LAPORAN AKHIR
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PEMANFAATAN MIKROALGA UNTUK PENGOLAHAN LOGAM KROMIUM (Cr) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI
BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN EKSAKTA
Diusulkan oleh:
Afriana Maharani Puteri 15713030 Angkatan 2013
Gede Adi Wiguna Sudiartha 15713001 Angkatan 2013
Ganjar Abdillah Ammar 11213021 Angkatan 2013
Gesit Nurdaksina 15713004 Angkatan 2013
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG
PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKM-PENELITIAN
1 Judul Kegiatan : Pemanfaatan Mikroalga untuk
Pengolahan Logam Kromium (Cr) pada Limbah Cair Industri
2 Bidang Kegiatan : PKM-P Eksakta
3 Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Afriana Maharani Puteri
b. NIM : 15713030
c. Jurusan : Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
d. Universitas : Institut Teknologi Bandung
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Taman Sentosa A2/6, Cikarang Selatan, Bekasi. 085714040702
f. Alamat email : amaharaniputeri@yahoo.com
4 Anggota Pelaksana Kegiatan /Penulis : 3 orang
5 Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dra.Barti Setiani Muntalif, Ph.D
b. NIDN : 0009115303
c. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Jalan Kiaracondong 131, Bandung.
08122113985
6 Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp 7.831.000,-
b. Sumber lain : -
7 Jangka waktu pelaksanaan : 5 bulan
Bandung, 5 Juli 2015 Menyetujui,
Kepala Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
Rofiq Iqbal, ST., M.Eng., Ph.D. 19760205 200604 1002
Ketua Pelaksana Kegiatan
Afriana Maharani Puteri 15713030
Kepala Lembaga Kemahasiswaan
Brian Yuliarto, Ph.D 19750727 200604 1005
Dosen Pendamping
Dra.Barti Setiani Muntalif, Ph.D 130901866
ABSTRAK
Menurunnya ketersediaan air bersih di Indonesia akibat pencemaran air yang disebabkan oleh logam berat pada limbah cair buangan industri menuntut para insinyur lingkungan untuk memeras otak lebih dalam lagi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Biofiltrasi adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah pencemaran air tersebut. Biofiltrasi merupakan salah satu proses pengolahan air limbah secara biologis yang pada prinsipnya melibatkan mikroorganisme sebagai media penghancur bahan-bahan pencemar tertentu. Mikroalga adalah salah satu jenis mikroorganisme yang mampu melakukan proses adsorbs kandunganion logam berat padalimbah, pada penelitian ini yaitu ion logam kromium (Cr).
Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak dari mikroalga adalah dengan memanfaatkan biomassa dari sel vegetatif mikroalga yang dikeringkan agar menjadi biomassa yang praktis dan mudah dibawa. Biomassa adalah bahan biologis yang hidup atau barumati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industrial. Penelitian ini bersifat eksploratif dan bertujuan untuk menciptakan suatu metode pemanfaatan mikroalga sebagai biofilter di industriuntuk proses adsorbs logam berat. Perkembangan pemanfaatan mikroalga dalam mengelola kadar logam berat pada limbah logam buangan pabrik akan sangat membantu mengurangi pencemaran air di Indonesia.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL...i
HALAMAN PENGESAHAN USULAN PKM-PENELITIAN ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
Bab I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penelitian ... 1
1.4 Manfaat Penelitian ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Pengenalan Logam Berat Kromium... 3
2.2 Pereduksi yang Berkelanjutan... 3
2.3 Beragam Jenis Mikroalga ... 4
BAB III METODE PENELITIAN ... 5
BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS ... 6
BAB V PENUTUP ... 12
5.1 Kesimpulan ... 12
5.2 Saran ... 12
DAFTAR PUSTAKA ... 13
LAMPIRAN ... Lampiran Penggunaan Dana
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Logam berat pada limbah cair merupakan masalah utama dalam pengendalian dampak pencemaran lingkungan. Salah satu cara untuk mengendalikan kandungan logam berat tersebut adalah dengan cara biofiltrasi. Biofiltrasi merupakan salah satu proses pengolahan air limbah secara biologis yang pada prinsipnya melibatkan mikroba sebagai media penghancur bahan-bahan pencemar tertentu. Mikroorganisme yang digunakan untuk menghancurkan bahan-bahan pencemar tersebut adalah mikroalga dengan memanfaatkan biomassanya sebagai pengubah unsur logam pada limbah cair menjadi senyawa nitrat. Mikroalga adalah mikroorganisme dapat digunakan untuk mereduksi kandungan logam berat seperti Kromium (Cr) yang mencemari sebagian besar sungai-sungai di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain. Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain.
