• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Tindakan Ekonomi dan Keterlekatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Tindakan Ekonomi dan Keterlekatan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN EKONOMI DAN KETERLEKATAN PONDOK PESANTREN DENGAN SANTRI KARYAWAN

(Studi Kasus Santri Karyawan yang Bekerja Pada Unit Usaha AIDRAT, di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan)

Dliyauddin Kafi. Prof.Dr.Ir.Sanggar Kanto, MS, dan A. Imron Rozuli,SE,M.Si.Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya, Malang.

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT serta keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karayawan. Dengan tujuan penelitian yaitu mendiskripsikan tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT, dan bentuk keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karyawan didalam unit usaha AIDRAT.

Peneliti menggunakan landasan tiga proposisi yang dikemukakan oleh Granovetter, mengenai tindakan ekonomi serta bentuk-bentuk keterlekatan yaitu keterlekatan relasional dan struktural. Granovetter membagi tiga proposisinya yaitu: (1) tindakan ekonomi adalah tindakan sosial; (2) tindakan ekonomi disituasikan secara sosial; (3) institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial. Tiga proposisi digunakan untuk menganalisis pola tindakan ekonomi dan tindakan sosial santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Hasil penelitian menunjukan tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang berupa kearifan lokal dari Sunan Drajat mengenai 4 prinsip wenehono, ajaran tersebut dikondisikan secara sosial dalam hubungan yang berlangsung antara pondok pesantren dengan santri karyawan, kemudian dari ajaran empat prinsip wenehono yang dikondisikan secara sosial mampu mempengaruhi dalam pendefinisian motif-motif yang dimiliki oleh santri karyawan, adapun motif-motif yang dimilikinya yaitu motif (sosial) untuk membantu pembangunan pondok pesantren, (agama) tindakan bekerja yang ditujukan untuk mebnatu orang lain adalah tindakan yang bernilai ibadah, (ekonomi) orientasi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup santri karyawan didalam Pondok Pesantren Sunan Drajat. Tindakan bekerja santri karyawan yang dikondisikan secara sosial menciptakan relasi sosial antara pondok pesantren dengan santri karyawan dalam hubungan personal dan melekat dalam institusi unit usaha AIDRAT. sehingga dari tindakan bekerja yang berkelanjutan menciptakan keterlekatan relasional yang dihasilkan dari kondisi sosial, budaya dan agama yang berlangsung. Dengan demikian, dari keterlekatan relasional antara pondok pesantren dengan santri karyawan membentuk motivasi/semangat bekerja dengan tujuan untuk mencapai motif-motif yang dimiliki oleh kedua aktor.

(2)

ECONOMIC ACTION AND THE EMBEDDEDNESS BOARDING SCHOOL WITH STUDENTS OF EMPLOYEES

(Case Studies Students Employees Working On AIDRAT Business Unit, at the Boarding School Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan)

Dliyauddin Kafi. Prof.Dr.Ir.Sanggar Kanto, MS, and A. Imron Rozuli, SE, M.Sc. Department of Sociology, Faculty of Social and Politics Studies.University Brawijaya, Malang.

ABSTRACT

This research explains about the patterns of economic action students of the employees working at the business unit and the embedded between the Boarding School Students Employees Working in AIDRAT Business Unit. The purposes of this research are to describe the pattern of economic action of students employees working in business units AIDRAT, and form the embedded between boarding school with students AIDRAT employees in the business unit.

This research uses three proposition theories stated by Granovetter about economical act. And other forms of Relational Embeddedness; Structural Embeddedness. He divides economical act into three propositions such as: 1). Economical act as one kind of social activity; 2). Economical act is socially conditioned; 3). Economical institutions are socially constructed. Three propositions are used to analyze the pattern of economic action students of the employees who work at the business units AIDRAT. The method that used in this research is qualitative through case study.

The result of this research shows thata pattern of economic action and social action students of the employees who work at the business unit AIDRAT strongly influenced by religious values in the form of local knowledge of Sunan Drajat about 4 “wenehono” principle, so it builds a feedback between the employee of the boarding school with students, then from the teachings of the four principles of socially conditioned “wenehono” able to influence the definition of motifs possessed by students of employees, while its motives are motives (social) to help build a boarding school, (religion) measures aimed at helping working people another is an act of worship that is worth, (economic) economic orientation to meet the needs of students living in boarding school Sunan Drajat. Actions of employees working students who are socially conditioned create social relations between the Islamic boarding school students and employees in personal relationships inherent in the institutional business units AIDRAT. so from the continuing work action creates relational embeddedness resulting from social, cultural and religious progress. Thus, from the relational emneddedness boarding school with students forming employee motivation / passion to work in order to achieve motives possessed by both actors.

(3)

PENDAHULUAN

Pondok pesantren secara umum dapat diartikan sebagai tempat untuk mencari ilmu tentang ajaran Agama Islam, dengan peran penting yang dimana sangat berguna untuk menjaga dan melestarikan tradisi dari ajaran Agama Islam. Tradisi yang sangat dijaga dalam kebiasaan pondok pesantren yaitu adanya asrama yang digunakan untuk tempat tinggal bagi para santrinya.

Dewasa ini, seiring dengan perkembangan pondok pesantren disertai dengan sederetan kritik dan harapan. Hal tersebut, mengindikasikan bahwa masyarakat sekarang menaruh perhatian pada pondok pesantren mulai melemah dan berkurang yang mulai pula dirasa oleh para pengurus pondok pesantren. Ketika posisi pondok pesantren dihadapkan dalam aturan pemerintah dimana lulusanya harus memiliki ijazah, ketika itu pula orientasi kelulusan mulai bergeser dari cita-cita untuk bisa mengamalkan ilmu yang didapat dari pondok pesantren menjadi pembimbing Agama Islam beralih menjadi lulusan yang lebih mendapatkan material.

Sesuai dengan yang digambarkan oleh Wahid (1988) bahwa, beberapa dekade pondok pesantren telah mengalami erosi nilai, ketika nilai-nilai kemandirianya tercampur dengan pendidikan yang berorientasi kepada ijazah, cita-cita untuk mengabdikan sebagai Pendidik Agama Islam sambil berwirausaha semakin hilang dari pikiran para lulusanya untuk digantikan dengan cita-cita sebagai pegawai1.

Perkembangan pondok pesantren di Indonesia yang cukup pesat. Salah satunya Pondok Pesantren Sunan Drajat (PPSD) memiliki corak dan karakter yang membedakan dengan pondok pesantren lainya yakni Pertama sejarah atau historis kelahiran dari pondok pesantren berasal dari garis keturunan Sunan Drajat. Kedua Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Drajat(PPSD) salah satunya yaitu menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, dalam artian pondok pesantren ini bukan hanya mengajarkan kepentingan menganai ajaran islam yang bersifat spiritual semata, namun juga membekali santrinya untuk siap bekerja setelah lulus dari pondok pesantren dengan bekal berwirausaha.

Selain itu juga dari visi dan misi Pondok Pesantren Sunan Drajat yaitu berusaha

1 Wahid, Abdurrahman. 1988. Pesantren Sebagai Subkultural

(dalam Pesantren dan perubahan). Jakarta: LP3ES.

merealisasikan dari kearifan lokal dari Sunan Drajat mengenai empat prinsip wenehono2, kemudian kearifan lokal ini dijadikan sebagai landasan untuk membangun pondok pesantren yang mandiri, dengan artian untuk biaya pembangunan sarana dan prasarana pendidikan pondok pesantren tidak lagi meminta sumbangan biaya kepada wali santri melainkan Pondok Pesantren Sunan Drajat memilih untuk membangun unit usaha yang digunakan untuk menopang perekonomian pondok pesantren.

