• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Awal Pembuatan Pupuk Cair Organik Aktif dari Effluent Pengolahan Lanjut Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Skala Pilot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Awal Pembuatan Pupuk Cair Organik Aktif dari Effluent Pengolahan Lanjut Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Skala Pilot"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN AWAL PEMBUATAN PUPUK CAIR

ORGANIK AKTIF DARI

EFFLUENT

PENGOLAHAN

LANJUT LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

(LCPKS) SKALA PILOT

SKRIPSI

Oleh

DEDY ANWAR

080405009

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

(2)

KAJIAN AWAL PEMBUATAN PUPUK CAIR

ORGANIK AKTIF DARI

EFFLUENT

PENGOLAHAN

LANJUT LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

(LCPKS) SKALA PILOT

SKRIPSI

Oleh

DEDY ANWAR

080405009

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN

PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

(3)
(4)
(5)

PRAKARTA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan

Skripsi dengan judul “Kajian Awal Pembuatan Pupuk Cair Organik Aktif dari

Effluent Pengolahan Lanjut Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Skala

Pilot”, berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik

Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.

Hasil penelitian ini:

• Penelitian ini membantu pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi produk yang lebih berguna bagi masyarakat.

• Penelitian ini memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit

• Penelitian ini mewujudkan proses bersih (zero emissiondanzero waste) • Penelitian ini pernah dipublikasikan dalam jurnal yang berjudul “Kajian

Awal Pembuatan Pupuk Cair Organik Aktif dari EffluentPengolahan Lanjut

Limbah Cair Pabrik kelapa Sawit” diDepartemen Teknik Kimia.

Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini penulis banyak

mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang sebesar–besarnya kepada:

1. Dr. Eng. Ir. Irvan, M.Si.selaku Pembimbing

2. Metawater Co. Ltd.Jepangsebagai Penyandang dana 3. Mr. Yhosimasa Tomiuchidari Metawater Co. Ltd.

(6)

iv

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2013

Penulis

(7)

DEDIKASI

Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada:

1. Orang tua penulis, Ayahanda Makmur dan Ibunda N.Harahap yang

sangat banyak memberikan dukungan moril maupun bantuan materil bagi

penulis dalam segala hal.

2. Saudara penulis yaitu Rini Susanti, B.FA., M.Sc dan Yenni Windasari

serta Ibu Tjoa Tjioe Ha, Ibu Nursatia dan Bpk Nurdin yang telah

memberi semangat dan saran dalam menyelesaikan studi.

3. Rekan Penelitian Basril Amirza Harahap serta rekan-rekan LPPM

Community yaitu Bg.Zoeliadi, Juliananta Sitepu, Alfy Syahrin T, Jhon

Almer S Pasaribu, Elton Jhon M Situmeang, Febriansyah Ansari R, Riki

Handoko, Kharis Munandar Tanjung, dan Vandi Desriandy

4. Teman Sejawat, adik dan abang/kakak senior Teknik Kimia terutama

stambuk 2008 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

(8)

vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama: Dedy Anwar

NIM: 080405009

Tempat / Tanggal Lahir: Padangsidimpuan /

08 Agustus 1990

Nama Orang Tua: Makmur

Alamat Orang Tua: Jl. BM. Muda No.21

Padangmatinggi Lestari Kec. Padangsidimpuan

Selatan Kota Padangsidimpuan

Asal Sekolah

• TK Bayangkhari Padangsidimpuan tahun 1995–1996 • SD Negeri No. 200101 Padangsidimpuan tahun 1996–2002 • SMP Negeri 1 Padangsidimpuan tahun 2002–2005

• SMA Negeri 3 Padangsidimpuan tahun 2005–2008

Beasiswa yang pernah diperoleh :

• Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) tahun 2009 • Program Mahasiswa Wirausaha tahun 2011

Pengalaman Organisasi / Kerja

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan pengkajian terhadap rancangan pilot plant pupuk organik cair. Penelitian ini bertujuan merancang proses pembuatan pupuk cair organik dari limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) serta menghasilkan pupuk. Bahan yang digunakan adalahEffluent pengolahan lanjut LCPKS dengan starter berupa campuran molase, ragi dan EM-4. Variabel yang diamati adalah Total Solid (TS), Volatile Solid (VS), Total Suspended Solid (TSS),Volatile Suspended Solid (VSS), Chemical Oxygen Demand(COD), dan Uji kandungan pupuk. Penelitian dimulai dari pembuatan starter dilanjutkan dengan loading rate mulai dari HRT 2500 dan diamati pada HRT 100, 90 dan 80 hari. COD effluent awal pada pengolahan 8.600 mg/l menurun hingga 1.580 mg/l dengan hasil uji kandungan Nitrogen 0.14%, P2O5 0.05%, K2O 0.07%, MgO 0,01%,

CaO 0.001mg/l, C.Organik 0,12%, danRatioC/N 0.86

(10)

viii

ABSTRACT

This study is an assessment of the design of the pilot plant liquid organic fertilizer. This study aims to design an organic liquid fertilizer manufacturing process of palm oil mill effluent (POME) and produce fertilizer. Materials used are Effluent further processing of POME and starter mixture of molasses, yeast and EM-4. The variables measured were Total Solid (TS), Volatile Solid (VS), Total Suspended Solid (TSS), Volatile Suspended Solid (VSS), Chemical Oxygen Demand (COD), and analysis content of fertilizers. The research starts from the manufacture of starter followed by a loading rate ranging from HRT 2500 and observed in HRT 100, 90 and 80 days. Effluent COD concentration on the processing of 8,600 mg/l decreased to 1.580 mg/l with assay results analysis content of fertilizer Nitrogen 0.14%, P2O50.05%, K2O 0.07%, MgO 0,01%, CaO

0.001mg/l, C.Organic 0,12%, dan Ratio C/N 0.86

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

PENGESAHAN ii

PRAKARTA iii

DEDIKASI v

RIWAYAT HIDUP PENULIS vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

DAFTAR SINGKATAN xiv

DAFTAR SIMBOL xv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 PERUMUSAN MASALAH 3

