• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI SOSIAL ALAT MUSIK GAMELAN DAN ENSAMBEL GONG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FUNGSI SOSIAL ALAT MUSIK GAMELAN DAN ENSAMBEL GONG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI SOSIAL

ALAT MUSIK GAMELAN

DAN ENSAMBEL GONG

Ensambel dengan gong sering menyertai atau menjadi bagian dari upacara keluarga, masyara-kat, kerajaan, dan keagamaan. Ensambel itu juga berfungsi untuk hiburan. Misalnya, mengiringi upacara perkawinan, sunatan, kematian, seremonial, arak-arak-an, tariarak-arak-an, teater, dan lain-lain.

Di Indonesia, selain dikenal sebagai alat musik, gong juga se-ring dianggap sebagai benda ber-harga yang berfungsi sebagai harta, mas kawin, pusaka, lam-bang status pemilik, perangkat upacara, dan lain sebagainya. Pada beberapa masyarakat,

jum-Gbr. 8.1: Pada masyarakat Bunaq di Ekin, Timor Barat, gong dibunyikan untuk mengundang warga berkumpul dan bekerja sama untuk membuat atap

rumah adat

VCD 2: track 21 Gong kematian, Mamasa, Sulsel;

track 22 Upacara “pengobatan” Beliatn, Dayak Benuaq, Kaltim; track 23 Wayang Kulit, Indramayu; track 24 Genderang Sisibah, Pakpak, Sumut; track 25 Gondang Sabangunan, Batak Toba, Sumut; track 26 Tari Topeng, Cirebon;

track 27 Tari Gabor, Bali; track 28 Likurai, NTT; track 29 Gendang Beleq, Lombok;

track 30 Upacara Ngaben, Bali

(2)

lah gong seringkali lebih penting daripada nada gong. Yang penting dalam konteks itu adalah gong sebagai simbol, sedangkan nilai mu-sikalitasnya nomor dua. Gong dianggap sebagai unsur ritual atau sebagai lambang harta benda. Sekalipun gong pecah hingga tidak dapat mengeluarkan suara yang baik, keberadaannya tetap dianggap penting sebab, yang paling utama, bukan bunyi melainkan makna simbolis.

Fungsi gong atau ensambel dengan gong juga bisa sebagai tanda atau sarana komunikasi antarwarga. Di beberapa tempat di Indonesia, gong sering dibunyikan sebagai pertanda adanya tamu yang hadir da-lam suatu perhelatan pesta. Selain itu, gong juga berfungsi sebagai himbauan mengajak warga berkumpul untuk melakukan suatu kegiat-an bersama, atau juga pemberitahukegiat-an kepada khalayak ramai tentkegiat-ang adanya sebuah peristiwa yang sedang atau akan terjadi di suatu desa. Di Jawa, gamelan tidak biasa dimainkan untuk upacara kemati-an, kecuali pada upacara kematian keluarga keraton/keluarga raja, dan juga keluarga seniman1. Sementara di daerah lain, ensambel de-ngan gong bisa dimainkan untuk upacara kematian sekaligus untuk

Gbr. 8.2: Menari dengan gong di pundak, masyarakat Kantuk, Kab. Sintang, Kalimantan Barat

1 Ada beberapa repertoar gendhing untuk upacara kematian atau yang sejenisnya, seperti: Pamegatsih, Layu-layu, Yitma, dan sebagainya. Terdapat juga rekaman komersial (tahun 70-an) untuk gendhing-gendhing kematian.

(3)

hiburan. Satu hal yang perlu diingatkan adalah konteks upacara dan hiburan seringkali bukan sesuatu yang saling bertolak belakang. Pada suatu upacara ritual juga seringkali ada unsur pertunjukan yang menghibur. Sama seperti dalam teater yang serius, yang seringkali disisipi adegan lawak.

Perubahan teknologi dan komunikasi yang semakin intens, me-mungkinkan ensambel dengan gong juga dapat didengar lewat media radio, TV, kaset, dan lain-lain.

Berikut ini, kita akan melihat beberapa fungsi ensambel dengan gong di berbagai tempat di Indonesia. Selain catatan ini, masih banyak fungsi yang belum sempat disinggung di sini. Bagaimana dengan di tempat Anda? Apakah berbeda atau mirip?

Musik Gong sebagai Koran Desa

Ada cerita dari seorang peneliti yang pernah merekam musik gong kematian di Sumba. Pemain gong memang bersedia memainkan musik kematian sekalipun tidak ada orang yang meninggal saat itu.

Namun usai membawakan musik kematian, pemain gong cepat-cepat menambahkan satu lagu tarian yang sifatnya riang. Mereka menjelaskan bahwa suara gong itu bisa terdengar sampai jauh. Kalau penduduk di desa tetangga atau peladang yang sedang bekerja di bukit yang jauh sempat mendengar gong kematian, mereka pasti akan cepat-cepat turun untuk melayat.

