagai berikut :

- Hasil pengukuran dosis paparan pada setiap sisi ruangan tidak boleh melebihi NBD sesuai ketentuan dari BAPETEN.

- Hasil pengukuran paparan di bagian bawah mesin CT Scan tidak boleh lebih dari 20% standar pabrik.

Tabel 2. Test CT Dosimetri

5. Frekuensi Uji

Pada saat pertama kali instalasi dan setiap tahun atau setiap penggantian komponen besar dari CT Scan.

6. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

C. PENGUJIAN KOMPONEN ELEKTROMEKANIKAL

1. Marker Pasien / Positioning laser

Positioning laser adalah laser eksternal yang digunakan untuk menandai

(27)

27

terdiri dari tiga bagian yang terpisah yaitu: gantry lasers, wall mounted lasers (dapat bergerak) dan overhead mobile sagittal laser.

Gambar 16. Laser pada Pesawat CT Scan a. Tujuan

Mengetahui dan mengidentifikasi posisi gantry lasers dengan bidang pencitraan (scan plane).

b. Alat dan Bahan

Alignment tool (phantom).

c. Prosedur

Gambar 17. Phantom Positioning Laser d. Penilaian dan Evaluasi

- Gantry lasers harus secara akurat mengidentifikasi masuknya scan

plane ke dalam gantry.

- Posisi gantry lasers harus parallel dan ortogonal terhadap scan plane dan harus berpotongan tegak lurus pada pusat scan plane.

(28)

28

- Sisi vertikal wall lasers harus terpisah dari imaging plane.

- Wall lasers harus parallel dan ortogonal terhadap scan plane, dan secara bersamaan harus berpotongan tegak lurus pada pusat scan

plane.

- Overhead sagittal laser harus ortogonal terhadap imaging plane. - Pergerakan overhead sagittal laser harus akurat dan linear. e. Frekuensi Uji

Tabel 3. Frekuensi Uji Marker Pasien / Positioning Laser

Pengujian Frekuensi Uji

Alignment of gantry lasers Harian

Orientation of gantry lasers Bulanan

Spacing of lateral wall lasers Bulanan

Orientation of lateral wall laser Bulanan

Spacing of overhead sagital laser Bulanan

Orientation of overhead sagital laser Bulanan

f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

2. Meja Pemeriksaan

Pesawat CT scan biasa nya dilengkapi dengan meja pemeriksaan pasien yang berbentuk cradle-shape table top. Untuk melaksanakan kendali mutu dibutuhkan meja pemeriksaan yang berbentuk flat shape table top dengan cara menyisipkan bahan tambahan di atas cradle-shape table top pada CT scan konvensional.

a. Tujuan

Mengetahui fungsi pergerakan meja pemeriksaan (vertikal dan transversal) dengan bantuan positioning laser.

b. Alat dan Bahan

- Flat-shape table top - Positioning laser c. Prosedur

- Flat-shape table top harus bebas dari objek yang dapat menimbulkan artefak (seperti baut dan lain-lain).

(29)

29

Gambar 18. Flat shape table top d. Penilaian dan Evaluasi

- Flat-shape table top harus berada setinggi dan ortogonal dengan

imaging plane.

- Pergerakan vertikal dan longitudinal dari meja pemeriksaan harus akurat dan dapat berulang kali.

- Posisi dan indexing meja pemeriksaan dibawah scanner control harus akurat.

- Batas toleransi ± 1 mm dari standar. e. Frekuensi Uji

- Pemeriksaan pergerakan vertikal dan longitudinal : Bulanan

- Pemeriksaan Indexing dan position : Tahunan

f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

3. Kemiringan Gantry

Keutamaan pesawat CT scan adalah kemampuan mendapatkan gambar CT Scan non-ortogonal dengan cara memiringkan gantry. Hal ini berguna untuk mendapatkan gambar dengan kemiringan tertentu tanpa merubah posisi meja pemeriksaan.

a. Tujuan

Mengetahui kesesuaian fungsi gantry dan kemiringannya dengan indikator yang ditunjukkan.

b. Alat dan Bahan - Ready-pack film

- Kotak akrilik penyanggah c. Prosedur

- Selembar ready-pack film direkatkan pada kotak akrilik. - Letakan tepat sejajar dengan sagittal positioning laser.