1. Bagaimana cara membuat biomassa mikroalga menjadi suatu produk sederhana yang praktis dan efisien?
2. Berapa kadar kromium dalam sampel limbah cair kromium sebelum dan sesudah ditambahkan biomassa mikroalga?
3. Bagaimana efektivitas penggunaan biomassa mikroalga dalam mengurangi kadar kromium pada sampel limbah cair kromium?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Menentukan cara membuat biomassa mikroalga menjadi suatu produk sederhana yang praktis dan efisien
2. Menentukan kadar kromium dalam sampel limbah cair krom sebelum dan sesudah ditambahkan biomassa mikroalga.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini berupa biosorben mikroalga dalam bentuk biomassa yang sudah dikeringkan sehingga memudahkan penggunaan mikroalga tersebut untuk proses pengolahan limbah cair khususnya yang mengandung senyawa logam berat jenis kromium (Cr). Penemuan ini akan sangat berguna bagi bidang ilmu pengusul mengingat pengusul adalah mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan sehingga hasil penelitian ini akan sangat membantu dalam hal pengolahan limbah logam. Ada pula pengusul dari mahasiswa Rekayasa Hayati yang bidang ilmunya adalah meneliti tentang bagaimana cara memanfaatkan ilmu biologi untuk menjawab permasalahan limbah dan energi. Biosorben mikroalga ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat dalam hal pengelolaan limbah cair khususnya kromium (Cr).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Logam Berat Kromium
Logam berat dapat didefinisikan sebagai zat yang dapat melepaskan satu atau lebih elektron yang menyebabkan menjadi kation atau ion bermuatan postif. Logam berat diidentifikasikan mempunyai berat jenis lebih tinggi dari 5 gr/cm3, detailnya logam berat memiliki kemampuan menghantarkan arus listrik dan panas yang tinggi, mempunyai kilauan logam dan memiliki kekuatan dan kelenturan yang tinggi (Bradl dan Bradl, 2005). Saat ini
telah banyak diketahui bahwa logam berat terdapat pada atmosfer, udara, tanah dan air dalam bentuk partikel/ ion-ion maupun dalam bentuk senyawa. Dengan begitu logam berat pun dapat masuk kedalam setiap tubuh makhluk hidup termasuk manusia dalam proses pengambilan nutrisi, pernapasan maupun langsung terserap melewati lapisan luar tubuh.
Salah satu logam berat yang menjadi perhatian manusia adalah kromium (Cr) yang memiliki nomor 24 dan berat atom 52. Logam golongan VI-B ini dapat memiliki tiga bentuk berbeda yaitu Cr2+, Cr3+ dan Cr6+. Dari ketiga ion kromium, hanya Cr6+ yang bersifat racun atau toksik. Kromium dapat menyerang kulit dan selaput lendir juga dapat menjadi kanker apabila langsung terpapar dalam jangka waktu yang lama (Anderson, 2007 dalam Sudiarta, 2010).