1.3 TUJUAN PENELITIAN 3

1.4 MANFAAT PENELITIAN 3

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT 5

2.2 UNSUR HARA DALAM LCPKS 7

2.3 EFFLUENT 7

2.4 PUPUK 9

2.5 PUPUK ORGANIK 12

2.6 PUPUK ORGANIK AKTIF ATAU PUPUK

ORGANIK CAIR 14

2.7 PROSES DEGRADASI ANAEROB 15

2.8 AKTIVATOR 16

(12)

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19

3.1 LOKASI PENELITIAN 19

3.2 BAHAN PENELITIAN 19

3.3 PERALATAN 19

3.3.1 PERALATAN UTAMA 22

3.3.2 PERALATAN AKSESORIS 24

3.3.3 PERALATAN ANALISA 31

3.4 TAHAPAN PENELITIAN 31

3.4.1 KOMISIONING ALAT 32

3.4.2 KALIBRASI ALAT 33

3.4.3 PREPARASI UMPAN 33

3.4.4LOADING UPDAN OPERASI TARGET 33

3.5 PENGUJIAN SAMPEL 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37

4.1 GRAFIK LOADING RATE HRTPILOT PLANT 37

4.2 GRAFIK PENGUJIAN SAMPEL 38

4.2.1 PERUBAHAN NILAI Ph 38

4.2.2 PERUBAHAN NILAI TS 39

4.2.3 PERUBAHAN NILAI VS 40

4.2.4 PERUBAHAN NILAI MLSS 40

4.2.5 PERUBAHAN NILAI MLVSS 42

4.2.6 PERUBAHAN NILAI COD 43

4.3 UJI KANDUNGAN PUPUK 44

4.4 UJICOBA PEMAKAIAN PUPUK CAIR ORGANIK 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 49

5.1 KESIMPULAN 49

5.2 SARAN 49

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN A 52

LAMPIRAN B 57

LAMPIRAN C 59

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pengolahan POME sistem kolam terbuka (lagoon) 6

Gambar 2.2 Effluentdari digester anaerobik 8

Gambar 3.1 FlowsheetPembuatan pupuk organik aktif skala pilot 20

Gambar 3.2 Tampak depan Pilot Plant 21

Gambar 3.3 Tampak belakang Pilot Plant 21

Gambar 3.4 Bioreaktor anaerobik 23

Gambar 3.5 Gambar Pemekat Graviti 24

Gambar 3.6 Gambar tampilan luar dan dalam tangki pengaduk 25

Gambar 3.7 Storage Tank 26

Gambar 3.8 Tangki Pendingin 26

Gambar 3.9 Beberapa pompa yang dipakai dalam penelitian 27

Gambar 3.10 Gambar perpipaan dengan penggunaanflange 28

Gambar 3.11 VisualisasiThermocouple 28

Gambar 3.12 Tampilan Kompresor 28

Gambar 3.13 Motor (kanan) danGear box(kiri) 29

Gambar 3.14 Control panelsisi luar dan sisi dalam 29

Gambar 3.15 Tampilanwater trap 30

Gambar 3.16 Level sensor(kiri) danlevelindikator (kanan) 30

Gambar 3.17 FlowchartProsedur Penelitian 32

Gambar 4.1 GrafikLoading rateHRT pilot plant 37

Gambar 4.2 Grafik perubahan nilai pH terhadap waktu 38

Gambar 4.3 Grafik Perubahan nilai TS terhadap waktu 39

Gambar 4.4 Grafik perubahan nilai VS terhadap waktu 40

Gambar 4.5 Grafik perubahan nilai MLSS terhadap waktu 41

Gambar 4.6 Grafik perubahan nilai MLVSS terhadap waktu 42

Gambar 4.7 Grafik perubahan nilai COD terhadap waktu 43

Gambar 4.8 Pemupukan dengan pupuk Organik Aktif 45

Gambar 4.9 Pengukuran Data Tanaman Jagung 46

(14)

xi

Gambar D.1 Pabrikasi Tangki 60

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Beberapa penelitian menyangkut pengolahan limbah

menjadi pupuk 2

Tabel 2.1 Karakteristik limbah cair pabrik kelapa sawit 5

Tabel 2.2 Standar mutu limbah cair industri minyak sawit 6

Tabel 2.3 Komposisi nutrisi pada limbah cair pabrik kelapa sawit 7

Tabel 2.4 Komposisi keluaran (effluent) digester anaerobik 8

Tabel 2.5 Fertilizer Production, Tahun 2002–2010 10

Tabel 2.6 Fertilizer Consumption on Domestic Market and Export

Market, Tahun 2002-2010 10

Tabel 2.7 Persyaratan teknis minimal pupuk organik 14

Tabel 2.8 Jenis bakteri penambat N2 yang hidup bebas

(nonsimbiotik) 15

Tabel 2.9 Investasi dan Operasional 18

Tabel 3.1 Spesifikasi Bioreaktor dan Aksesorisnya 22

Tabel 3.2 Spesifikasi Pemekat Graviti 23

Tabel 3.3 Spesifikasi Tangki Pengaduk 24

Tabel 3.4 Spesifikasi Tangki Timbun (Storage Tank) 25

Tabel 4.1 Hasil Uji Kandungan Pupuk 44

Tabel 4.2 Data Tanaman Jagung Umur 2,5 bulan 45

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGAMATAN 51

A.1 Data Laju degradasi nilai pH, TS, VS MLSS,

dan MLVSS 51

LAMPIRAN B CONTOH HASIL PERHITUNGAN 55

B.1 Perhitungan KadarTotal Solid(TS) 55

B.2 Perhitungan Kadar Volatile Solid (VS) dan

Kadar Abu 55

B.3 Perhitungan Kadar Total Suspended Solid

(TSS) 56

B.4 Perhitungan KadarVolatil SuspendedSoliddan

Kadar Abu 56

LAMPIRAN C FOTO HASIL PERCOBAAN 57

C.1 Pabrikasi Tangki 57

(17)