- Side gantry laser harus memotong tegak lurus pada titik tegah dari film tersebut.

- Single scan dengan tingkat ketebalan setipis mungkin, dilakukan pada posisi gantry 0⁰.

(30)

30

- Single scan berikutnya dilakukan kembali dengan sudut yang berbeda.

- Hasil dari foto tersebut diukur dengan busur derajat. d. Penilaian dan Evaluasi

- Sudut kemiringan gantry terhadap garis vertikal dari imaging plane harus tepat dengan tingkat akurasi ± 1⁰.

- Setelah dimiringkan, gantry harus dapat dikembalikan ke posisi vertikal awal (ortogonal terhadap meja pemeriksaan).

Gambar 19. Pengujian Kemiringan Gantry e. Frekuensi Uji

Pengujian kemiringan gantry dilakukan setiap tahun sekali.

f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

4. Kolimasi

Terdapat dua jenis collimation pada pesawat CT Scan yaitu :

- pre-patient collimation: collimation yangterletak distal dari sumber sinar X, menghasilkan radiation profile width

- post-patient collimation : collimation yang terletak dekat detector array,

menghasilkan sensitivity profile width.

Ketepatan tingkat collimation pada pre-patient collimation dan post-patient

collimation akan menentukan kualitas gambar yang dihasilkan.

a. Tujuan

Menilai ketepatan radiation profile width dan sensitivity profile width pada alat.

(31)

31

b. Alat dan Bahan

- Phantom collimation - Software dari pabrik c. Prosedur

d. Penilaian dan Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan mengamati radiation profile width dan

sensitivity profile width menggunakan phantom dan software yang

disediakan oleh pabrik pembuat CT Scan. Batas toleransi uji kolimasi ini adalah ± 1 mm dari standar.

e. Frekuensi Uji

Pengujian kolimasi CT Scan dilakukan setiap 1 tahun sekali.

f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

5. Generator SinarX

Seperti peralatan radiografik lainnya yang menggunakan sinar X, CT Scan membutuhkan kualitas dan kuantitas emisi foton yang baik. Kinerja dan kalibrasi yang buruk dari generator sinar X ini akan menghasilkan gambar yang buruk dan artefak yang mengganggu serta membahayakan pasien. a. Tujuan

1) Mengevaluasi potensial puncak (kVp) 2) Mengevaluasi half-value layer (HVL) 3) Mengevaluasi mAs linearity

4) Mengevaluasi mAs reproducibility 5) Mengevaluasi akurasi waktu. b. Alat dan Bahan

Pencil ionization chamber (electrometer)

c. Prosedur

1) Generator sinar X pada gantry diposisikan pada 0o.

2) Meja pemeriksaan diposisikan pada level terendah di dalam gantry. 3) Alat pengukur (pencil ionization chamber atau elektrometer) diletakan

pada tengah meja pemeriksaan dengan bantuan overhead gantry

laser.

4) Atur collimator yang terlebar. 5) Evaluasi kelima komponen di atas.

(32)

32

Gambar 20. Pencil Ionization Chamber d. Penilaian dan Evaluasi

Penilaian dilakukan pada kVp, HVL, mAs linearity, mAs reproducibility, dan akurasi waktu. Batas toleransi sesuai dengan standar pabrik.

e. Frekuensi Uji

Setelah penggantian komponen baru.

f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

D. TES KUALITAS GAMBAR

Kualitas gambar secara langsung mempengaruhi kemampuan untuk mengidentifikasi target organ yang akan dievaluasi serta struktur sekitarnya untuk menegakkan diagnosis secara tepat. Pengujian/tes kualitas gambar yang dilakukan pada peralatan CT Scan meliputi : noise, field uniformity, quantitative CT, spatial resolution, dan contrast resolution.

1. Noise

Idealnya, phantom uniform (misalnya air) suatu CT Scan akan menghasilkan gambar yang memiliki CT number yang sama pada suatu region tertentu (region of interest/ROI). Namun pada kenyataannya, CT number yang dihasilkan dari bahan uniform tidaklah sama. Variasi random dari CT number inilah yang disebut dengan noise.