Keberadaan logam kromium sangat tinggi pada industri logam, gelas, electroplating, manufaktur obat-obatan, produsen peralatan listrik, produk plastik dan masih ada industri lainnya. Kromium dengan bilangan oksidasi 6 atau dapat disebut juga kromium heksavalen memiliki sifat sulit mengendap dan merupakan oksidator kuat, sehingga diperlukannya zat pereduksi agar Cr(VI) bisa menjadi Cr(III) dalam bentuk hidroksida.
2.2 Pereduksi yang Berkelanjutan
Zat pereduksi dalam pengolahan air berion logam berat ini menjadi kajian utama penelitian kami. Tidak menggunakan suatu zat yang hanya mereduksi dan setelahnya zat pereduksi akan habis, melainkan menggunakan suatu sistem hidup dari makhluk mikroskopis dari komoditas mikroalga dengan tujuan berkelanjutan (sustain).
Saat ini mikroalga telah banyak dimanfaatkan seperti penghasil minyak, protein, nutrisi, pigmen dan masih banyak lagi. Tentunya tidak hanya sebatas itu, mikroalga memiliki potensi besar dalam permasalahan lingkungan salah satunya masalah pencemaran air. Terdapat banyak zat yang menjadikan suatu perairan tercemar khususnya logam kromium yang bersifat racun.
2.3 Beragam Jenis Mikroalga
Mikroalga atau mikrofita merupakan alga yang berukuran mikroskopis yang dapat ditemukan pada medium perairan ataupun laut. Biasanya bersifat uniseluler fotoautotrof. Spesies yang ada yakni Spirulina sp., Chlorella sp,. Dunaliella sp, Schizochytrium sp. Aphanizomerion sp., Botryococcus sp., Nahnochloroplasts sp dan lainnya. Tidak semua
mikroalga dapat dimanfaatkan dalam pemurnian air yang mengandung kromat (VI). Hanya beberapa yang diyakini yaitu dapat bereproduksi cepat juga memiliki metabolisme yang tinggi dapat dengan mudah beradaptasi di lingkungan baru sehingga akan menjadi kebal dan tahan terhadap kondisi ekstrim.
Mikroalga yang kami gunakan dalam penelitian ini berasal dari spesies Spirulina sap. yang dapat memurnikan limbah kromat(VII) dengan efisien, cepat dan efektif. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam pembuatan sistem pengolahan limbah kromium (VI) berbahan dasar mikroalga.
BAB III METODE
No. Kegiatan Kegiatan yang dilakukan
1 Persiapan Studi literatur dan konsultasi dengan dosen pendamping.
2 Sampling mikroalga
Sampling mikroalga di IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) Bojongsoang, Bandung.
3 Pengembangbiakan
mikroalga
Pengembangbiakan mikroalga di kampus ITB Jatinangor dengan media pupuk NPK dan pupuk Urea
4 Panen mikroalga Panen mikroalga di kampus ITB Jatinangor dengan media
pupuk NPK dan pupuk Urea.
5 Aktivasi biomassa
mikroalga
Treatment mikroalga, merendamnya dalam HCl 0,1 M dengan perbandingan alga : HCl; adalah 1: 3.
6 Persiapan bubuk
mikroalga
Pengeringan biomassa mikroalga yang sudah dibilas dengan aquadest dan di-treatment dengan HCl 0,1 M. Pengeringan
dilakukan di dalam oven dengan suhu 70⁰C selama 20 jam.
7 Imobilisasi
mikroalga
Biomassa dicampurkan dengan natrium alginat dalam 100 ml aquadest. Selanjutnya larutan tersebut diteteskan ke dalam
CaCl2 4%.
8 Pengujian
biosorben mikroalga
3 ml sampel yang mengandung kromium heksavalen
konsentrasi tertentu dicampurkan dengan 60 mcL 1,5-diphenyl carbazide. Pengukuran daya serap biosorben mikroalga
mengunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm dan didiamkan selama 10 menit.
