BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan layanan kepada guru-guru yang bertujuan untuk menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum (Gickman,et al; 1980: 21).
Pendapat lain dikemukakan oleh Umiarso dan Gojali (2001: 278) yang menjelaskan supervisi akademik merupakan bentuk layanan professional
yang dikembangkan untuk meningkatkan
profesionalisme komponen sekolah, kususnya guru dalam menjalankan tugas utamanya yaitu sebagai pendidik dan pengajar yang merupakan ujung tombak dalam menjalankan roda pendidikan.
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu sehingga dapat lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Hal ini berarti supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi tetapi merupakan kegiatan yang kontinyu dan berkesinambungan, sehingga guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan serta pengajaran secara efektif dan efisien, Sahertian (1990: 74)
Mulyasa (2013:249) supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang obyekif dan segera sehingga guru dapat menggunakan balikan tersebut untuk memperhatikan kinerjanya.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi akademik dilakukan oleh kepala sekolah yang bertujuan untuk membantu bawahan dalam mengembangkan atau meningkatkan kualitas pengajaran serta pendidikan
pada umumnya, dan kususnya kualitas
balik secara obyektif sehingga mutu proses dan hasil pembelajaran akan meningkat.
Harris sebagaimana dikutip oleh Sahertian (2008: 18) menyatakan bahwa supervisi pengajaran adalah segala sesuatu yang dilakukan personalia sekolah untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan proses belajar siswa.
Pendapat lain dikemukakan oleh Alfonso dalam Sahertian (2008: 18) supervisi pengajaran adalah tindakan pejabat yang dirancang oleh lembaga yang langsung berpengaruh terhadap perilaku guru dalam berbagai cara untuk membantu cara belajar siswa dan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh lembaga itu.
Dalam bukunya Ngalim (1987: 89) definisi dari supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi baik personal maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
sehingga mereka lebih mampu untuk melaksanakan
tugas pokoknya yaitu memperbaiki dan
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran (Tara J. Fenwick, 2006:401).
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa supervisi pengajaran adalah usaha memberi layanan atau bantuan kepada guru–guru baik secara individual maupun secara kelompok sehingga dapat berkembang secara profesional dalam usaha memperbaiki pembelajaran dari perencanaan sampai pada proses yang merupakan unsur terpenting dari suatu pembelajaran. Unsur utama dari supervisi pada akhirnya adalah memberikan layanan dan bantuan. Sehingga ada beberapa manfaat serta alasan perlunya diadakan supervisi sebagai suatu pembinaan dan tindak lanjut dari kepala sekolah .
Menurut Sahertian (2000:16) ada beberapa alasan dan manfaat yang mendasari pentingnya supervisi dilakukan oleh kepala sekolah. Alasan pentingnya supervisi dilakukan oleh kepala sekolah adalah:
a. supervisi pengajaran bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
tuntas, sehingga supervisi pengajaran memberikan dukungan secara langsung kepada guru dalam mengupayakan tercapainya tingkat kompetensi tertentu pada siswa.
c. Supervisi pengajaran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi paedagogik guru.
Manfaat supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor adalah:
a. menemukan kelebihan atau kelemahan guru dalam melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut.
b. mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pembelajaran.
c. secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan tiap-tiap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. d. memperoleh data dan informasi yang
dapat digunakan untuk menyusun program pembinaan profesional secara rinci.
e. menumbuhkan kepercayaan diri pada seorang guru untuk berbuat lebih baik. f. mengetahui secara lengkap hal-hal yang
mendukung kelancaran proses pembelajaran.
Briggs dalam Sahertian (2008: 18) mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja tetapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru.
menyatakan bahwa supervisor dalam melaksanakan tugasnya perlu memperhatikan dan berpedoman pada prinsip-prinsip supervisi yaitu :
a. Supervisi hendaknya dimulai dari hal-hal yang positif.
b. Hubungan antar supervisor dengan yang disupervisi hendaknya didasarkan atas hubungan kerja secara profesional.
c. Pembinaan profesional hendaknya berdasar atas hubungan manusiawi yang sehat.
d. Pembinaan profesional hendaknya dapat mendorong pengembangan inisiatif dan kreativitas guru.
e. Pembinaan profesional hendaknya selalu didasarkan pada pandangan obyektif. f. Pembinaan profesional harus
dilaksanakan terus menerus dan berkesinambungan.
g. Pembinaan profesional hendaknya selalu dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing guru.
h. Pembinaan profesional hendaknya selalu dilaksanakan atas dasar rasa kekeluargaan, kebersamaan, keterbukaan dan keteladanan
1.2
Tahapan dan Pelaksanaan Supervisi
Akademik
disesuaikan dengan kebutuhan guru, (2) hubungan guru dengan supervisor lebih interaktif ketimbang direktif untuk dapat mewujudkan komunikasi (hubungan) yang harmonis dalam suatu kedudukan yang sederajat; dan (3) demokratis ketimbang otorotatif untuk menciptakan suasana keterbukaan antara kedua belah pihak yaitu supervisor dengan guru.