Noise suatu gambar menentukan batas terbawah subject contrast yang

dapat dibedakan oleh observer. Semakin uniform suatu objek berkontras rendah, semakin besar kontras objek itu. Sehingga, semakin kecil noise suatu gambar, semakin besar akurasi yang akan dihasilkan dari gambar tersebut.

a. Tujuan

Memverifikasi perbedaan antara noise pada pesawat CT Scan dengan spesifikasi pabrik. Kendali mutu ini diharapkan dilakukan setiap hari. b. Alat dan Bahan

Phantom air c. Prosedur

- Scan phantom air kepala dan badan berdinding plexiglas.

- Dari bagian pusat gambar yang dihasilkan (ROI) diambil sampel untuk menentukan CT number (HU).

(33)

33

Gambar 21. Pengujian Phantom Noise d. Penilaian dan Evaluasi

Hasil pengujian dan variasinya dibandingkan dengan spesifikasi pabrik. Hasil pengujian harus sesuai dengan spesifikasi pabrik.

e. Frekuensi Uji

(34)

34

f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala. 2. Field Uniformity

Artefak gambar karena desain peralatan, pasien yang bergerak, pengerasan sinar, atau image reconstruction software akan timbul sebagai variasi CT

number (HU). Gambar CT Scan dari phantom uniform harus bebas dari streaking dan artefak. Perbedaan nilai rata-rata dari phantom uniform harus

berkisar 5 HU. a. Tujuan

Mengetahui perbedaan nilai rata-rata dari phantom uniform. b. Alat dan bahan

Phantom air. c. Prosedur

- Scan phantom air kepala dan badan berdinding plexiglass.

- Untuk penilaian harian, phantom diletakkan pada bidang tengah dari

scan field.

- Namun untuk penilaian bulanan, phantom dapat juga diletakan di sisi. - Dari bagian pusat gambar yang dihasilkan (ROI) diambil sampel

untuk menentukan CT number (HU).

- Variasi dari hasil ini dibandingkan dengan spesifikasi pabrik. d. Penilaian dan Evaluasi

Amati perbedaan nilai rata-rata dari phantom uniform, batas toleransi ± 5 HU dari nilai standar.

e. Frekuensi Uji

Pengujian dilakukan harian dan bulanan. f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

Gambar 22. Artefak 3. Quantitative CT

(35)

35

Gambar yang didapatkan dari CT Scan juga dapat digunakan untuk menghitung distribusi dosis yang terpapar. Program kendali mutu harus dapat menjadi evaluasi akurasi dan densitas dari CT number pada berbagai material yang berbeda yang memiliki koefisien atenuasi yang berbeda.

(36)

36

a. Tujuan

Program kendali mutu harus memverifikasi tingkat akurasi CT number pada air pada tes harian, pada beberapa material yang berbeda pada tes bulanan, dan pada electron density phantom pada tes tahunan.

b. Alat dan bahan

- Untuk penilaian harian, phantom air.

- Untuk penilaian bulan, quantitative CT phantom

Gambar 23.Quantitative CT Phantom c. Prosedur

- Scan phantom air kepala dan badan berdinding Plexiglas (harian), atau quantitave CT phantom (bulanan).

- Dari bagian pusat gambar yang dihasilkan (ROI) diambil sampel untuk menentukan CT number (HU).

- Variasi dari hasil ini dibandingkan dengan spesifikasi pabrik. d. Penilaian dan Evaluasi

Hasil pengujian dibandingkan dengan spesifikasi pabrik, batas toleransi ± 5 HU.

e. Frekuensi Uji

Pengujian dilakukan harian dan bulanan. f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala. 4. Spatial Resolution

Spatial resolution adalah kemampuan suatu sistem pencitraan dalam

membedakan dua objek kecil yang diletakan sangat berdekatan dengan latar belakang noiseless field. Spatial resolution sering juga disebut juga

high contrast resolution.

a. Tujuan

Membuktikan spatial resolution yang dimiliki alat sesuai dengan karakteristik dari pabrik.

b. Alat dan bahan

Phantom spatial resolution (bar atau bead). c. Prosedur

(37)

37

- Evaluasi hasilnya dengan membandingkan dengan standar pabrik.