Berbicara mengenai ajaran empat prinsip wenehono yang menjadi pedoman dasar nilai agama, baik di lembaga pondok pesantren maupun kalangan santri pondok pesantren. Ajaran tersebut memiliki dasar yang kuat sebagai nilai agama didalam pondok pesantren untuk menjalankan institusi pendidikan maupun unit usaha yang dibangun salah satunya unit usaha AIDRAT sebagai objek kajian peneliti.

Beranjak pada fokus permasalahan penelitian yakni tindakan ekonomi santri karyawan sebagai salah satu santri Pondok Pesantren Sunan Drajat, yang keseharianya memiliki kegiatan interaksi dengan santri lainya dalam pendidikan non formal (ngaji dinaiyah). Selain itu juga, kegiatan yang lebih intens yaitu bekerja didalam unit usaha AIDRAT. Dibalik tindakan bekerja santri karyawan yang setiap harinya berinteraksi didalam unit usaha AIDRAT ada alasan-alasan yang mendasari tindakanya. Ajaran yang dipaparkan diatas merupakan salah satu motif bekerja santri karyawan sebagai tindakan implementasi ajaran yang sudah didapat didalam masa pendidikanya di pondok pesantren.

Adanya hubungan yang terjalin antara pondok pesantren dengan santri karyawan dalam bentuk pondok pesantren memberikan bantuan untuk santri karyawan, dengan menjamin tempat tinggal, makan dan minum. Memunculkan proses timbal balik antara pondok pesantren dengan santri karyawan. Maka dari itu, tindakan yang dipilih oleh santri karyawan untuk membalas budi dan jasa direalisasikan melalui motif sosial untuk

2

(4)

membantu pembangunan pondok pesantren dengan bekerja di unit usaha AIDRAT.

Hubungan yang terjalin antara pondok pesantren dengan santri karyawan didalam tindakan bekerja merupakan sebuah proses hubungan sosial yang didasarkan atas kondisi sosial, budaya, dan agama yang berlangsung didalamnya. Menurut Granovetter bahwa tindakan tersebut merupakan sebuah keterlekatan (embeddednes) yang berkaitan untuk mengkaji tindakan ekonomi3.

Mengadopsi pada konsep keterlekatan dalam tindakan ekonomi, yang dikemukakan oleh Granovetter bahwa keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Sehingga Granovetter membedakan dua jenis keterlekatan dalam hubungan jaringan sosial, yaitu keterlekatan lemah (underembedded) dan keterlekatan kuat (overembededded)4.

Selanjutnya Granovetter mengemukakan tentang tindakan ekonomi keterlekatan, juga membedakan dua bentuk keterlekatan, pertama keterlekatan relasional yaitu tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded) dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor, kedua keterlekatan struktural adalah keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan hubungan yang lebih luas. Jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan institusi atau struktur sosial5.

Berdasarkan tiga proposisi yang dikemukakan oleh Granovetter dan konsep embeddednes (keterlekatan), maka penulis tertarik meneliti fenomena tindakan ekonomi dan keterlekatan pondok pesantren dengan santri karyawan didalam unit usaha AIDRAT, di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran, Lamongan.

AKTOR DAN TINDAKAN EKONOMI

Prespektif ekonomi, aktor diasumsikan sebagai seperangkat pilihan dan preferensi yang telah tersedia dan stabil. Tindakan yang dilakukan

3

Keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial yang melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara aktor. Terdapat tiga proposisi utama mengenai tidakan ekonomi yaitu tindakan ekonomi adalah tindakan sosial; tindakan ekonomi disituasikan secara sosial; institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial. (Damsar. 2009. Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group.. Hal.31)

4Ibid. Hal:144 5

Ibid. Hal. 146

oleh aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan (individu) dan keuntungan. Tindakan tersebut dipandang rasional cara ekonomi6.

Dalam pendekatan sosiologi mengenai aktor adalah sebagai kesatuan yang dikontruksikan secara sosial, yaitu aktor dalam suatu interaksi atau sebagai individu yang terlibat dalam suatu interaksi dengan individu atau beberapa individu lainya. Dilihatnya individu sebagai aktor yang kreatif dalam menciptakan, mempetahankan, dan merubah dunianya pada saat interaksi berlangsung7.

Mendefinisikan akan aktor dalam masyarakat, dalam pendekatan sosiologi yang dimaksudkan bahwa, individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat. Tindakan ekonomi dalam pendekatan sosiologi diartikan oleh Weber bahwa tindakan ekonomi dapat ditepakan menjadi 3 tindakan ekonomi yaitu, tindakan ekonomi dapat berupa rasional, tradisional, dan spekulatif-irrasional8.

TIGA PROPOSISI GRANOVETTER

Tindakan ekonomi diartikan sebagai tindakan sosial, dikarenakan tindakan ekonomi bukan semata-mata murni untuk kepentingan ekonomi namun ada kepentingan sosial, misalnya tindakan individu tidak terlepas dari interaksi sesama individu, ada hubungan yang dijalani antar individu dalam menjalankan sebuah tindakan ekonomi .

Kemunculan aliran baru sosiologi ekonomi, sesuai dengan berkembangnya Ilmu Sosiologi Ekonomi. Ide dasar aliran pemikiran sosiologi ekonomi baru mengadopsi kepada Tiga Proposisi Utama yang diajukan oleh Sewdberg dan Granovetter. Tiga Proposisi Utama diantaranya yaitu:

1. Tindakan ekonomi adalah suatu bentuk dari tindakan sosial.

2. Tindakan ekonomi disituasikan secara sosial

(5)

Ketiga Proposisi tersebut berakar dari pemikiran Weber yang dikembangkan secara lebih luas dan tajam oleh Swedberg dan Granovetter.

Weber menjelaskan bahwa aktor selalu mengarahkan tindakanya kepada perilaku orang lain melalui makna-makna yang terstruktur. Ini berarti bahwa aktor selalu terkait dan berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan, adat-adat, nilai-nilai dan norma yang dimiliki dalam sistem hubungan sosial yang dilakukan oleh aktor dalam keberlangsunganya9.

Granovetter yang sejalan dengan Weber bahwa tindakan ekonomi tidak dipandang sebagai fenomena stimulus-respon yang sederhana, tetapi lebih kepada hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam hubungan sosial yang sedang berlangsung. Sehingga untuk memahami dari proposisi yang kedua bahwa tindakan ekonomi distuasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan hubungan sosial personal yang sedang berlangsung dari para aktor.10

Pemahaman tentang proposisi yang ketiga, bahwa institusi ekonomi dikonstruksikan secara sosial, merujuk pada tulisan Peter L. Berger, menurutnya institusi ekonomi bukan suatu jenis dari seperangkat realitas eksternal yang kelihatan, namun merupakan hasil dari kreasi sosial yang terjadi secara perlahan. Apabila suatu institusi muncul dalam keberadaannya, orang mengarahkan tindakanya kepada seperangkat aktivitas yang dikenakan hukuman oleh aktor sosial lainya. Memperlakukanya sebagai sesuatu yang keberadaanya diluar waktu dan tidak dapat menjadi sebaliknya.11

KETERLEKATAN

Menurut Granovetter, keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dalam melekat (embedded), dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor. Hal tesebut tidak hanya terbatas pada tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial.12

Granovetter menegaskan dalam kaitanya dengan tingkat atau drajad dari keterlekatan, yakni tindakan ekonomi masyarakat melekat dalam jaringan hubungan sosial dan institusi sosial

laninya13. Ditegaskan pula oleh Granovetter bahwa tindakan ekonomi berlangsung diantara keterlekatan lemah (underembedded) dan keterlekatan kuat (overembedded).14 Secara singkatnya bahwa tindakan ekonomi bukanlah berlangsung pada kontinum antara kutub ketelekatan dengan kutub ketidakketerlekatan melainkan terjadi pada kontinum kontinum keterlekatan lemah dengan keterlekatan kuat.