Jadi musik gembira itu sengaja dimainkan segera, agar mereka tidak perlu repot turun ke desa. Musik riang jelas tidak mungkin dimainkan jika ada kematian di desa.

8.1. Bali

Di Bali, gamelan dan ensambel lainnya yang melibatkan gong hadir di mana-mana. Salah satu alasannya adalah kuatnya pengaruh agama Hindu-Bali. Setiap desa memiliki beberapa pura (tempat ibadah). Ma-sing-masing pura wajib melakukan sebuah upacara pura (odalan) sekali dalam 30 minggu atau 210 hari. Pada upacara-upacara ini, musik, tari, ataupun teater menjadi keharusan. Sebuah upacara tidak akan berhasil kalau tidak melibatkan musik, tari, atau teater dengan tari di dalamnya. Setiap kelompok masyarakat berkewajiban untuk membantu pe-rayaan-perayaan di pura. Kewajiban itu bersifat religius dan sosial. Bermain musik dan menari pada odalan adalah salah satu cara untuk berpartisipasi. Mereka yang tidak ikut main dapat membantu merawat alat musik, mengantarkan alat musik ke pura, memberikan makanan kecil saat latihan, atau membuat kostum bagi para pemain. Tentu saja,

(4)
(5)

ada juga kegiatan untuk odalan yang tidak berhubungan dengan ga-melan, seperti merangkai bunga, membersihkan pura, menyediakan makanan, dan sebagainya. Jika seseorang menolak untuk berpartisipasi, maka bisa dianggap menolak atau dianggap bukan bagian dari masya-rakat. Orang tersebut akan dianggap orang luar atau orang asing.

Tidak seluruhnya musik dan tari yang dipertunjukkan pada upa-cara-upacara di pura bersifat ritual keagamaan. Beberapa bagian dari musik gamelan dan tari tersebut dapat juga dimainkan di luar pura, sebagai hiburan, perlombaan gamelan, atau untuk kepentingan pari-wisata.

Gamelan yang lazim ditampilkan dalam acara di pura adalah ga-melan gong dan pelegongan atau semar pegulingan. Pada desa-desa tertentu, ada gamelan gong gede. Selain gamelan itu, di Bali masih terdapat beberapa jenis ensambel lain dengan gong, dan beberapa jenis ensambel “gamelan tiruan”, tanpa gong dan bilahan logam. Di Bali diperkirakan terdapat lima belas atau dua puluh jenis ensambel dengan gong dan “ensambel yang mirip ensambel dengan gong”. Beberapa ensambel dengan gong tersebut ada yang berfungsi untuk mengiringi upacara kematian. Ensambel seperti ini tidak dianggap sebagai musik hiburan. Beberapa ensambel lainnya dipakai untuk mengiringi per-tunjukan teater atau tari-tarian.

8.2. Jawa Tengah

Di Jawa Tengah, ensambel besar yang melibatkan gong adalah gamelan milik keraton di Yogyakarta dan di Surakarta (Solo). Namun ada pe-jabat, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, serta pencinta musik yang memiliki gamelan sendiri.

Sebetulnya, ada beberapa macam ensambel yang disebut gamelan di keraton, sekalipun tidak seperti di Bali yang begitu kaya akan jenis gamelan dan ensambel lainnya. Ada beberapa gamelan kecil yang sa-ngat tua disebut Gamelan Munggang, Gamelan Kodhok Ngorek, dan Gamelan Carabalen. Gamelan-gamelan itu terdiri dari beberapa alat musik saja. Ensambel tua itu biasanya dimainkan untuk upacara kebe-saran di dalam keraton. Ada juga suatu gamelan besar dengan alat-alat musik yang sangat besar, dimainkan hanya selama satu minggu setiap tahunnya. Gamelan yang dimainkan untuk menyambut peraya-an kelahirperaya-an Nabi Muhammad S.A.W. ini disebut gamelperaya-an sekati (atau sekaten). Gamelan ini, konon diciptakan pada abad ke-16 oleh Wali Songo (Sembilan Wali) sebagai sarana untuk menarik perhatian orang banyak pada agama Islam.

(6)

dise-but perangkat gamelan ageng, atau cukup disedise-but gamelan Jawa atau gamelan (biasa) saja.

Di dalam keraton, gamelan “standar” ini dimainkan secara berkala sebagai hiburan bagi para bangsawan (sekalipun mereka tidak selalu hadir di sana). Pertunjukan-pertunjukan seperti ini sering diudarakan lewat acara radio. Di luar keraton, gamelan mengiringi teater wayang kulit, wayang orang, dan kethoprak, yang bisa ditonton langsung atau ditonton lewat acara televisi. Musik dan tari dengan iringan gamelan sering dipertunjukkan pada pesta perkawinan dan sunatan. Dahulu— juga sekarang, sekalipun agak berkurang—banyak penggemar musik gamelan yang mampu mengadakan pertunjukan-pertunjukan di ru-mah sendiri (klenengan) untuk menghibur diri mereka, teman-teman, atau tamu-tamu mereka.

