KAPITAL SOSIAL KOMUNITAS KELOMPOK JULO-JULO KONGSI DI
KORONG SIPISANG-SIPINANG NAGARI ANDURING KECAMATAN
2 X 11 KAYU TANAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN
ARTIKEL
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(Strata 1)
WINDA FEBRIAN ANANDA
NPM. 12070049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMBAR
PADANG
2016
Social Capital the Community of Julo – julo Association Group in Korong Sipisang-Sipinang
Nagari Anduring Kecamatan 2 X 11 Kayu Tanam Padang Pariaman Regency. Thesis,
Sociology Department,Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI
Sumatera Barat, Padang, 2016.
Oleh :
Winda Febrian Ananda1, Marleni2, Irwan3
*The Sosiology Education Student of STKIP PGRI West Sumatera. **The Sosiology Staff of Sosiology education of STKIP PGRI West Sumatera.
ABSTRACTS
Background of this research was the way of the community of Julo – julo association group to keep its group at this moment with take and give between each one of association groups in the rice harvest. Purpose of this research is to identify social capital forms and to describe effort of assertion social capital in the community of Julo – julo association group in Korong
Sipisang-Sipinang Nagari Anduring Kecamatan 2 X 11 Enam Kayu Tanam Padang Pariaman Regency.
Theory that used in this research is exchange theory or barter from Peter M. Blau. Method of the research that used in this research is qualitative research with descriptive method to explain the problem to research. Participant of the research is purposive sampling, numbers of the informan was 10 informan. Kinds of data that used in this research are primary and secunder. Data of this research collected using interview, observation and document analysis, and also using the tools like a interviewmannual, book, pen and camera. Analyzed data with data of collection, reduction, presentation and make a conclusion. Result of this research explains that, (1) There are effort of reinforcement social capital that conducted by the community Julo – julo association group are (a) establish informal meetings between each of members, (b) escalate social network and (c) consolidate solidarity, with the effort that conducted by members of this community Julo – julo association group making the group above keeping hold out until at this time and keeping interaction inter-society.
Key words: Social Capital julo-julo Association Group
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2
Pembimbing I, Staf Pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 3
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
sedang berkembang atau masih bisa
dikatakan Negara agraris yang mana lebih
dari separuh penduduknya bermata
pencaharian sektor pertanian, dan sebagian dari hasil perkapita yang ada di Indonesia diperoleh dari hasil pertanian. Oleh sebab itu
saat ini pemerintah Indonesia masih
memfokuskan pembangunan dibidang
pertanian sebagai rencana mendapatkan prioritas dengan titik berat pada usaha meningkatkan hasil produksi dengan tujuan
untuk menambah kegiatan ekonomi
sehingga mempercepat pertumbuhan
lapangan kerja di sektor pertanian (Sajogyo, 1985:7).
Salah satu persoalan yang di dihadapi dalam sektor pertanian Indonesia adalah kesejahteraan masyarakat. Masih banyak penduduk miskin tercatat di Indonesia di sektor pertanian, karena lebih dari 54% menggantungkan hidup mereka dari sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang relatif masih rendah, apabila dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan (Soetrisno, 2000:3).
Seorang ahli ekonomi, B.F. Hoselitz, dalam bukunya Role of Incentives in
Industrialization, mengatakan bahwa untuk
membangun suatu mayarakat yang
ekonominya terbelakang itu harus bisa menyediakan suatu sistem perangsang yang dapat menarik aktivitas warga masyarakat. Sistem perangsang itu harus demikian rupa sehingga dapat memperbesar kegiatan orang bekerja, memperbesar keinginan orang untuk menghemat dan menabung, dan
memperbesar keberanian orang untuk
mengambil risiko dalam hal merubah secara revolusioner cara-cara yang lama (Sajogyo, 1991:36).
Di Sumatera Barat lebih dari 60% penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian, baik itu pertanian sawit, ladang, atau pertanian sawah, termasuk di daerah Korong Sipisang-Sipinang, Nagari Anduring, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, yang mana mayoritas masyarakatnya berkerja dalam bidang pertanian.