BENTUK KETERLEKATAN

Granovetter menjelaskan mengenai keterlekatan dalam tindakan ekonomi, dan membaginya menjadi dua keterlekatan yaitu keterlekatan relasional dan keterlakatan struktural.

1. Keterlekatan Relasional

Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat (embedded), dalam jaringan personal yang sedang berlangsung diantara para aktor15. Konsep disituasikan secara sosial bermakna tindakan ekonomi, yakni seperti dalam suatu aktivitas ekonomi yang hubungannya dengan orang lain atau dikaitkan dengan individu lain.

Konsep keterlekatan relasional yang dikemukakan Granovetter, jika dioperasionalkan pada objek penelitian peneliti yaitu berusaha melihat keterlekatan antara tindakan ekonomi santri karyawan dengan pondok pesantren yang berlangsung dalam jaringan hubungan sosial yang lebih personal di unit usaha AIDRAT. Peneliti juga berasumsi bahwa keduanya menjalin hubungan sosial saling timbal balik antara keduanya, yang dimana pondok pesantren memberikan bantuan kepada santri karyawan berupa pembebasan biaya pendidikan non formal, biaya makan, minum dan tempat tinggal diasrama. Respon balik yang dilakukan oleh santri karyawan yaitu berupa membantu pembangunan pondok pesantren melalui bekerja di unit usaha AIDRAT, serta hubungan sosial ini berlangsung sesuai dengan kondisi sosial yang ada di Pondok Pesantren Sunan Drajat.

2. Keterlekatan Struktural

(6)

hubungan atau interaksi sosial yang dicirikan dengan terorganisir dan stabil dalam ruang sosial.

Konsep keterlekatan struktural yang dikemukakan oleh Granovetter, jika digunakan untuk mengakaji fenomena sosial di unit usaha AIDRAT, maka peniliti mengasumsikan bahwa santri karyawan yang sudah membantu bekerja di unit usaha AIDRAT, setiap bulanya akan mendapat upah/bisyaroh yang sudah ditetapkan oleh manajemen internal unit usaha AIDRAT. Oleh karena itu, penulis memaparkan dua konsep keterlekatan dari Granovetter, karena diasumsikan oleh penulis apakah terjadi keterlekatan relasional atau katerlekatan struktural antara pondok pesantren dengan santri karyawan, ataupun bisa terjadi keterlekatan keduanya yang berlangsung didalam unit usaha AIDRAT, Pondok Pesantren Sunan Drajat.

METODE PENELITIAN Subjek Penelitian

Setiap subjek adalah informan yang akan dilihat sebagai kasus dalam suatu kejadian tertentu dan karenanya pendekatan kualitatif menyebutkan sebagai kasus atau informan. Tujuan pemilihan informan sendiri yaitu merinci kekhususan terkait dengan temuan yang unik, sehingga maksud dari pemilihan informan akan dapat menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan temuan penelitian yang muncul17.

Untuk pemilihan informan dalam penelitian ini yaitu pihak-pihak yang berkaitan langsung dan bersangkutan dengan unit usaha Aidrat, yaitu Pengelola unit usaha AIDRAT Lamongan beserta Para Santri Karyawan yang mengelola unit usaha AIDRAT di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Banjaranyar, Paciran Lamongan.

Informan dalam penelitian ini dipilih secara Purposive. Sesuai karakter pendekatan dalam penelitian kualitatif yang lebih menekankan sisi investigatif tidak didasarkan perhitungan statistik, dan dikatakan sudah cukup jika datanya telah mencapai kejenuhan (tidak memperoleh informasi yang berulang)18.

Informan yang relevan dalam penelitian kualitatif meliputi: 1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 2. Informan utama,

17

Lexy J Moleong2010. Metodologi penelitian kualitattif. Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal:224.

18 Sugiyono2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R &

D. Bandung : Alfabeta. Hal: 220.

yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. 3. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti19.

Dalam penelitian ini peneliti memilih informan yang dikira mampu memberikan informasi yang sesuai dengan rancanganya, informan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga macam yaitu, informan kunci, informan utama dan informan pendukung, sebagai berikut:

1. Informan kunci adalah Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat, Ketua Pondok Pesantren Sunan Drajat, Koordinator Divisi Perekonomian dan Pemegang unit usaha AIDRAT.

2. Informan utama adalah santri karyawan merupakan santri yang bekerja setiap hari didalam unit usaha Aidrat, baik bergerak pada posisi pengelola kantor, produksi dan pemasaran. Serta karyawan/pekerja yang berasal dari masyarakat luar pondok.

3. Informan pendukung adalah santri mukim pondok pesantren sunan drajat, yang bisa memberikan informasi terkait dengan fokus penelitian penulis.

Metode Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang digunakan dalam memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Observasi. 2. Wawancara. 3. Dokumentasi.

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan berbagai prosedur atau tahapan. Untuk prosedur pertama yaitu tahap persiapan. Pada tahap persiapan ini peneliti menentukan lokasi penelitian terlebih dahulu, peneliti melakukan survey awal untuk menentukan lokasi dan menenutukan masalah apa yang akan diangkat untuk penelitian. Setelah menemukan masalah dan lokasi penelitian kemudian peneliti melakukan observasi awal. Tujuan dari observasi awal adalah untuk mengetahui interaksi sosial yang terjadi di lokasi penelitain, untuk selanjutnya dapat memudahkan peneliti menentukan fokus dan batasan penelitian.

19

(7)

Prosedur tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan penenlitian. Pelaksanaan penelitian terhitung dimulai pada bulan Mei-Juni 2013. Dengan proses, pada bulan pertama peneliti menggunakan watunya untuk proses pendekatan dengan informan yaitu informan yang ada di unit usaha AIDRAT, melakukan interaksi secara langsung sampai dengan menjalin hubungan yang bisa mendukung untuk menggali informasi yang diharapkan. Pada bulan kedua peneliti menggunakan waktunya untuk proses penelitian, yang dimana peneliti mulai melakukan proses pengumpulan data dengan teknik, observasi wawancara, dan dokumentasi dan pada bulan juni peneliti mengisi waktunya untuk menggali lebih banyak data dan lebih kaya dengan dokumentasi yang diperoleh dari lapangan.

Pada prosedur terakhir yaitu peneliti menggunakan waktunya untuk penulisan laporan penelitian, dengan data yang diperoleh dari lapangan peneliti melakukan proses pengelohan dan analisis data dengan menggunakan analisis bentuk dominan yaitu penjodohan pola, serta untuk menvaliditas temuan penelitian yang sudah diperoleh dari lapangan, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Sehingga peneliti bisa menyimpulkan temuanya yaitu mengenai tindakan ekonomi dan keterlekatan pondok pesantren dengan santri karyawan.

HASIL DAN DISKUSI PENELITIAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dengan informan, bahwa pada bagian kali ini peneliti melakukan proses pendiskusian hasil penelitianya. Dengan berpedoman pada rumusan masalah yang sudah dirancang oleh peneliti, yaitu mengenai santri karyawan yang memilih melakukan tindakan ekonomi untuk bekerja di unit usaha AIDRAT, serta bentuk keterlekatan pondok pesantren dengan santri karyawan.