DAFTAR SINGKATAN

HRT Hidraulyc Retention Time

pH power of Hydrogen

ppm part per million

LCPKS Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

CPO Crude Palm Oil

PKS Pabrik Kelapa Sawit

COD Chemical Oxygen Demand

BOD Biologi Oxygen Demand

TS Total Solid

VS Volatile Solid

TSS Total Suspended Solid

VSS Volatile Suspended Solid

CDM Clean Development Mechanisme

MLSS Mixed Liquor Suspended Solid

(18)

xv

DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Dimensi

C Carbon

H Di Udara

N Nitrogen

P Phospat

K Kalium

S Sulfur

CH4 Methana

(19)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan pengkajian terhadap rancangan pilot plant pupuk organik cair. Penelitian ini bertujuan merancang proses pembuatan pupuk cair organik dari limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) serta menghasilkan pupuk. Bahan yang digunakan adalahEffluent pengolahan lanjut LCPKS dengan starter berupa campuran molase, ragi dan EM-4. Variabel yang diamati adalah Total Solid (TS), Volatile Solid (VS), Total Suspended Solid (TSS),Volatile Suspended Solid (VSS), Chemical Oxygen Demand(COD), dan Uji kandungan pupuk. Penelitian dimulai dari pembuatan starter dilanjutkan dengan loading rate mulai dari HRT 2500 dan diamati pada HRT 100, 90 dan 80 hari. COD effluent awal pada pengolahan 8.600 mg/l menurun hingga 1.580 mg/l dengan hasil uji kandungan Nitrogen 0.14%, P2O5 0.05%, K2O 0.07%, MgO 0,01%,

CaO 0.001mg/l, C.Organik 0,12%, danRatioC/N 0.86

(20)

viii

ABSTRACT

This study is an assessment of the design of the pilot plant liquid organic fertilizer. This study aims to design an organic liquid fertilizer manufacturing process of palm oil mill effluent (POME) and produce fertilizer. Materials used are Effluent further processing of POME and starter mixture of molasses, yeast and EM-4. The variables measured were Total Solid (TS), Volatile Solid (VS), Total Suspended Solid (TSS), Volatile Suspended Solid (VSS), Chemical Oxygen Demand (COD), and analysis content of fertilizers. The research starts from the manufacture of starter followed by a loading rate ranging from HRT 2500 and observed in HRT 100, 90 and 80 days. Effluent COD concentration on the processing of 8,600 mg/l decreased to 1.580 mg/l with assay results analysis content of fertilizer Nitrogen 0.14%, P2O50.05%, K2O 0.07%, MgO 0,01%, CaO

0.001mg/l, C.Organic 0,12%, dan Ratio C/N 0.86

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit (CPO) terbesar di dunia,

dengan luas areal perkebunan kelapa sawit pada 2010 diperkirakan sebesar 7 juta

hektar. Besarnya produksi CPO ini juga diikuti dengan besarnya produksi limbah

cair pabrik kelapa sawit (LCPKS). Produksi LCPKS diperkirakan ± 30 juta ton per

tahun dan saat ini kebanyakan PKS masih mengolah LCPKS menggunakan sistem

open lagoon sebelum dibuang ke lingkungan, yang selain memerlukan lahan luas,

menimbulkan bau, dan juga melepaskan gas rumah kaca [1].

Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan

industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

cukup pesat. Mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakat.

Dampak positif yaitu meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat

meningkat, sedangkan dampak negatif yaitu menimbulkan limbah yang dapat

mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik [2].

Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan

pabrik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran.

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) memiliki potensi sebagai pencemaran

lingkungan karena berbau, berwarna, mengandung nilai COD, BOD serta padatan

tersuspensi yang tinggi. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke lingkungan,

maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen

terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan dapat merusak

ekosistem badan penerima [3],[4].

Pemanfaatan LCPKS dengan menkonversinya menjadi biogas telah

diaplikasikan pada beberapa PKS di Malaysia dan Indonesia oleh Novaviro Sdn Bhd,

Malaysia. Irvan dkk., melalui Hibah RUSNAS 2009 dan dilanjutkan dengan

kerjasama penelitian USU-Metawater tahun 2010 telah berhasil mematenkan proses

konversi LCPKS menjadi biogas pada Japan Patent Office No. 2009-279028,

(22)

2

Walaupun telah berhasil menkonversi LCPKS menjadi biogas, tetapi nilai

COD keluaran digester anaerobik masih cukup tinggi yakni ± 10.000 mg/l. Keluaran

(effluent) ini masih belum dapat dibuang ke lingkungan karena nilai COD nya masih

jauh di atas nilai ambangnya yaitu ± 350 mg/l [1].

Berkiut ini beberapa jurnal dan penelitian yang telah dilakukan untuk

menginvestigasi kinerja pengolahan limbah menjadi pupuk serta optimasinya. Data

ringkas penelitian tersebut dapat dilihat pada table 1.1.

Tabel 1.1 Beberapa penelitian menyangkut pengolahan limbah menjadi pupuk.

Peneliti (Jurnal, Tahun) Judul

Rahmad H.N, dkk (UGM, 2003) Komersialisasi limbah cair industri kerupuk

Kulit menjadi pupuk organik cair

Ganchimeg Jambaldorj, Mitsuru

Takahashi & Kunio Yoshikawa

(EcoTopia Science, 2007)

Liquid Fertilizer Production from Sewage

Sludge by Hidrothermal Treatment

Michael Vincent & Yohannes

Tandean (USU, 2012)

Kajian Awal Pengolahan Lanjut Limbah

Cair Kelapa Sawit Secara Aerobik

Menggunakan Effective Microorganism

Guna Mengurangi Konsentrasi COD

Limbah cair kelapa sawit (LCPKS) mempunyai kandungan senyawa glukosa,

protein dan karbohidrat yang mempunyai ikatan atom C, apabila diolah dengan baik

maka dapat menghasilkan biogas. Limbah cair pabrik kelapa sawit setelah

pembentukan biogas akan menghasilkan effluent (buangan cair) yang memiliki

karakteristik yang dapat digunakan sebagai pupuk organik, yaitu kandungan unsur

organik yang sama seperti LCPKS karena proses di bioreaktor yang merupakan

fermentasimetanogenesisyang juga akan menghasilkan zat-zat organik.

Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai pupuk organik cair

mempunyai unsur-unsur hara yang memperbaiki struktur fisik tanah, meningkatkan

aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban, serta meningkatkan perkembangbiakan

dan perkembangan akar tanaman. Sehingga dapat digunakan dalam budi daya

pertanian dalam mensubsitusi kebutuhan pupuk anorganik yang semakin mahal, juga

dapat menjadikan lingkungan lebih bersih dengan mengurangi tumpukan atau

(23)

Penelitian ini diharapkan akan mewujudkan proses pengolahan kelapa sawit

yang efisien dimana dari perkebunan kelapa sawit akan memasok kelapa sawit ke

pabrik pengolahan kelapa sawit yang akan diolah menjadi CPO. Setelah itu

pengolahan tersebut akan menghasilkan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS).

Berdasarkan penelitian yang sedang berkembang, LCPKS tersebut diolah untuk

menghasilkan biogas dan dari pengolahan tersebut dihasilkan buangan cair (effluent),

yang diolah menjadi pupuk organik aktif yang dapat digunakan untuk perkebunan

kelapa sawit yang dapat memperbaiki mutu kelapa sawit yang dihasilkan. Sehingga

apabila rangkaian proses diatas terwujud maka terciptalah proses yang zero waste

danzero emision.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan pupuk organik aktif yang

baik sebagai proses lanjut pengolahan LCPKS menjadi biogas pada skala

pilot

2. Menerapkan penelitian yang dilakukan dalam skala laboratorium terhadap

skala Pilot Plant, sehingga bisa diterapkan dalam skalarealplant.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk merancang proses

pembuatan pupuk cair organik aktif dari effluent pengolahan lanjut limbah

cair pabrik kelapa sawit skala pilot yang selanjutnya akan menghasilkan

pupuk organik aktif dan juga mendapatkan hasil uji pemakaian pupuk cair

organik terhadap tanaman.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan antara lain yaitu :

1. Memberikan informasi tentang produksi pupuk organik aktif dalam skala

pilot plant.

2. Mengetahui cara mengatasi masalah yang timbul di pilot plant.

(24)

4

4. Effluent dari bioreaktor pengolahan LCPKS menjadi biogas dapat diproses

lanjut menjadi pupuk organik.

5. Hasil penelitian ini akan mewujudkan proses bersih (zero emission dan zero

waste)

6. Hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk pihak luar seperti pabrik kelapa

sawit, petani, maupun masyarakat umum untuk memproduksi biogas dan

pupuk organik.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Analisa spesifik yang dilakukan terhadap pupuk cair organik antara lain

analisa COD (chemical oxygen demand), TS (total solid), TSS( total suspended

solid), VS (volatile solid), VSS (volatile suspended solid), analisa M-alkalinitas,

analisa pH, serta komposisi unsur hara (C, H, N, P, K dan S)

Pada pelaksanaan pembuatan pupuk organik aktif variabel yang digunakan

adalah sebagai berikut :

a. Temperatur Optimum ≤ 38oC

b. Volume reaktor 5.000 L

c. Kecepatan putaran mesin 1.500 rpm

d. Jumlah Nutrisi :

- Molase : ± 113,64 L

- EM4 : ± 568,18 mL

- Ragi : ± 69 Butir

- Natrium Karbonat (Na2CO3) : (kondisional)

- Aquadest : ± 686 L

Sedangkan variable yang divariasikan adalah waktu tinggal (HRT) yaitu 100, 90 dan

80 hari.

Penelitian ini dilakukan di Pusdiklat LP3M Universitas Sumatera Utara,

Jl.Dr.Mansyur No. 68 Medan, Sumatera Utara, Dalam penelitian ini, bahan baku

yang akan digunakan adalah effluent digester anaerob pengolahan LCPKS menjadi

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT

Indonesia saat ini merupakan produsen minyak kelapa sawit (crude palm oil,

CPO) terbesar di dunia, dengan luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 2010

diperkirakan 7 juta hektar. Besarnya produksi CPO juga diikutin dengan besarnya

produksi limbah pabrik kelapa sawit (PKS), baik limbah padat seperti tanda kosong,

cangkang dan serat (fiber) maupun cair atau yang dikenal sebagai limbah cair pabrik

kelapa sawit (LCPKS). Buangan limbah padat diperkirakan sebesar 15,2 juta

ton/tahun sedangkan buangan LCPKS diperkirakan sebesar 30 juta ton/tahun [1].

Pengolahan LCPKS yang ada saat ini bertujuan mengurangi

parameter-parameter polusi sebelum dibuang ke sungai/parit dimana karakteristik LCPKS

disajikan pada Tabel 2.1. Pengolahan LCPKS yang umum dilakukan oleh beberapa

PKS adalah dengan mengalirkan LCPKS ke kolam terbuka (lagoon). Selain mubazir,

karena LCPKS adalah biomassa yang dapat dikonversi menjadi biogas, metode ini

juga memerlukan luas lahan besar. Selain itu, secara alami LCPKS di dalam kolam

akan terfermentasi sehingga melepaskan emisi gas rumah kaca. Gas-gas tersebut

adalah campuran dari gas CH4 dan CO2, yang keberadaannya di atmosfir ditengarai

menyebabkan pemanasan global.

Tabel 2.1 Karakteristik limbah cair pabrik kelapa sawit [1]

No Parameter Satuan Kisaran

1 BOD (Biological Oxygen Demand) mg/l 20.000-30.000

2 COD (Chemical Oxygen Demand) mg/l 40.000-60.000

3 TSS (Total Suspended Solid) mg/l 15.000-40.000

4 TS (Total Solid) mg/l 30.000-70.000

5 Minyak dan Lemak mg/l 5.000-7.000

6 NH3-N mg/l 30–40

7 Total N mg/l 500–800

8 Suhu oC 90–140

(26)

Beberapa PKS telah berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca dengan cara

mensungkupi kolam anaerobik yaitu kolam pertama. Gas metana yang dihasilkan

oleh proses anaerobik tidak langsung dilepaskan ke atmosfir tetapi dibakar terlebih

dahulu (flaring).

