• Tidak ada hasil yang ditemukan

45635710 Perbandingan Hasil Belajar Antara Mahasiswa S 1 PGSD Berasrama Dan Mahasiswa S 1 PGSD Reguler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "45635710 Perbandingan Hasil Belajar Antara Mahasiswa S 1 PGSD Berasrama Dan Mahasiswa S 1 PGSD Reguler"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PPROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR

ANTARA MAHASISWA S-1 PGSD BERASRAMA

DAN MAHASISWA S-1 PGSD REGULER

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu: Drs. H. Fansuri, M.Pd

Disusun Oleh:

NAMA : Arif Rahman Prasetyo

NIM : A1E307909

KELAS : A

PROGRAM STUDI S1 PGSD TERINTEGRASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal penelitian ini dapat selesai dalam waktu yang telah ditentukan, dimana kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010 di Kampus PGSD Banjarbaru dan Banjarmasin.

Selama penelitian berlangsung, penyusun banyak memperoleh informasi dan data-data yang diperlukan dari berbagai pihak, baik bimbingan langsung maupun tidak langsung sehingga proposal penelitian ini dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Walaupun demikian, penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, membimbing, dan mendidik dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini.

Terlaksananya observasi sekolah hingga tersusunnya laporan ini berkat bantuan, arahan dan bimbingan serta dukungan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantua dan arahan tersebut. Akhirnya penulis berharap semoga laporan in dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Banjarbaru, 19 Juni 2010

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunan Hasil Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Landasan Teori ... 6

B. Kerangka Berpikir ... 18 C. Hipotesis ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20 A. Metode Penelitian ... 20 B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

C. Teknik Pengumpulan Data ... 21

D. Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26 A. Penyajian Data ... 26 B. Analisis Data ... 28

(4)

D. Pembahasan ... 32 BAB III PENUTUP ... 34 A.

Kesimpulan ... 34 B. Saran-saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20 Tahun 2003, SISDIKNAS).

Dalam dunia pendidikan hasil belajar merupakan sesuatu yang tetap menarik untuk dijadikan bahan pangamatan dan pengkajian atau penelitian. Hal ini mengingat tujuan yang akan dicapai dalam dunia pendidikan selalu akan tercermin dalam hasil belajar. Berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan, dalam hal ini pengajaran dalam lembaga pendidikan formal, dapat diamati melalui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.

Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

Kenyataan yang terjadi di lapangan, sering kita temukan dimana kondisi perpustakaan yang sepi pengunjung. Hal ini salah satunya mungkin karena minat baca yang rendah dari para siswa atau mahasiswa. Rendahnya minat baca akan berpengaruh banyak terhadap kemampuan sesorang dalam menangkap suatu konsep pembelajaran, karena kurang terlatihnya daya nalar.

(6)

Dalam kondisi seperti ini tentu saja beban dan tanggung jawab mereka lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa reguler (bukan program beasiswa), karena mereka mengemban tugas dan amanah dari negara yang menyediakan dana demi terbentuknya sosok guru profesional di daerah terpencil. Oleh karenaya perlu perhatian terhadap keseluruhan proses/aktivitas belajar mahasiswa termasuk penggunaan sebagai sumber belajar. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan pandidikan. Salah satu indikator yang mudah diamati dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah hasil belajar. Hasil belajar, dengan demikian diharapkan sesuai dengan target/tujuan yang telah ditetapkan.

Hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan dua hal yang berkaitan. Bagaimana wujud hasil belajar sangat bergantung dan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang melatarbelakanginya. Disadari atau tidak situasi dan kondisi tersebut akan sangat menentukan motivasi belajar mahasiswa. Motivasi dan kamauan/ketekunan belajar inilah yang secara langsung akan menentukan hasil belajar mahasiswa.

Kualitas prestasi akadamik mahasiswa, di samping dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dapat juga dipengaruhi oleh intensitas belajarnya, yaitu bagaimana menggunakan waktu seefektif mungkin. Mahasiswa yang berangkat dari motivasi intrinsik tentu akan menyempatkan diri dan dengan sungguh-sungguh mempelajari modul serta buku-buku penunjang lain tanpa tergantung kepada dosen.

Di samping adanya motivasi intrinsik, faktor-faktor luar yang dapat menimbulkan semangat belajar merupakan faktor yang mempunyai peranan yang tidak kecil. Salah satu faktor luar yang dapat ditunjukkan di sini adalah adanya kondisi-kondisi insentif. Kondisi-kondosi insentif berbeda dengan motivasi. Motivasi berhubungan dengan pertumbuhan kondisi internal yang manyebabkan individu berusaha mencapai tujuan-tujuan tertentu. Adapun insentif adalah objek atau situasi eksternal yang dapat memenuhi motif individu. Insentif adalah bukan tujuan, melainkan alat untuk mencari tujuan (Ahmadi, supriyono 1990 : 86).

(7)

Untuk memastikan seberapa besar peranan kondisi mahasiswa terhadap hasil belajar, perlu dikaji banding antara hasil belajar mahasiswa yang memiliki kondisi yang berbeda, dalam hal ini antara S-1 PGSD Berasrama dengan S-1 PGSD Reguler. Dan pola pikir serta rasional seperti itulah yang msngilhami ditetapkannya pokok kajian panelitian ini, yang kemudiin dituangkan dalam pernyataan judul "Perbandingan Hasil Belajar antara Mahasiswa S-1 PGSD Berasrama dan Mahasiswa S-1 PGSD Reguler". Dengan kajian tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi tingkat parbedaan hasil belajar mahasiswa PGSD yang disebabkan oleh adanya kondisi yang berbeda, yaitu ditinjau dari perbedaan tunjangan finansial yang diberikan oleh pemerintah sebagai biaya pendidikan.