Gambar 24.Spatial Resolution Phantom d. Penilaian dan Evaluasi

Garis-garis atau bulatan-bulatan yang ditunjukkan dinilai sampai pada garis atau bulatan terkecil. Bandingkan hasil pengujian dengan spesifikasi pabrik.

e. Frekuensi Uji

Pengujian dilakukan setiap 1 tahun sekali. f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala. 5. Contrast Resolution

Contrast Resolution adalah kemampuan pesawat CT Scan dalam

membedakan suatu objek dari latar belakangnya, dimana keduanya miliki perbedaan densitas yang relatif kecil. Contrast resolution sering juga disebut

low contrast resolution.

a. Tujuan

Menguji kesesuaian contrast resolution yang dimiliki alat dengan karakteristik yang dari pabrik.

(38)

38

Gambar 25.Contrast Resolution b. Alat dan bahan

Phantom contrast resolution. c. Prosedur

- Scan phantom contrast resolution.

- Dari bagian-bagian gambar yang dihasilkan (ROI) diambil sampel untuk menentukan CT number (HU).

- Variasi dari hasil ini dibandingkan dengan spesifikasi pabrik. d. Penilaian dan Evaluasi

Batas toleransi sesuai spesifikasi pabrik. e. Frekuensi Uji

Pengujian dilakukan setiap 1 tahun sekali. f. Rekomendasi Tindakan Korektif

Hubungi pabrik pembuat untuk servis berkala.

E. PENGUJIAN TERHADAP SOFTWARE CT SIMULATION

CT-simulation adalah proses simulasi geometri terhadap pengaturan sinar serta

lapangan pemeriksaan, tanpa menghasilkan informasi tentang dosis sinar X. Yang menjadi pusat perhatian dalam proses ini adalah virtual simulation

software yang merupakan inti dari kendali mutu ini. Untuk masing-masing

pemeriksaan dibutuhkan phantomnya masing-masing. 1. Spatial/geometry accuracy test

a. Image input test

1) geometrical accuracy - ukuran pixel - spatial fidelity

- ketebalan irisan dan jarak 2) orientasi gambar

- prone/supine - kepala/kaki - kiri/kanan 3) informasi teks

(39)

39 4) grayscale value b. Machine definition 1) Collimator simulation - geometrical accuracy (± 1 mm) - rotation accuracy (± 1⁰) 2) Gantry rotation (± 1⁰)

3) Patient support assembly (PSA) simulation - geometrical accuracy (± 1 mm)

- rotation accuracy (± 1⁰) c. Isocenter calculation and movement d. Image reconstruction (multiplanar dan 3D)

2. Evaluasi hasil Digitally Reconstructed Radiographs (DRRs) a. Spatial and contrast resolution

b. Geometric and spatial accuracy (2-3%) c. Hardcopy quality (output device)

F. KESIMPULAN

Program kendali mutu dirancang untuk meningkatkan akurasi kinerja pesawat CT scan sehingga pasien dapat terdiagnosis dengan lebih baik. Implementasi dari program kendali mutu ini bergantung pada setiap lembaga dalam mengambil kebijakan masing-masing. Perangkat CT scan ini adalah perangkat yang akan terus berkembang baik dari sisi hardware maupun

software, sehingga program kendali mutu ini juga harus dapat mengikutinya,

untuk memastikan tingkat akurasi dan efisien radiasi perangkat CT scan itu sendiri.

(40)

40 BAB VI

PROGRAM KENDALI MUTU PERALATAN RADIOLOGI INTERVENSIONAL

A. PENGERTIAN

Radiologi intervensional adalah suatu tindakan medis baik vaskuler maupun non-vaskuler yang dilakukan melalui per kutaneus dengan panduan imejing, tanpa membuka rongga tubuh, untuk mengurangi, memperbaiki, menghentikan atau menghilangkan symptom maupun kelainan akibat perubahan patologis pada pasien. Tindakan radiologi intervensional dilakukan baik untuk kepentingan diagnostik maupun terapi.