9 Analisis kuantitatif Menganalisis hasil pengukuran daya serap biosorben. 10 Interpretasi data Menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang sudah
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
Biomassa yang sudah dicampurkan dengan sodium alginat akan mengental dan membentuk serabut-serabut jelly yang kemudian disaring untuk mendapatkan larutan campuran mikroalga dengan alginat yang halus dan homogen. Larutan ini kemudian diteteskan pada CaCl2 4%, yang mana CaCl2 4% ini berfungsi untuk membentuk dinding yang padat pada setiap tetesan larutan campuran mikroalga dengan alginat sehingga didalam larutan CaCl2 4% akan terbentuk bulatan mikroalga yang kenyal menyerupai jelly dalam jumlah yang banyak tergantung dari banyaknya tetesan yang diberikan. Bulatan-bulatan mikroalga, yang disebut biosorben, berukuran cukup kecil karena corong yang digunakan praktikan untuk meneteskan larutan campuran mikroalga dan alginat memiliki diameter lubang tetes yang kecil karena corong tersebut berskala laboratorium.
Untuk melakukan pengujian efektivitas maka harus membuat kurva standar seperti yang terlihat di grafik 4.1. Grafik tersebut menunjukan hubungan antara konsentrasi kromium dengan absorbansi yang diukur dengan spektrofotometer. Absorbansi adalah jumlah gelombang yang mampu menembus larutan dan terbebas dari penghambatan atau pembiasan gelombang. Semakin besar absorbansi maka semakin jernih pula larutan yang diuji tersebut.
Pengujian efektivitas biosorpsi terhadap logam kromium dilakukan dengan cara mereaksikan biosorben mikroalga sebanyak 5 gram, 10 gram, dan 15 gram masing-masing ke dalam limbah artifisial kromium dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm dalam volume 250 ml. Biosorben dalam limbah artifisial tersebut diaduk dengan stirrer dengan kecepatan 60 putaran/menit dalam waktu 10 menit. Setelah 10 menit, limbah kromium diteteskan masing-masing 1 ml ke dalam tabung reaksi untuk diperiksa kadar kromium dengan menggunakan spektrofotometer.
Pengenceran sebesar 10 juga dilakukan agar memudahkan pembacaan konsentrasi pada spektrofotometer sehingga data yang diperoleh juga semakin akurat dan memiliki eror yang kecil. Setelah dilakukan pengenceran dari 1 ml menjadi 10 ml, ditambahkan 1.5 diphenyl carbazide sebanyak 0.2 ml. Setelah itu campuran dihomogenkan dengan vorteks dan
didiamkan selama 20 menit. Setelah itu konsentrasi krom (VI) yang tersisa pada campuran diukur dengan metode spektrofotometri dengan panjang gelombang 540 nm.
Berikut hasil penelitian biosorpsi kromium:
Tabel 4.1 Data Hasil Absorbansi Konsentrasi Kromium Heksavalen
Grafik 4.1 Kurva Standar Baku Kromium Heksavalen
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Absorbansi Variasi Konsentrasi Biosorben dan Kromium Heksavalen
[Biosorben] (ppm) 20 40 60
t (menit) Putaran (rpm) [Cr+6] (ppm) Absorbansi
50 83 93,5 95
10 60
100 72,5 81 81
150 60 61 71
Konsep penyerapan atau absorbansi didasarkan pada permukaan beads yang mengandung ion-ion positif atau kation, sehingga dapat menangkap ion negatif Cr2O72-. Ion logam pada percobaan kali ini adalah Cr2O72- yang akan diserap oleh beads yang berasal dari
mikroalga dan kalsium alginat. Beads ini memiliki daya serap ganda, yaitu daya serap yang
berasal dari mikroalga dan daya serap yang berasal dari kalsium alginat yang membuat
terbentuknya beads.