B. Identifikasi Masalah

PGSD Banjarbaru merupakan wadah bagi mahasiswa beijazah SMA/SMK/MA yang bercita-cita memiliki profesi sebagai guru. Selain itu ada pula mahasiswa yang sudah berprofesi guru, melanjutkan studinya dalam program penyetaraan. Banyaknya jumlah mahasiswa dengan beragam sifat dan karakter masing-masing, maka beragam pula permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dalam kesehariannya. Adapun masalah yang dihadapi, antara lain:

1. Masalah dosen sering tidak masuk kelas

Dosen PGSD pada umumnya adalah dosen yang memiliki kesibukan yang padat yang mengemban tugas secara tumpang tindih. Dalam artian di samping menjadi seorang pengajar, dosen juga bertugas menjadi assesor, instruktur / narasumber dalam program seminar/penataran, bahkan ada dosen yang melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Akibatnya, tidak jarang mereka rela meninggalkan mahasiswa untuk tidak masuk mengajar di kelas dikarenakan kesibukan-kesibukan dosen tersebut.

2. Masalah minat baca mahasiswa

(8)

3. Masalah keamanan

Keamanan adalah suatu modal dasar dalam kita hidup saling berinteraksi satu sama lain. Sesuatu hal yang dikerjakan tanpa rasa aman maka pekerjaan tersebut tidak akan optimal. Walaupun sudah ada tiga orang satpam yang menjaga secara bergantian di asrama tetapi beberapa waktu yang lalu, terdapat cukup banyak kasus yang menunjukkan mlemahnya pengawasan keamanan mahasiswa berasrama khususnya, sedikitnya dalam kurun waktu dua tahun sudah ada tiga kali kasus pencurian di wilayah asrama. Hal ini sungguh sangat mengusik ketenangan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan.

4. Masalah Kebersihan

Kebersihan asrama adalah tanggung jawab semua warga kampus. Program kebersihan yang dibuat oleh Ketua UPP PGSD Banjarbaru dan Kepala Asrama PGSD Banjarbaru, yang mencakup seluruh aspek kebersihan, mulai dari kebersihan diri sendiri, kamar asrama, blok, asrama, dan bahkan lingkungan kampus PGSD Banjarbaru sudah berjalan cukup baik. Tentunya dengan pengawasan dan kontrol yang ketat dari pembina dan kepala asrama. Ketika kontrol mulai longgar, masalah kebersihan akan muncul.

5. Masalah kedisiplinan

Kedisiplinan adalah kunci sukses bagi setiap individu. Disiplin meliputi disiplin dalam belajar, bekerja dan beribadah dan sebagainya. Di lingkungan PGSD kedisiplinan mahasiswa sudah baik. Hal ini berkat upaya yang dilakukan oleh semua pihak, baik dari pengelola PGSD, atau tumbuh sendirinya dari kesadaran mahsiswa berkat kedewasaannya. Meskipun begitu, masih saja ada beberapa oknum yang menunjukkan sikap ketidakdisplinannya. Namun secara umum sudah dapat dikatakan baik.

Masalah hasil belajar yang peneliti angkat sebagai judul penelitian ini berkaitan dengan masalah lain seperti masalah dosen sering tidak masuk, minat baca mahasiswa, dan kedisiplinan dalam belajar.

C. Batasan Masalah

(9)

1. Masalah ketekunan belajar mahasiswa yang akan dicapai dalam kuantitas belajar mahasiswa, baik secara sendiri-sendiri maupun secara kelompok (Variabel Bebas).

2. Masalah hasil belajar mahasiswa yang dapat diketahui melalui nilai-nilai ujian yang terekam dalam daftar nilai semester (Variabel Terikat).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan pokok yang akan di identifikasi dan dikaji adalah sebagai berikut:

1. “Apakah mahasiswa yang mendapatkan beasiswa/dana pendidikan dengan yang tidak mendapat dana pendidikan mempunyai perbedaan yang signifikan dalam kuantitas ketekunan belajarnya?”

2. “Apakah mahasiswa yang mendapat dana pendidikan dengan tidak mendapat dana pendidikan mempunyai perbedaan yang signifikan dalam kualitas prestasi

akademiknya?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara mahasiswa S-1 PGSD Berasrama dan mahasiswa S-1 PGSD Reguler.

2. Untuk mengetahui perbedaan kuantitas ketekunan belajar antara mahasiswa S-1 PGSD Berasrama dan mahasiswa S-1 PGSD Reguler.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna:

1. Untuk Pengelola PGSD Banjarbaru. Sebagai bahan informasi / acuan mengenai hasil belajar mahasiswa PGSD Banjarbaru, sehingga pihak pengelola dapat menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki, meningkatkan, dan menjaga prestasi belajar mahasiswa PGSD Banjarbaru.