Sebelum beranjak pada pendiskusian temuan hasil penelitian, kondisi Santri yang memiliki aktivitas belajar dalam lembaga pendidikan agama pondok pesantren tidak luput dari nuansa religious yang sangat kental, nilai dan ajaran agama (spiritual) menjadi bumbu untuk menjalani keseharian para santri. Lebih memfokuskan pembahasanya yang terkait dengan aktivitas santri menuntut ilmu didalam ranah pondok pesantren, yaitu selain pendidikan formal adapula pendidikan non formal yang mendukung belajar santri, yang dimana adanya wahana untuk

menyalurkan minat dan bakat, serta juga sebagai wahana praktek kerja bagi para santri.

Sebuah unit usaha yang dibangun di pondok pesantren untuk kepentingan pembelajaran bagi santri memang tidak cukup banyak ditemukan dalam lembaga pendidikan pondok pesantren. kemudian ketika unit usaha ini bertujuan pula untuk mengahasilkan materi yang bisa digunakan untuk kepentingan pembangunan pondok pesantren demi tercapainya lembaga pendidikan yang mandiri, dalam artian bisa membangun pondok pesantren dengan tidak meminta sumbangan kepada wali santri.

Fenomena tersebut ditemukan pada Pondok Pesantren Sunan Drajat, terbangunya unit usaha yang dicetuskan oleh pengasuh pondok pesantren yaitu KH. Abdul Ghofur. Dengan modal dan tanah yang dimilikinya pada akhirnya terbangunlah pondok pesantren yang memiliki unit usaha yang cukup berkembang hingga saat ini serta dikelola oleh para santrinya.

Tindakan ekonomi para santri karyawan untuk bekerja di unit usaha AIDRAT dalam penelitian ini akan dianalisis dengan tiga proposisi Granovetter yakni mengenai tindakan ekonomi. Hal ini dikarenakan tiga proposisi tersebut bukan hanya melihat tindakan ekonomi para santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT, tetapi juga melihat kondisi yang seperti apa dibalik semua itu sehingga para santri memilih untuk bekerja di unit usaha AIDRAT.

Tindakan ekonomi para santri karyawan untuk memilih bekerja di unit usaha AIDRAT memiliki pola dan motif yang cukup beragam. Tindakan ekonomi berupa bekerja yang dilakukan oleh santri karyawan merupakan tindakan yang memiliki motif untuk membantu pembangunan pondok pesantren, yang dimana dengan bekerja di unit usaha AIDRAT akan membantu produksi yang bisa dipasarkan kepada konsumen, sehingga dari proses pemasaran unit AIDRAT akan menghasilkan omset dari jualanya, oleh karena itu dari pengahasilan unit usaha AIDRAT, sebagaian dananya akan disisakan untuk membantu biaya pembangunan pondok pesantren.

Searah dengan konsep pemikiran Granovetter terkait dengan tiga proposisi tindakan ekonominya yaitu selama tindakan ekonomi masih dipengaruhi orang lain, semisal adanya interaksi sosial antar individu, seperti saling memandang, saling menyapa dan hingga berinteraksi sosial, maka tindakan ekonomi adalah tindakan sosial.

(8)

8 dikondisikan secara sosial melalui interaksi sosial

dan hubungan sosial, seperti ajaran dari Sunan Drajat berupa empat prinsip wenehono yang telah diajarkan oleh KH. Abdul Ghofur melalui kegiatan pengajian kepada para santrinya khususnya santri karyawan, secara tidak langsung ajaran ini sudah bisa masuk dalam pola pemikiran santri karyawan sebagai nilai dan norma didalam hubungan sosial yang terjadi dikalangan santri karyawan, yang dimana ajaran ini berisikan untuk memerintahkan seseorang akan selalu berusaha mengahadapi kehidupannya dan bisa membantu orang lain yang membutuhkanya. Maka dari itu, ajaran ini dikondisikan secara sosial dikalangan santri karyawan sebagai nilai agama yang patut diamalkan melalui bekerja di unit usaha AIDRAT didalam Pondok Pesantren Sunana Drajat.

Selain itu, tindakan ekonomi dilakukan atas situasi dan kondisi yang ada disekitarnya, kemudian kondisi sosial yang terjadi didefinisikan secara sosial oleh aktor sebelum menentukan tindakan yang akan dilakukanya, seperti kondisi keluarga yang membutuhkan uang untuk kepentingan hidup, makan dan minum, serta kebutuhan biaya sekolah anak.

Hal tersebut menyatakan bahwa tindakan bekerja para santri di unit usaha AIDRAT memiliki banyak pola yang bisa digambarkan, bekerja bisa diartikan sebagai tindakan yang wajar untuk membantu pembangunan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Berdasarkan rasa ingin membalas budi dan jasa atas bantuan yang diberi oleh pihak pondok pesantren, motif santri sangat kuat untuk bekerja sebagai rasa timbal balik dengan pondok pesantren.

Rasa ingin mengulurkan tangan kepada pondok pesantren sangat kuat ditemukan pada santri karyawan, dari hal tersebut pula kondisi dan situasi para santri karyawan untuk memilih bekerja di unit usaha AIDRAT. Maka tahap awal peneliti untuk mengkaji tindakan ekonomi para santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT dengan menggunakan tiga proposisi Granovetter untuk melihat lebih dalam. Berikut skema kajian berpikir yang digunakan untuk melihat tindakan ekonomi santri karyawan bekerja unit usaha di AIDRAT:

Bagan yang ada diatas merupakan kajian peneliti dalam melihat tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT dengan menggunakan prespektif tiga proposisi Granovetter, serta juga berdasarkan kutipan dari kajian peneliti sebelumnya20 yang sejalan dengan kajian pemikiran peneliti saat ini bahwa, dalam kajian kali ini sekaligus secara tidak langsung mengkritisi dari tiga proposisi Granovetter. Menurut prespektif peneliti dalam melihat kondisi tindakan ekonomi santri karyawan bahwa dimulai dari proposisi tindakan ekonomi disituasikan secara sosial, kemudian institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial, dilanjutkan dengan kembali lagi setelah terjadi kontruksi, pada proposisi tindakan ekonomi disituasikan secara sosial kemudian berlanjut pada proposisi tindakan ekonomi adalah bentuk tindakan sosial. Demikian secara singkat penjelasan bagan yang ada diatas, untuk memaparkan lebih jelasnya peneliti membagi dalam sub pembahasan selanjutnya mengenai tindakan ekonomi dengan prespektif tiga proposisi.

1. Tindakan Ekonomi disituasikan secara sosial

Berdasakan konsep dari Granovetter tentang proposisi utama yang sudah dipaparkan, bahwa tindakan ekonomi di situasikan secara sosial adalah aktor sebelum melakukan tindakan ekonomi mendefinisikan lingkungan disekitarnya terlebih dahulu, menyesuaikan apa yang menjadi kebiasaan dilingkungan sekitarnya sehingga aktor terpengaruh dan pada akhirnya akan melakukan apa yang menjadi tindakan ekonominya.