Berkaitan dengan tahapan ini Arikunto (2002:178) menyebutkan ada lima tahapan supervisi pengajaran yaitu (1) observasi awal, (2) observasi, (3) analisis dan strategi, (4) observasi akhir, dan (5) analisis observasi akhir.
Nurtain (1999: 258-262) membagi
perekam atau membuat catatan tertulis. Dan yang ketiga adalah tahap pertemuan akhir seorang supervisor dan guru yang disupervisi untuk segera melaksanakan dengan harapan segala kejadian masih teringat. Hal ini juga dilakukan dengan penuh keakraban, terbuka dan bebas dari suasana menilai.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa supervisi akademik dilakukan oleh kepala sekolah (supervisor) dengan tujuan memberikan bantuan kepada seorang guru untuk mengembagkan kemampuannya dalam kegiatan pembelajaran, menemukan hambatan serta memecahkan beberapa permasalahan yang ditemui selama pembelajaran
sehingga dapat diambil keputusan untuk
pelaksanaan tindak lanjut.
1.3
Supervisi Kolegial
1.3.1
Konsep Supervisi Kolegial
Supervisi kolegial didasarkan atas asumsi bahwa supervisi disamping sebagai fungsi juga merupakan peranan. Sebagai fungsi, layanan supervisi dapat dilakukan oleh siapapun yang dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan supervisi.
Dikemukakan oleh Lovell & Wiles (1983) dalam Aris Munandar, (2005:152) bahwa semua orang didalam sekolah mempunyai potensi memberikan kontribusi terhadap perbaikan sekolah, dan karena itu dipandang sebagai sumber
daya yang penting sebagai peranan,
manajerial dan administratif. Dengan bertolak pada asumsi supervisi sebagai fungsi, maka para guru mempunyai kesempatan untuk membantu guru lainnya, terutama yang lebih yunior dalam memecahkan masalah pengajaran yang mereka hadapi. Dalam supervisi kolegial, guru mempunyai peran penting dalam membantu guru lainnya.
Lovell & Wiles (1983) dalam Aris Munandar, (2005:153) terutama melihat potensi guru memberikan bantuan kepada guru lainnya karena mereka dianggap memiliki kompetensi profesional dan memiliki spektrum yang luas.
Kelebihan lain dari pendekatan supervisi kolegial adalah mudahnya komunikasi antar guru. Guru-guru muda yang bermasalah akan secara bebas mengungkapkan keluhannya kepada sesama guru. Ini berbeda dengan praktek supervisi
pengajaran selama ini yang cenderung
menitikberatkan pada pengawasan administratif, sehingga guru-guru enggan mengemukakan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian pelaksanaan supervisi kolegial dapat menghindarkan kesan seperti “menghukum.”
merupakan upaya kolaboratif yang melibatkan sejumlah tenaga pengajar dalam rangka perbaikan pengajaran. Keterlibatan tenaga pengajar secara
bersama-sama dalam peristiwa pengajaran
dimaksudkan agar mereka dapat saling membantu memperbaiki langkah-langkah pengajaran yang
ditempuhnya, seperti dalam merangcang,
mengimplementasikan dan mengevaluasi hasil belajar.
Burhanuddin (2007:123-124) menyatakan kelompok kerja guru yang dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat bagi guru, berbagi pengalaman dan pikiran dengan rekan sejawat dalam menyelesaikan masalah pengajaran, dan dapat memotivasi akan perlunya meningkatkan mutu kemampuan sebagai guru
Berdasar konsep di atas supervisi kolegial merupakan bentuk supervisi yang disusun dimana dua atau lebih guru menyetujui bekerja
bersama-sama untuk memperbaiki langkah-langkah
1.3.2
Bentuk Supervisi Kolegial
Dalam pelaksanaannya supervisi kolegial lebih menekankan adanya proses interaksi antara guru satu dengan guru lainnya dalam satu sekolah yang terbentuk dalam suatu kelompok/tim. Beberapa teknik yang dalam supervisi kolegial
menurut Burhanuddin (2007: 84) adalah
musyawarah guru mata pelajaran, rapat dewan guru, penataran, dan kunjungan antarkelas, masing-masing diurakan sebagai berikut.