2. Untuk mahasiswa PGSD Banjarbaru. Sebagai bahan informasi mengenai perbedaan prestasi dan ketekunan belajar antara mahasiswa yang menapat dana belajar dan yang tidak mendapat dana belajar dari pemerintah, yang merupakan objek dari penelitian ini, sehingga dapat meningkatkan prestasinya.

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Mengenal Program S-1 PGSD Berasrama dan Reguler a. Gambaran umum

Dengan terbitnya Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, yang mempersyaratkan kualifikasi akademik minimal pendidikan guru SD adalah D-IV atau S-1, maka pada tahun 2006 Ditjen Pendidikan Tinggi mengambil kebijakan memperluas penyelenggaraan S-1 dengan menambah jumlah LPTK, penyelenggara. LPTK Penyelenggara program studi untuk guru SD dari segi kuantitas sudah cukup banyak, namun dari segi kualitas penyelenggaraan harus ditingkatkan secara berkelanjutan. Untuk meningkatkan kualifikasi tersebut maka pemerintah melaksanakan sistem pendidikan S-1 Pendidikan Guru SD Berasrama.

Gagasan penyelenggaraan program S-1 PGSD Berasrama / Reguler dilandasi oleh pola pikir bahwa pengetahuan dan keterampilan tenaga ke pendidikan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai ujung tombak peningkatan mutu pendidikan perlu menyesuaikan kemampuan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Sejalan dengan itu, peningkatan kualitas guru SD yang semula lulusan SLTA / SPG dan D-II ditingkatkan menjadi lulusan S-1.

Tujuan yang hendak dicapai melalui program S-1 PGSD Berasrama/ Reguler adalah meningkatkan kualifikasi profesional guru SD agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan pola hidup dan pola pikir manusia yang salaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(11)

berbagai segi, tidak hanya bidang akademiknya saja, adapula pembinaan karakter, keagamaan, ketrampilan, dan keahlian lainnya. Jadi mahasiswa berasrama praktis memiliki jadwal kegiatan dan kontrol yang lebih intensif dibandingkan mahasiswa reguler yang tinggal di rumah masing-masing atau di

“kost”.

b. Kriteria Mahasiswa S-1 PGSD

Mahasiswa program ini adalah siswa-siwa tersebar dari beberapa daerah (khusus untuk program berasrama hanya mahasiswa yang berdomisili di Kab. Tanah Laut, Kab. Barito Kuala, Kab. Hulu Sungai Tengah, dan Kab. Tabalong) yang dinyatakan lulus dan memilii ijazah untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Adapun hal-hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Umur mahasiswa saat mendaftar tidak lebih dari 21 tahun

2) Dalam kondisi-kondisi tertentu batas tentang usia minimal dapat diturunkan atau sebaliknya/dipersempit sesuai dengan kebutuhan (Reguler).

3) Tidak berada pada kondisi terikat pada ikatan dinas lain (Berasrama). 4) Latar belakang pendidikan SMA / SMK / MA dengan ijazah yang asli. 5) Lulus tes administrasi dan tertulis (Berasrama)

6) Bersedia ditempatkan di daerah terpencil dan bersedia di asramakan (Berasrama).

7) Menunjukkan bukti surat keterangan belum menikah dari KUA setempat, dan bersedia tidak menikah selama masa pendidikan berlangsung (Berasrama)

8) Sehat jasmani dan rohani

c. Sistem Belajar

Sistem belajar yang diterapkan pada program ini, seperti program-program lain, adalah sistem belajar yang diisi melalui tatap muka dengan dosen dan juga mahasiswa dituntut untuk dapat belajar mandiri.

1) Belajar mandiri

(12)

maupun bertanya kepada orang yang lebih tahu. Belajar kelompok dapat berupa belajar bersama teman secara berkelompok maupun belajar melalui kegiatan seminar-seminar.

Secara terperinci sistem belajar meliputi kegiatan-kegiatan sebagai barikut :

a) Mempelajari bahan tertulis (modul dan bahan cetak lainnya). b) Interaksi tatap muka dengan dosen.

c) Interaksi antar individu dalam kelompok.

d) Mendengarkan dan manyaksikan program audio Visual. e) Melaksanakan pratikum di laboratorium.

f) Melaksanakan pemantapan pengalaman lapangan (PPL). g) Mengerjakan tugas mandiri.

h) Mengerjakan ujian akhir semester.

Berdasarkan gambaran proses belajar tersebut di atas, jelas bahwa program S-1 PGSD menuntut kesadaran dan kedisiplinan belajar yang tinggi dari mahasiswa. Kaberhasilan studi disamping memperhatikan secara cermat penjelasan dari dosen juga sangat bergantung pada inisiatif mahasiswa dalam mampelajari paket modul belajar, memanfaatkan sumber-sumber belajar yang relevan, serta mengatur strategi dan jadwal belajar.

2) Tatap Muka dengan Dosen

Tatap muka merupakan bentuk belajar bagi mahasiswa yang di dalamnya terdapat interaksi antara dosen dan mahasiswa secara multi arah. Hal ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa memecahkan kesulitan belajar yang tidak dapat diatasi sendiri atau kelompok. Dalam interaksi antara mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dibari banyak kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, mengajukan pertanyaan dan dosen memberikan jawaban atas pertanyaan itu sebaik-baiknya.

Tatap muka bersifat wajib diikuti, minimal 75% dari frekuensi yang ditetapkan dan menjadi prasyarat untuk mengikuti ujian (tergantung kebijakan tiap-tiap dosen yang biasanya berbeda-beda).