Kondisi sosial yang berlangsung dikalangan santri karyawan, seperti adanya nilai-nilai agama, hubungan, interaksi sosial yang terjadi antara pondok pesantren dengan santri karyawan melalui rasa saling membantu, kemudian kondisi tersebut berlangsung secara sosial dikalangan santri karyawan didalam tindakan bekerja di unit usaha AIDRAT. Maka dari itu, sejalan dengan konsep Granovetter dalam proposisinya bahwa tindakan ekonomi disituasikan secara sosial yaitu tindakan ekonomi tidak dipandang sebagai fenomena stimulus-respon yang sederhana, tetapi lebih kepada hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam proses hubungan sosial yang sedang berlangsung21.

20 Skripsi Ramdya angananda. 2013. Hal:114. 21

Damsar. 2009. Op cit. Hal: 32-33. Tindakan Ekonomi

(9)

Kondisi dimana santri karyawan yang setiap harinya sudah dijamin kebutuhanya oleh pondok pesantren, serta situasi dari keseharian yang diisi dengan aktivitas yang bernuansa penanaman ajaran agama tertutama kearifal lokal tentang empat prinsip wenehono Sunan Drajat yang tetap terjaga didalam nilai-nilai pondok pesantren, didefinisikan oleh para santri karyawan sebagai nilai dan ajaran yang sudah selayaknya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat umum.

Sebagai media implementasi dari nilai-nilai agama dan ajaran empat prinsip wenehono Sunan Drajat. Santri karyawan mendefinisikan kondisi dan situasi tersebut menjadi pilihan yang seharusnya bisa tertuang dan diamalkan kedalam kehidupan bermasyarakat, dengan memilih untuk bekerja di unit usaha pondok pesantren, dalam hal ini peneliti menfokuskan kajianya pada unit usaha AIDRAT, maka sebagai Hubungan timbal balik antara pondok pesantren dengan santri karyawan yang sebenarnya hubungan ini bersifat secara tidak langsung dan hubungan yang bisa dikatakan saling membantu satu sama lain, sehingga pada akhirnya santri karyawan memilih menggunakan tenaganya untuk bekerja di unit usaha AIDRAT.

Para santri mampu mendifinisikan situasi sosial yang ada di dalam dunia Pondok Pesantren Sunan Drajat, menerima dan menjalankanya apa yang menjadi sebuah ajaran nilai dan norma yang berlaku, praktek bekerja yang didasarkan atas rasa ingin membantu kepada pondok pesantren, yang dimana dari hasil pendapatan dari AIDRAT akan diputarkan lagi untuk keperluan unit usahanya dan pastinya digunakan untuk membantu keuangan pondok pesantren dalam pembangunan gedung dan sarana, prasarana.

Berikut adalah bagan peneliti dalam mengkaji tindakan ekonomi disituasikan secara sosial yaitu hubungan sosial yang terjadi antara pondok pesantren dengan santri karyawan sehingga memilih untuk bekerja di unit usaha AIDRAT, sebagai berikut:

Fenomena yang dilihat oleh peneliti tentang tindakan ekonomi di unit usaha AIDRAT Pondok Pesantren Sunan Drajat merupakan hal yang sejalan dengan pemikiran dan argumentasi Granovetter, bahwa fenomena stimulus-respon yang sederhana, tetapi lebih kepada hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam pross hubungan sosial yang sedang berlangsung. Dan ini berarti bahwa aktor mendefinisika situasi sosialnya terlebih dahulu, sebelum aktor melakukan tindakan ekonomi.22

2. Institusi Ekonomi dikontruksikan

Secara Sosial

Hasil dan diskusi selanjutnya dari proposisi utama Granovetter, bahwa institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial, yang dimana bahwa institusi-institusi ekonomi merupakan hasil dari kreasi sosial yang terjadi secara perlahan-lahan, dengan proses pengerasan dan pengentalan institusi ekonomi dalam presepsi sosiologi ekonomi akan menjadi kiat dalam melakukan sesuatu.

Institusi ekonomi “AIDRAT” merupakan wadah yang digunakan bagi para santri sebagai ajang untuk mencari ganjaran secara ajaran islam. Ajaran yang selama ini sudah tertanam dalam pemikiran para santri dan menjadi pedoman dalam Pondok Pesantren Sunan Drajat. Ajaran ini yang disebut dengan empat prinsip wenehono yang berasal dari taushiyah Sunan Drajat. Menjadi sangat kuat ajaran tersebut dikarenakan sudah dikontruksikan secara perlahan-lahan masuk dalam keseharian santri, melalui pengajian dan taushiyah islami dalam Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Berbicara mengenai bagaimana unit usaha AIDRAT digunakan sebagai tempat untuk berlatih bekerja bagi santri, serta prespektif yang sama bahwa bekerja di unit usaha AIDRAT para santri karyawan bisa menyalurkan bantuan kepada pondok pesantren secara langsung. Prespektif lainya yang ditemukan oleh peneliti dari santri karywan bahwa dari unit usaha AIDRAT santri yang bekerja didalamnya merupakan sebuah tindakan yang mengandung nilai ibadah secara ajaran islam dan motif untuk mencari kepentingan spiritual (barokah) dari pondok pesantren.

Sebagai tambahan pembahasan kali ini pada proposisi institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial, berikut bagan proses hasil proposisi institusi ekonomi yaitu unit usaha

22

(10)

AIDRAT yang dikontruksikan secara sosial dalam ranah Pondok Pesantren Sunan Drajat:

Penjelasan tambahan mengenai bagan yang ada diatas tentang unit usaha yang dikontruksikan secara sosial yaitu unit usaha yang dibangun oleh Pondok Pesantren Sunan Drajat. Ajaran yang sudah didefinisikan oleh santri karyawan dalam keseharinya didalam ranah Pondok Pesantren Sunan Drajat, diimplementasikan oleh santri karyawan kedalam lembaga ekonomi yaitu unit usaha AIDRAT. Prespektif santri karyawan bahwa dari pendefinisian kondisi nilai-nilai agama dan kearifan lokal ajaran empat prinsip wenehono Sunan Drajat yang disalurkan dalam unit usaha AIDRAT melalui tindakan ekonomi bekerja adalah sebuah tindakan yang mulia dan mengandung unsur ibadah.

Sejalan dengan pernyataan yang tertera diatas bahwa apa yang dinyatakan Berger sebagai penjelasan tentang proposisi institusi-institusi ekonomi dikontruksikan secara sosial yaitu institusi ekonomi bukan suatu jenis dari seperangkat realitas eksternal yang kelihatan, namun merupakan hasil dari kreasi sosial yang terjadi secara perlahan, cara melakukan sesuatu yang “mengeras” dan “mengental” dan pada akhirnya menjadi kiat untuk melakukan sesuatu.23 Dari kondisi sosial yang sudah didefinisikan santri karyawan sebuah unit usaha AIDRAT dikontruksikan secara sosial didalam Pondok Pesantren Sunan Drajat.

3. Tindakan Ekonomi Kembali

disituasikan Secara Sosial

Dalam pendiskusian kali ini, berangkat proposisi sebelumnya dari kondisi dimana santri

23

Ibid. Hal:33.

karyawan yang memilih untuk bekerja di unit usaha AIDRAT merupakan hasil proses hubungan sosial antara pihak pondok pesantren dengan santri karyawan. Dengan adanya nilai-nilai agama/religious dan kearifan lokal, empat prinsip wenehono Sunan Drajat yang diserap oleh santri karyawan sebagai ajaran yang patut diamalkan didalam dunia pondok pesantren secara khusus dan dimasyarakat luas secara umumnya.