Pelayanan radiologi intervensional saat ini di Indonesia semakin banyak dilakukan. Peralatan panduan yang digunakan pada radiologi intervensional yaitu:

1. Pesawat x-ray dilengkapi dengan fluoroskopi, image intensifier atau Digital

Substraction Angiography (DSA)

2. Computed Tomography Scan (CT scan) 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) 4. Ultrasonografi (USG)

Radiologi intervensional meliputi intervensi vaskuler dan intervensi non-vaskuler. Pemeriksaan intervensi vaskuler misalnya :

- PTA (Percutaneous Transluminal Angioplasty) - Fibrinolytic Therapy

- Embolization Therapy

- Endovascular Stenting atau Stent-Graft

- Penatalaksanaan perdarahan saluran gastro intestinal - Portal Hypertension and TIPS

- IVC filter

- Central Venous Access - Dialysis Access intervention

Pemeriksaan intervensi non-vaskuler misalnya : - Gastrointestinal tract intervention

- Genitourinary intervention

- Biliary tract intervention (PTBD, Biliary Stenting) - Thoracic intervention

- Abscess andfluid collection drainage - Percutaneuous biopsy

- Foreign body retrieval

(41)

41 B. TUJUAN

Tindakan radiologi intervensional dengan menggunakan radiasi pengion sinar X baik sebagai panduan tindakan maupun pengambilan citra sebagai arsip melibatkan peralatan yang canggih baik analog maupun digital selain itu juga paparan radiasi tinggi baik untuk pasien maupun petugas. Oleh karena itu tindakan kendali mutu (quality control/QC) untuk peralatan radiologi intervensional perlu dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Efisiensi biaya

2. Optimalisasi peralatan

Manfaat yang dapat diperoleh dengan melaksanakan QC peralatan radiologi intervensional yaitu :

1. Menghasilkan keluaran diagnostik, baik citra maupun hasil interpretasi yang akurat sesuai dengan patologi penyakit pasien.

2. Menghasilkan keluaran terapi yang maksimal sesuai dengan target terapi yang diharapkan.

3. Meminimalkan dosis paparan radiasi pada pasien maupun pekerja di ruang radiologi intervensional.

4. Memberikan keamanan kerja di ruang radiologi intervensional. 5. Peningkatan pelayanan radiologi intervensional.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan QC radiologi intervensional tergantung pada jenis peralatan panduan (fluoroskopi/DSA, CT Scan, MRI atau Ultrasonografi).

1. Fluoroskopi/DSA

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan mendukung QC radiologi intervensional untuk fluoroskopi/DSA meliputi peralatan primer dan peralatan sekunder. Peralatan tersebut dipakai hanya untuk kepentingan kalibrasi non-invasif. Peralatan primer yang dipakai yaitu : bilik ionisasi (ionization

chamber) dan Electronic Black Boxes. Sedangkan peralatan sekunder yang

dipakai yaitu : Wisconsin test cassette, pocket dosimeter, spin top. 2. CT Scan

Alat untuk melakukan kegiatan QC peralatan radiologi intervensional apabila peralatan panduan yang digunakan CT Scan adalah phantom.

3. MRI

Sama dengan CT Scan alat yang digunakan pada kegiatan QC peralatan radiologi intervensional apabila peralatan panduan yang digunakan MRI adalah phantom.

(42)

42 D. PROSEDUR

Prosedur pengujian pada masing-masing peralatan pemandu untuk kegiatan QC peralatan radiologi intervensional dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Fluoroskopi/DSA

Peralatan fluoroskopi/DSA yang digunakan dalam pemeriksaan radiologi intervensional meliputi 3 bagian, yaitu sistem fluoroskopi, peralatan pelindung radiasi dan peralatan tampilan (display). Prosedur pengujian yang dilakukan meliputi hal-hal berikut :

a. Sistem Fluoroskopi

1) Pengujian Kebocoran Radiasi pada Tabung Sinar-X

Gambar 26.Prosedur Pengujian Kebocoran Radiasi Tabung Sinar-X 2) Pengukuran HVL Gambar 27. Pengukuran HVL R Image Tube Tablet op Fi l t e r