3) Kelompok Belajar

(13)

b) mempermudah pelaksanaan kegiatan belajar bersama

c) mempercepat penyebaran informasi antar mahasiswa sendiri. d) mendiskusikan rencana kegiatan akademik (reguler)

e) aktif dalam kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler. d. Sistem Ujian

1) Evaluasi

Evaluasi hasil belajar mahasiswa dilakukan dengan menyelenggarakan tiga jenis evaluasi belajar, yakni :

a) Tugas Mandiri

Tugas mandiri adalah seperangkat soal dalam setiap mata kuliah untuk dikerjakan oleh mahasiswa secara mandiri.

b) Ujian Tengah Semester (UTS)

Ujian Tengah Semester merupakan penilaian terhadap panguasaan bahan belajar untuk satu mata kuliah selama setengah semester.

c) Ujian Akhir Semester (UAS)

Ujian Akhir Semester merupakan penilaian keseluruhan terhadap panguasaan bahan belajar untuk satu mata kuliah selama satu semester. 2) Sistem Penilaian

a) Penilaian

Penilaian kemajuan belajar diberikan berdasarkan hasil tugas mandiri, UTS, dan UAS.

b) Bentuk Nilai

Nilai diberikan dalam bentuk huruf A, B, C, D dan E. Angka mutu di setiap huruf adalah sebagai berikut :

A = 4 B=3 C = 2 D = 1 E = 0 Arti darinilai tersebut adalah :

A = sangat baik B = baik C = cukup D = kurang E = gagal/tidak lulus.

c) Penetapan nilai Untuk Setiap Mata Kuliah

NILAI AKHIR = 3 × Nilai Tugas + 3 × Nilai UTS + 4 × Nilai UAS 10

(14)

2. Pengertian Belajar

Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut :

1) Cronbach memberikan definisi :

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”.

“Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.

2) Harold Spears memberikan batasan:

“Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to

listen, to follow direction”.

Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.

3) Geoch, mengatakan :

“Learning is a change in performance as a result of practice”.

Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

Fontana seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(15)

manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan itu akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2003).

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah: a. Perubahan terjadi secara sadar.

(16)

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

(17)

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual mahasiswa sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh mahasiswa setelah proses perkuliahan berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Winkel (1996:162) mengatakan

bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan

seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang

dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah:

“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi

belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

(18)

belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

a. Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.

Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi

kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi

seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”

Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.

b. Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan

“Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa

banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”

(19)

seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat

adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

d. Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.

Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”

Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.

2) Faktor Ekstern

(20)

Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar

adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

a. Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa:

“Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng

sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam

ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”

Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

b. Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

c. Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

(21)

belajar pun akan nampak pada adanya perubahan tingkah laku yang berbeda-beda, diwujudkan dalam prestasi-prestasi tartentu.

Perubahan tingkah laku dapat diukur dan dinilai dari hasil belajarnya. Hasil belajar itu disebut prestasi akademik/academic achievement. Pengertian prestasi belajar dari Carter V, Goog dalam Dictionary of Education, adalah:

"knowledge attained or skills developed in the school subjects usually designated by tes score or by marks assigned by teachers, or by both. The achievement of pupils in the so called "academic" subjects, such as reading arithmatic, and history, as contrasted with skills developed in such areas as industrial art and physical education".

Menurutnya gambaran mengenai pangetahuan atau perkembangan keterampilan-katerampilan yang talah dicapai dari pelajaran yarig telah diberikan, biasanya. dapat diketahui dari hasil tes atau tugas yang telah diberikan oleh guru.

Sejalan dengan hal tersebut Smith berpendapat bahwa :

"Progress that a learner makes in learning; often measured by either standarized or teacher made tes".

Karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar mengandung unsur-unsur:

1) Prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk skor/angka-angka setelah melalui tindakan analisis tertentu.

2) Prestasi belajar merupakan, hasil kemajuan dari hasil belajar yang dapat diketahui melalui suatu alat yang dibuat oleh guru atau orang lain yang diparcaya dan memenuhi persyaratan.

3) Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berasal dari dalam diri individu maupun dari luar. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi 3 macam: a. Faktor-faktor Stimuli belajar, meliputi :

a) panjangnya bahan b) tingkat kesulitan bahan c) kebermaknaan bahan

d) berat ringannya tugas (belajar) e) suasana lingkungan ekstern.

b. Faktor-faktor metode belajar menyangkut : a) kegiatan berlatih atau praktek

(22)

c) resitasi selain belajar

d) pengenalan tentang hasil belajar

e) belajar dengan kaseluruhan dan dengan bagian-bagian f) penggunaan modalitas indera

g) bimbingan dalam belajar h) kondisi-kondisi insentif. c. Faktor-faktor individual, yaitu :

a) kematangan

b) faktor usia kronologis

c) faktor perbedaan jenis kelamin d) pengalaman sebelumnya e) kapasitas mental

f) kondisi kesehatan jasmani g) kondisi kesehatan rohani h) motivasi

B. Kerangka Berpikir

Hasil belajar merupakan produk akhir dari suatu kegiatan belajar. Hasil belajar berupa prestasi belajar yang di dapat oleh individu yang belajar. Hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan alat-alat evaluasi atau penilaian mahasiswa dengan berdasar nilai tugas dan ujian. Nilai-nilai yang di dapat mahasiswa tersebut secara kasat mata akan dapat menggambarkan kualitas akademik mahasiswa.