Menghadapkan santri karyawan untuk masuk kedalam aturan-aturan yang ada didalam unit usaha AIDRAT. Pada awalnya alasan santri karyawan yang notabene lebih mengarah kepentingan spiritual (ibadah) kini dengan aturan yang diberikan unit usaha AIDRAT kepada karyawanya, alasan tersebut mulai mengalami proses pendefinisian kembali yaitu ketika seorang karyawan yang sudah mampu membantu proses produksi dan pemasaran dari unit usaha AIDRAT akan mendapatkan pula imbalan yang setimpal pula. Imbalan atau Bisyaroh dalam aturan internal manajemen unit usaha AIDRAT pun telah ditetapkan dalam kebijakannya, tentunya dengan kadar sewajarnya yang sesuai dengan tingkat kerja yang sudah dilakukan oleh para santri karyawan.

Proposisi ini dalam prespektif peneliti bahwa, tindakan ekonomi yang pada mulanya merupakan hasil dari kreasi para santri karyawan untuk bisa mengamalkan nilai dan ajaran didalam pondok pesantren, kini dengan aturan-aturan dari unit usaha AIDRAT dan kondisi sosial yang berlangsung dikalangan santri karyawan ketika itu pula mulai melakukan proses pendefinisian kondisi sosial kembali bahwa tindakan bekerja sebenarnya bukan hanya untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama, dan sekedar praktek kerja nyata yang digunakan untuk mengasah hobi, kemampuan dan bakat. Melainkan dengan melakukan bekerja di AIDRAT santri karyawan akan bisa mandiri dengan tidak menggantungkan kepada orang tua, serta dapat membantu pula beban ekonomi keluarga dengan bisa memberikan hasil kerjanya kepada orang tuanya.

(11)

4. Tindakan Ekonomi adalah Tindakan Sosial

Prespektif peneliti mengartikan bahwa Proposisi ini merupakan proposisi tahap terakhir, tindakan ekonomi adalah bentuk tindakan sosial yaitu tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT bukan semata-mata untuk kepentingan ekonomi semata melainkan ada kondisi lain dibalik tindakan ekonomi santri karyawan. Peryataan ini sejalan dengan argumentasi dari Granovatter yang mengutip pemikiran dari Weber bahwa tindakan ekonomi dapat dipandang sebagai suatu tindakan sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan orang lain.24

Dalam konteks ini yang terjadi adalah secara prosesnya tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT dilatarbelakangi kondisi sosial yang sudah ada, baik dari kontrol sosial melalui nilai-nilai agama dan empat prinsip wenehono Sunan Drajat.

Fenomena Santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT memang terjadi bukan semata-mata untuk kebutuhan ekonomi melainkan ada faktor lain, diantaranya kepentingan untuk membantu kepada pondok pesantren, mencari (ibadah, barokah dari pengasuh dan pondok pesantren) dan memenuhi kepentingan spiritual bagi santri karyawan. Upah/bisyaroh yang didapat dari bekerja bukan semata-mata menjadi alasan utama untuk mendapatkan sebagai kepentingan ekonomi, melainkan ada kondisi sosial lainya, seperti santri karyawan yang sudah memiliki keluarga, anak dan istri sehingga membutuhkan upah/bisyaroh untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum yang ada dirumah, selain itu sebagai biaya untuk menyekolahkan anak atau pun juga

24

Ibid. Hal:31

santri karyawan yang menggunakan upah/bisyaroh untuk membiayai kebutuhan proses belajarnya dalam dunia perkuliahan di Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Berikut bagan tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT yang merupakan bentuk dari kondisi sosial yang ada dibalik semua itu:

Penjelasan mengenai bagan yang ada diatas, bahwa dari argumentasi Granovetter mengenai proposisi tindakan ekonomi adalah bentuk tindakan sosial. Dalam prespektif peneliti bahwa proposisi ini merupakan tahapan terakhir dari proposisi Granovetter dikarenakan dibalik tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT, ada hubungan interaksi sosial didalamnya serta kondisi sosial yang ada disekitar santri karyawan yang mempengaruhi tindakan ekonominya.

Berdasarkan pemaparan yang ada diatas mengenai pola tindakan ekonomi dan tindakan sosial yang terjadi di unit usaha AIDRAT yang dimana peneliti melihatnya dengan prespektif tiga proposisi Granovetter, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa yang pertama, tindakan ekonomi santri karyawan bekerja dilatarbelakangi nilai-nilai agama dan kearifan lokal berupa ajaran empat prinsip wenehono dari Sunan Drajat yang mengajarkan untuk sesorang bisa berusaha, dan menjunjung tinggi ajaran dimana seseorang lebih baik memberi dari pada meminta. Sehingga orang akan bisa membantu sesama manusia yang membutuhkan bantuan.

(12)

Relasi

perekonomian pondok pesantren; Ketiga, bahwa tindakan ekonomi santri karyawan bekerja di unit usaha AIDRAT digunakan untuk kepentingan membantu meringankan perekonomian keluarga, seperti bisa memenuhi kebutuhan sehari sebagai santri dan belajar dibangku perkuliahan tanpa menggantungkan dorongan biaya dari orang tua, serta sebagai pembantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga bagi santri karyawan yang sudah memiliki anak dan istri.

Keterlekatan antara Pondok Pesantren dengan Santri Karyawan yang Bekerja di Unit Usaha AIDRAT

Tindakan ekonomi bekerja yang didasarkan motif adanya relasi sosial yang terjalin antara santri dengan kyai atau santri dengan pemilik dari unit usaha AIDRAT dalam hubungan sosial didalam pondok pondok pesantren, yaitu wujud dari relasi sosial yang terjalin berupa tindakan santri karyawan yang ingin mengabdikan dirinya demi mencari tindakan yang bernilai ibadah (spiritual) didalam pondok pesantren, dengan bekerja di unit usaha AIDRAT santri karyawan dapat menggunakan tenaganya untuk membantu pembangunan pondok pesantren.

Terjalinya hubungan sosial antara pondok dengan santri karyawan yang dimulai dari bantuan dari pondok pesantren, kemudian sebagai naluri manusia yang akan merespon dari apa yang sudah dibantu dari pondok pesantren, maka santri karyawan akan melakukan tindakan yang bisa berguna untuk pembangunan pondok pesantren. Oleh karena itu, sebenarnya terjalinlah hubungan saling timbal balik antara keduanya, dalam bentuk tindakan saling membantu satu sama lain.

Tindakan keterlekatan yang terjalin antara pondok pesantren dengan santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT, sehingga didalamnya menciptakan relasi sosial yang kuat atau jaringan sosial, maka dari itu, penulis menjelaskan dalam bentuk bagan keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karyawan, lebih jelasnya yaitu sebagai berikut:

Bagan diatas merupakan penjelasan mengenai keterlekatan yang terjalin antara pondok pesantren dengan santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT, keterlekatan tersebut merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan/relasi tersebut didalam unit usaha AIDRAT di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Relasi tersebut menjadi aturan-aturan sosial yang menjaga bagaimana tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja dapat berkelanjutan di unit usaha AIDRAT.

Bentuk Keterlekatan antara Pondok Pesantren dengan Santri Karyawan di dalam Unit Usaha AIDRAT

Keterlekatan yang terjalin antara pondok pesantren dengan santri karyawan tergambar dalam tindakan bekerja yang ada didalam unit usaha AIDRAT. Kondisi dimana santri karyawan melakukan tindakan bekerja didasarkan atas motif sosial, religious dan ekonomi, menjadi alasan bagi santri untuk melakukan bekerja didalam lingkup pondok pesantren. Dalam pembahasan selanjutnya yaitu bentuk-bentuk keterlekatan yang dibagi menjadi dua, keterlekatan relasional dan keterlekatan struktural.

