• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam - macam kromatografi Kering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Macam - macam kromatografi Kering"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Fitokimia

(macam-macam

kromatografi

Ani Hanifah 260110130101

Muhammad Nur Iqbal 260110130105

Alsya Utami Rahayu 260110130117

Nafrah Hayura Ivan 260110130143

K e l a s : F a r m a s i B 2 0 1 3

F a k u l t a s F a r m a s i U n i v e r s i t a s P a d j a d j a r a n

Kelompok 11

(2)

BAB II

ISI

2.1 Definisi Kromatografi

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase,yaitu fase diam dan fase gerak.

Apabila fase diam berupa zat padat dikenal dengan istilah kromatografi penyerapan (adsorption chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini disebut kromatografi pembagian (partition chromatography).

Ada dua fase dalam kromatografi, yaitu:

a. Fasa diam (adsorben atau lapisan penyerap)

Bertindak sebagai pemisah campuran. Contoh pelrut yang digunakan adalah silika gel, alumunium oksida, selulosa. Namun yamg paling banyak digunakan adalah slika gel dan alumunium oksida karena kadar air yang digunakan berpengaruh nyata terhadap daya.

b. Fasa gerak (Eluen)

Bertindak sebagai pembawa campuran. Komponen-komponen campuran akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda akibat hambatan dari fase diam sehingga terjadi pemisahaan.

2.2 Macam-macam Kromatografi

(3)

2.3 KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

2.3.1 Teori Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari satu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.

Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Gel silika atau alumina meupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultraviolet. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Pada kromatografi lapis tipis, sebuah garis digambarkan dibagian atas dan bawah lempengan dan setetes pelarut (fase gerak) dari campuran pewarna di tempatkan pada garis yang telah ditentukan. Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram di bentuk.

Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relatif f pada pelarut. Harga Rf

dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai berikut:

Rf = Jarak yang di tempuh komponen Jarak yang ditempuh pelarut

Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu Rf juga disebut faktor referensi.

(4)

1. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitas. 2. Struktur kimia dari senyawa dipisahkan. 3. Kerapan dari satu pasang penyerap. 4. Pelarut (derajat kemurnian) fase bergerak.

Syarat-syarat pelarut yang diinginkan dalam KLT:

1. Pelarut yang digunakan tergantung pada sifat zat yang akan dianalisa. Yang polar akan larut pada pelarut polar.

2. Untuk komponen yang lebih polar.

Keuntungan KLT:

1 Waktu relatif singkat

2 Menggunakan inestasi yang kecil.

3 Paling cocok untuk analisis bahan alam dan obat. 4 Jumlah cuplikan yang dengan sedikit.

5 Kebutuhaan ruang minimum. 6 Penanganan sederhana.

7 Zat yang bersifat asam/basa kuat dapat dipisahkan dengan KLT.

Kelemahan KLT:

1 Hanya merupakan langkah awal untuk menentukan pelarut yang cocok dengan pada kromatografi kolom

2 Noda yang terbetuk belum tentu senyawa murni.

2.3.2 Prinsip Kromatografi Lapis Tipis

(5)

2.3.3 Tahapan Kromatografi Lapis Tipis

Alat

1. Plat KLT digunakan sebagai media pada noda

2. Pipa kapiler digunakan sebagai alat untuk meneteskan hasil soklet pada KLT 3. Chamber digunakan untuk tempat proses pendorongan noda oleh eluen Bahan

1. Hasil ekstrak soklet sebagai sampel yang akan di uji senyawanya 2. Pelarut atau eluen digunakan untuk mendorong noda pada KLT Tahapan

1. Fase diam ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok.

2. Campuran yang akan dipisah berupa larutan , ditotolkan berupa berupa bercak atau pita (awal).

(6)

4. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.

2.4 KROMATOGRAFI KERTAS

2.4.1 Teori Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas termasuk kromatografi cair-cair dengan kertas sebagai zat pendukung(fase diam) karena kertas atau serat-serat selulosa merupakan adsorben lemah yang hidrofil, adsorbs zat oleh kertas tidak terlalu kuat dan terdesak oleh air. Air atau bagian yang lebih polar dari cairan yang di pakai sebagai eluen (fase gerak) akan berlaku sebagai fase stasioner jadi kromatografi kertas dapat di golongkan sebagai jenis kromatografi cairan-cairan dan mekanisme pemisahan yang dominan adalah partisi. Oleh gaya kapiler dari kertas, fase mobil dapat bergerak naik, mendatar maupun menurun.

Eluen (pelarut, cairan pengelusi) pada kromatografi kertas biasanya merupakan

campuran 2 komponen atau lebih, yang berlaku sebagai fase mobil selanjutnya adalah bagian campuran yang kurang polar.

(7)

memberikan intensitas maksimum pada bercak) suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, di ukur dari titik penotolan, di nyatakan sebagai harga Rf suatu senyawa tersebut. Harga Rf berubah sesuai dengan kondisi percobaan karena itu identifikasi sebaikanya di lakukan dengan menggunakan baku pembanding yang sama dengan uji kromatogram yang sama. Jika zat uji yang di identifikasi dan baku pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dalam warna dan harga Rf pada semua kromatogram dan kromatogram dari campuran menghasilkan harag Rf adalah 1,0

2.4.2 Prinsip Kromatografi Kertas

Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi dalam pelarut yang bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.

2.4.3 Tahapan Kromatografi Kertas

Tahapan kromatografi kertas adalah sebagai berikut cuplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas).

(8)

adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf.

 Misalnya memisahkan (mengidentifikasi) zat warna pada tinta berwarna hitam.

 Tinta berwarna hitam ini merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berwarna. Cara mengidentifikasinya adalah sampel tinta diteteskan pada kertas saring yang telah diberi tanda garis dengan pensil sebagai titik awal. Kertas saring (sebagai fasa diam)

kemudian ditempatkan di dalam gelas beaker yang telah berisi pelarut (sebagai fasa gerak), misalnya aseton. Pelarut tidak boleh mengenai sampel tinta.

 Pelarut akan meresap pada kertas saring dan bergerak naik, kemudian memisahkan tinta menjadi beberapa zat warna. Zat warna yang paling mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat ke atas daripada zat warna yang terabsorb kuat pada fase diam. Setelah fase gerak mencapai bagian atas, kertas saring kemudian dapat diambil dan dikeringkan, menghasilkan kromatogram.

2.5 KROMATOGRAFI KOLOM

2.5.1 Teori Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran.

(9)

a. Kolom analitik : garis tengah dalam 2 – 6 nm. Panjang bergantung pada jenis kemasan,untuk kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50 – 100 cm. Untuk kemasan mikropartikel berpori, biasanya 10 – 30 cm;

b. Kolom preparatif : umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 – 100 cm.

Pembagian fase dalam kromatografi kolom:

1. Fasa diam

Fasa diam yang digunakan dalam kromatografi kolom adalah suatu adsorben padat. Biasanya berupa silika gel atau alumina. Dahulu juga sering digunakan bubuk selulosa. Fasa diam berbentuk serbuk microporus untuk meningkatkan luas permukaan. 2. Fasa gerak

Fasa gerak atau eluen adalah campuran cairan murni. Eluen dipilih sedemikian rupa sehingga faktor retensi senyawa berkisar antara 0,2-0,3 supaya meminimalisir penggunaan waktu dan jumlah eluen melewati kolom. Jenis eluen yang digunakan dapat dicoba terlebih dahulu menggunakan kromatografi lapis tipis. Setelah dirasa cocok, eluen yang sama digunakan untuk mengelusi komponen dalam kolom.

Metode kromatografi kolom:

1. Metode kering

Pada metode kering kolom diisi dengan fasa diam kering, diikuti dengan penambahan fasa gerak yang disiramkan pada kolom sampai benar-benar basah.

2. Metode basah

Pada metode basah bubur (slurry) disiapkan dengan mencampurkan eluen pada serbuk fasa diam dan dimasukkan secara hati-hati pada kolom. Dalam langkah ini harus benar-benar hati-hati supaya tidak ada gelembung udara. Larutan senyawa organik dipipet di bagian atas fasa diam, kemudian eluen dituangkan pelan-pelan melewati kolom.

Pembagian Kromatografi Kolom:

1. Kromatografi Fase Normal

(10)

2. Kromatografi Fase Terbalik

Pada kromatografi fase terbalik, fase diamnya bersifat non polar, yang banyak dipakai adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan oktilsilan (C8). Sedangkan fase geraknya bersifat polar, seperti air, metanol dan asetonitril

2.5.2 Prinsip Kromatografi Kolom

Prinsip dari kromatografi kolom adalah adsorpsi dan partisi. Adsorpsi adalah mekanisme berupa komponen sample secara selektif diadsorpsi oleh permukaan fasa diam. Partisi adalah mekanisme berupa komponen sample secara selektif terpartisi antara eluen dan lap. Cair tipis yang terikat pada padatan pendukung inert.

2.5.3 Tahapan Kromatografi Kolom

Tahapan kromatografi kolom adalah sebagai berikut: Komponen tunggal ditahan pada fasa diam berupa adorben karena telah terikat. Ketika eluen dialirkan, maka senyawa akan melakukan migrasi, terbawa oleh eluen sesuai dengan kesesuaian kepolaran. Masing-masing senyawa dalam komponen mempunyai kecepatan yang berbeda-beda dalam melewati kolom. Selama proses berlangsung, akan didapatkan beberapa fraksi. Masing-masing fraksi kemungkinan mengandung senyawa yang berbeda. Untuk mengujinya, fraksi hasil kromatografi kolom dapat diamati menggunakan KLT. Fraksi dengan Rf yang mirip, kemungkinan mengandung senyawa yang sama. Fraksi dapat diamati leih lanjut menggunakan spektroskopi.

(11)

2.6 KROMATOGRAFI CAIR – VAKUM

2.6.1 Teori Kromatografi Cair-Vakum

Kromatografi vakum cair merupakan salah satu jenis dari kromatografi kolom. Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan campuran larutan dengan perbandingan pelarut dan kerapatan dengan menggunakan bahan kolom. Kromatografi kolom lazim digunakan untuk pemisahan dan pemurnian senyawa .

Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat : metanol (elusi gradien) dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan eluen .

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengerjaan kromatografi kolom vakum cair meliputi :

Biasanya jenis adsorben digunakan silika gel F60. Adsorban ini cocok untuk fraksinasi senyawa yang terdapat pada ekstrak nonpolar atau semipolar, tetapi tidak cocok untuk komponen senyawa yang polar karena senyawa tersebut akan diikat kuat oleh adsorben .

Digunakan corong G3 dalam pembuatan kolom. corong ini diisi dengan adsorben sampai setinggi 2,5 cm, kemudian bagian luar corong diketuk-ketuk dengan jari sambil dihisap dengan pompa vakum dan permukaan diratakan.

Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik tertentu yang mudah menguap yaitu umumnya untuk ekstrak nonpolar digunakan eter minyak bumi, sedangkan untuk ekstrak polar digunakan metil klorida atau kloroform .

Pengelusian dan penampungan fraksi. Pengelusian diawali dengan komposisi pelarut yang nonpolar, kemudian dilanjutkan komposisi pelarut berdasarkan yang meningkat. Jumlah pelarut yang digunakan setiap kali elusi harus dapat membasahi isi kolom (Kusmardiyani dan Nawawi, 1992).

Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu :

(12)

2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa

2.6.2 Prinsip Kromatografi Cair-Vakum

Prinsip dari kromatografi vakum cair adalah untuk pemisahan komponen senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak kedalam beberapafraksi berdasarkan kepolaran .

2.6.3 Tahapan Kromatografi Cair-Vakum

Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas kering (biasanya dengan penjerap mutu KLT 10-40 μm) dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai .

(13)

2.7 KROMATOGRAFI PREPARATIF

2.7.1 Teori Kromatografi Preparatif

Kromatografi mungkin preparatif atau analitis. Tujuan dari kromatografi preparatif adalah untuk memisahkan komponen campuran untuk digunakan lebih lanjut (dan dengan demikian suatu bentuk pemurnian). Analisis kromatografi dilakukan biasanya dengan jumlah yang lebih kecil bahan dan untuk mengukur proporsi relatif dari analit dalam campuran. Keduanya tidak saling eksklusif.

Pada kromatografi preparative, proses isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan. Kromatografi preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran

2.7.3 Prinsip Kromatografi Preparatif

Prinsip kromatografi preparatif adalah memurnikan jumlah senyawa yang cukup dari bahan untuk digunakan lebih lanjut.

2.7.4 Tahapan Kromatografi Preparatif

(14)

Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Tersedia online di repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28697/4/Chapter %20II.pdf [Diakses pada 24/02/2015]

Anonim. 2011. Tersedia online di staff.uny.ac.id/sites/...Si./PPT-KA%20II-KROM.KOLOM -SUSI.pdf [Diakses pada 24/02/2015]

Anonim. 2013. Kromatografi Kolom. Tersedia online di

http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-kolom.html [Diakses pada 24/02/2015]

Erma, Yunita. 2012. Isolasi Flavonoid. Tersedia online di

http://yunitaerma.blogspot.com/2012/02/isolasi-flavonoid.html [Diakses pada 24/02/2015] Nadjeb. 2009. Kromatografi. Tersedia online di

Gambar

Gambar kromatografi kolom
Gambar kromatografi volum

Referensi

Dokumen terkait