Sekarang ini, gamelan masih dianggap sebagai satu tanda identitas Jawa. Jika seseorang mampu menari dengan iringan gamelan atau mampu memainkan musik gamelan, hal ini dianggap sebagai suatu penghargaan terhadap tradisi. Di perkampungan di wilayah perkota-an, bisa dijumpai kelompok-kelompok gamelan amatir yang rutin ber-temu sekali atau dua kali seminggu untuk belajar.

(7)

Di desa-desa, pertunjukan kesenian yang melibatkan gamelan ba-nyak ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti wayang, tari, kethop-rak, tayuban, dan sebagainya. Pertunjukan tersebut biasanya diadakan dalam rangka perayaan-perayaan tahunan bersih desa, pesta-pesta pernikahan dan sunatan, perayaan 17 Agustus, dan sebagainya.

8.3. Minangkabau

Pada masyarakat Minangkabau, ensambel talempong biasanya diguna-kan pada upacara-upacara adat dan pesta-pesta rakyat. Talempong pacik, secara khusus juga digunakan sebagai tanda pemberitahuan akan adanya acara gotong royong, misalnya membuat jalan, membuat saluran air utama ke sawah-sawah, membersihkan balai adat, membersihkan selokan dalam kampung, dan sebagainya. Adapun talempong duduak digunakan untuk memeriahkan upacara perkawinan, dan mengisi waktu senggang bagi kaum wanita. Biasanya dimainkan di dalam rumah atau di beranda.

Ensambel talempong pacik (yang biasanya dimainkan laki-laki— tetapi lihat gambar 8.5!— berbeda dengan talempong duduak yang biasanya dimainkan perempuan) sangat populer bagi masyarakat Minangkabau. Suatu upacara dan kegiatan tertentu, tanpa kehadiran talempong pacik, dianggap belum lengkap. Dalam upacara perkawin-an, penjemputan mempelai yang tidak diarak dengan ensambel talem-pong pacik akan menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat. Karena

(8)

kadang-kadang hal itu memang terjadi apabila ada kemalangan (ke-matian) menimpa salah satu keluarga mempelai.

Ensambel talempong pacik juga digunakan sebagai musik pengiring tari, seperti: tari piring, tari galombang, pencak silat, dan beberapa tari tradisi lainnya. Selain itu, ensambel itu juga digunakan dalam pertun-jukan teater rakyat atau teater tradisional yang disebut randai. Talempong digunakan sebagai musik arak-arakan untuk mengantar pemain teater ke tempat pertunjukan, juga mengiringi adegan dalam cerita yang dilakonkan.

Walaupun tidak bisa diarak, talempong duduak juga sering diguna-kan masyarakat untuk memeriahdiguna-kan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan adat, pesta atau upacara keluarga. Talempong duduak dimain-kan untuk memeriahdimain-kan kegiatan seperti pesta perkawinan, sunat rasul, pesta selesai panen padi, dan sebagainya.

Pada perkembangan terakhir, para musisi (seniman) talempong duduak telah berhasil mengangkat musik ini untuk mengiringi tari-tari kreasi baru Minangkabau. Namun pada dasarnya talempong duduak tidak digunakan untuk musik iringan tari.

8.4. Jawa Barat

Di Sunda, Jawa Barat, gamelan degung dahulu tumbuh di pendopo Kabupaten dan hingga sekarang masih membawa suasana keningratan. Kini, gamelan degung biasa disajikan pada acara-acara yang bersifat sekuler seperti: upacara pernikahan, sunatan, peresmian gedung baru, memperingati hari-hari besar nasional, dan lain-lain.

Di antara acara-acara sekuler tersebut, gamelan degung paling sering dipentaskan dalam acara pernikahan. Dalam acara pernikahan, degung berfungsi untuk menciptakan suasana pesta pernikahan agar terasa meriah. Degung dimainkan pada saat para tamu undangan menikmati suguhan makan. Selain itu degung juga digunakan untuk mengiringi acara saat menjemput rombongan pengantin laki-laki. Pada acara hiburan, degung kadang-kadang digunakan untuk mengiringi tari, apabila di sana ditampilkan pula tari-tarian.

