• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit KELOMPOK 1.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit KELOMPOK 1.docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga Puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga  penulis

 penulis dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan tugas tugas makalah makalah ini. ini. Makalah Makalah ini ini berjudul berjudul PengolahanPengolahan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Tak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit. Tak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapat syafa'atnya di hari akhir kelak.

Muhammad SAW semoga kita mendapat syafa'atnya di hari akhir kelak.

Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai limbah cair pabrik Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai limbah cair pabrik minyak kelapa sawit, pengaruhnya terhadap lingkungan, dan proses penanganannya. minyak kelapa sawit, pengaruhnya terhadap lingkungan, dan proses penanganannya. Hal ini disebabkan karena pesatnya perkembangan industri minyak kelapa sawit di Hal ini disebabkan karena pesatnya perkembangan industri minyak kelapa sawit di Indonesia, terutama di Riau ini.

Indonesia, terutama di Riau ini.

Penulis juga mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan pada makalah ini Penulis juga mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan pada makalah ini serta menerima kritik dan saran untuk melengkapi kekurangan pada makalah ini. serta menerima kritik dan saran untuk melengkapi kekurangan pada makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah dan memperluas wawasan kita Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah dan memperluas wawasan kita mengenai limbah cair hasil industri minyak kelapa

mengenai limbah cair hasil industri minyak kelapa sawit serta penanganannya.sawit serta penanganannya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru,

Pekanbaru, September September 20172017

Penulis Penulis

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan  perkebunan dan industri kelapa sawit karena memiliki potensi cadangan lahan yang cukup luas, ketersediaan tenaga kerja, dan kesesuaian agroklimat. Perkembangan  bisnis dan investasi kelapa sawit dalam beberapa tahun terakhir mengalami  pertumbuhan yang sangat pesat. Permintaan atas minyak nabati dan penyediaan  biofuel telah mendorong peningkatan permintaan minyak nabati yang bersumber dari crude palm oil (CPO) yang berasal dari kelapa sawit. Hal ini disebabkan tanaman kelapa sawit memiliki potensi menghasilkan minyak sekitar 7 ton per hektar.

Jika Indonesia berhasil menjadi produsen utama CPO dunia, dengan memproduksi 18 juta ton CPO per tahun sebagaimana yang ditargetkan, maka akan dihasilkan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit (LCPMKS) sebanyak lebih dari 50  juta ton per tahun. LCPMKS merupakan sumber pencemar potensial yang dapat

memberikan dampak serius bagi lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk menangani limbah ini melalui peningkatan teknologi pengolahan (end of pipe). Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS berkisar antara 600-700 liter per ton tandan buah segar (TBS). Limbah ini merupakan sumber pencemaran yang potensial  bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe). Di antara upaya tersebut adalah pemanfaatan limbah cair PMKS dengan proses digester anaerob untuk memproduksi biogas.

Bahan organik dalam proses fermentasi anaerob (teknologi perombakan anaerob) dirombak oleh aktivitas mikroorganisme menjadi biogas. Produksi biogas dengan bahan LCPMKS memberikan berbagai keuntungan di antaranya pengurangan  jumlah padatan organik, jumlah mikrobia pembusuk yang tidak diinginkan, serta kandungan racun dalam limbah. Di samping itu, residu biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik non-fitotoksin.

(3)

Pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit menjadi biogas  berkontribusi besar terhadap kelestarian lingkungan. Hal tersebut menjadi daya tarik  bagi penulis untuk lebih jauh membahas apa bahaya yang ditimbulkan oleh limbah cair dari pabrik minyak kelapa sawit, bagaimana cara pengolahannya menjadi biogas dan apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia dan lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diambil beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apa itu limbah cair pabrik PKS ?

2. Bagaimana pengolahan limbah cair pabrik PKS?

3. Bagaimana teknik pengolahan limbah cair untuk biodiesel?

4. Bagaimana manfaat dari proses pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit menjadi biogas bagi lingkungan?