Kualitas prestasi akadamik mahasiswa, di samping dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dapat juga dipengaruhi oleh intensitas belajarnya, yaitu bagaimana menggunakan waktu seefektif mungkin. Mahasiswa yang berangkat dari motivasi intrinsik tentu akan menyempatkan diri dan dengan sungguh-sungguh mempelajari modul serta buku-buku penunjang lain tanpa tergantung kepada dosen.

(23)

eksternal yang dapat memenuhi motif individu. Insentif adalah bukan tujuan, melainkan alat untuk mencari tujuan (Ahmadi, supriyono 1990 : 86).

Program S-1 PGSD Berasrama merupakan progam yang diselenggarakan berupa beasiswa ikatan dinas bagi mahasiswa yang telah diseleksi sesuai prosedur yang telah ada. Berbeda halnya dengan mahasiswa S-1 PGSD Reguler non beasiswa, biaya kuliah ditanggung mahasiswa secara pribadi dan belum ada ikatan dinas dengan pihat tertentu. Kondisi dimana mahasiswa S-1 PGSD Berasrama yang mendapat beasiswa dapat dikatakan sebagai kondisi insentif yang dapat menimbulkan semangat belajar mahasiswa sehingga praktis berpengaruh pada prestasi belajar yang baik. Dengan demikian, karena mahasiswa S-1 PGSD Berasrama mendapat beasiswa belajar, maka memiliki prestasi lebih dan ketekunan belajar yang lebih baik daripada mahasiswa S-1 PGSD Reguler yang tidak mendapat beasiswa belajar.

C. Hipotesis

(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang mendapat beasiswa / dana pendidikan dengan mahasiswa yang tidak mendapat dana pendidikan dalam hal kuantitas ketekunan belajar dan kualitas prestasi akademiknya. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi PGSD FKIP UNLAM Banjarbaru.

Berdasarkan tujuan tersebut, penelitian ini merupakan kajian yang bersifat deskriptif dengan pola kerja expost facto, artinya penelitian dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi.

Disebut juga sebagai restropective study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu peristiwa atau kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian-kejadian tersebut. (http://ilmumetodepenelitian.blogspot.com diakses pada 19 Maret 2010)

Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini yaitu pendekatan komperatif dengan dua variabel yang mengkaji perbandingan antara sampel terhadap variabel. Variabel terikatnya yaitu prestasi belajar mahasiswa dan variabel bebasnya adalah ketekunan belajar mahasiswa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi:

Populasi subjek penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian apakah berupa orang, benda atau lembaga. Setiap subjek penelitian (apakah seseorang, suatu benda,c atau suatu lembaga) merupakan anggota populasi subjek penelitian (http://tatangmangunya.wordpress.com diakses pada 19 Maret 2010).

(25)

dengan jumlah Mahasiswa sebanyak 61 orang dan Mahasiswa PGSD reguler terdiri dari 5 kelompok belajar dengan jumlah mahasiswa sebanyak 300 orang.

Sampel:

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling. Soeharto (1989: 150) mengatakan untuk penelitian deskriptif seperti survey sampel manusia hendaknya di atas 30 unit besarnya. Sampel terdiri dari dua sub populasi, yaitu (l) kelompok PGSD Berasrama, dan (2) kelompok PGSD Reguler. Setelah dirandom, kelompok belajar yang menjadi sampel penelitian adalah Kelompok Belajar Kelas A dan B (PGSD Berasrama) yang berjumlah 39 orang dan Kelompok Belajar Kelas E (PGSD Reguler) yang berjumlah 39 orang.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data penelitian ini terdiri dari: (1) Identifikasi Variabel, (2) Definisi Operasional, (3) Pengembangan Instrumen Penilaian dan Pengukuran.

1. Identifikasi Variabel

Variabel yang diteliti terdiri dari 1 variabel terikat dan (dependen) dan 1 variabel bebas (independen), yaitu:

a. Variabel Terikat : Prestasi Akademik Mahasiswa (Y) b. Variabel Bebas : Ketekunan Belajar Mahasiswa (X)

Kelompok Var. Bebas Var. Terikat

BR X1 Y1

RG X2 Y2

Keterangan :

BR : PGSD Berasrama

RG : PGSD Reguler

(26)

2. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan intepretasi yang berbeda-beda maka istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini perlu diberi penegasan arti. Pemakaian istilah bersifat operasional, sehingga hanya berlaku dalam penelitian ini saja.

Definisi operasional konsep adalah (batasan pengertian) sesuatu konsep yang mengandung kejelassan dan ketegasan mengenai deskriptor (aspek-aspek yang terkandung atau tercakup) dan indikator (tanda-tanda keberagaman atau variabilitas)konsep yang akan diteliti itu, yang terukur (bisa dan mudah diukur) dan terhitung (bisa dan mudah dihitung) (http://tatangmanguny.wordpress.com diakses pada 21 Maret 2010).