Konsentrasi Krom (VI) (ppm)
Konsentasi Kromium (VI) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Untuk itu diperlukannya pembuatan variabel kontrol pada percobaan, yaitu pada sampel 20
ppm. Untuk hasil dari absorbansi kontrol, hanya digunakan pada variasi kalsium alginat 20 ppm
dan kromium 150 ppm dikarenakan hasil yang eror pada variasi kalsium alginat 20 ppm dengan
kromium 50 dan 100 ppm. Sehingga dari hasil perhitungan kalsium alginat sendiri mampu
menyerap kromium heksavalen sebesar 22.24 %.
Tabel 4.3 Tabel Data Hasil Pengujian Absorbansi Kontrol (Ca2+; 20 ppm) [Kalsium alginat]
(ppm) 20 t (menit)
Putaran (rpm) [Cr+6]0 (ppm) Absorbansi
50 45
10 60
100 42
150 41
Sedangkan pada literatur, biosorben yang hanya mengandung matriks immobilisasi (sodium alginat) dan hasilnya ternyata mampu menyisihkan Cr(VI) sebanyak 10,32%
(Ratnaningrum, 2011). Sampel kontrol mampu menyisihkan Cr(VI). Fenomena ini dapat terjadi
karena alginat yang berasal dari alga laut mengandung H+, K+, Na+, Ca2+ dan Mg2+ sehingga
dapat mengikat ion logam yang memiliki muatan negatif (Ramadhan, 2010).
Penelitian dan perancangan sistem pengolah limbah merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan salah satunya antara mikroalga dengan kalsium alginat yang merupakan satu kesatuan beads. Untuk itu, percobaan kontrol dapat digunakan sebagai referensi khusus mengenai kemampuan mikroalga sebenarnya. Tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan.
Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengolahan Data Pengujian Biosorben
Setelah didapat daya serap pada masing-masing variasi, dibuatlah hubungan antara konsentrasi biosorben dengan daya serap pada masing-masing konsentrasi limbah kromium yang diberikan. Sehingga akan didapat 3 persamaan, y=8,9055e0,02x untuk konsentrasi kromium 50 ppm, y=1,7046e0,0512x untuk konsentrasi kromium 100 ppm dan y=1,8507e0,0553x untuk konsentrasi kromium 150 ppm. Ketiganya akan dihubungkan lagi dengan banyaknya biosorben yang dibutuhkan untuk membuat limbah krom sesuai baku mutu air, yaitu 0.5 ppm kromium heksavalen.
Variabel daya serap akan semakin meningkat ketika banyak dari kromium heksavalen yang akan diabsorbsi. Dari ketiga variasi tersebut akan memiliki nilai daya serap berbeda pula sehingga akan didapat dari hasil perhitungan bahwa diperlukan kemampuan daya serap sebesar 99.9 % untuk kromium 50 ppm, 99.95 % untuk kromium 100 ppm dan 99.97 % untuk kromium 150 ppm.
Grafik 4.2 Grafik Hubungan Konsentrasi Biosorben dengan Daya Serap pada 3 Variasi Limbah Krom (VI)
Dari data tersebut secara matematis akan diperoleh konsentrasi biosorben yang dibutuhkan untuk mencapai baku mutu air dari daya serap yang telah dihitung menggunakan masing-masing persamaan yang telah didapat.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Konsentrasi Biosorben
Ketiga data pada tabel 4.4 merupakan data ideal yang sangat diperlukan untuk kalkulasi persamaan 3 variabel. Sehingga akan diperoleh persamaan:
z = -0.0022x + 0.00074y + 99.96
dimana x adalah konsentrasi Cr (VI) yang ingin diabsorbsi, y adalah banyaknya biosorben dalam suatu larutan dan z adalah daya serap yang dibutuhkan agar sesuai dengan standar baku mutu air.
Potensi hasil penelitian berupa pembuatan filter pengolahan logam kromium yang dibuat dalam bentuk bar screen dan osmofilter skala industri. Hal ini dirasa penting karena saat ini masih banyak industri yang membuang limbah kromium ke badan air yang belum sesuai baku mutu Departemen Kesehatan, yaitu 0,05 ppm.