1.3 Tujuan

Berdasarkan masalah tersebut, beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini, di antaranya :

1. Mengetahui limbah cair pabrik PKS

2. Mengetahui pengolahan limbah cair pabrik PKS

3. Mengetahui teknik pengolahan limbah cair untuk biodiesel

4. Mengetahui manfaat dari proses pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit menjadi biogas bagi lingkungan?

(4)

BAB II ISI

2.1 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan salah satu produk samping berupa  buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari :

1. Hasil kondensasi uap air pada unit pelumatan ( digester) dan unit  pengempaan (pressure). Injeksi uap air pada unit pelumatan bertujuan mempermudah pengupasan daging buah, sedangkan injeksi uap bertujuan mempermudah pemerasan minyak. Hasil kondensasi uap air pada kedua unit tersebut dikeluarkan dari unit pengempaan.

2. Kondensat dari depericarper, yaitu untuk memisahkan sisa minyak yang terikut  bersama batok/cangkang.

3. Hasil kondensasi uap air pada unit penampung biji/inti. Injeksi uap kedalam unit  penampung biji bertujuan memisahkan sisa minyak dan mempermudah  pemecahan batok maupun inti pada unit pemecah biji.

4. Kondensasi uap air yang berada pada unit penampung atau penyimpan inti.

5. Penambahan air pada hydrocyclone (claybath)  yang bertujuan mempermudah  pemisahan serat dari cangkang.

6. Penambahan air panas dari saringan getar, yaitu untuk memisahkan sisa minyak dari ampas.

Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah  pembiakan ikan. Oleh karena itu industri kelapa sawit melakukan suatu perlakuan terhadap limbah cairnya sebelum dibuang kebadan air sehingga mengurangi  pencemaran limbah cair PKS pada badan air. Limbah cair PKS mengandung padatan

melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air.

(5)

Limbah buangan pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah cair buangan pabrik kelapa sawit merupakan limbah yang mengandung  padatan terlarut dan emulsi minyak di dalam air dan senyawa organik. Limbah cair  buangan pabrik kelapa sawit dapat dikelompokkan:

1.  Low polluted effluent

 Low polluted effluent adalah limbah cair yang tidak berdampak  pada lingkungan sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus dalam  pengelolaannya. Dalam konteks pabrik kelapa sawit tersebut, hanya memiliki suhu di atas rata-rata (40-800C), sedangkan parameter lain memenuhi persyaratan, sehingga limbah cair ini hanya membutuhkan  proses pendingin secara alami saja, sebelum di buang ke lingkungan. Low  polluted effluent  bersumber dari kegiatan boiler (berupa air blow down dan regenerasi), turbin (sisa air pendingin), serta kondensat sisa uap  pemanas dan air dari proses pencucian.

2.  High polluted effluent

 High polluted effluent adalah limbah cair yang sangat berdampak terhadap lingkungan, sehingga memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah ini mempunyai karakteristik BOD, COD, TSS, pH dan paramter lain yang tidak memenuhi persayaratan.  High  polluted effluent  bersumber dari proses sterilisasi (berupa kondesat rebusan), klarifikasi (berupa air bercampur lumpur dan minyak), hydrocylone (air pemisah kernel dan cangkang).

2.2.1 baku mutu air limbah dari pabrik PKS

Baku mutu limbah cair yang diberlakukan dari limbah cair dari pabrik kelapa sawit adalah ditetapkan melalui Kepmen LH Nomor 51 Tahun 1995 tentang baku mutu limba cair bagi kegiatan industri. Selanjutnya pengukuran volume air limbah harus dilakukan setiap hari menurut Kepmen LH

(6)

2.2.2 Metoda Pengolahan Air Limbah Yang Umum Dilakukan

Dipabrik PKS sesudah mengumpulkan minyak dari air limbah dengan kadar minyak tinggi ke tangki oil recovery , pada dasarnnya setelah melewati pengolahan yang ditunjukkan pada gambar 2-2-1 akan dialirkan kesungai, atau direduksi ke kebun kelapa sawit sebagai land application.