Di Nagari Anduring memiliki tujuh Korong yaitu Korong Lubuk Napa, Lubuk Aur, Sipisang-Sipinang, Kampung Tangah,
Balah Air, Rimbo Kalam, dan Asam Pulau. Dari tujuh Korong di nagari Anduring hanya dua Korong yang memiliki 1 kelompok tani julo-julo kongsi yaitu di Korong Sipinang-Sipisang dengan anggota kelompok 14 orang dan memiliki lahan pertanian rata-rata seluas 2 Ha. Di nagari ini memiliki mata
pencahariannya mayoritas dibidang
pertanian seperti sawah dan ladang.
Di Korong Sipisang-Sipinang ini
berbeda dengan daerah-daerah lainnya, dimana daerah tersebut mempunyai petani yang tidak mempunyai kelompok tani yang sistem kerjanya tukar menukar tenaga ketika
masa panen, daerah tersebut telah
menggunakan upah tani ketika panen berbeda dengan Korong Sipisang-Sipinang, di korong ini memiliki kelompok tani yang mana masyarakatnya membentuk kelompok kecil yang mana fungsi kelompok kecil ini cukup membantu perekonomian masyarakat tani di Korong Sipisang-Sipinang ini dalam bidang pertanian.
Di Korong Sipisang-Sipinang ini
mempunyai kelompok tani dengan nama julo-julo kongsi dan sudah ada pada tahun 1900-an. Julo-julo kongsi merupakan salah
satu mekanisme kerja dalam bidang
pertanian yang dilakukan kelompok tani di
Korong Sipisang-Sipinang, Nagari
Anduring, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, mekanisme
kerjanya menggarap sawah secara
bergantian, bekerja dari pukul 09.00 WIB-17.00 WIB, dan bekerja pada hari Selasa dan Sabtu. Kelompok julo-jolo kongsi ini terdiri dari kelompok laki-laki. Julo-julo kongsi ini digunakan oleh masyarakat untuk hasil
panen pertanian, membersihkan lahan,
menanam dan hal lainnya yang menyangkut pertanian secara bergantian tanpa membayar upah yang hanya menjadi modalnya yaitu hanya tukar tenaga saja antar anggota kelompok, namun ada juga masyarakat yang tidak masuk kedalam kelompok julo-julo kongsi ini.
Pada saat panen para petani yang tidak ikut dalam julo-julo kongsi ini mencari tenaga untuk memanen padi di sawah atau keladang mereka dan kemudian membayar upah penggarap sebesar Rp. 70.000 per orang, sebagian besar para petani ini mengunakan tenaga para kelompok julo-julo kongsi ini, karena sangat sulit mencari para kelompok tani yang mau bekerja di sawah
mereka meskipun di bayar, karena para petani telah memiliki pekerjaannya di dalam kelompok julo-julo kongsi ini. Kapital merupakan investasi atau modal yang dimiliki oleh oleh individu untuk mencapai tujuan. Kapital terdapat tiga bentuk yaitu
kapital ekonomi, sosial budaya, dan
simbolik. Kapital sosial merupakan investasi sosial, yang meliputi sumberdaya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakkan, dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individu atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital lainnya (Damsar, 2009:211). Kapital sosial dalam penelitian ini adalah adanya kepercayaan, nilai dan norma dalam anggota kelompok julo-julo kongsi yang mempunyai tujuan yang sama yaitu meringankan perokonomian anggota julo-julo kongsi ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefenisikan metode kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2013:4). Alasan peneliti menggunakan pendekatan ini karena dapat mengungkapkan permasalahan lebih mendalam sehingga di dapat data yang akurat dan informan sebanyak-banyaknya dan melalui pertanyaan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
upaya penguatan kapital sosial pada
komunitas kelompok tani di Korong
Sipisang-Sipinang Nagari Anduring
Kecamatan 2 X 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman.