Fluoroscopic Tube Filt rat ion ( Half Value Layer)

A b so rb er ( t o prot ect Image Tube)

(43)

43

Langkah-langkah pengujian :

- Atur kilo voltase yang diinginkan secara manual - Ukurlah tingkat paparan radiasinya

- Geser penyerap kearah dalam berkas secukupnya 3) Pengukuran Titik Fokus

- Yang diukur adalah titik fokus tampak (apparent focal spot) - Hal yang diperhatikan :

o Titik fokus yang lebih kecil akan mengurangi ketidaktajaman geometrik

o Titik fokus yang lebih besar akan meningkatkan

pemanasan/suhu tabung

o Ukuran titik fokus berubah sesuai dengan teknik yang dipakai

Gambar 28. Titik Fokus pada Tabung Sinar-X Langkah-langkah pengukuran (teknik standar yang diperlukan) : a. Atur daya tabung pada 75 kV (typical)

b. Atus nilai mAs pada maksimum 50% dari kV yang dipergunakan c. Gunakan kaset direct exposure (tanpa tabir penguat)

Cara-cara pengukuran titik fokus : a. Pengukuran secara langsung

- Pin Hole Camera - Slit Camera

(44)

44

Gambar 29. Prosedur Pengukuran dengan Slit Camera dan

Pinhole Camera

Prosedur pengukuran dengan menggunakan Slit Camera dan

Pinhole Camera :

- Ukur titik fokus secara langsung pada setiap arah sinarnya. - Gunakan segitiga untuk mengkoreksi jarak

- Rumus akan mengkoreksi ukuran alat yang sebenarnya. - Diperlukan 2 kali eksposi untuk pengujian metode slit.

(45)

45

b. Pengukuran tidak langsung - Star Test Pattern - Bar Phantom

Gambar 30.Star Test Pattern Prosedur Pengukuran dengan Star Test Pattern : - Ukur diameter blur yang terbesar (pada setiap arah). - Ukur magnifikasi.

- Gunakan rumus untuk menghitung ukuran fokal spot.

- F : diameter titik fokus

- ω: sudut (radial) pola sebaran berkas sinar x-ray

- d : diameter, sesuai dengan arah katoda-anoda dimana

berkassinarx mulai menghilang

- M : faktor magnifikasi (rasiogambar dengan diameter riil)

Gambar 31.Bar Phantom

(46)

46

Gambar 32. Prosedur Pengukuran Titik Fokus dengan Bar Phantom 4) Pengujian Ketepatan KV

5) Pengujian Ketepatan Waktu Penyinaran

Gambar 33. Prosedur Pengukuran Ketepatan Waktu Penyinaran 6) Pengujian Linieritas Keluaran Radiasi

7) Pengujian Reproduksi Keluaran Radiasi

8) Pengujian Ketepatan Kolimasi

Langkah-langkah pengukuran ketepatan kolimasi :

- Lakukan eksposi pada film yang berada di atas meja berskala - Akan tampak bidang citra berupa tampilan yang berskala pada

layar monitor

- Bandingkan bidang yang tampak oleh mata (monitor) dengan bidang berkas sinar-X di film.

(47)

47

Gambar 34. Prosedur Pengukuran Ketepatan Kolimasi 9) Ketidaksesuaian tepi lapangan dengan image receptor

Collimator Test Tool Template

Image Tube

Ta bletop

(48)

48

b. Peralatan pelindung radiasi 1) Pengujian kebocoran apron

c. Peralatan tampilan (display)

1) SMPTE test untuk video monitor

Gambar 35. SMPTE Test

2) Pengujian ada/tidaknya artifak pada cetak film (print out) hasil pemeriksaan.

3) Pengujian ada/tidaknya gangguan pada laser printer.