Gambar 2-2-1 Alur pengolahan yang umum

Teknik pengolahan yang dipakai pada umumnya adalah pengolahan yang memakai metoda kolam stabil biologis, sistem lagoon. Teknik-teknik ini memakai  beberapa kolam dengan luas satu sampai beberapa hektar, kedalaman 3-5 m. Secara

sekilas, air limbah dengan kadar minyak tinggi dari pabrik PKS diarahkan mengalir kekolam anaerob. Bagian dalam kolam anaerob berada pada kondisi anaerob, fermentasi metan akan terjadi. Sebagai hasilnya, zat organik diuraikan menjadi gas karbon dan metana, sehingga konsentrasi zat organik didalam air limbah turun sampai

(7)

level tertentu. Selain itu, mengalirkan air luapan dari kolam anaerob ke kolam oksida dan mengolah secara aerob, lalu mengalirkan air luapan yang mengandung SS dari kolam oksida ke kolam endap, kemudian mengendapkan kandungan SS dan akhirnya mengalirkan ke sungai. Contoh alur metoda kolam stabil biologis yang aktual diperlihatkan pada gambar 2-2-2

Gambar 2-2-2 Contoh alur pengolahan kolam stabil biologis yang aktual.

(8)

Gambar 2-2-3 Keadaan kolam stabil biologis yang aktual.

Tetapi konsentrasi zat organik didalam air limbah pada pabrik PKS adalah sangat tinggi, dimana untuk menurunkan konsentrasi ini sampai air limbah bisa dialirkan kesungai, membutuhkan waktu tinggal air limbah yang lama dikolam stabil  biologis atau lagoon. Untuk itu, menjadi perlu permukaan kolam yang luas, dimana

untuk kasus di Indonesia land application dilakukan dihampir separuh dari semua  pabrik PKS.

Salah satu bentuk teknik pengendalian dan pengeporasian limbah cair  buangan pabrik kelapa sawit adalah dengan melakukan bio degradasi terhadap

komponen organik menjadi senyawa organik sederhana dalam kondisi anaerob sehingga baku mutu limbah cair dapat disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. Proses pengolahan limbah cair secara umum dapat dilakukan dalam beberapa metode atau sistem yaitu mencakup sistem aplikasi lahan, sistem kolam dan sistem kolam dengan elektrokoagulasi:

1. Sistem Aplikasi Lahan ( Land Application)

Sistem ini hanya menggunakan kolam limbah cair untuk proses pengolahannya, selanjutnya hasil akhir dimanfaatkan ke areal tanaman yang dapat dijadikan sebagai

(9)

susitusi pemupukan kedalam lahan-lahan tanaman yang telah dibuat sedemikian rupa dalam bentuk sistem distribusinya limbah cair.

Pada prinsipnya konsep pembuangan limbah cair pabrik kelapa sawit ke areal  perkebunan kelapa sawit seperti di jelaskan diatas adalah suatu metode pemamfaatan limbah cair yang dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat menghemat dalam  pemupukan terhadap tanaman kelapa sawit, dari aspek ekonomis metode ini sangat menguntungkan tetapi tetap harus memperhatikan aspek kesehatan lingkungan dengan berpegang pada baku mutu sebelum dialirkan ke parit-parit didalam kebun, Tidak dibenarkan pembuangan atau mengalirkan tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan limbah cair dari hasil produksi kelapa sawit. Pemanfaatan metode ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal, agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan (Dirjen PHP, 2006). Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung kepada kondisi maupun faktor berikut:

a. Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,

 b. Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa sawit, c. Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air sungai atau pemukiman penduduk

2. Sistem Kolam ( Ponding System)

Pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem kolam ini merupakan sistem yang lazimnya digunakan oleh sejumlah pabrik kelapa sawit di Indonesia. Penggunaan sistem ini bertujuan untuk menanggulangi masalah limbah cair pada unit  pengolahan limbah cair, pengolahan limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang menggunakan sistem kolam ( Ponding System) secara umum membutuhkan lahan yang cukup luas untuk proses tahapan sehingga dapat menghasilkan limbah cair akhir yang sesuai dengan nilai baku mutu air limbah yang direkomendasikan.