Selain itu ada beberapa ensambel Sunda lainnya yang melibatkan gong, seperti: kliningan, ensambel jaipongan, dan gamelan ajeng. Klining-an biasKlining-anya mengiringi teater wayKlining-ang golek dKlining-an juga membawakKlining-an gending-gending tanpa tarian atau wayang; jaipongan mengiringi tari jaipong; dan gamelan ajeng dulu mengiringi pertunjukan wayang kulit dengan dialek Betawi dan Sunda, di samping perayaan-perayaan desa lainnya.

(9)

8.5. Kalimantan, Sulawesi, NTT

Di lingkungan masyarakat Dayak Benuaq2, Kalimantan Timur, ensam-bel dengan gong dimiliki secara pribadi. Bila terdapat upacara yang menggunakan gong, beberapa gong milik pribadi tersebut dikum-pulkan. Gong-gong itu dipilih dan dipertimbangkan kualitas dan laras-nya (tuning), yang memungkinkan gong-gong tersebut dapat disatukan dalam sebuah ensambel. Ensambel dengan gong biasanya digunakan pada upacara-upacara penting, seperti upacara yang berhubungan dengan pengobatan dan kematian.

Di masyarakat Kayan Mendalam, di Kalimantan Barat, musik tradisional biasa dimainkan dalam dua konteks utama: (a) untuk meng-iringi tarian sebagai bagian dari upacara ritual atau sebagai hiburan dalam pesta-pesta rakyat dan keluarga; dan (b) tanpa tarian, dalam suasana yang akrab dan tidak resmi. Untuk pertunjukan-pertunjukan yang bersifat ritual, tarian biasanya diiringi dengan nyanyian kelompok atau dengan ensambel dengan gong dan gendang.

Di beberapa tempat lain, seperti di Sumba dan di Bolaang Mongon-dow (Sulawesi Utara), ensambel dengan gong bisa dimainkan untuk

Gbr. 8.6: Upacara pengobatan, masyarakat Benuaq di Pondok Labu, Kalimantan [Kentangan (depan), dan sebagian dari geniqng (belakang)]

2 Masyarakat Benuaq adalah orang-orang Barito yang tinggal terutama di sekitar Danau Jempang di daerah aliran sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

(10)

Gbr. 8.7: Beberapa ibu sedang membawa gong ke tempat perayaan desa di Kepulauan Aru, Maluku

Gbr. 8.8: Gong yang terkumpul, sebelum dimainkan dalam suatu upacara desa di kepulauan Aru, Maluku

upacara perkawinan atau hibur-an, sekaligus untuk upacara ke-matian. Perbedaannya bukan pada ensambelnya, melainkan pada pilihan lagu, juga tempo. Ensambel gong waning di Flores, meko di Rote, dan leku sene di Timor mengiringi tarian solo atau ka-dang-kadang beberapa orang yang menari bersamaan tetapi tanpa saling memperhatikan, se-hingga seolah ada beberapa tarian solo yang dilaksanakan sekaligus.

(11)

Gbr. 8.9: Bali: memberi sesaji, sebelum pertunjukan dimulai

Gbr. 8.10: Ruwatan Sukerto Keraton, Ngayogyakarta Hadiningrat

Pada masyarakat Indonesia, gong seringkali mendapat perlakuan khusus. Gong bukan sekedar alat musik, melainkan juga dianggap sebagai benda berharga yang berfungsi sebagai harta pusaka, atau lambang status pemiliknya. Gong sering pula berfungsi sebagai perkakas upacara (adat, tradisi, keagamaan, atau kepercayaan) dan sebagai sarana komunikasi

Gbr 8.11: Gong baru, Kyai Sura, dalam perangkat Gamelan Sekaten milik Kraton Kasunanan Surakarta, sedang disucikan

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan gambaran bahwa peningkatan minat masyarakat teradap pendidikan keterampilan industri kreatif kerajinan bambu di

Hasil analisis Model Grover (G- Score) pada Industri Kosmetik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013 menunjukkan bahwa seluruh perusahaan

Bahwa nama domain <electronicsolution.id> oleh TERMOHON didaftarkan dengan itikad tidak baik yang mana hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa sampai diajukannya

Alasan-alasan Hakim Pengadilan Agama Malang mengenai tidak diterapkannya kewenangan ex officio dalam perkara tersebut, karena Hakim menganggap bahwa seorang istri apabila

Pengaturan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan dalam Undang-Undang Migas hanya sebatas pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap kegiatan usaha

Dalam penyelesaian QAP dengan algoritma ACO terdapat fasilitas-fasilitas yang akan ditempatkan ke lokasi-lokasi tertentu untuk suatu penugasan dimana penempatan awal fasilitas

jumlah anggota keluarga yang kerja, jumlah jam kerja, dan jenis produk yang dipungut secara simultan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan

Furnitur pada ruang pamer menggunakan lemari pamer (vitrine), hal ini dibuat untuk menjaga benda-benda koleksi agar tetap aman, baik dari jangkauan pengunjung maupun