Beberapa batasan operasional yaitu:

a) Prestasi Belajar merupakan hasil kemajuan dari hasil belajar yang dapat diketahui melalui suatu alat yang dibuat oleh guru atau orang lain yang dipercaya dan memenuhi persyaratan. Prestasi belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk skor/angka-angka setelah melalui tindakan analisis tertentu yang meliputi nilai:

Tugas mandiri adalah seperangkat soal dalam setiap mata kuliah untuk dikerjakan oleh mahasiswa secara mandiri. Ujian Tengah Semester

merupakan penilaian terhadap panguasaan bahan belajar untuk satu mata kuliah selama setengah semester. Ujian Akhir Semester merupakan penilaian keseluruhan terhadap panguasaan bahan belajar untuk satu mata kuliah selama satu semester.

b) Ketekunan Belajar adalah usaha untuk terus menerus tanpa berhenti dan menyerah untuk mencapai impian dan tujuan hidup kita. Ketekunan ini meliputi:

1) Frekuensi membaca buku penunjang perkuliahan

 Rajin mendalami sesuatu pekerjaan atau tugas mandiri.  Konsisten dan berkelanjutan.

 Memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar. 2) Pengerjaan tugas

 Teliti dalam mengerjakan tugas.

(27)

3) Frekuensi melaksanakan belajar kelompok

 Serius dalam melaksanakan tugas belajar kelompok.  Tanggap dalam kegiatan kelompok.

4) Kesungguhan dalam mengikuti perkuliahan

 Tidak cepat putus asa dalam upaya menguasai materi pembelajaran.  Tidak menunjukkan kebosanan mencoba berulang kali.

 Berusaha mencari masukan / informasi untuk menguasai materi pembelajaran.

3. Pengembangan Instrumen Penelitian dan Pengukuran

Penelitian ini menggunakan dua jenis alat pengumpul data. Alat pengumpul data yang digunakan itu adalah kuesioner dan observasi data yang sudah ada. Kegiatan pengumpulan data dilakukan terhadap mahasiswa PGSD reguler dan berasrama (beasiswa) yang dijadikan subjek penelitian.

a. Pengukuran Variabel Prestasi Belajar

Untuk mengungkap prestasi belajar mahasiswa dalam penelitian ini diperoleh dari mengumpulkan / mencatat langsung berkas dokumen mahasiswa berupa KHS (kartu hasil studi) semester 4.

b. Pengukuran Variabel Ketekunan

Untuk mengungkap ketekunan belajar mahasiswa dalam penelitian ini digunakan kuesioner dengan indikator-indikator dapat diliha seperti dibawah ini:

1) Frekuensi membaca sumber (buku) penunjang perkuliahan

a) Rajin membaca (mendalami) buku perkuliahan.

b) Konsisten dan berkelanjutan.

c) Memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar.

1

(28)

d) Memanfatkan internet sebagai sumber belajar.

5

2) Pengerjaan tugas

a) Teliti dalam mengerjakan tugas.

b) Perhatian terhadap hal-hal kecil dalam tugas belajar.

a) Serius dalam melaksanakan tugas belajar kelompok.

b) Tanggap dalam kegiatan kerja kelompok. c) Aktif dalam diskusi kelompok.

b) Tidak menunjukkan kebosanan mencoba berulang kali.

Analisis data dilakukan dengan dua cara sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini adalah untuk memperoleh gambaran perbedaan prestasi belajar mahasiswa PGSD Berasrama dan mahasiswa PGSD Reguler.

(29)

Selanjutnya perbedaan ketekunan belajar mahasiswa berdasarkan angket yang di dapat maka dikategorikan sebagai berikut:

≥ 4,50 = Istimewa 4,00 - 4,49 = Amat Baik 3,50 - 3,99 = Baik 3,00 - 3,49 = Cukup

2,50 - 2,99 = Amat Kurang

2. Analisis Statistik

Data sampel dianalisis dengan menggunakan analisis uji perbedaan rata-rata (uji t). Karena dalam penelitian ini akan menguji dua variabel dari masing-masing kelompok sampel maka analisis datanya adalah dua uji perbedaan rata-rata sampai batas. Adapun langkah-langkah pangujian adalah sebagai berikut :

1. Mencari rerata masing-masing kelompok (X1, X2)

2. Mencari varian kedua kelompok (S2), dicari dengan rumus sebagai berikut:

3. Mencari koefisien t, dengan rumus:

4. Menentukan df dan taraf kepercayaan

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Sajian data berikut ini tidak lagi merupakan data mentah tetapi sudah merupakan data matang yang telah diolah berdasarkan rekaman instrumen pengumpul data. Pengolahan data yang dimaksud masih merupakan pengolahan data tingkat awal yang hasilnya dituangkan ke dalam tabel analisis.

Tabel 1

KETEKUNAN BELAJAR MAHASISWA S1 PGSD BERASRAMA DAN S1 PGSD REGULER

(31)

31 3,5 3,7

S1 PGSD BERASRAMA DAN S1 PGSD REGULER

(32)

32 3,45 2,98

Berdasarkan pengolahan data diperoleh gambaran prestasi belajar dan ketekunan belajar mahasiswa PGSD Berasrama dan PGSD Reguler semester IV:

a. Gambaran Prestasi Belajar Mahasiswa

Gambaran prestasi belajar mahasiswa yaitu sebagai berukut:

1) Gambaran prestasi belajar mahasiswa PGSD Berasrama semester IV sebagai sampel yang terdiri dari 39 orang mahasiswa dengan jumlah 136,29 diperoleh rata-rata nilai mencapai 3,49 tergolong dalam predikat amat baik.