Penelitian ini menggunakan tipe
penelitian deskriptif,secara harfiah adalah
metode yang menggambarkan sebuah
peristiwa, benda, dan keadaan dengan sejelas-jelasnya tanpa mempengaruhi objek yang ditelitinya (Jauhari, 2010: 34), seperti yang di ketahui, penelitian deskriptif yaitu untuk mencoba mencari data-data seluas-luasnya dalam rangka mencari kondisi sosial dari sekelompok manusia. Begitu pula dengan penelitian ini mengenai kapital sosial komunitas kelompok julo-julo kongsi di Korong Sipisang-sipinang Nagari Anduring,
Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam,
Kababupaten Padang Pariaman. Semua data
yang berkenaan dengan masalah tersebut didapatkan melalui informasi lisan dan tulisan serta pengamatan yang dilakukan terhadap informan dan Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Komunitas
Kelompok Julo-julo Kongsi
Pada hakikatnya masyarakat di
pedesaan memiliki hubungan yang lebih erat dan mendalam jika dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di kota. Umumnya masyarakat pedesaaan memiliki tenggang rasa dan solidaritas yang tinggi dan dalam berbagai kegiatan masyarakat cenderung bekerjasama sehingga meringankan beban
dalam melakukan pekerjaan. Sistem
kehidupan di pedesaan biasanya
berkelompok atas dasar sistem kekerabatan
dan kekeluargaan. Umumnya mata
pencaharian di pedesaan adalah bertani, karena pekerjaan ini sudah di tekuni oleh masyarakat secara turun temurun, selain bekerja dalam bidang pertanian pada masyarakat pedesaan juga memiliki mata pencaharian di bidang lainnya.
Keadaan kondisi perekonomian
masyarakat pedesaan relatif sederhana, membuat masyarakat pedesaan kreatif untuk meningkatkan perekonomian mereka dalam
memenuhi kebutuhan, seperti adanya
kelompok julo-julo kongsi ini yang dapat membantu perekonomian masayarakat yang tidak mampu untuk membayar upah buruh tani untuk ke sawah atau ladang meraka, dan jika ada yang memanfaatkan kelompok julo-julo kongsi ini dan akan mendapatkan upah maka akan dijadikan sebagai tabungan bagi para anggota kelompok julo-julo kongsi pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang dijadikan untuk belanja kebutuhan rumah tangga mereka.
Julo-julo kongsi berbeda dengan julo-julo biasa, dimana julo-julo-julo-julo biasa berupa uang yang akan diambil secara bergilir oleh anggotanya, namun julo-julo kongsi ini berupa tenaga yang diambil secara bergilir antar sesama anggota kelompok julo-julo kongsi. Kelompok julo-julo kongsi di Korong Sipisang-Sipinang Nagari Anduring Kecamatan 2 X 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman, bahwa kelompok julo-julo kongsi ini berdiri sejak kurang lebih pada
tahun 1900-an, kelompok ini
diselenggarakan oleh masyarakat setempat, kelompok julo-julo kongsi ini sama dengan asosiatif yang saling bekerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama baik terhadap diri sendiri atau dalam
memenuhi kepentingan bersama, yang
membentuk ingroup yang mana
kelompok-kelompok tersebut terbentuk karena
pertemuan yang disadari oleh kepentingan yang sama dan juga memiliki tujuan di dalam bekerja.
Kelompok julo-julo kongsi ini dibentuk karena dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga anggota kelompok dan selalu ada setiap tahunnya dengan jumlah anggota 14 orang, yaitu terdiri dari 1 ketua kelompok julo-julo kongsi yang tugasnya akan mencatat kehadiran anggota kelompok dalam bekerja, dan memegang uang upah yang telah di bayar oleh pengguna jasa
kelompok julo-julo kongsi tersebut.
Kelompok julo-julo kongsi ini juga memiliki aturan dalam bekerja, baik aturan untuk
anggota kelompok maupun untuk
masyarakat pengguna jasa kelompok julo-julo kongsi ini.