(13)

Beranjak pada bentuk keterlekatan struktural yang berlangsung di unit usaha AIDRAT yakni, keterlekatan yang berupa aturan atau kebijakan yang dikeluarkan pondok pesantren kepada santri karyawan untuk mengatur santri karyawan supaya tidak dibebani biaya tempat tinggal, serta jaminan makan dan minum setiap harinya. Selain itu, santri karyawan secara tidak langsung akan merespon aturan tersebut sebagai tindakan bantuan pondok pesantren kepada santri karyawan.

Aturan ini berjalan didalam institusi Pondok Pesantren Sunan Drajat selama bertahun-tahun, dan dengan membalas budi bantuan yang diberikan pondok pesantren santri karyawan akan menjalankan tindakan yang bisa membantu pondok pesantren, seperti: santri karyawan yang bekerja tiap pagi harinya membantu sebagai petugas pembuang sampah pondok pesantren dan juga santri karyawan yang memilih untuk bekerja di unit usaha khususnya unit usaha AIDRAT. Sehingga secara tidak langsung aturan ini menjadi aturan bersama yang sudah disepakati oleh kedua aktor demi membantu pembangunan pondok pesantren.

Dari penjelasan mengenai analisis bentuk keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT, maka peneliti bisa menarik kesimpulan bahwa relasi yang terjalin adalah sebuah bentuk keterlekatan relasional. Relasional yang dimaksud adalah hubungan personal yang terbentuk antar pondok pesantren dengan santri karyawan, yang melibatkan aspek sosial, agama (nilai/ajaran empat prinsip wenehono dari Sunan Drajat) dan budaya, sehingga menciptakan hubungan yang kuat dalam tindakan bekerja di unit usaha AIDRAT.

Hubungan yang didasari atas motif sosial, agama dan ekonomi tersebut, menjadi motivasi santri karyawan untuk semangat bekerja, demi mencapai motif-motif yang sudah dimilikinya. Seperti dengan bekerja di unit usaha AIDRAT santri karyawan akan semakin percaya bahwa tindakan yang dipilihnya akan berguna untuk membantu kepentingan pembangunan pondok pesantren, serta nantinya berguna untuk santri lainya. Selain itu, ada pula bahwa dari relasi yang sudah terjalin semakin mematangkan bahwa tindakan bekerja santri karyawan didasari mengabdi atau mencari nilai ibadah yang sesuai dengan ajaran yang dipercayainya.

Dengan demikian, dari bentuk keterlekatan relasional yang terjalin antara pondok pesantren

dengan santri karyawan menciptakan hubungan personal dan santri karyawan akan semakin bersemangat untuk bekerja di unit usaha AIDRAT.

Berikut bagan yang dibuat peneliti untuk menjelaskan bentuk keterlekatan yang terjalin antara pondok pesantren dengan santri karyawan:

TEMUAN PENTING PENELITIAN

Tindakan Ekonomi Santri Karyawan untuk Bekerja di Unit Usaha AIDRAT

Tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT pada mulanya berangkat dari kepentingan sosial yaitu untuk membantu pembangunan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Motif dari santri karyawan yang memiliki kepentingan sosial dikarenakan oleh nilai agama di pondok pesantren yaitu kearifan lokal dari Sunan Drajat tentang ajaran empat prinsip wenehono. Ajaran ini mengajarkan untuk berusaha, sehingga dari pondok sangat menganjurkan untuk para santrinya untuk bisa mengimplementasikan ajaran ini.

(14)

Setelah kondisi sosial yang telah terjadi dari hubungan sosial antara keduanya, kemudian menghasilkan tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT yang dimana sebagai media interpretasi dan impelmentasi ajaran yang sudah dikondisikan secara sosial. Melangkah selanjutnya bahwa setelah santri karyawan yang telah menjadi karyawan di unit usaha AIDRAT secara tidak langsung telah menjadikan institusi ekonomi ini sebagai wadah untuk menyalurkan dari apa yang sudah didefinisikanya, bahwa unit usaha AIDRAT menjadi wadah sebagai media untuk pengimplementasian dari hasil interpretasi ajaran yang sudah didapat, bagi santri karyawan untuk ajang membantu pembangunan pondok pesantren yang dimana dinterpretasikan sebagai melakukan nilai ibadah (spiritual), dan sebagai media praktek kerja nyata bagi santri untuk melatih soft skill tentang berwirausaha.

Selanjutnya setelah santri karyawan yang sudah membantu perekonomian unit usaha AIDRAT baik dalam tahapan proses produksi, proses pemasaran sampai dengan pengorganisasian internal perusahaan, masing-masing santri mendapatkan upah/gaji, istilah dalam Pondok Pesantren Sunan Drajat dikatakan sebagai Bisyaroh/bebungah, yaitu uang lelah yang diberikan kayawan unit usaha AIDRAT setiap bulanya. Kadar pemberian bisyaroh tergantung pada tenaga yang dikeluarkan untuk membantu proses kerja di unit usaha AIDRAT. Selain itu kondisi sosial yang terjadi di unit usaha AIDRAT yaitu internal unit usaha berusaha menjaga ritme minat dan kemauan santri karyawan dengan mengadakan pertemuan internal karyawan disetiap hari kamis malam yang diisi dengan acara tahlil bersama (yasinan), belajar kitab-kitab agama islam (kitab kuning) yang diampuh oleh Direktur Utama unit usaha AIDRAT (Ahmad Iwan Zunaih), yang dimana digunakan sebagai siraman rohani dan motivasi personal kepada karyawanya dan dilanjutkan dengan diskusi yang berisikan evaluasi internal unit usaha AIDRAT ditiap minggunya .

Secara tidak langsung semua kondisi sosial yang terjadi itu, menjadi kontrol sosial untuk menjaga ritme bekerja sebagaimana tutur ajaran yang telah diserapnya. Sehingga santri karyawan dikondisikan kembali untuk mendefinisikan hubungan sosial yang terjadi, bahwa dari bisyaroh yang didapat dari tindakan bekerja bisa digunakan lebih luas untuk keperluan ekonomi, baik untuk membiayai keperluan santri karyawan yang

belajar dibangku perkuliahan, digunakan sebagai memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga bagi santri yang sudah berkeluarga memiliki anak dan istri. Oleh karena itu dari proses tindakan ekonomi yang dilakukan oleh santri karyawan yang bekerja di unit usaha tidak hanya untuk kepentingan ekonomi saja, melainkan ada kepentingan sosial yang cukup penting dalam konteks unit usaha AIDRAT di Pondok Pesantren Sunan Drajat.

Bentuk Keterlekatan antara Pondok Pesantren dengan Santri Karyawan

Ajaran dari Sunan Drajat yang mengajarkan tentang empat prinsip wenehono, merupakan nilai dasar didalam Pondok Pesantren Sunan Drajat. Salah satunya sebagai pedoman nilai untuk membangun pondok pesantren yang mandiri dengan membangun unit usaha yang berguna untuk menopang perekonomian pondok pesantren.

Ajaran tersebut terealisasi didalam Pondok Pesantren Sunan Drajat, baik terlihat didalam sisi institusi maupun secara individu santri. Dalam penjelasan kali ini peneliti mengfokuskan pada tindakan bekerja santri karyawan yang melekat didalam institusi unit usaha AIDRAT. Sehingga tindakan tersebut dinamakan keterlekatan. Beranjak pada pemikiran Granovetter selajutnya yaitu mengenai bentuk keterlekatan antara pondok pesantren dengan santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT.