Gambar 2.1 Pengolahan POME sistem kolam terbuka (lagoon)

PKS yang melaksanakan proyek ini berhasil mengklaimnya sebagai proyek

clean development mechanism(CDM). Umumnya PKS yang menerapkan teknologi

ini berkerja sama dengan perusahaan asing yang bergerak sebagai agen CDM.

Walaupun proyek ini berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca (pembakaran gas

metana menjadi CO2) tetapi gas metana yang dihasilkan tidak dimanfaatkan karena

hanya dibakar. Selain itu, kolam anaerobik secara berkala harus pula dikeruk karena

mengalami pandangkalan akibat terbantuknya scum yang lazim terjadi pada proses

fermentasi anaerobik mesofilik.

Tabel 2.2 Standar mutu limbah cair industri minyak sawit [6]

No Parameter Satuan Kadar maksimum

1 BOD (Biological Oxygen Demand) mg/l 250

2 COD (Chemical Oxygen Demand) mg/l 500

3 TSS (Total Suspended Solid) mg/l 300

4 Minyak dan Lemak mg/l 30

5 NH3-N mg/l 29

6 pH - 6-9

7 Debit Limbah Maksimum - 6 m3/ton produksi

(27)

2.2 UNSUR HARA DALAM LCPKS

Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai pupuk organik

mempunyai unsur-unsur hara yang memperbaiki struktur fisik tanah, meningkatkan

aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban, serta meningkatkan perkembangbiakan

dan perkembangan akar tanaman. Seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 komposisi

nutrisi yang terdapat pada limbah cair kelapa sawit cocok untuk diolah menjadi

pupuk organik.

Tabel.2.3 Komposisi nutrisi pada limbah cair pabrik kelapa sawit [7] Uraian BOD (mg/l) P (mg/l) N (mg/l) K (mg/l) Mg (mg/l) Limbah

(fat fit) 25.000 500-900 90-140 1.000-1.975 250-340

Kolam

Pengasaman 25.000 500-900 90-140 1000-1.975 250-340 Kolam Anaerob

Primer 3.500-5.000 675 90-110 1000-1850 250-320 Kolam Anaerob

Sekunder 2.000-3.500 450 62-85 875-1250 160-215

Kolam Aerobik 100-200 80 5-15 420-670 25-55

Kolam

Pengendapan 100-150 40-70 3-15 330-650 17-40

Pada proses pengolahan LCPKS menjadi biogas akan dihasilkan effluent.

Effluent hasil pengolahan pembentukan biogas mempunyai unsur-unsur hara yang

memperbaiki struktur fisik tanah, meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan

kelembaban, serta meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar

tanaman. Komposisi effluent di estimasi mengandung komposisi yang relatif sama

dengan komposisi pada LCPKS. Hal ini dikarenakan proses pengolahan biogas

dengan cara fermentasi yang tidak akan menghilangkan unsur-unsur tersebut.

2.3 EFFLUENT

Pengolahan LCPKS menjadi biogas yang komponen utamanya adalah gas

metana (CH4) sebenarnya sudah banyak dilaporkan. Bahkan,telah diaplikasikan pada

beberapa PKS di Malaysia dan Indonesia oleh Novaviro Sdn Bhn, Malaysia. Akan

tetapi, proses Novaviro memerlukan HRT yang relatif besar yakni 18-20 hari.

Mengingat besarnya jumlah LCPKS yang harus diolah per harinya menyebabkan

proses ini memerlukan digester anaerobik berukuran besar. Misalnya untuk

mengolah LCPKS yang diproduksi oleh suatu PKS berkapasitas 30 ton TBS/jam

(28)

6.500 m3. Tentunya diperlukan investasi besar untuk menerapkan proses ini pada

beberapa PKS yang ada.

Gambar 2.2 Effluent dari digester anaerobik

Walupun telah berhasil memproduksi biogas dan menurunkan konsentrasi

COD dalam LCPKS dari ± 54.000 mg/l menjadi ± 10.000mg/l (lihat Tabel 2.4),

tetapi keluaran (effluent) digester anaerobik ber HRT 6 hari belum dapat dibuang ke

lingkungan (lihat Tabel 2.2). Ini disebabkan konsentrasi COD effluent masih terlalu

tinggi dibanding nilai ambangnya yakni ± 350 mg/l. Effluent dengan konsentrasi

10.000 mg/l juga masih berbau sehingga walaupun telah diencerkan dengan air

masih belum layak untuk dibuang ke lingkungan.

Tabel 2.4. Komposisi keluaran (effluent) digester anaerobik [8]

Parameter Satuan Nilai

TS mg/l 11.900

VS mg/l 7.500

TSS (Total Suspended Solid) mg/l 2.570

VSS (Volatile Suspended Solid) mg/l 2.200

BOD (Biological Oxygen Demand) mg/l 3.050

COD (Chemical Oxygen Demand) mg/l 8.600

T-N mg/l 490

NH3-N mg/l 65

T-P mg/l 110

K mg/l 1.900

Ca mg/l 23

Mg mg/l 256

Cd mg/l <0,01

As mg/l <0,01

Zn mg/l 0,61

Cr mg/l 0,04

Hg mg/l <0,0005

(29)

2.4 PUPUK

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan mengubah sifat fisik, kimia atau

biologi sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian

yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara

tanaman.

Seperti telah diketahui bahwa pupuk yang diproduksi dan beredar dipasaran

sangatlah beragam jenisnya, yaitu pupuk organik, pupuk kandang, dan pupuk hayati.

Pupuk-pupuk tersebut hampir 90% sudah mampu memenuhi kebutuhan unsur hara

bagi tanaman, baik dari unsur makro maupun unsur mikro bagi tanaman.

Menurut hasil penelitian setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur

(ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke 16 unsur tersebut,

tiga unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur

lagi tersedia oleh tanah adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K), Calsium (Ca),

Magnesium(Mg),Sulfuratau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum atau Besi (Fe), Mangan

(Mn),Cuprumatau Tembaga (Cu),Zinkatau Seng (Zn), Boron (B), dan Molibdenum

(Mo). Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-unsur

tersebut diatas [9].

Ke-13 unsur tersebut sangat terbatas jumlahnya di dalam tanah. Namun tanah

tidak semua mengandung unsur-unsur tersebut secara lengkap. Hal ini dapat

diakibatkan karena sudah habis terserap oleh tanaman saat masyarakat bercocok

tanam tanpa diimbangi dengan pemupukan. Kalau dilihat dari jumlah yang disedot

tanaman, dari ke-13 unsur tersebut hanya 6 unsur saja yang diambil tanaman adalah

jumlah yang banyak. Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak tersebut

disebut unsur makro. Ke-6 jenis unsur makro tersebut adalah N, P, K, S, Ca, dan Mg

[10].

Penggunaan pupuk di Indonesia dari data tahun 2002 sampai 2010

mengalami peningkatan, ini disebabkan semakin mengingkatnya lahan pertanian

yang ada di indonesia pada saat ini. Menurut Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia

(APPI) produksi pupuk diIndonesia dan konsumsi pupuk di Indonesia ada pada tabel

(30)
[image:30.842.74.795.291.477.2]

Tabel 2.5.Fertilizer Production, Tahun 2002–2010 [11]

YEAR 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Fertilizer Production Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year

1. Urea 6,006,221 5,731,117 5,665,409 5,848,655 5,654,692 5,865,856 6,213,292 6,856,841 6,721,949

2. Fosfat/SP-36 552,984 687,657 738,225 819,704 647,868 660,653 488,487 742,986 636,207

3. ZA/AS 419,650 479,281 572,599 644,321 631,645 652,486 751,411 767,837 792,917

4. NPK 65,469 113,942 212,971 333,132 496,690 746,347 1,154,714 1,838,485 1,853,172

5. ZK (K2SO4) 7,568 8,662

6. Organik 294,555 260,705

Tabel 2.6.Fertilizer Consumption on Domestic Market and Export Market, Tahun 2002-2010 [11]

YEAR 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Consumption/Export Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year Ton/Year

1. UREA

1.1. Agriculture 3,872,044 4,077,523 4,204,188 4,082,874 4,218,414 4,359,150 4,552,239 4,681,394 4,278,926

1.2. Estate Crops 150,343 259,206 452,535 759,663 889,472 651,284 631,447 730,068 852,361

Total 1.1. + 1.2. 4,022,387 4,336,729 4,656,723 4,842,537 5,107,886 5,010,434 5,183,686 5,411,462 5,131,287

1.3. Industry 296,020 354,127 350,631 580,069 519,391 592,225 516,265 372,096 586,225

Total Domestic Consumption

4,318,407 4,690,856 5,007,354 5,422,606 5,627,277 5,602,659 5,699,951 5,783,558 5,717,512

(31)

1.4. Export 1,417,311 1,235,207 465,367 748,473 0 690,270 180,206 607,511 879,196

Total UREA Sales 5,735,718 5,926,063 5,472,721 6,171,079 5,627,277 6,292,929 5,880,157 6,391,069 6,596,708

2. SP-36/SP-18

2.1. Agricultural 138,610 1,390,430 759,753 774,267 711,224 763,350 582,071 714,747 633,950

2.2. Estate Crops 532,165 23,661 29,411 4,439 105,809 39,462 3,812 933

-Total 2.1. + 2.2.

Domestic Sales

670,775 1,414,091 789,164 778,706 817,033 802,812 585,883 715,680 633,950

3. ZA/AS

3.1. Agriculture 130,513 450,578 597,074 617,445 600,971 716,342 751,411 916,168 706,810

3.2. Estate Crops 398,886 60,551 36,330 34,541 83,129 29,036 24,068 19,660 24,389

Total 3.1 + 3.2. 529,399 511,129 633,404 651,986 684,100 745,378 775,479 935,828 731,199

3.3. Industry 34,253 17,102 445 15,965 1,208 - 504 333 7,998

Total Domestic

Sales

563,652 528,231 633,849 667,951 685,308 745,378 775,983 936,161 739,198

4. NPK 87,931 116,981 226,897 316,401 485,605 732,599 1,175,027 1,666,518 1,804,413

Sales

5. Organik

5.1. Argiculture 244,670 232,959

5.2. Estate Crops 422 2,496

(32)

2.5 PUPUK ORGANIK

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal

tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam

Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah,

dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau

seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang

telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan

mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada

kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar haranya; nilai C-organik

itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan

tidak masuk dalam ketentuan pupuk organik maka diklasifikasikan sebagai

pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau soil ameliorant menurut SK Mentan

adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organik atau mineral [12].

Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,

sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa),

limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota.

Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil

perombakan oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan

keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang

dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan

ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan,

dan tanaman paku air Azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran ternak. Limbah

ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa tulang, darah, dan sebagainya.

Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian merupakan limbah berasal dari

limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah

bumbu masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa

sampah kota yang berasal dari tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak

dapat dirombak misalnya plastik, kertas, botol, dan kertas [12].

Di Indonesia sebenarnya pupuk organik itu sudah lama dikenal para petani.

Mereka bahkan hanya mengenal pupuk organik sebelum Revolusi Hijau turut

melanda pertanian di Indonesia. Setelah Revolusi Hijau kebanyakan petani lebih

(33)

suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh

lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah karena di subsidi, dan

mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung kepada pupuk buatan,

sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian, ketika

terjadi kelangkaan pupuk dan harga pupuk naik karena subsidi pupuk dicabut.

Berbagai hasil penelitian mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan

pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah mengalami degradasi lahan,

terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah, yaitu

<2%, bahkan pada banyak lahan sawah intensif di Jawa kandungannya <1%. Padahal

untuk memperoleh produktivitas optimal dibutuhkan C-organik >2,5%. Di lain pihak,

sebagai negara tropika basah yang memiliki sumber bahan organik sangat melimpah,

tetapi belum dimanfaatkan secara optimal [12].

Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer

menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini

besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah,

dan suhu tanah. Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami atau sekam lebih

besar pengaruhnya pada perbaikan sifat-sifat fisik tanah dibanding dengan bahan

organik yang terdekomposisi seperti kompos. Pupuk organik/bahan organik memiliki

fungsi kimia yang penting seperti:

1. Penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo,

Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan

organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang

telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang.

2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.

3. Dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman

(34)

2.6 PUPUK ORGANIK AKTIF DAN PUPUK ORGANIK CAIR

Pupuk organik aktif atau Pupuk organik cair (POC) adalah pupuk yang

kandungan bahan kimianya maksimal 5%, dan terbuat dari bahan-bahan organik

murni baik limbah ternak maupun limbah manusia dan tanaman [14].

Pupuk organik Aktif memiliki keuntungan/keunggulan, yaitu mengandung

zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat dalam organik padat. Dalam

bentuk kering beberapa mikroorganisme mati dan zat tidak bisa aktif.

Jika pupuk organik cair dicampur dengan pupuk organik padat maka dapat

mengaktifkan mikroorganisme yang ada dalam pupuk organik padat. Dengan baku

mutu yang sama pupuk organik aktif adalah pupuk organik yang masih mengandung

mikroorganisme hidup didalamnya, sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang

mikroorganisme pengolahnya sudah tidak aktif lagi atau mati. Berikut baku mutu

[image:34.595.112.526.373.751.2]

dari pupuk organik :

Tabel 2.7 Persyaratan teknis minimal pupuk organik [15]

No Parameter Kandungan

Padat Cair

1 C-organik (%) ≥ 12 ≥ 4,5

2 C/N rasio 10–25

-3 Bahan ikutan (%) (beling, kerilik, dll) ≤ 2 -4 Kadar air (%):

-Granula -Curah

4–12 13–20

-5 Kadar logam berat

-As (ppm) -Hg (ppm) -Pb (ppm) -Cd (ppm) ≤ 10 ≤ 1 ≤ 50 ≤ 10 ≤ 10 ≤ 1 ≤ 50 ≤ 10

6 pH 4–8 4–8

7 Kadar total

- P2O5 (%) dan K2O (%) < 5 < 5

8 Mikroba pathogen (E.coli, Salmonella) Dicantumkan Dicantumkan

9 Kadar unsur mikro ( % ) -Zn, Cu, Mn,

(35)

2.7 PROSES DEGRADASI ANAEROB

Proses anaerob (anaerobic digestion) didefinisikan sebagai proses yang

menggunakan mikroorganisme anaerob pada kondisi tanpa oksigen, untuk

menstabilkan bahan organik dengan cara mengubahnya menjadi metana dan zat-zat

anorganik lainnya seperti karbondioksida, dan lain-lain [16].

Tabel 2.8Jenis bakteri penambat N2yang hidup bebas (nonsimbiotik) [17]

No. Bakteri

1 Bakteri fotosintetik Rhodospirillaceae Chromatiaceae Chlorobiaceae Rhodospirillum, Rhodopseudomonas, Rhodomicrobium Chromatium, Ectothiorhodospira, Triospirillum Chlorobium, Chloropseudomonas 2 Bakteri aerobik gram-negatif

Azotobacteriaceae

Pseudomonadeceae

Azotobacter, Azotomonas, Beijerinckia,Derxia

Pseudomonas (P. azotogensis) 3 Bakteri anaerobik fakultatif gram-negatif

Enterobacteriaceae Klebsiella (K. pneumoniae), Enterobacter

(E. cloecae), Escherichia (E. intermedia),

Flavobacterium sp.

4 Bakteri anaerobik gram-negatif Desulfovibrio (D. vulgaris, D.desulfuricans)

5 Bakteri pembentuk metana

Methanobacteriaceae Methanobacterium,

Methanobacillus 6 Bakteri pembentuk spora

Bacillaceae Bacillus (B. polymycxa, B.

macerans, B.

circulans), Clostridium (C. pasteurianum,

C. butyricum),

Desulfotomaculum sp. 7 Bakteri analog Actinomycetes

Mycobacteriaceae Mycobacterium (M. flavum)

Proses pembuatan pupuk organik sebagai proses lanjut fermentasi LCPKS

menjadi biogas secara skematik disajikankan pada Gambar 3.1 Pada gambar tersebut

(36)

LCPKS menjadi biogas. Jadi effluent yang akan digunakan sebagai bahan baku

pembuatan pupuk organik aktif sudah melewati proses degradasi anaerob di tangki

fermentor pengolahan biogas. Effluent dari fermentor biogas masih mengandung

bakteri pendegradasi metana dan pendegradasi karbondioksida, yang ternyata

merupakan salah satu bakteri penambat nitrogen. Jenis-jenis bakteri penambat

nitrogen telah dimuat pada Tabel 2.8 diatas.

Selain bakteri Methanobacterium dan Methanobacillus yang membentuk N2

dalam pembuatan pupuk organik aktif membutuhkan bakteri bakteri yang dapat

mengolah posfat salah satu contoh bakterinya Bacillus.sp, yang belum diketahui

kuantitasnya didalam effluent. Oleh karena itu dibutuhkan aktivator yang dapat

menambah mikroorganisme didalam pupuk organik aktif.

2.8 AKTIVATOR

Seperti yang sudah diceritakan pada sub.bab sebelumnya dalam pembuatan

pupuk organik diperlukan aktivator yang dapat menambah mikroorganisme pada

pupuk. Dalam proses pembuatan pupuk ada yang mempergunakan bahan aktivator

untuk mempercepat proses fermentasi, Beberapa bahan aktivator yang dikenal dan

beredar di pasaran antara lain:

OrgaDec

Stardec

• EM-4

Fix-up plus, dan lain-lain

Proses pembuatan pupuk yang dilakukan mempergunakan larutan effective

microorganisme 4 yang disingkat EM-4. EM-4 pertama kali ditemukan oleh Prof.

Teruo Higa dari Universitas Ryukyus. Jepang. Dalam EM 4 ini terdapat sekitar 80

genus microorganisme fermentor. Mikroorganisme ini dipilih yang dapat bekerja

secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5

golongan yang pokok yaitu:

1. Bakteri fotosintetik

2. Lactobacillus sp

3. Streptomycetes sp

4. Ragi (yeast)

5. Actinomycetes

(37)

Bakteri fotosintetik

Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula,

dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolir yang diproduksi dapat diserap secara

langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk perkembangbiakan

mikroorganisme yang menguntungkan.