(10)

Pada kolam ini minyak yang masih ada dan terikut pada limbah cair hasil proses klarifikasi dapat diambil kembali.

 b. Sludge Recovery Pons (Kolam Pengendapan Lumpur)

Lumpur yang berasal dari pabrik kelapa sawit yaitu serat halus dari Tandan Buah Segar ikut serta dalam limbah cair, maka perlu dilakukan pengendapan.

c. Cooling Tower (Menara Pendingin)

Menara ini diperlukan untuk mendinginkan limbah cair buangan agar proses selanjutnya lebih mudah dilakukan, dan jika masih ada sisa minyak didalamnya, dapat diambil kembali pada kolam pendingin dan juga untuk proses pada kolam anaerob limbah cair yang masih panas.

d. Cooling Pond (Kolam Pendingin)

Kolam ini merupakan lanjutan proses pendinginan dari menara pendingin, proses ini dilakukan agar menghasilkan suhu yang sesuai untuk proses anaerobik dengan memanfaatkan bakteri.

e.  Mixing Pond (Kolam Pencampur)

Air limbah pada kolam ini mengalami asidifikasi, sehingga air limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami biodegradasi dalam suasana anaerobik. Setelah hidrolisis sempurna, pH air limbah dinetralkan (pH 7,0-7,5), dan kemudian diteruskan pada proses selanjutnya.

f.  Primary An Aerobik (Kolam Anaerobik)

Pada kolam ini limbah cair buangan pabrik kelapa sawit yang mengandung senyawa organik kompleks seperti lemak, karbohidrat dan protein akan dirombak oleh bakteri an aerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana, karbohidrat dan air.

g. Secondary An Aerobik Pond (Kolam Penyempurnaan Anaerobik)

Pada kolam ini proses an aerobik yang belum sempurna dari kolam an aerobik primer dilakukan penyempurnaan.

(11)

Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam an aerobik ke kolam aerobik. Pada kolam ini proses an aerobik masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikan proses yang  belum terselesaikan pada an aerobik.

i.  Aerobik Pond (Kolam aerobik)

Pada kolam ini cairan limbah cair diperkaya kandungan oksigen dengan aerator, oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi (proses aerobik) yang dilakukan oleh  bakteri aerobik.

 j. Stabilisation

Pada kolam ini limbah cair sudah dibuang ke badan air, tetapi sebelumnya di stabilisasi baik sifat fisik maupun sifat kimianya.

2.3 Teknik Pengolahan Limbah Cair Untuk Biodiesel

Limbah cair juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pengolahan  biodiesel dengan dua proses, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi yang termasuk

dalam proses alkoholisis.

Sebelum melakukan reaksi esterifikasi, limbah cair yang akan direaksikan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sentrifuse untuk memisahkan kotoran padat (total solid) dan air dari CPO parit sehingga tidak mengganggu reaksi esterifikasi nantinya.

Proses esterifikasi yaitu mereaksikan methanol (CH3OH) dengan limbah cair dengan bantuan katalis asam yaitu asam sulfat (H2SO4). Dalam pencampuran ini, asam lemak bebas akan bereaksi dengan methanol membentuk ester. Pencampuran ini menggunakan perbandingan rasio molar antara FFA dan methanol yaitu 1 : 20, dengan jumlah katalis asam sulfat yang digunakan adalah 0,2% dari FFA (Warta PPKS, 2008). Kadar methanol yang digunakan adalah 98% (% b) sedangkan kadar asam sulfat yaitu 97%. Reaksi berlangsung selama 1 jam pada suhu 63 0C dengan konversi 98% (Warta PPKS, 2008). Kemudian sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi, hasil reaksi dipisahkan dalam sentrifuse selama 15 menit. Lapisan ester, trigliserida, dan FFA sisa diumpankan ke reaktor transesterifikasi sedangkan air, methanol sisa, dan katalis diumpankan ke methanol recovery.