Menurut Susanna dan Supriyanto (2007) dari Pusat Teknologi dan Proses Bahan – BATAN, diperoleh kadar unsur Cr dalam cuplikan limbah industri tekstil, kulit, dan susu masing-masing sebesar 33,35 mcg/g, 3920,98 mcg/g, dan 9,34 mcg/g. Kadar Cr tertinggi terdapat pada limbah kulit. Akan sangat berbahaya apabila limbah tersebut langsung dibuang ke badan air.
Salah satu teknologi yang umum dipakai dalam pengolahan limbah kromium yaitu karbon aktif yang diaktifkan secara kimiawi. Karbon aktif akan berfungsi sebagai absorben limbah kromium yang berbahaya. Sumber karbon aktif yang potensial juga ditemukan dalam bahan mikroalga. Meskipun banyak bahan alam yang mampu mengikat logam berat, seperti bakteri, jamur, ragi, tetapi hanya bahan yang memiliki kapasitas mengikat logam cukup tinggi dan selektif terhadap logam berat yang cocok digunakan dalam skala industri.
Gambar 5.1 Rancang Pengolahan Limbah Kromium skala Industri
Gambar 5.2 Desain Filter Mikroalga Skala Industri (Satu Filter)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Untuk membuat biomassa mikroalga menjadi suatu produk sederhana yang praktis dan efisien dalam pengolahan limbah industri, dilakukan immobilisasi menggunakan sodium alginat. Dalam penggunaan skala besar, biomassa yang sudah terimmobilisasi bisa dibuat dalam bentuk filter agar lebih mudah digunakan.
2. Peningkatan konsentrasi beads mikroalga mampu menurunkan konsentrasi logam kromium pada sampel limbah.
3. Persamaan universal sistem pengolah limbah berbasis beads (mikroalga-kalsium alginat) adalah z = -0.0022x + 0.00074y + 99.96, dengan x adalah konsentrasi Cr (VI) yang ingin diabsorbsi, y adalah banyaknya biosorben dalam suatu larutan dan zadalah daya serap yang dibutuhkan agar efektif dan sesuai dengan standar baku mutu air.
5.2 Saran
Agar biosorben mikroalga dapat diaplikasikan dalam industri untuk penyisihan logam skala besar, perlu penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mengoptimalkan proses biosorpsi. Diperlukan studi mengenai:
1. Aktivasi dan modifikasi biosorben sehingga untuk meningkatkan efisiensi penyisihan logam berat skala besar.
2. Proses regenerasi dan desorpsi biosorben agar filter bisa digunakan berkali-kali dan teknologi filter mikroalga dapat bersaing dengan teknologi penyisihan lain secara ekonomis
3. Proses pendaurulangan logam krom sehingga dapat digunakan kembali
4. Pengujian daya serap biosorben terhadap logam berat jenis lain, selain kromium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anthony, Renil dan Runger, Troy. 2014. An Approach to Microalgal Production Systems for
Comoditie.
2. Ariyanti, D. Dan Handayani N.A. Mikroalga Sebagai Sumber Biomasa Terbarukan: Teknik
Kultivasi dan Pemanenan.
3. Devianto, Luhur Akbar. 2014. Desorpsi dan Recovery Kromium Hexavalen dari Biosorben
Mikroalga. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
4. Fachrullah, Muhammad Rezza. 2011. Laju Pertumbuhan Mikroalga Penghasil Biofuel Jenis
Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. yang Dikultivasi Menggunakan Air Limbah Hasil
Penambangan Timah di Pulau Bangka.
5. Indhumathi P., Shabudeen, S. Shoba dan Saraswathy. 2014. The removal of chromium from aqueous
solution by using green micro algae Isochrysis Galbana. India.
6. June Owen O. Nacorda, Milagrosa R. Martinez-Goss, and Nerissa K. Torreta . 2010. Bioremoval
and Bioreduction of Chromium (VI) by the Green Microalga, Chlorella vulgaris Beij., Isolated from
Laguna de Bay, Philippines. Philippines.
7. Michalak, I., Zielinska, A., Chojnacka, K. Dan Matula, Jan. 2007. Biosorption of Cr(III) by
Microalgae and Macroalgae: Equilibrium of the Process.
8. Mouwerik, M.V., Stevens, L., Seese, M.D. dan Basham, W.. 1997. Environmental Contaminants
Encyclopedia Chromium Vi (Hexavalent Chromium) Entry.
9. Ramadhan, Bayu. 2010. Biosorpsi Logam Berat Cr (VI) Menggunakan Biomassa Saccharomyces
cerevisiae. Bandung : Laporan Tugas Akhir, Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung.
10. Ratnaningrum, Hana. 2011. Biosorpsi Kromium Heksavalen Menggunakan Konsorsium Mikroalga
Terimmobilisasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
11. S., Susanna T. dan Supriyanto C. 2007. Jaminan Mutu Metode F-AAS pada Analisis Unsur-Unsur
Cu, Cr, dan Zn dalam Cuplikan Limbah Industri. Pusat Teknologi dan Proses Bahan – BATAN.
12. Santoso, Arif Dwi; Rahmania A., Darmawan dan Susanto, Joko P. 2011. Mikroalga Untuk
Penyerapan Emisi CO2 dan Pengolahan Limbah Cair di Lokasi Industri.
13. Singhvi P dan Chhabra M. 2013. Simultaneous Chromium Removal and Power Generation Using
Algal Biomass in a Dual Chambered Salt Bridge Microbial Fuel Cell. India.
14. Sujin Jeba Kumar, T., Balavigneswaran, C.K., Arun Vijay.M. and Srinivasa Kumar.K.P. . 2009.
Biosorption of Lead(II) and Chromium(VI) by Immobilized Cells of Microalga .
15. Utama, Teguh Taruna. 2014. Biosorpsi Krom Heksavalen Menggunakan Mikroalga Amobil dalam
Sistem Kontinyu. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
16. Wolkers, Hans; Barbosa, Maria; Kleinegris, Dorinde, Bosma, Rouke dan Wijffels, H. Rene. 2011.
LAMPIRAN PENGGUNAAN DANA
Biaya Bahan Habis Pakai
No. Uraian Banyaknya
6. 1,5-diphenyl carbazide 1 botol 2.000.000/botol 2.000.000
7. Natrium alginat 1 kg 300.000/kg 300.000
10 x 4 orang 100.000/orang 4.000.000
Jumlah 4.000.000
Biaya Lain-lain 1. Penggandaan dan Penjilidan
Proposal
5 eksem plar
30.000/eks 150.000
2. Penggandaan dan Penjilidan Laporan Akhir
5 eksem plar
30.000/eks 150.000
3. Transportasi Dosen Pendamping
5 x 1 orang
100.000 500.000
Jumlah 800.000
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 1 Alga blooming di kolam stabilisasi IPAL Bojongsoang
Lampiran 2 Biomassa yang sudah dibilas aquadest
Lampiran 3 Treatment awal dengan HCl 0,1 M
Lampiran 4 Penumbukan untuk memperoleh diameter yang sama
Lampiran 6 Larutan natrium alginat
Lampiran 7 Limbah Artifisial Kromium Heksavalen 1000 ppm
Lampiran 8 Imobilisasi
Lampiran 9 Spektrofotometer
Lampiran 10 Sampel limbah yang ditambahkan indikator 1,5-dyphenil
carbazid
Lampiran 12 Biosorben dalam CaCl2
Lampiran 13 Biosorben siap diolah
Lampiran 14 Pembuatan kurva standar baku