2. CT Scan

3. MRI

4. Ultrasonografi

E. PENILAIAN DAN EVALUASI

1. Fluoroskopi/DSA a. Sistem Fluoroskopi

Penilaian dan evaluasi hasil pengujian dari peralatan fluoroskopi/DSA untuk tiap prosedur pengujian adalah sebagai berikut :

(49)

49

Pengukuran dilakukan untuk menilai dosis kebocoran radiasi tabung sinar-X pada jarak 1 m kemudian dikonversikan ke 10 cm.

(50)

50

2) Pengukuran Ukuran Titik Fokus

Ukuran titik fokus yang diukur adalah >1,5 mm, >0,8 dan ≤ 1,5 mm dan <0,8 mm.

3) Pengukuran HVL

Pengukuran HVL untuk unit pesawat sinar-X dilakukan untuk daya tabung 50, 70, dan 125 kV.

4) Pengujian Ketepatan KV

Pengujian ketepatan kV dilakukan pada daya tabung 60, 81, 50, 81 dan 125 kV baik untuk paediatric unit maupun chest unit.

5) Pengujian Ketepatan Waktu Penyinaran

Pengujian ketepatan waktu penyinaran untuk waktu paparan > 100 ms dan < 100 ms.

6) Pengujian Linieritas Keluaran Radiasi Yang diuji adalah ...

7) Pengujian Reproduksi Keluaran Radiasi Yang diuji adalah ...

8) Pengujian Ketepatan Kolimasi (ketidaksesuaian tepi lapangan dengan

image receptor)

Pengujian dilakukan pada SID 100 cm untuk mengetahui berapa prosentasi dan jumlah ketidaksesuaian tepi lapangan dengan image

receptor.

b. Peralatan pelindung radiasi (pengujian kebocoran apron)

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah apron mengalami kebocoran atau tidak.

c. Peralatan tampilan (display)

SMPTE test untuk video monitor dilakukan untuk menilai : 1) Kontras gambar :

2) Homogenitas Luminans

3) Pasangan garis (line pairs)tampak jelas kecuali pada 2 pixels horizontal.

a. Pengujian ada/tidaknya artifak pada cetak film (print out) hasil pemeriksaan.

(51)

51 2. CT Scan 3. MRI 4. Ultrasonografi F. FREKUENSI UJI 1. Fluoroskopi/DSA

Frekuensi pengujian pada peralatan fluoroskopi/DSA adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Frekuensi pengujian pada peralatan fluoroskopi/DSA

Pengujian Frekuensi

QC Pengolah Film (tidak termasuk laser printer)

Harian

Kebersihan Ruang Pengolah Film Mingguan

Pengujian Phantom 4 bulan sekali

Visual checklist Sebulan sekali

Kondisi viewboxes 4 bulan sekali

Analisa Pengulangan (Repeat analysis) 4 bulan sekali

Analisa cairan pengolah film 6 bulan sekali

Kabut pada film (fog) karena

penyimpanan di Ruang Pengolah Film

6 bulan sekali

Kebersihan Tabir Penguat (Screen

cleanliness)

Sesuai kebutuhan

atau setahun sekali

Screen-film contact Setahun sekali

Untuk keamanan pengoperasian unit pesawat fluoroskopi/DSA pada saat pemeriksaan dan sebagai tindakan proteksi radiasi maka perlu dilakukan hal-hal berikut :

a. Posisikan tube pada bagian bawah meja pemeriksaan b. Tube harus diberi tambahan perisai radiasi (shielding)

c. Ruang pemeriksaan diberi tambahan Lead Glass Arm (kaca Pb dengan tangkai awal di pasang pada plafon) yang mudah digerakkan

(52)

52

d. Selama bekerja dengan radiasi, alat pelindung diri dan film/TLD

badge HARUS selalu digunakan

e. Sebelum dioperasikan, pesawat harus dilakukan uji kesesuaian pesawat sinar x, sesuai UU Nomor 44 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 16 (2).

2. CT Scan 3. Ultrasonografi

Gambar

Gambar 3.  Jenis-jenis kerusakan yang ditemui
Gambar 4. Phantom
Gambar 6. Horizontal streaking.
Gambar 7. Depth visualization  e.  Distance accuracy
+7

Referensi

Dokumen terkait