(12)

Pada proses transesterifikasi I dan II prinsip kerjanya sama yaitu mencampurkan kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan hasil reaksi  pada esterifikasi. Proses transesterifikasi ini melibatkan reaksi antara trigliserida dengan methanol membentuk metil ester. Adapun perbandingan rasio molar trigliserida dengan methanol adalah 1 : 6 dan jumlah katalis yang digunakan adalah 1% dari trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang digunakan untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di pasar-pasar bahan kimia. Semakin tinggi kemurnian dari bahan yang digunakan akan meningkatkan hasil yang dicapai dengan kualitas yang tinggi pula. Hal ini berhubungan erat dengan kadar air pada reaksi transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi akan mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi. Lama reaksi transesterifikasi adalah 1 jam, suhu 630C dengan yield 98% (Warta PPKS, 2008). Hasil reaksi transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke sentrifuse sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi  pemisahan antara lapisan atas berupa metil ester, sisa FFA, sisa trigliserida, dan sisa

metanol dengan lapisan bawah yaitu gliserol, air, dan katalis asam maupun basa. Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian biodiesel. Temperatur air  pencucian yang digunakan sekitar 60°C dan jumlah air yang digunakan 30% dari

metil ester yang akan dicuci. Tujuan pencucian itu sendiri adalah agar senyawa yang tidak diperlukan (sisa gliserol, sisa metanol, dan lain-lain) larut dalam air. Kemudian hasil pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge untuk memisahkan air dan metal ester berdasarkan berat jenisnya.

Selanjutnya adalah proses pengeringan metil ester dengan menggunakan evaporator yang bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur di dalam metal ester. Pengeringan dilakukan lebih kurang selama 15 menit dengan temperature 105°C. Keluaran evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki  penyimpanan biodiesel.

(13)

2.4 Manfaat Pengolahan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Menjadi Biogas Bagi Lingkungan.

Pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit berkontribusi besar terhadap berkurangnya pencemaran lingkungan. Dengan tangki digesti, lahan kolam yang diperlukan sebagai wadah penampungan limbah cair tersebut. Hal tersebut secara tidak langsung mengurangi pencemaran tanah serta pencemaran udara, karena tanah yang diperlukan untuk menampung limbah cair dari pabrik minyak kelapa sawit tidak sedikit, dan limbah cair yang didiamkan terlalu lama serta terkena sinar matahari secara langsung dapat menghasilkan zat CO2 dan CH4. Kedua zat tersebut merupakan zat efek rumah kaca.

Selain menghasilkan biogas, pengolahan limbah cair dengan proses digester anaerobik dapat dilakukan pada lahan yang sempit dan memberi keuntungan berupa  penurunan jumlah padatan organik, jumlah mikroba pembusuk yang tida diinginkan, serta kandungan racun dalam limbah. Di samping itu juga membantu peningkatan kualitas pupuk dari sludge yang dihasilkan, karena sludge yang dihasilkan berbeda dari sludge limbah cair pabrik minyak kelapa sawit biasa yang dilakukan melalui  proses konvesional (Mujdalipah.2014). Kelebihan tersebut adalah :

1. Penurunan kadar BOD bisa mencapai 80-90 %. 2. Baunya berkurang sehingga tidak disukai lalat. 3. Berwarna coklat kehitam-hitaman.

4. Kualitas sludge sebagai pupuk lebih baik, yaitu : a. Memperbaiki struktur fisik tanah,

 b. Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban, c. Meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar,

d. Meningkatkan kandungan organik tanah, pH, dan kapasitas tukar kation tanah, dan

e. Meningkatkan populasi mkroflora dan mkrofauna tanah maupun aktivitasnya.