(33)

118,76 diperoleh rata-rata nilai mencapai 3,05 tergolong dalam predikat amat baik.

b. Gambaran Ketekunan Belajar Mahasiswa

Gambaran ketekunan belajar mahasiswa yaitu sebagai berikut :

1) Gambaran ketekunan belajar mahasiswa PGSD Berasrama semester IV sebagai sampel yang terdiri dari 39 orang mahasiswa dengan jumlah 142,3 diperoleh rata-rata nilai mencapai 3,60 tergolong dalam predikat baik.

2) Gambaran ketekunan belajar mahasiswa PGSD Reguler semester IV sebagai sampel yang terdiri dari 39 orang mahasiswa dengan jumlah 135,4 diperoleh rata-rata nilai mencapai 3,47 tergolong dalam predikat cukup.

2. Analisis Statistik

Data perbandingan prestasi belajar dan ketekunan belajar mahasiswa PGSD Berasrama Banjarbaru berdasarkan tahun kelulusan sekolah akan dihitung dengan uji t.

a. Variabel Prestasi Belajar

Secara keseluruhan dapat dilakukan melalui proses perhitungan sebagai berikut: 1) Mencari rerata masing-masing kelompok (X1, X2)

=

= 3,49

= = 3,05

2) Mencari varian kedua kelompok (S2), dicari dengan rumus sebagai berikut:

(34)

S

2

=

S

2

=

6,332

3) Mencari koefisien t, dengan rumus:

t =

t =

t =

0,782

4) Menentukan df dan taraf kepercayaan df = n1 + n2 – 2

df = 39 + 39 – 2 df = 76

b. Variabel Ketekunan Belajar

Secara keseluruhan dapat dilakukan melalui proses perhitungan sebagai berikut: 1) Mencari rerata masing-masing kelompok (X1, X2)

=

= 3,56

= = 3,47

2) Mencari varian kedua kelompok (S2), dicari dengan rumus sebagai berikut:

(35)

S

2

=

S

2

=

6,589

3) Mencari koefisien t, dengan rumus:

t =

t =

t =

0,155

4) Menentukan df dan taraf kepercayaan df = n1 + n2– 2

df = 39 + 39 – 2 df = 76

C. Pengujian Hipotesis

Bardasarkan label data tersebut, kemudian data diolah/dianalisis dengan menggunakan teknik uji perbedaan rata-rata. Hasil analisis, didapatkan nilai-nilai t sebagaimana terhitung pada tabel berikut.

Variabel S2 T hitung df Taraf signifikansi T tabel

Ketekunan Belajar 6,589 0,155 76 0,05 1,994

Hasil Belajar 6,322 0,782 76 0,05 1,994

Keterangan : S2 = Varian

(36)

Dari hasil analisis data dalam tabel di atas, dapat diketahui bahwa hipotesis : Ada perbedaan yang signifikan dalam kuantitas ketekunan belajar antara mahasiswa yang mendapat dana pandidikan dengan yang tidak mendapat dana pendidikan adalah tidak diterima baik pada taraf siginifikansi 0,01% atau pun pada taraf siginifikansi 0,05% karena t hitung < t tabel.

Ada perbedaan yang signifikan dalam kualitas prestasi akademis antara mahasiswa yang mendapat dana pendidikan dan yang tidak mendapat dana pendidikan adalah tidak diterima baik pada taraf signifikansi 00,5 atau pun pada taraf signifikansi 0,01, karena t hitung < t tabel.

D. Pembahasan

Interpretasi dan diskusi hasil analisis data bersumber dari hasil pengujian hipotesis dan teori-teori lain yang relevan. Bertolak dari sumber-sumber tersebut maka didapatkan beberapa point dan uraian secara deskriptif, yaitu:

Antara mahasiswa yang mendapatkan dana belajar dengan mahasiswa yang tidak mendapatkan dana belajar tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kuantitas ketekunan belajarnya.

Antara mahasiswa yang mendapatkan dana belajar dengan mahasiswa yang tidak mendapatkan dana belajar tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kualitas prestasi akademisnya.

Dapat dikatakan bahwa kualitas prestasi akademis mahasiswa lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang lebih barsifat individual. Kualitas prestasi akademis mahasiswa bukan semata-mata ditentukan oleh perolehan tunjangan belajar yang diberikan oleh pemerintah.

Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh serta faktor kematangan fisik ataupun psikhis marupakan faktor-faktor internal yang ikut mempengaruhi prestasi belajar. Sedangkan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar individu adalah faktor sosial budaya, lingkungan fisik maupun faktor lingkungan spiritual dan keamanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar (Abu A, Widodo S., 1990 : 130).

(37)

eksternal yang dapat memenuhi motif individu. Insentif-insentif dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu (1) insentif intrinsik, dan (2) insentif ekstrinsik. Dari dua macam Insentif itu, yang lebih memajukan belajar individu adalah insentif yang intrinsik (Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, 1990: 136).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi insentif ekstrinsik yang berupa pemberian tunjangan belajar kepada mahasiswa PGSD Berasrama kurang terbukti memberikan andil dalam menumbuhkan motivasi belajar kepada mahasiswa. Ini terbukti dengan tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam rerata ketekunan belajar mahasiswa.