1.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP)
rangka mencapai tujuan pendidikan. Penyelenggaraan MGMP sesuai dengan prinsip-prinsip supervisi yaitu ilmiah, demokratis, kooperatif, dan konstruktif. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan peningkatan pembelajaran yang melibatkan guru dan murid dapat dilakukan secara kelompok seperti MGMP atau KKG untuk jenjang pendidikan ditingkat sekolah dasar.
2.
Rapat dewan guru
Rapat dewan guru merupakan pertemuan antara semua guru dan kepala sekolah. Rapat dipimpin oleh kepala sekolah atau yang ditunjuk.
Rapat dewan guru dimanfaatkan untuk
membicarakan berbagai hal yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan, terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Pertemuan ini merupakan forum untuk membahas masalah yang menjadi perhatian seluruh atau sejumlah guru secara bersama-sama. Rapat dewan guru merupakan sarana komunikasi langsung antara kepala sekolah dan semua guru serta antar sesama guru.
1. mengatur dan menghimpun potensi guru yang berbeda tingkat pendidikan, pengalaman, dan kemampuan sebagai upaya untuk mengembangkan kualitas sekolah,
2. mendorong guru untuk memahami dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dengan sebaik-baiknya, 3. menentukan cara untuk memperbaiki
kualitas proses pembelajaran, dan
4. meningkatkan arus komunikasi dan informasi antarguru, termasuk kepala sekolah.
Penulis menyimpulkan bahwa dalam rapat dewan guru dapat dimanfaatkan untuk saling
memberi masukan dan pendapat tentang
kekurangan kelemahan yang dihadapi dalam mengembangkan sekolah sebagai wujud tanggung jawab seorang guru terhadap kualitas pengajaran.
3.
Penataran
penatar sebaiknya banyak menggali gagasan peserta untuk dijadikan titik tolak pengenalan gagasan.
Dari penjelasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa seorang penatar harus lebih banyak melihat seorang peserta sebagai mitra sehingga akan dapat diungkapkan gagasan baru demi untuk mengembangkan dirinya serta dapat menularkannya kepada teman disekolahnya.
4.
Kunjungan Antar Kelas
Selama kunjungan kelas dilaksanakan ada beberapa tahapan yaitu 1) tahap pertama, mengamati kegiatan pembelajaran di kelas yang dikunjungi, 2) tahap kedua, menyiapkan kegiatan pembelajaran bersama-sama dengan guru kelas, dan 3) tahap ketiga, melakukan kegiatan pembelajaran bersama dengan guru kelas yang bertindak sebagai pengamat dan bila perlu memberikan bantuan langsung dalam suatu pengajaran tim. Tahap selanjutnya dapat mengulangi tahap tersebut secara sistematis dan berulang.
kelas, dan ketepatan metode pembelajaran serta dapat pula menerima umpan balik untuk dipraktikkan pada kelasnya. Kunjungan antarkelas dapat disertai kesempatan berdialog tentang hal-hal yang menarik perhatian antara guru tamu dengan guru yang dikunjungi setelah pembelajaran itu berlangsung atau berupa umpan balik.
Nawawi (1985: 108) mengemukakan
kunjungan kelas adalah kegiatan observasi terhadap teman sejawat dalam menjalankan tugasnya dikelas masing-masing misalnya kegiatan mengajar, terutama pada sekolah yang sama. Melalui kunjungan ini diharapkan para guru memperoleh pengalaman baru guna meningkatan kecakapannya dalam menjalankan tugas sehari-hari dengan melihat, bertanya, berdiskusi, dan bahkan mungkin mencontoh guru yang diobservasi dalam mengajar atau memecahkan masalah-masalah pendidikan disekolah masing-masing.
bersama-sama secara demokratis antara kepala sekolah dengan guru kelas yang akan dikunjungi, berdasarkan kesulitan yang dialami, apa yang akan di observasi serta kapan waktu yang sebaik-baiknya, (2) pelaksanaan observasi dilakukan se-informal mungkin dengan selalu memperhatikan prestis guru dalam kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak banyak interupsi, dan hanya memberikan demokrasi jika diminta, (3) penganalisisan dilakukan sesudah observasi secara bersama antara guru yang diobservasi dengan supervisor, ditempat yang aman, untuk membicarakan hasil-hasil observasi dan mencari segi-segi kelebihan dan kekurangannya, (4) kesimpulan dan penilaian sebagai penilaian terakhir yang dilakukan secara kooperatif, dengan disetujui sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan tidak boleh merupakan pendapat pihak lain.
Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa kunjungan kelas harus dipersiapkan secara cermat dari perencanaan awal sampai pada penilaian dan umpan balik sebagai cara untuk mengevaluasi dan tindak lanjut pada pertemuan berikutnya.
supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru, yaitu:
1. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Upayakan mencari guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
2. Menentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
3. Menyediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas. 4. Supervisi dilakukan dengan cermat dan mengamati apa-apa yang ditampilkan secara cermat, serta mencatatnya pada format-format tertentu.
5. Mengadakan tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai. 6. Segera mengaplikasikan ke sekolah
atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
7. Mengadakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa perlu adanya persiapan dari unsur guru baik yang berkunjung maupun yang mengunjungi, perangkat supervisinya, dan perluna tindak lanjut. Dengan teknik kunjungan kelas akan diperoleh
dipraktekkan dikelasnya dengan menyesuaikan situasi dan kondisi di tempat kerja.
1.4
Penelitian Relevan
Penelitian yang penulis lakukan mempunyai relevansi dengan peneliti terdahulu. Namun jenis penelitian, kajian permasalahan dan pokok permasalahan berbeda. Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis yaittu :
2.Penilitian yang dilakukan oleh I Wayan Suawarjana, Bali (2012): ”Kinerja Guru dalam Hubungan dengan Persepsi Guru Terhadap Supervisi Kepala Sekolah, Motivasi Berprestasi dan Sikap Provesional Guru”. Hasilnya bahwa terdapat hubungan antara persepsi guru terhadap supervisi kepala sekolah, motivasi berprestasi guru, dan sikap profesional dengan kinerja guru secara terpisah maupun simultan. Penelitian tersebut menyorot tentang sikap profesional guru untuk berprestasi dengan kinerja dan dedikasi yang tinggi.
3.Penelitian Uu Badrudin (2011): ‘Pengaruh Supervisi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di Provinsi Banten”. Hasilnya bahwa terdapat ada pengaruh yang signifikan dan positif supervisi dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru sebesar 65,9%. Jika kualitas supervisi dan motivasi kerja meningkat, maka akan mempengaruhi peningkatan kinerja guru.
Berdasar ketiga penelitian di atas letak
kemiripan yang dilakukan Da’i Wibowo
pembelajaran serta sikap provisional guru untuk berprestasi dengan supervisor adalah kepala sekolah, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih menekankan pada perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi secara bersama dengan supervisor adalah bisa teman sejawat atau guru lain yang ditunjuk dan disepakati oleh kepala seolah. Peneliti melakukan suatu penelitian secara lebih mendalam dengan mengkaji tentang: Supervisi Akademik Berbasis Kolegial dalam Peningkatan Kinerja Guru di SD Negeri Plalangan 01 kecamatan Gunungpati dengan memfokuskan pada pelaksanaan supervisi kolegial dalam bidang pembelajaran.
1.5
Kerangka Berpikir
guru baik secara individu maupun kelompok dan pemberian masukan oleh teman sejawat untuk meningkatkan profesionalismenya.
Skema kerangka berfikir yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1Kerangka Berfikir Proses Penelitian
Skema kerangka berfikir di atas sebagai gambaran bahwa dengan umpan balik dan masukan guru lain sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi kolegial yng sistimatis dan terarah akan mampu memberikan layanan dan bantuan kepada para guru dalam memperbaiki proses pembelajaran.
Persiapan supervisi
Menyusun perangkat
supervisi Perbaikan/ pengemba
ngan
Umpan balik
Melakukan supervisi
Apakah Sudahs esuai
Timbulnya permasalahan tentang kompetensi profesional guru Sekolah Dasar yang rendah, salah satunya disebabkan oleh persepsi negatif guru tentang perencanaan, pelaksanaan serta tindak lanjut supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah. Persepsi negatif itu tentu akan mengganggu proses upaya peningkatan kompetensi guru yang dilakukan oleh kepala sekolah. Padahal dengan supervisi guru akan terbantu terutama dalam menghadapi perkembangan pembelajaran, juga membantu dalam penggunaan pendekatan, strategi dan teknik pembelajaran, pelaksanaan, pemilihan sumber serta media terutama pemanfaatan teknologi.