Pembentukan kelompok julo-julo
kongsi ini di lakukan pada 10 hari setelah hari raya idul fitri dan akan selesai pada 10 hari mau puasa. Kelompok julo-julo kongsi sama halnya seperti arisan yang dijalankan oleh anggota julo-julo secara bergiliran antar anggota, namun masyarakat yang tidak bergabung dalam kelompok julo-julo kongsi
ini dapat menggunakan tenaga kerja
kelompok julo-julo kongsi dengan memberi upah sebesar Rp 70.000 per orang tapi pembayarannya dapat di cicil hingga 10 hari mau puasa, maka upah yang di berikan akan dikumpulkan sampai 10 hari mau puasa dan kemudian akan di ambil oleh anggota julo-julo kongsi yang di jadikan sebagai tabungan di hari raya idul fitri. Kelompok julo-julo kongsi ini bekerja dalam seminggu dua kali yaitu Selasa dan Sabtu dimana hari kerja disesuaikan dengan kesepakatan bersama ketika kelompok julo-julo kongsi ini bentuk, mulai bekerja pada pukul 09.00 WIB-17.00 WIB. Anggota kelompok julo-julo kongsi ini masing-masing memiliki lahan sekitar 1 Ha - 3 Ha lahan pertanian. Selain hari selasa dan sabtu, para anggota kelompok julo-julo kongsi ini ada yang bekerja sebagai tukang ojek, berdagang, ataupun mereka menjual
hasil panen dari ladang mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Masyarakat Korong Sipisang-Sipinang bekerja sebagai petani, karena tidak adanya keterampilan lain yang bisa mereka lakukan
selain bertani dan bergabung dalam
kelompok julo-julo kongsi. Dari hasil
penelitian rata-rata masyarakat yang
bergabung dalam julo-julo kongsi pada umumnya memiliki pendidikan yang sangat rendah yaitu menamatkan SD sebesar 80%, SLTP sebesar 10%, dengan menamatkan pendidikan tertinggi SLTA sebesar 10%.
Rata-rata umur informan yang menjadi kelompok julo-julo kongsi adalah 57 tahun, dilihat dari rata-rata umur informan sudah tidak produktif lagi untuk bekerja sebagai petani, akan tetapi mereka tidak memiliki pilihan pekerjaan lain selain bertani, karena lapangan pekerjaan di nagari jumlahnya sangat terbatas. Sehingga masyarakat yang bergabung dalam kelompok julo-julo kongsi berpikir bagaimana cara untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga pada hari raya idul fitri.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pendapatan anggota julo-julo kongsi bekisar Rp 1.000.000-2.500.000 per tahun. Pendapatan informan ini bersifat tidak tetap
yang di karenakan banyak tidaknya
masyarakat yang membeli tenaga anggota kelompok julo-julo kongsi dan pembayaran upah yang tidak tepat waktu yang sudah di sepakati.
5.2 Upaya Penguatan Kapital Sosial
Komunitas Kelompok Julo-julo
Kongsi
5.3.1 Mengadakan Pertemuan Informal Antar Sesama Anggota
Kelompok julo-julo kongsi memiliki
fungsi untuk meringankan beban
perekonomian masyarakat di Korong
Sipisang-Sipinang, dalam sebuah kelompok memiliki struktur seperti ketua yang mana tugasnya untuk mengatur anggota kelompok dan memiliki anggota yang mana tugasnya
untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan
yang di berikan. Kelompok julo-julo kongsi mengadakan pertemuan yang dilakukan oleh
anggota julo-julo kongsi ini seperti
berkumpul untuk menyampaikan informasi dan mengambil uang tabungan yang telah
tersimpan selama bekerja di dalam
Informasi yang diberikan berupa masyarakat yang ingin menggunakan tenaga kelompok julo-julo kongsi mendatangi rumah salah satu anggota kelompok julo-julo kongsi dan kemudian anggota tersebut akan menyampaikan kepada anggota lainnya dengan cara berkumpul antar anggota kelompok julo-julo kongsi dan kelompok
julo-julo kongsi juga mengadakan
pertemuan ketika sepuluh hari mau puasa untuk mengambil tabungan mereka yang selama ini bekerja dalam kelompok julo-julo kongsi.
Kegiatan pertemuan-pertemuan formal yang dilakukan oleh anggota kelompok julo-julo kongsi di salah satu rumah anggota kelompok julo-julo kongsi yaitu rumah Bapak Idris untuk mengambil uang tabungan yang terkumpul selama setahun yang akan dijadikan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, pertemuan selain dilakukan pada mau puasa juga dilakukan pertemuan ketika ada masyarakat yang ingin membeli kelompok julo-julo kongsi atau para anggota kelompok julo kongsi yang ingin mengambil julo-julo kongsi untuk bekerja di sawah atau ladang mereka. Biasanya dalam pertemuan
tersebut membahas siapa yang akan
mengambil kongsi dan siapa yang akan membeli tenaga kelompok julo-julo kongsi, dan dalam pertemuan tersebut biasanya memerlukan waktu satu jam lebih atau sampai pembahasan selesai.
Terlihat adanya pertemuan-pertemuan formal antar anggota yang dilakukan oleh kelompok julo-julo kongsi dengan tujuan untuk memberikan informasi yang diperoleh kepada anggota kelompok kongsi lainnya, yang diadakan pada waktu yang bersifat tentatif (tidak terjadwal). Maka peneliti analisis dengan teori pertukaran menurut Blau yaitu adanya pertukaran melalui informasi yang disampaikan oleh anggota
kelompok julo-julo kongsi kepada
masyarakat, sehingga masyarakat tertarik untuk menggunakan kelompok mereka dalam bekerja di sawah maupun ladang mereka.
5.3.2 Membangun Sistem Ekonomi Moral dengan Masyarakat
Ekonomi moral merupakan tindakan ekonomi yang dilakukan oleh individu dalam hal ini petani selalu memiliki dimensi
moral, yang artinya pertimbangan ekonomi di dalam pengambilan keputusan selalu di putuskan berdasarkan nilai-nilai dan norma. Scupin dan Decorse menjelaskan bahmwa norma-norma tersebut menekankan pada
kerjasama komunitas dalam aktivitas
produksi, distribusi, konsumsi dan tukar-menukar di desa. Jadi, ekonomi moral
merupakan tindakan ekonomi yang
mempertimbangkan kewajiban moral
sebagai wujud dari kesadaran individu
dalam mempertahankan dirinya yang
merupakan bahagian dari komunitasnya (Zusmelia, 172-173:2015).
Karakteristik yang tampak di
masyarakat pedesaan hingga kini adanya hubungan sosial yang akrab berlandasan tradisi, kekerabatan, pertalian tempat tinggal dan kebutuhan kerjasama demi keamanan
akan kebutuhan minimum. Disini
terkandung harapan supaya tiap warga mengindahkan hak dan kewajiban timbal balik sebagai hasil dari interaksi sosial, yang dimaksud dimensi moral dalam ekonomi adalah bahwa nilai-nilai “moral” diletakkan atas pertimbangan ekonomi di dalam setiap pengambilan keputusan untuk menjalankan
usaha. Nilai-nilai “moral” berfungsi
mempererat hubungan sosial dengan pihak lain (Putra, 2003:127).