Relasi yang terbentuk diantara pondok pesantren dengan santri karyawan didalam tindakan bekerja di unit usaha AIDRAT mampu membentuk keterlekatan relasional didalam hubungan kedua aktor, Relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan hubungan sosial dan institusi sosial, serta melibatkan aspek sosial, budaya, agama dan politik.

(15)

usaha AIDRAT, di Pondok Pesantren Sunan Drajat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Peneliti mengambil kesimpulan bahwa tindakan ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT, sangat dipengaruhi oleh adanya aspek sosial, budaya, dan agama. Dalam konteksnya ajaran empat prinsip wenehono yang disituasikan secara sosial menjadi sebuah salah satu nilai yang mengatur berjalanya pondok pesantren, khususnya perekonomian pondok pesantren melalui unit usaha AIDRAT.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan bekerja santri karyawan didasari atas tiga motif yaitu (religious) tindakan bekerja yang bernilai ibadah; (sosial) tindakan bekerja didasari atas ingin membantu pembangunan pondok pesantren; dan (ekonomi) orientasi ekonomi santri karyawan yang bekerja di unit usaha AIDRAT, sehingga tiga motif tersebut dikondisikan secara sosial didalam hubungan yang terjadi antara pondok pesantren dengan santri karyawan didalam lingkup unit usaha AIDRAT. Dari tindakan bekerja yang berkelanjutan menciptakan relasi antara pondok pesantren dengan santri karyawan yang semakin kuat dalam hubungan personal untuk mencapai motif sosial, religious dan orientasi ekonomi. Keterlekatan relasional mampu menciptakan semangat bekerja bagi santri karyawan yang bekerja didalam unit usaha AIDRAT.

Saran

Berdasarkan dari kondisi dilapangan yang terjadi, bahwa dari hubungan sosial yang terjadi antara santri karyawan dengan pondok pesantren, kemudian santri karyawan dengan unit usaha AIDRAT. Santri karyawan seharusnya lebih paham dan lebih dewasa untuk memikirkan manfaat dari bekerja di unit usaha AIDRAT, hanya sebagian saja karyawan yang faham dari manfaat bekerja yaitu sebagai modal awal untuk melatih soft skill berwirausaha dalam dunia Pondok Pesantren Sunan Drajat. Sehingga nantinya Pondok Pesantren Sunan Drajat tidak salah sasaran untuk mencetak lulusan wirausahawan dan bukan mencetak sebagai buruh kerja.

Seharusnya unit usaha dalam mengorganisasikan perusahaan lebih terbuka dalam permasalahan internal AIDRAT. Karena hanya karyawan atau sebagaian orang saja sebagai

kepercayaan dari Direktur Utama unit usaha AIDRAT yang mengetahui dan faham akan permasalahan AIDRAT. Sehingga kekurangan yang dialami oleh unit usaha AIDRAT akan sedikit terbantu dengan dimusyawarakan oleh seluruh pengurus AIDRAT.

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai landasan dalam penelitian selanjutnya, dan dapat disempurnakan lagi baik isi maupun sistematis penulis. Bagi peneliti selanjutnya lebih bisa menggali lebih dalam dan mendiskripsikan tentang internal unit usaha AIDRAT secara kesulurahan, Konteks kajian tersebut dari sisi teori akan lebih mendalam jika dikaji menggunakan konsep Praktik, Ranah dan Habitus Bourdieu dengan 4 (empat) modal yang telah ditawarkan yaitu modal simbolik, ekonomi, sosial dan budaya. Sehingga dengan kajian tersebut fenomena yang ada terjadi baik dari sisi lembaga unit usaha AIDRAT maupun santri karyawan yang bekerja didalamnya akan bisa terungkap dan dideskripsikan secara utuh dan menyeluruh.

REFERENSI Referensi Buku:

Burhan, Bungin M. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group.

Dawan Raharjo, M. 1974. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta. LPES.

Djanaid, Djanalis. 2006. Enterpreneurship Prosesional Teori dan Praktek.

Hamid, Abu. 1987. Sistem Pesantren Madrasah dan Pesantren di Sulawesi Selatan. Ujung pandang: Fakultas Sastra UNHAS. Ihsan, Hidayat. 2001. Sunan Drajat dalam

Legenda dan Sejarah.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi penelitian kualitattif. Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Swedberg, Richard and Granovetter. 1992. The sociology of economic life.Westview Pess, Inc.

Saleh, Abdurrochman. 1988. Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren. Jakarta: Proyek Pembinaan Bantuan Kepada Pondok Pesantren Ditjen Binbaga Islam Depag RI.

(16)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sutinah, Suyanto. 2007. Metode Penelitian Sosial Bebagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:Kencana.

Wahid, Abdurrahman. 1988. Pesantren Sebagai Subkultural (dalam Pesantren dan perubahan). Jakarta: LP3ES.

Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus Desain dan Metode. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Zamakhsyari, Dhofier. 1990. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai.Jakarta: LP3ES.

Referensi Jurnal:

Ahwarumi, Biyati. 2011. Perencanaan strategis sistem informasi pondok pesantren sunan drajat dalam rangka pengendalian internal organisasi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. Angan Nanda, Ramadya 2012. Keterlekatan

Tindakan Ekonomi Pelaku Usaha Mikro Terhadap Rentenir (Studi Kasus Pedagang Pasar Mrjosari Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang). Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Malang.

Anwar, Najih. 2007. Manajemen Pondok pesantren dalam Penyiapan Wirausawan (Studi kasus Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan). Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri. Malang.

Profil Unit Usaha Aidrat (Air Minum sunan Drajat). Pondok Pesantren Sunan Drajat. Lamongan.

Wulandari, Ita Runti. 2011. Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan Jawa Timur: Pesantren Wirausaha. Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, Fakultas Adab, Institus Agama Islam Negeri Sunan Ampel. Surabaya.

Referensi Internet:

Hidayat, Wahyu. Diakses dari. web: www.ummpress.umm.ac.id. Pada Tanggal 26 November 2012.

Kedai Kita Kita. Pengertian Sistem Reserve

Osmosis. http://osmosis

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus, kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan yang dihadapi oleh Perum Bulog di Provinsi

Pada penelitian ini digunakan metode eksperimen dan simulasi secara numerik untuk mengetahui fenomena aliran yang terjadi pada pipa sudden contraction dengan

tahun yang diberi minuman beroksigen rata-rata 45,5 ml/kgBB/menit, sedangkan nilai konsumsi oksigen maksimal (VO 2 Max) pada laki-laki kelompok usia 19-21 tahun yang.. diberi

„Ir žmogus sakė: čia dabar yra kaulas iš mano kaulų ir mėsa iš mano mėsos, ta bus Wyri ʃ ka vadinama, todėl, kad nuo vyro imta yra...“.. Ir vėlesniuose Biblijos

Berkaitan dengan biaya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), UU Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan yang merupakan perubahan keempat atas UU No.7 Tahun

benar. 5) Ukuran huruf yang dipakai untuk cetak miring harus sama ukurannya dengan huruf untuk naskah. Cetak miring digunakan untuk judul buku dan nama

tidak tahan dan kurang tahan yang proporsinya cukup besar mencapai 94%, maka kondisi sosial ekonomi rumah tangga petani, dengan umur yang relatif produktif, pendidikan petani

Pengelolaan limbah yang dihasilkan sangat penting untuk dilakukan agar tidak mencemari Pengelolaan limbah yang dihasilkan sangat penting untuk dilakukan agar tidak mencemari lingkungan