• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dua Daerah Istimewa Indonesia doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dua Daerah Istimewa Indonesia doc "

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Dua Daerah Istimewa Indonesia

Mendengar kata istimewa pasti langsung terbayang dua provinsi yang mendapatkan mandat keistimewaan dari pemerintah Indonesia. Ya… memang benar Aceh dan Yogyakarta punya sejarah tersendiri untuk mendapatkan dapuk “istimewa”. Aceh yang secara geografis berada di ujung barat Indonesia selain hak daerah istimewa juga dijuluki sebagai “serambi mekkah” Indonesia dikarnakan Islam bermula dari sana, masyarakat yang dominan muslim dan daerah syari’at yang mempunyai qanun (peraturan daerah) sendiri untuk warganya. Sedangkan Yogyakarta karna sejarah kekeratonannya juga masyarakat yang menjunjung pluralitas dan keberagaman. Akan tetapi bukan hal ini yang mau dilihat dalam goresan ini.

Tinggal hampir dua tahun di kota pelajar yang terletak di Tengah Jawa ini, menyisihkan tanya yang besar dalam benak tentang “kenapa masyarakat Jogja kebanyakan lebih pintar” dibandingkan Aceh yang berada di ujung Sumatera.

Mencoba mengamati faktor apa yang kira-kira mempengaruhinya. Ada beberapa hal memang yang terlihat, diantaranya: “Minat Membaca, Fasilitas, Aksesibilitas, dan Iklim Membaca”

Minat membaca tidak serta merta akan muncul dengan sendirinya kalo tidak dilatih dan dibiasakan. Perbedaan yang besar terlihat antara Aceh dan Jogja dalam hal ini. Di Aceh, kebanyakan anak-anak dihadiahi berbagai benda untuk bermain jika berhasil melakukan sesuatu yang membanggakan orangtuanya sebagai hadiah. Di jogja dari kecil semua anak sudah dikenalkan dengan buku dan membaca, sehingga minat membaca sudah dibentuk sedini mungkin yang akan menjadi habit dalam kehidupannya. Tidak heran kalo anak SD sudah bisa menguasai berbagai hal karna hobby membacanya.

Di Aceh anak-anak yang suka membaca sangat terbatas, itu pun kebanyakan dari keluarga yang orang tuanya dari lingkungan pendidikan yang sadar akan pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya. Mindset yang menganggap Anak-anak yang suka membaca sebagai kutu buku belum lekang, sehingga ada sebagian orang tua yang tidak mau anaknya menjadi seorang kutu buku, sehingga tidak mau menfasilitasi buku sama sekali….”miris dengan sudut pandang yang salah”.

Minat membaca juga sangat dipengaruhi oleh fasilitas baik dari pemerintah daerah maupun orang tua sebagai kepala madrasah keluarga. Orang tua di Aceh biasanya hanya membeli anak-anaknya buku pelajaran yang diwajibkan oleh sekolahan saja, akan tetapi tidak pernah peduli dengan buku-buku lainnya sebagai pengayaan wawasan yang akan merubah sudut pandang dalam mendeskripsikan sesuatu.

(2)

perhatian untuk dibaca tiap harinya. Layout ruang, dekorasi, pemilihan warna dinding, penerangan (cahaya) seharusnya menjadi perhatian pengelola dalam menarik perhatian masyarakat untuk bisa berkunjung dan berlama-lama disana, akan tetapi itu semua jauh dari harapan.

Akses untuk bisa mendaptkan buku di Aceh sangat susah, harga yang tinggi, varietas buku yang rendah tentunya memperparah kondisi yang ada. Berbeda dengan Jogjakarta yang merupakan gudang penerbit buku, variasi buku sangat tinggi, harga murah juga bisa didapatkan dengan sangat mudah (bayangkan dalam sebulan saja bisa berkali-kali event discount buku, pesta buku, fair buku, muslim fair yang banyak menyediakan buku n lainnya. Bermodal 1.000 rupiah pun bisa dapat buku, di Aceh uang 1.000 cuma cukup tuk izin ke belakang). Kondisi ini bisa disikapi positif dan negatif juga, karna kalo rem nya kurang pakem untuk gaya hidup hedonisme, maka harus siap-siap tabungan bobol selalu dengan semua fasilitas yang ditawarkan oleh pihak penjual dan penerbit.