Pada masyarakat yang tinggal
dipedesaan pada umumnya hidup
berkelompok dan bermasyarakat yang
dikarenakan mereka yang homogenitas atau memeliki jenis mata pencaharian yang sama yaitu sama-sama dalam bidang pertanian. Pada masyarakat di Korong Sipisang-Sipinang Nagari Anduring pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang pertanian
juga memiliki komunitas kelompok
kelompok julo-julo kongsi yang bergerak
dalam bidang pertanian. Komunitas
kelompok julo-julo kongsi mempunyai cara untuk memperkenalkan kelompok mereka kepada mayarakat yang ingin menggunakan jasa mereka, atau bergabung ke dalam
kelompok julo-julo kongsi untuk
membangun suatu kepercayaan masyarakat terhadap komunitas kelompok julo-julo kongsi, ada upaya yang mereka lakukan
untuk memperkenalkan apa-apa saja
kegiatan yang dilakukan dalam kelompok julo-julo kongsi tersebut, agar masyarakat tertarik untuk menggunakan jasa dari kelompok julo-julo kongsi ini, seperti yang
ada di Korong Sipisang-Sipinang dimana terdapat sebuah kelompok julo-julo kongsi yang masih berjalan sampai saat ini. Upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok julo-julo kongsi ini untuk mempertahankan keberadaan kelompok julo-julo kongsi di
tengah-tengah masyarakat dengan
memanfaatkan waktu-waktu dimana adanya perkumpulan bapak-bapak sambil minum kopi pada malam hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota kelompok julo-julo kongsi terlihat bahwa upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok julo-julo kongsi seperti menjalin interaksi yang baik dengan masyarakat sekitar dengan cara berkumpul di warung pada malam hari sambil bercerita dan bertukar informasi, para anggota kelompok julo-julo kongsi menjelaskan bagaimana kelompok ini bekerja dan bagaimana sistem pembayarannya, sehingga membuat para masyarakat yang akan menggunakan tenaga kelompok julo-julo kongsi ini tertarik untuk menjalin kerjasama antara kelompok dan masyarakat yang membeli tenaga kelompok julo-julo kongsi dan percaya dengan hasil kerja kelompok. Seperti yang di jelaskan oleh pengguna jasa yang tertarik untuk
menggunakan jasa kelompok julo-julo
kongsi ini di karenakan sistem pembayaran atau yang sangat membantu para petani
dalam perekonomian yaitu dengan
membayar upah sebesar Rp 70.000 per orang dan dapat membayarnya dengan berhutang dan batas pembayarannya sampai 10 hari mau puasa, jika masyarakat tidak
menggunakan jasa kelompok julo-julo
kongsi ini dapat mencari buruh tani dengan membayar upah sebesar Rp 85.000 per orang dan di bayar langsung. Untuk menutupi kebutuhan sehari hari para anggota
kelompok julo-julo kongsi sebelum
menerima bayaran mereka dengan cara melakukan berbagai usaha atau pekerjaan seperti berladang, menjadi tukang ojek dan berdagang.
Dapat dilihat bahwa upaya yang dilakukan oleh kelompok julo-julo kongsi yaitu dengan menjalin interaksi yang sangat baik antar masyarakat sehingga kelompok julo-julo kongsi ini tetap berada di tengah-tengah kehidupan para petani di Korong Sipisang-Sipinang yang sangat membantu
beban perekonomian mereka dalam
membayar upah buruh tani serta tidak susah
lagi untuk mencari buruh yang akan di bawa ke ladang atau sawah mereka ketika panen.
Hal ini disebabkan karena mereka
saling membutuhkan dan saling
menguntungkan satu sama lainnya seperti kelompok julo-julo kongsi yang akan mendapatkan upah dari yang menggunakan tenaga mereka dan akan di kumpulkan atau sebagai tabungan yang akan diamabil ketika bulan Ramadhan tiba yang dijadikan sebagai belanja kebutuhan selama bulan puasa dan hari raya idul fitri dan masyarakat yang
menggunakan jasa kelompok julo-julo
kongsi, dan anggota kelompok julo-julo kongsi ini juga dapat meminjam uang kepada ketua kelompok kongsi.
Hal ini sesuai dengan teori Peter M.
Blau yang memperlihatkan
transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan
dari pertukaran itu. Sebuah tindakan
pertukaran tidak akan terjadi apabila dari pihak-pihak yang terlibat ada yang tidak
mendapatkan keuntungan dari suatu
transaksi pertukaran. Keuntungan dari suatu pertukaran, tidak selalu berupa ganjaran ekstrinsik seperti uang, barang-barang atau jasa, tetapi juga bisa ganjaran instrinsik
seperti kasih sayang, kehormatan,
kecantikan, atau keperkasaan (Damsar, 2009:65-66). Di dalam kelompok julo-julo
kongsi ini terjadi pertukaran dimana
kelompok ini mendapatkan keuntungan berupa jasa dan uang antara masyarakat yang membeli tenaga atau jasa kelompok, dan keuntungan yang diperoleh oleh masyarakat yang menggunakan kelompok julo-julo kongsi ini berupa keringananan membayar upah dengan berhutang selama setahun dan tidak kesulitan dalam mencari buruh tani untuk keladang atau sawah mereka.