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan interpretasi hasil penelitian dan diskusi dengan teori-teori yang relevan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Perolehan tunjangan belajar bagi mahasiswa PGSD Berasrama kurang membawa pengaruh terhadap ketekunan belajarnya, sebab ketekunan belajar mahasiswa PGSD Berasrama tidak barbeda dengan ketekunan belajar Mahasiswa PGSD Reguler.

2. Perolehan tunjangan belajar bagi mahasiswa PGSD Berasrama tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas hasil belajarnya sehingga hasil belajar Mahasiswa PGSD Berasrama tidak barbeda dengan hasil belajar mahasiswa PGSD Reguler. 3. Faktor tunjangan belajar yang diberikan oleh pemerintah adalah hanya

merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan ketekunan belajar dan kualitas hasil belajar, sedangkan beberapa faktor lain seperti IQ, minat, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, beban mengajar dan lain-lain, belum terungkap dalam penelitian ini. Oleh sebab itu hasil penelitian ini terbatas pada faktor perbedaan perolehan tunjangan belajar saja.

B. Saran

Untuk Dosen (Lembaga).

Mengingat kegiatan belajar mahasiswa yang masih kurang maksimal, terutama berkaitan dengan buku-buku penunjang dan fasilitas akses internet yang belum ada di kampus, maka hendaknya dosen (pengelola) memberikan kemudahan dengan menunjukkan alternatif bacaan selain perpustakaan misalnya penyediaan internet di laboratorium komputer.

Untuk Mahasiswa

(39)

INSTRUMEN

KETEKUNAN BELAJAR MAHASISWA S-I PGSD

PETUNJUK ANGKET

1. Mohon bantuan dan kesedian sdr/sdri untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada. 2. Memeri tanda (X) pada kolom yang anda pilih sesuai keadaan yang sebenarnya. 3. Ada lima alternatif jawaban yang dipilih yaitu:

1 = tidak pernah 2 = jarang sekali 3 = kadang-kadang 4 = sering

5 = sering sekali

No ITEM PERNYATAAN JAWABAN

1 2 3 4 5

1 2 3

1. Rajin membaca (mendalami) buku perkuliahan. 2. Konsisten dalam mempelajari materi perkuliahan. 3. Mempelajari materi perkuliahan secara berkelanjutan. 4. Memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar. 5. Memanfatkan internet sebagai sumber belajar. 6. Teliti dalam mengerjakan tugas.

7. Perhatian terhadap hal-hal kecil dalam tugas belajar. 8. Mengerjakan tugas dengan segera.

9. Serius dalam melaksanakan tugas belajar kelompok. 10. Tanggap dalam kegiatan kerja kelompok.

11. Aktif dalam diskusi kelompok.

12. Tidak cepat putus asa dalam upaya menguasai materi pembelajaran.

13. Tidak menunjukkan kebosanan dalm belajar (mencoba berulang kali).

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1990. Psikologi Belajar, Jakarta; Rineka Cipta. Amirin, Tatang M. 2009. Populasi dan Sampel Penelitian.

(http://tatangmanguny.wordpress.com diakses pada 21 Maret 2010).

Amirin, Tatang M. 2009. Konsep Definisi Operasional, dan Definisi Konseptual. (http://tatangmanguny.wordpress.com diakses pada 21 Maret 2010).

Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara

Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. (http://sunartombs.wordpress.com diakses pada 27 Februari 2010).

Sunny. 2009. Penelitian Ex Post Facto. (http://ilmumetodepenelitian.blogspot.com diakses pada 19 Maret 2010).

Widuroyekti, Barokah. 1994. Perbandingan Hasil Belajar Antara Mahasiswa PGSD Setara D II Proyek Dengan Mahasiswa PGSD Setara D II Swadana Di Kabupaten Jombang. (http://pustaka.ut.ac.id di akses pada 27 Februari 2010) . 2008. Program dan Kegiatan Direktorat Ketenagaan-DIKTI. (http://ditnaga-dikti.org diakses pada 29 Februari 2010).

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis 21 indikator tersebut, studi ini menemukan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen saat memutuskan untuk membeli dan menggunakan merek smartphone

Fokus penelitian kali ini adalah: (1) Awal mula collaborative governance antara Pemerintah Desa dengan Warga Desa Kramatwatu dalam pengelolaan bank dan cerobong

menciptakan pembelajaran yang aktif di sekolah guna menciptakan peserta didik yang aktif dalam proses belajar di sekolah dan untuk indikator harapan sebanyak 88,37% responden

Pelakasanaan Teknis Dinas Kalijudan. a) Proses pendaftaran beasiswa mahasiswa asuh. Pada proses ini calon mahasiswa asuh mengisi formulir dan mengisi berkas. administrasi yang

Hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan bagian AMT (Armada

Pada bagian ini penulis akan memperkuat simpulan terhadap epistemologi „positivisme‟ dari seorang Mattulada dalam karyanya Latoa dengan melacak beberapa tulisan

Based on the UV-A light characteristics of UV-LED irradiators superior to UV-A/B from UV- mercury irradiators as described above, we can draw a prototype UV-LED photoreactor for the

maqa&gt;mah dalam QS Fa&gt;t}ir/35: 35 dalah, pertama: panda kandungan makna ayat ini menjadi dalil penguat terhadap landasan hukum tingkatan maqa&gt;mah yang telah