(14)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

limbah industri merupakan sebuah potensi bencana bagi manusia maupun lingkungan. Konsep pengelolaan limbah sawit dilakukan dengan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu hingga hilir yang terkait dengan proses produksi,  produk, dan jasa untuk meningkatkan efesiensi pemakaian sumberdaya alam,

mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya. Limbah indsutri kelapa sawit terdiri dari limbah cair, padat, dan gas. Limbah cair dimanfaatkan untuk pembuatan biodiesel dengan teknik esterifikasi dan transesterifikasi dan air sisanya dapat digunakan untuk pengairan bila telah memenuhi standar baku mutu lingkungan. Sementara limbah padat dapat dimanfaatkan untuk produksi kompos, bahan pulp untuk pembuatan kertas,  pembuatan sabun dan media budidaya jamur, sumber energi, pembuatan berikat arang

aktif, bahan campuran pembuatan keramik, serta pakan ternak ruminansia dengan teknik pengolahan yang berbeda-beda.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Irvan, Bambang Trisakti, Michael Vincent, Yohannes Tandean. (2012). Pengolahan  Lanjut Limbah Cair Kelapa Sawit Secara Aerobik Menggunakan Effective  Microorganism Guna Mengurangi Nilai Tss. Medan : Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU Medan 20155, Indonesia. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 1, No. 2 (2012) Mahajoeno, Edwi. Bibiana Widiyati Lay, Surjono Hadi Sutjahjo, Siswanto. (2008).

 Potensi Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit Untuk Produksi Biogas. Bogor : Program Doktor, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16680. Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta 57126. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor 16680. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor 16124. ISSN: 1412-033X Volume 9, Nomor 1 Halaman: 48-52

Mujdalipah, Siti, Salundik Dohong, Ani Suryani, Amalia Fitria. (2014).  Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Produksi Biogas Menggunakan Digester Dua Tahap Pada Berbagai Konsentrasi Palm Oil-Mill Effluent Dan Lumpur Aktif . Bogor : Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Bandung 40154. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor,Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga No. 302, Bogor 16680. Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor,Kampus IPB Baranangsiang, Jl. Raya Pajajaran No. 1, Bogor 16153. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, PO Box 220 Bogor 16680. Agritech, vol. 34, no. 1.

Sahirman, S. 1994.  Kajian Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk  Memproduksi Gas Bio. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.

(16)

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

PABRIK PKS

Oleh : ALFI RANDI (

CHINTHIA RAMADHANTI PUTRI ( DWINDA HAIDAR (1507115612) NUR DWI HAYATI (1507110843) PUTRI GUSTI YOLANDA (1507113740) RAHMAN FIKRI (1507115808) ZUHRIYAN WARDHANA ( 1507112555) WIDA SRI WANI (1507113775)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2017

(17)

Gambar

Gambar 2-2-1 Alur pengolahan yang umum
Gambar 2-2-2 Contoh alur pengolahan kolam stabil biologis yang aktual.
Gambar 2-2-3 Keadaan kolam stabil biologis yang aktual.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan merancang proses pembuatan pupuk cair organik dari limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) serta menghasilkan pupuk.. Bahan yang digunakan

Konsorsium mikroorganisme dari delapan kolam pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang berbeda di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Condong Garut dan

menentukan efisiensi penyisihan parameter BOD pada limbah cair pabrik kelapa sawit, mempelajari pengaruh faktor variasi kerapatan tanaman, variasi kadar limbah, dan

menentukan efisiensi penyisihan parameter BOD pada limbah cair pabrik kelapa sawit, mempelajari pengaruh faktor variasi kerapatan tanaman, variasi kadar limbah, dan

Dengan penggunaan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) diharapkan. dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman kelapa sawit,

Proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan metode filtrasi dan fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) tidak efektif untuk

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) ketika dialirkan ke pengolahan limbah memiliki karakteristik suhu yang cukup tinggi yaitu sekitar 80 o C, oleh karena itu

Semakin lama waktu tinggal yang digunakan semakin tinggi penyisihan pencemar yaitu diperoleh pada waktu tinggal 9 hari, Hasil pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit