• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM (2)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

yang dibina oleh Bpk. Sugeng Santoso, Spd.

Oleh Kelompok II

Rizaldy Aga Pratama (145030200111067) Rhizka Prahastyo (145030200111068) Julian Dwiki Rivaldi (145030200111069)

Nur Ana Lailil (145030200111070)

ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia

hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya:

1. Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan islam?

2. Bagaimana asal-usul dan proses penciptaan manusia dalam pandangan islam dan teori evolusi ?

3. Apa sajakah status dan peran manusia sebagai abdullah dan khalifah?

4. Bagaimana tugas dan tanggungjawab manusia sebagai abdullah dan khalifah?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari topik makalah ini adalah:

1. Mengemukakan hakikat manusia menurut pandangan islam.

2. Membandingkan asal-usul proses terciptanya manusia dari pandangan islam dan teori evolusi.

(3)

1.4 METODE PENULISAN

Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain seperti perangkat media massa yang diambil dari internet.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2. 2 HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM

Siapakah manusia? Pertanyaan yang tampak sederhana tetapi tidak mudah untuk menjawabnya. Hal ini disebabkan kerena masih banyak orang yang belum mengetahui kebenaran tentang dirinya sendiri. Inilah yang akan menyebabkan perbedaan pemahaman antara dirinya dengan orang lain. Karena adanya perbedaan pendapat itulah, akhirnya islam menawarkan konsep yang guna untuk membantuu umat manusia untuk menjelaskan tentang jati diri manusia secara utuh.

Dalam islam diajarkan bahwa yang dapat menjelaskan tentang hakikat manusia yang sebenarnya adalah pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Hal tersebut telah

dijelaskan dalam Q. S. Al-Isra’: 85. Dalam surat tersebut Allah menjelaskan bahwa “Sang Penciptalah yang lebih memahami cipataan-Nya”.

Di dalam Quran itu sendiri telah dijelaskan tentang manusia dan penyebutan nama manusia itu sendiri. Penyebutan manusia bisa dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu antara lain:

a) Aspek Historis

Manusia disebut dengan Bani Adam atau anak Adam. Telah dijelaskan dalam Q.S. Al-A’raf: 31, yang artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

b) Aspek Biologis

Manusia disebut sebagai Basyar, yang berarti menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari kata tersebut, kemudian lahirlah basyarah yang berarti kulit yang

mencerminkan salah satu contoh gambaran manusia secara fisik atau biologis.

Hal ini juga sudah dijelaskan dalam Q. S. Al-Rum: 20, yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.”

c) Aspek Intelektual

(5)

Q. S. Al-Tin: 4, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Selain itu juga dijelaskan dalam Q. S. Al-Rahman: 3-4, yang artinya: “Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”

Istilah Insan terdapat makna rohaniah yang sejak awal penciptaannya telah diberikan oleh Allah kekuatan yang bersifat potensial yaitu nafsu, akal dan rasa.

d) Aspek Sosiologis

Manusia disebut Nas yang menunjukkan kecenderungannya untuk berkelompok dengan sesama jenisnya.

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal...” (Q.S. Al-Hujarat: 13)

e) Aspek Posisional

Manusia disebut ‘abd yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya.

Menurut ajaran Islam, pada hakikatnya manusia adalah:

 Makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan dijadikan dalam bentuk yang sangat baik. (Q.S. Al-Tin: 14)

 Diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya.

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S. Al-Dzariyat: 56)

 Makhluk yang dikaruniai ruh.

 Makhluk yang dianugerahi akal. Sehingga ada manusia yang selalu tunduk dan patuh, ada yang beriman dan ada pula yang kafir.

 Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi.

 Secara individual, manusia bertanggungjawab atas segala amal perbuatannya. “Setiap orang bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.”

(Q.S. Al-Thur:21)

Dalam ajaran islam mengemukakan bahwa sejatinya manusia terdiri dari empat unsur yakni:

1. Jasmani : Terdiri dari seluruh anggota badan atau fisik yang tampak dari luar manusia. 2. Hayat : Unsur hidup dalam diri manusia yang ditandai dengan gerak.

3. Roh : Bekerja secara spiritual karena kehendak Allah SWT.

(6)

2.2 ASAL-USUL DAN PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM DAN TEORI EVOLUSI

Penciptaan Manusia dalam pandangan Islam

Hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dalam Al-Quran, ketika menyatakan bahwa Allah sang Maha Pencipta. Dengan kata lain, kehidupan manusia memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari

perubahan sampai kematian.

Dalam Q.S Nuh 13-14 Allah SWT menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan untuk perkembangan dalam tahapan. Ayat ini dalam pengertian bahwa manusia diciptakan dari nutfah (tetesan), kemudian diubah menjadi alaqah (segumpal pendarahan), kemudian menjadi mudhgah (segumpal darah), dan seterusnya.

Dalam Q.S al-insyqaq 19 mempunyai pengertian yakni, bahwa manusia tumbuh dari satu keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kanak-kanak setelah bayi, menjadi tua setelah muda dan kuat.

Dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-15 Allah SWT berfirman bahwa:

“12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.15. Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.”

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa perkembangan embrio terjadi secara bertahap. Tahapan-tahapan yang digambarkan dalam dua ayat tersebut adalah sama persis dengan temuan ilmu pengetahuan modern. Secara global, pentahapan itu dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sel telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita dan diletakan pada semacam tabung yang disebut fallopian. Saat bersenggama, akan ada satu sperma laki-laki yang membuahi sel telur. Sel telur yang dibuahi akan bergerak ke rahim (uterus)dan menempel pada dinding rahim.

(7)

Dalam surat As-Sajadah ayat 7-9 yang artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia

menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”

Dari terjemahan ayat Al-Quran diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan oleh Allah dari tanah. Tanah yang diinjak-injak sehari-hari, tanah yang dijadikan tempat bercocok tanam,tanah yang kering dan yang basah, tanah yang dijadikan tempat hidup bagi cacing-cacing, tanah yang dijadikan sebagai bahan baku membuat genting,bata merah untuk membuat bangunan tempat tinggal, itulah bahan baku untuk kejadian seorang anak manusian dan tiap-tiap manusia tanpa terkecuali. Di mulai dari apa yang dimakan sehari-hari, misalnya nasi,gandum,jagung,sayur-mayur dan buah-buahan hingga daging, segala makanan yang dikonsumsi manusia itu tumbuh dan mengambil sari makanan dari tanah.

Di dalam segala makanan itu ada segala macam saringan yang ditakdirkan Allah atas alam. Di dalam makanan itu terdapat protein, karbohidrat, zat besi, berbagai macam vitamin dan zat-zat lain yang memang sangat diperlukan bagi keperluan tubuh manusia. Sehingga dengan makanan itu segala kebutuhan tubuh dapat tercukupi, makanan masuk ke dalam sisitem pencernaan, kemudian makanan ini menjadi dua bagian, yaitu sari makanan dan sisa makanan yang akhirnya dibuang oleh tubuh. Sedangkan sari makanan tadi diproses lebih lanjut

sehingga sebagian menjadi darah, hormon, air susu, lemak dan lain-lainnya termasuk air mani (bagi laki-laki) yang tersimpan dalam tulang sulbi dan ovum (sel telur) bagi perempuan yang tersimpan dalam tulang dada. Dan dengan kehendak Allah maka pria dan wanita pun

diciptakan untuk berpasang-pasangan karena dengan perpaduan gender mereka terciptalah suatu nutfah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya :

(45)ىأثْنُ ْلاأوأرأكّذلاِنْيأج ْوّزلاأقألأخُهّنأأأو

(46)ىأنْمُتاأذِإٍةأفْطُنْنِم

Artinya : dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. dari air mani, apabila dipancarkan (Q.S an-najm ayat 45-46)

Dan kehendak ilahi berpadulah satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur yang sangat kecil. Perpaduan keduanya itulah yang dinamakan nutfah, kian lama kian besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari.

(8)

Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu dan bertukar rupa menjadi segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bukan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si ibu,pendingin,pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persendian air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.

Mulanya hanya sekumpulan tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging. Pada saat itu dianugrahkan kepadanya” ruh”, makanya bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia. (Dudung Abdullah ; 1994 :3).

Dalam surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:

﴿ ٍنوُنْسّم ٍإأمأح ْنِم ٍلاأصْلأص نِم اًرأشأب ٌقِلاأخ يِنِإ ِةأكِئ ألأمْلِل أُكبأر ألاأق ْذِإأو

٢٨ ﴾

﴿ أنيِدِجاأس ُهأل اوُعأقأف يِحوكر نِم ِهيِف ُتْخأفأنأو ُهُتْيّوأس٢٩ ﴾

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan

bersujud . (Q.S. Al-Hijr: 28-29).

Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan ke dalam rahim wanita yang mengandung embrio yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit pengetahuan manusia, sedikitnya juga keterangan tentang makhluk ghaib itu diberikan tuhan dalam Al-quran. “Dan (ingatlah), ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tenah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (Q.S. Al-Hijr: 28-29). Yang

dimaksud”dengan bersujud” dalam ayat ini bukanlah menyembah, tetapi memberi penghormatan.

(9)

ِحوّرلا ِنَع َكَنوُلَأْسَيَو ۖ

﴿ لليِلَق للِإ ِمْلِعْلا َنِم مُتيِتوُأ اَمَو يِبَر ِرْمَأ ْنِم ُحوّرلا ِلُق

٨٥

Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Q.S. Al-Isra:85).

Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan tertentu. Jika analisis, al-quran dan hadits secara umum membagi kehidupan manusia pertumbuhan dan perkebangan di dunia menjadi dua katagori besar, kelahiran dan pasca kelahiran. Al-quran juga menyatakan, sebagimana petikan (Q.S Al-hajj 5) bahwa periode perkelahiran telah ditentukan (biasanya 9 bulan dalam keadaan normal). Namun Al-quran juga menyebutkan bahwa ada kasus-kasus pengecualian dimana periode prakelahiran dihentikan, sebelum atau setelah waktu yang normal.

Penciptaan manusia menurut teori Evolusi

Teori Evolusi ini pertama kali dikemukakan oleh Charles Robert Darwin. Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12 Desember 1809 – meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April1882 pada umur 72 tahun) adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral dari biologi (ilmu hayat).

Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life(biasanya disingkat menjadi The Origin of Species) (1859) merupakan karyanya yang paling terkenal sampai sekarang.Buku ini menjelaskan evolusi melalui garis keturunan yang sama sebagai penjelasan ilmiah yang dominan mengenai keanekaragaman di dalam alam. Darwin diangkat menjadi Fellow of the Royal Society, melanjutkan penelitiannya, dan menulis serangkaian buku tentang tanaman dan binatang, termasuk manusia, dan yang menonjol adalah The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex dan The Expression of the Emotions in Man and Animals. Bukunya yang terakhir adalah tentang cacing tanah.

Teori Darwin yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup bersaing di alam ini melalui seleksi alam, membuat semua manusia terutama ras-ras tertentu merasa terancam. Sejak teori ini dihembuskan, sejak itu pula secara signifikan manusia semakin berlomba untuk dapat bertahan dengan berbagai cara, terutama melalui peperangan.

Keadaan dunia yang kacau seperti sekarang hanya karena untuk bertahan hidup membuat segala kekacauan bersumber dari teori ini. Mereka beranggapan bahwa suatu ras harus mendominasi agar dapat bertahan hidup.

(10)

makhluk yang diberi akal agar saling menjaga, bukan berperang atau saling berlomba memusnahkan.

Tidak hanya itu, secara perekonomian, ideologi, sosial dan politik mereka juga saling

mengalahkan dan berusaha untuk bertahan dengan berbagai cara. Teori yang menjerumuskan manusia agar berfikir untuk bertahan ini, membuat para ilmuwan mengkategorikan sebagai “teori paling berbahaya sepanjang masa”.

Manusia Modern Sudah Ada Sejak Jutaan Tahun Lalu

Bukti manusia modern ada sejak 430,000 tahun lalu sebagai titik tolak manusia awal melalui desain canggih yang ditemukan diwilayah utara, Jerman. Pendukung teori Darwin menyatakan bahwa Homo Sapiens modern hidup sejak 50 ribu tahun yang lalu. Sementara peneliti modern menyatakan bahwa nenek moyang manusia sudah hidup sekitar 100 ribu tahun, bahkan sekarang banyak peneliti yang sepakat bahwa manusia mulai berkembang sejak 275 ribu tahun lalu.

Peralatan batu yang ditemukan di Hueytalco-Meksiko berusia 250 tahun, jauh sebelum manusia bermigrasi ke Amerika. Tengkorak manusia ditemukan diwilayah Buenos Aires, Argentina yang berusia 1 juta tahun, dan patung manusia berukuran kecil ditemukan di Nampa-Idaho dalam lapisan bebatuan berusia 2 juta tahun.

Bukti ini jelas menyatakan bahwa ras manusia sudah ada dan hidup berdampingan dengan manusia kera sebagai ras primitif.

Bukti semakin bertambah, fosil-fosial yang ditemukan berusia terkadang lebih tua dari pernyataan evolusi manusia. Kemungkinan manusia modern sudah ada sejak 2,5, atau bahkan 10 juta tahun yang lalu, dimana teori Darwin menyatakan manusia kera hidup ditahun-tahun tersebut.

(11)

2.3 STATUS DAN PERAN MANUSIA SEBAGAI ABDULLAH DAN KHALIFAH

Status dan peran manusia sebagai abdullah

Posisi manusia di alam atau kehidupan dunia ini, juga merupakan tujuan penciptaan manusia oleh Allah SWT, adalah sebagai hamba (‘abid). Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati.

Ibadah berakar kata ‘abada yang artinya mengabdikan diri, menghambakan diri. Ibadah dalam arti sempit ialah aktivitas keagamaan ritual seperti shalat, puasa, dan haji.

Dalam arti luas, ibadah adalah melaksanakan hidup sesuai dengan syariat Islam; aktivitas ekonomi –seperti berdagang, politik, seni, dan lainnya sesuai dengan nilai-nilai Islam. Semua perbuatan baik yang mendatangkan manfaat bagi diri dan orang lain adalah ibadah atau amal saleh.

Seorang Muslim harus memahami benar posisinnya di hadapan Allah sebagai ‘abid ini. Pemahamannya itu harus terwujudkan dalam perilaku Islami, karena secara ideal, seseorang yang mengaku Muslim, dirinya telah benar-benar ter-shibghah (tercelup) kedalam “celupan Allah”, yakni syariat Islam.

Muslim yang sudah ter-shibgah, segala perilaku kesehariannya berpedoman pada ajaran Islam, setiap gerak langkah dan perbuatannya “dikendalikan” oleh syariat Islam, sehingga ia selalu berbuat kebaikan dalam segala hal.

Kedudukan manusia yang paling utama adalah sebagai Abdullah yang artinya sebagai Hamba Allah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkan kepada-Nya. Dalam hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (sholat, puasa, haji, dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist). Kedua, sebagai khalifatullahi.

Selain itu, manusia bertugas sebagai ‘abdullah yaitu bisa dikaitkan dengan proses kejadian manusia yang telah dikemukakan terdahulu. Dari uraian terdahulu dapat

(12)

itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi dirinya atau naturnya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah ’abdullah (hamba Allah yang

senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya).

Dalam islam, terdapat beberapa golongan manusia yang dikatakan sebagai hamba Allah atau abdullah dijelaskan sebagai berikut yakni:

1. Golongan yang tidak tahu atau tidak sedar yang mereka itu hamba Allah.

Mereka ini adalah golongan yang tidak tahu, tidak sedar atau tidak mengambil tahu apakah dirinya hamba Allah atau tidak kerana mereka tidak beriman dengan Al Quran dan As Sunnah. Begitu juga mereka mentadbir kehidupan di dunia ini,tidak dengan syariat Tuhan tetapi dengan

ideologi yang mereka buat sendiri.

2. Golongan yang tahu bahawa mereka adalah hamba Allah di bumi tetapi rasa kehambaannya tidak ada atau tidak wujud.

Golongan ini tahu dan sedar bahwa mereka adalah hamba Allah di bumi tetapi kerana jahil, lemah melawan hawa nafsu,cinta dunianya begitu kuat, kepentingan peribadinya terlalu banyak, maka orang yang demikian rasa kehambaannya kepada Allah begitu lemah. Sebab itulah pengabdiannya kepada Allah lemah. Boleh jadi langsung

tiada. Mereka ini adalah golongan umat Islam yang fasik atau zalim dan ditakuti kalau dibiarkan terus boleh membawa kepada kekufuran.

3. Golongan yang merasa kehambaan kepada Allah di bumi.

Rasa kehambaannya kepada Allah itu kuat. Oleh itu mereka dapat melahirkan sifat-sifat kehambaan serta memperhambakan diri kepada Allah dengan membaiki yang fardhu dan sunat dengan sungguh-sungguh. Mereka juga dapat bertanggungjawab sebagai hamba-Nya di bumi sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing. Mereka boleh dibagikan

kepada beberapa bahagian pula iaitu:

a. Golongan yang sederhana (golongan ashabul yamin) b. Golongan muqarrobin

c. Golongan as siddiqin

4. Golongan yang sifat kehambaannya dan memperhambakan diri kepada Allah lebih menonjol daripada kekhalifahannya kepada Allah.

Maksudnya mereka yang dari golongan orang soleh tadi, ada di kalangan mereka, penumpuannya kepada beribadah kepada Allah lebih nampak dan menonjol dengan menghabiskan masa

beribadah, memperbanyakkan fadhoilul ‘amal, berzikir, membaca Al Quran,

(13)

Status dan peran manusia sebagai Khalifah

Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.

Firman Allah SWT :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini orang yang melakukan kerosakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa

bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah:30)

Dikalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling istimewa.

Peran manusia sebagai khalifah Allah, manusia memniliki dua peran penting yang diamanahkan kepadanya untuk dijalankan sampai hari kiamat. Dua peran tersebut sebagai bagian dari fungsi statusnya sebagai seorang khalifah bagi Alla di bumi.

1. Memakmurkan bumi atau Al-‘imarah. Manusia secara kelompok memiliki kewajiban untuk mengeksplorasi kekayaan alam agar dapan dimanfaatkan seluas-luasnya bagi umat manusia. Pemanfaatan tersebut haruslah adil dan merata dengan tetap menjaga kelestarian agar tidak punah untuk kehidupan generasi yang berikutnya.

2. Memelihara bumi atau Ar-Ri’ayah. Termasuk di dalamnya memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai Sumber Daya Manusia (SDM). Menjaga dan

memelihara bumi dari kerusakan dan kehancuran alam yang dilakukan oleh manusia maupun alam itu sendiri. Sumber daya manusia yang rusak dan tidak memiliki iman dapat berpotensi merusak alam.

Tidak ada kesia-siaan dalam proses penciptaan alam oleh Allah SWT. Seperti proses penciptaan manusia dengan maksud untuk menjadikannya khalifah yang bisa memakmurkan kehidupan bumi sesuai pentunjuk, yaitu pedoman yang ada dalam agama islam.

(14)

(Q.S. Al-Baqarah : 30)

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.”

Kandungan yang terdapat dalam ayat tersebut adalah: Allah menciptakan manusia di muka bumi agar manusia bisa menjadi seorang khalifah di muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan manusia sebagai khalifah Allah adalah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, airnya, gunungnya, lautnya, perikanannya, dan seyogiyanya manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya.

Jika manusia telah mampu melaksanakan itu semua, maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut. Terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.

2.4 TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA SEBAGAI ABDULLAH DAN KHALIFAH

Tugas dan tanggungjawab manusia sebagai Abdullah.

Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.

Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .

اأمأو اوُرِمُأ ِإ اوُدُبْعأيِل أ ّا يِصِلْخُم ُهأل أنيِدلا أءاأفأنُح اوُميِقُيأو أالّصلا ْؤُيأو اوُت أااأكّزلا أُِلأذأو ُنيِد ِةأمِيأقْلا

(15)

Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah). Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga . tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka).

Tugas dan tanggungjawab manusia sebagai Khalifah

Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harusdipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allahdi muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah danmendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.

Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan baik yang tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalamkandungan pada setiap gejala alam semesta (al-kaun).

Seorang wakil yangmelanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkarikedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.Oleh karena itu dia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaankewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam (Q.S. Al-Fathir : 39)

.

أوُه ىِذّلٱ ْمُكألأعأج أفِئٰٓألأخ ىِف ِضْرأ ْلٱ نأمأف أرأفأك ِهْيألأعأف ُهُرْفُك أ أو ُديِزأي ِرِفٰأكْلٱ أني ُرْفُك ْمُه أدنِع ْمِهِبأر ّ ِإ اًۭتْقأم أ أو ُديِزأي أنيِرِف ٰأكْلٱ ْمُهُرْفُك ّ ِإ ا ًۭراأسأخ

Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”. Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.

Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah).

Dengan mengeksploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya dapat melanjutkan eksploitasi itu.

(16)

Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.

Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah dan‘abdun merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran.

(17)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa pandangan islam tentang manusia yaitu tujuan dari manusia diciptakan oleh Sang Pencipta yakni Allah SWT, nantinya manusia akan dijadikan menjadi makhluk yang bisa menjadi seorang abdullah yang nantinya akan menjadi hamba yang taat sebagai hamba Allah yang beriman dan juga dijadikan seorang khalifah di muka bumi untuk menjaga, merawat dan melestarikan segala apapun yang ada di bumi dan juga yang nantinya akan mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal ini yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah yang paling sempurna.

3.2 HASIL DISKUSI

Pertanyaan:

1.) Jelaskan kembali tentang aspek historis! (Penanya: Nisrina)

2.) Bagaimana pandangan islam tentang menikah beda agama? (Penanya: Lucky Berliana Ovianti)

3.) Apakah Nabi Adam AS dahulunya bentuk fisiknya seperti seekor kera? (Penanya: Oxy)

4.) Apakah islam memperbolehkan adanya bayi tabung? Apa hukumnya? (Penanya: Yudha)

5.) Mengapa Nabi Adam AS dikatakan sebagai khalifah pertama? Kenapa bukan dikatakan sebagai makhluk pertama? (Penanya: Alfin Febriansyah)

6.) Apa saja peran manusia sebagai Abdullah? Berikan contohnya. (Penanya: Ravelia Risky)

7.) Apakah ada manusia monster seperti tokoh “Hagrid” yang ada di film Harry Potter yang hidup pada zaman Rasulullah? (Penanya: Harisatul agustin)

Pembahasan:

1.) Aspek Historis adalah dimana manusia disebut dengan Bani Adam atau anak Adam. Telah dijelaskan dalam Q.S. Al-A’raf: 31, yang artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

2.) Pandangan islam tentang menikah beda agama telah diterangkan oleh pak Sugeng bahwa pernikahan beda agama boleh dilaksanakan antara calon mempelai beragama islam dan calon mempelai beragama non-islam, dengan syarat calon mempelai laki-laki harus beragama islam dan calon mempelai perempuan boleh beragama non-islam yang terpenting calon mempelai laki-laki harus beragama islam. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka pernikahan beda agama tersebut dinyatakan tidak sah dalam pandangan islam atau haram hukumnya dalam aturan ajaran islam.

(18)

Allah dari tanah. Hal tersebut menjelaskan bahwa Nabi Adam dahulunya fisiknya tidak terbentuk seperti kera, melainkan berwujud seperti manusia.

4.) Telah diterangkan oleh Bapak Sugeng bahwa melakukan bayi tabung boleh dilakukan dan halal hukumnya dalam agama islam. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipatuhi untuk mendapatkan kehalalan tersebut antara lain:

a. Jika rahim seorang istri masih dalam keadaan baik dan masih bisa hamil dengan normal dilarang untuk melakukan bayi tabung.

b. Benih bayi tabung hanya boleh berasal dari suami sah saja, tidak boleh dari benih lelaki lain.

c. Hasil benih bayi tabung hanya boleh diletakkan di dalam rahim istri sah saja, tidak boleh diletakkan di rahim wanita lain.

5.) Berdasarkan ungkapan surat Albaqoroh ayat 30 terlihat suatu gambaran bahwa Adam bukanlah makhluk pertama, tetapi ia khalifah pertama.

6.) Peran manusia sebagai abdullah dan contohnya.

Peran manusia sebagai Abdullah adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Contohnya yaitu dengan kita selalu taat dengan perintah yang sudah Allah berikan dan menjauhi larangan-Nya. Contoh dari sikap taat atau wujud dari sikap taat kepada Allah SWT yaitu dengan taat beribadah, melaksanakan sholat lima waktu dengan tertib. Dan contoh atau wujud dari kita harus menghindari larangan Allah SWT yaitu dengan menjaga keimanan agar tidak tergoda melakukan tindakan tidak terpuji seperti zina dan menduakan Allah SWT.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html

http://limubermanfaat.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-peran-manusia.html

http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/proses-kejadian-manusia-dalam.html

http://covalenters.blogspot.com/2012/11/tanggung-jawab-manusia-sebagai-khalifah.html

http://www.anneahira.com/manusia-sebagai-khalifah-allah.htm

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa viskositas dari masing-masing formula tidak menunjukan perubahan yang signifikan baik sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan. Hal

Sekretariat : Kompleks UKM Bidang Kerohanian dan Kesejahteraan Kampus Sekaran Gn.Pati Semarang 50229 E-mail:

Sebagai contoh aplikasi transportasi online yang digunakan oleh masyarakat membutuhkan tranportasi akan berbeda dengan aplikasi pemesanan makanan online sehingga

Dengan menerapkan Home Pharmacy Care, apoteker dapat lebih mendampingi pasien dalam pengobatannya karena apoteker dapat secara langsung melakukan review terkait

Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Malang dan Madrasah Tsanawiyah Noor Rochmat Bedali Lawang Kabupaten Malang, dalam perjalannya hingga saat ini harus mampu menghadapi kendala dan

 Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan/pertemuan sebelumnya maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang

Untuk menjelaskan pandangan dan sikap elite Muhammadiyah Sumatera Utara terhadap fenomena relasi yang terjalin antara Partai Amanat Nasional dan Partai Damai Sejahtera di tahun

Apakah ada program pendidikan untuk memberikan pengetahuan kepada karyawan pada kantor kecamatan puding