Di Aceh untuk mencari buku hanya mengandalkan beberapa toko yang menjual buku dikota, hanya Effendy Book Store mungkin yang sedikit lebih lengkap bukunya dibandingkan beberapa toko buku lainnya, itupun kebanyakan adalah buku-buku sekolah untuk tingkat SD, SMP & SMA, akan tetapi sangat terbatas untuk mereka yang berada di bangku perguruan tinggi, kalo perlu buku biasanya harus memesan terlebih dahulu buku yang diperlukan tersebut dengan harga yang sangat tinggi. Pameran buku paling barter dilakukan setahun sekali (itupun biasanya Moment Dies Natalis Unsyiah, harga buku walopun katanya sudah di discount ampe 70% tapi tetap bertengger di level tinggi) dengan harga buku sekitar 50.000- 100.000,-/biji jelas masyarakat tidak akan sanggup untuk membeli dan para orang tua juga akan berfikir lebih baik uangnya untuk membeli keperluan pokok daripada membeli buku... :(

Iklim membaca yang tidak mendukung juga membuat anak-anak ataupun mahasiswa alergi memegang buku… memegang saja alergi apalagi membacanya…

Tapi ada yang menarik di Aceh, kebanyakan orang dewasan n muda-mudi begitu deman dengan warung kopi, spertinya menarik juga kalo warung kopi disulap jadi area membaca yang asyik, membuat warung kopi baru dengan konsep “MEMBACA” dan dekorasi diset untuk mendukung bagi orang lama-lama disana bukan saja menikmati kopi pancung akan tetapi bisa membaca berbagai hal…. Spertinya ini cukup menarik untuk meningkatkan minat membaca masyarakat.

Selama ini semua warung kopi di Aceh bisa menyediakan wifi untuk internetan gratis, kenapa tidak nuansa itu juga dimanfaatkan untuk moment lebih mencintai buku atau budaya membaca (tidak mesti lewat buku) tapi bisa menggunakan semua media juga untuk memperkaya bacaan dan wawasan. Karna kebanyakan sekarang internet hanya dimanfaatkan untuk media jejaring sosial sperti facebook, twitter, whats app, skype n lainnya. Jarang sekali yang memanfaatkan untuk media pembelajaran dan membaca

(3)

Yogyakarta, Tuesday 16, 2013 7 Ramadhan 1434 H

Rina

Hal ini juga yang mepersempit sudut pandang anak-anak di Aceh dalam persektif pendidikan. ,

- fasilitas: buku, - lingkungan - akses - harga - varietas

a. Iklim membaca b. Aksesibilitas

Minat membaca bisa muncul kalo fasilitas untuk membaca terpenuhi, buku, majalah salah satunya adalah minat membaca yang sangat dipengaruh

daerah yang berada di seberangmbuat saya lihat lebih religi awal mula datangnya Islam .layak mendapatkan julukan tersebut yang mendapatkan hakTerletak di ujung barat sumatra Aceh m

akses harga varietas

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Suharsimi (2013:272) menyatakan bahwa metode observasi adalah format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara minat mahasiswa masuk Prodi P.Ak dengan motivasi menjadi guru Akuntansi yang dibuktikan dengan koefisien

0.002), tidak menggunakan plafon rumah (p-value 0.001), kebiasaan melakukan pekerjaan pada malam hari (p- value 0.002), tidak menggunakan kelambu (p-value 0.001) dan tidak

Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan keperawatan berkualitas, maka perawat sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis

Tabel IX Hasil Analisis Uji Perbedaan pada Kelas Uji Coba dalam Hal Sikap terhadap Resolusi Konflik sebelum dan Sesudah Implementasi Model Pendidikan Resolusi Konflik …………

Berdasarkan asumsi bahwa penghambatan absorbsi oleh fitosterol akan menurunkan kadar kolesterol intrasel enterosit yang akhirnya dapat menurunkan kadar kilomikron

From the result of interview with the head of the inpatient unit regarding the discipline in recording any medical treatment and entry billing in the inpatient

Terkait dengan sub bidang kehutanan, khususnya Sub Bidang Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan, pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, provinsi