5.3.3 Memperkuat Solidaritas
Pada masyarakat pedesaan memiliki rasa kebersamaan yang sangat kuat yang dikarenakan mereka tinggal di dalam satu wilayah yang sama dan memiliki hubungan kekeluargaan yang sangat erat. Emile Durkheim menjelaskan solidaritas memiliki dua tipe solidaritas yaitu solidaritas mekanik dan soilidaritas organik. Solidaritas mekanik merupakan solidaritas yang memiliki rasa
kebersamaan yang sangat kuat antar
homogenitas. Solidariatas mekanik ini terdapat pada masyarakat pedesaan karena di pedesaan memiliki pembagian kerja yang sempit, dimana masyarakat bekerja di bidang pertanian. Pembagian kerja yang sempit ini membuat masyarakat desa
memberikan dukungan kolektif untuk
bertahan, seperti yang terjadi di Korong
Sipisang-Sipingang ini yang mana
masyarakatnya bekerja di bidang pertanian yang tidak ada pembagian kerja sehingga terbentuk kelompok julo-julo kongsi ini untuk saling membantu satu sama lainnya.
Solidaritas merupakan salah satu
penguatan kelompok julo-julo-kongsi
bertahan hingga saat ini di dalam masyarakat Korong Sipisang-Sipinang Nagari Anduring, baik di dalam anggota kelompok julo-julo kongsi maupun dengan masyarakat di luar
kelompok julo-julo kongsi. Hubungan
solidaritas antar masyarakat yang kuat membuat kelompok julo-julo kongsi di Korong Sipisang-Sipinang ini bertahan di karenakan masyarakat yang hidup di dalam wilayah yang sama dan kesadaran kolektif dan mempunyai tujuan yang sama dalam pertanian, dimana masyarakat yang saling membutuhkan satu sama lainnya, seperti hubungan solidaritas yang kuat yang terjalin di antara anggota kelompok julo-julo kongsi maupun antar masyarakat yang membeli atau yang menggunakan jasa kelompok julo-julo kongsi yaitu masayarakat yang masuk kelompok julo-julo kongsi yang memiliki kesadaran kolektif dalam membayar upah buruh tani ketika panen padi tiba dan masyarakat yang menggunakan tenaga atau jasa kelompok julo-julo kongsi ini yang tidak sulit untuk mencari buruh tani karena kelompok julo-julo kongsi ini berada di daerah yang sama yaitu di Korong Sipisang Sipinang. Upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok julo-julo kongsi untuk
memperkuat solidaritas yaitu saling
bekerjasama dalam melakukan kegiatan atau
pekerjaan, pekerjaan dilakukan secara
kolektif dan penuh tanggung jawab.
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisa kapital sosial komunitas kelompok julo-julo kongsi, Maka peneliti dapat meyimpulkan bahwa upaya penguatan kapital sosial komunitas kelompok julo-julo kongsi di
Korong Sipisang-Sipinang yaitu dengan mengadakan pertemuan-pertemuan informal antara sesama anggota, membangun sistem ekonomi moral dengan masyarakat dan memperkuat solidaritas.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, di usulkan beberapa saran yaitu:
1. Seharusnya ada pihak-pihak masyarakat melakukanpenyuluhan terhadappertanian dan menyediakan lahan pertanian agar masyarakat bisa bekerja untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di Korong
Sipisang-Sipinang.
2. Selain itu, pemerintahan nagari
melakukan evaluasi dan membuat
kebijakan baru terkait upaya pemerintah dalam menunjang perekonomian dan kemajuan pertanian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Damsar. 2009. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Perdana Media Group. Jauhari, Heri. 2010. Panduan Menulis
Skripsi Teori dan Aplikasi.
Bandung: PT CV Pustaka.
Moleong, Laxy. 2013. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Peranan Wanita
dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta: CV. Rajawali
. 1991. Sosiologi Pedesaan
jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.
Soetrisno, Luekman. 2000. Pertanian Pada
Abad Ke-21. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2003. Ekonomi
Moral, Rasionan dan Politik.
Yogyakarta: Kepel Press.
Zusmelia, dkk. 2015. Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: Deepublish.