Lactobacillus sp.

Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguaraian gula dan

karbohidrat lain yang bekerjasama dengan bakteri fotosintesis dan ragi. Asam laktat

ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat yang dapat menekan mikroorganisme

berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.

Streptomycetes sp.

Streptomycetes sp. mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap

hama dan penyakit yang merugikan.

Ragi (yeast)

Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara

fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi berguna untuk

pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangan

atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan lain seperti Actinomycetes dan

bacteri asam laktat.

Actinomycetes

Actinomycetes merupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur yang

mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan

merubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen, menekan jamur dan

bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esensial untuk

pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi

perkembangan mikroorganisme lain.

EM-4 banyak digunakan untuk mempercepat pembusukan/ proses fermentasi.

Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi kimia. Menyediakan unsur hara yang

(38)

2.9 POTENSI EKONOMI

Analisa ekonomi pada Pembuatan pupuk organik Cair terdiri dari Modal

Investasi yaitu modal keseluruhan untuk mendirikan pilot plant ataupunscale updari

penelitian pembuatan pupuk organik cair. Analisa yang lebih spesifik yaitu analisa

Modal Investasi mengenai modal start up menjalankan usaha sampai pada penjualan

hasil pada kajian awalnya.

Tabel 2.9 Investasi dan Operasional

Keterangan (Investasi) Jumlah Harga @ Total Biaya

a. Molase b. EM4 c. Ragi

d. Natrium Karbonat (NaHCO3)

e. Aquadest 120 L 1 L 70 Butir 25 Kg 700 L Rp. -5.000,00 Rp.-36.000,00 Rp. -2.000 Rp. -4800 Rp. -200 Rp. -600.000 Rp. -36.000 Rp. -140.000 Rp . -120.000 Rp . -140.000

Rp. 1.036.000 Keterangan (Operasional)

f. Operasional (harian)*

g. EffluentPengolahan LCPKS*

-

-Rp. -250

Rp. -30.780 Rp. -16.000

Total : Rp. -46.780

Produk yang dihasilkan :

Apabila memakai HRT Optimum pada percobaan yaitu 80 Hari maka jumlah pupuk

organik yang dihasikan/ hari adalah62,5 Liter

Dari survei pasar harga jual dari pupuk cair organik yaitu berkisar Rp.5.000/ Liter

maka pemasukan jika penjualan produk harian diasumsikan 62 Liter

62 Liter x Rp.5.000 = Rp.310.000

Keuntungan Harian :

Penjualan harian : Rp. 310.000

Pengeluaran harian : Rp. 46.780

-Rp. 263.220

Total Penjualan < Total Biaya Pengeluaran sehingga potensi ekonomi dari pemanfaatan Effluent Pengolahan Lanjut Limbah cair Pabrik Kelapa Sawit Cukup

Menjanjikan.

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN

Kajian Awal Pembuatan Pupuk Organik Aktif dari Effluent Pengolahan Lanjut

Limbah Cair Kelapa Sawit dikerjakan di Pilot Plant POME METHANE

FERMENTATION PROJECT, Pusdiklat LPPM, Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr.

Mansyur No.68 Medan.

3.2 BAHAN PENELITIAN

Adapun bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu effluent yang

berasal dari bioreaktor anaerobik pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS)

menjadi biogas dan bahan lainnya yaitu :

1. Aktivator EM-4

2. Molase

3. NaHCO3

4. Aquadest

3.3 PERALATAN

Flowsheet dari penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 3.1 dimana flowsheet

ini merupakan kelanjutan dari flowsheet pembangkit listrik tenaga biogas. Berikut ini

adalah alur kerja dari sistem pembuatan pupuk organik sesuai dengan Gambar 3.1

1. Effluent keluaran biogas dimasukkan ke dalam tangki penampung

1000L/minggu (TT-01)

2. Effluent dipompakan secara berkala ke dalam Bioreaktor 5000 L (R-01)

sebanyak 100L/minggu dengan waktu yang ditentukan dengan pompa (P-01)

3. Ketika umpan dipompakan ke dalam bioreaktor maka cairan di dalam akan

keluar sebanyak umpan yang dimasukkan secara (over flow) yang kemudian

dialirkan ke tangki sedimentasi (RC-01)

4. Dari tangki sedimentasi keluaran bawahnya di recycle kembali ke bioreaktor,

sedangkan keluaran atasnya secara (over flow) masuk ke tangkimixing(M-01).

5. Setelah dihomogenkan di tangki mixing, pupuk organik tersebut dipompakan

(40)
[image:40.842.97.780.152.377.2]

FlowsheetPilot Plant

Gambar 3.1FlowsheetPembuatan pupuk organik aktif skala pilot

(41)
[image:41.595.105.493.120.386.2]

Tampilan Pilot Plant

Gambar 3.2 Tampak Depan Pilot Plant

[image:41.595.105.493.430.696.2]
(42)

22

Peralatan yang digunakan dibagi menjadi tiga yaitu peralatan utama, peralatan

aksesoris dan peralatan analisa sebagai berikut :

3.3.1 PERALATAN UTAMA

Adapun utama peralatan yang digunakan dalam penelitian pembuatan pupuk

organik aktif adalah :

1. Bioreaktor

Untuk tempat dimana pupuk organik aktif diproduksi melalui proses

aerobik keluaran digester biogas. Bioreaktor adalah reaktor semikontinu

berpengaduk, dimana umpan dan keluaran akan masuk dan keluar pada selang

waktu tertentu (intermittent). Umpan dialirkan dari tangki dengan menggunakan

pompa setiap selang waktu tertentu dan bersamaan dengan itu pula keluaran

mengalir keluar dari bioreaktor melalui sistem overflow. Bioreaktor dilengkapi

dengan pengaduk serta baffle agar reaktan menjadi homogen. Pengaduk

dilengkapi dengan dua bilah dan digerakkan oleh motor elektrik. Selanjutnya ,

agar suhu maksimum T = 38oC tidak terlampaui. Bioreaktor juga dilengkapi

dengan pendingin berupa coil (pipa spiral) didalam tangki. Adapun spesifikasi

dan gambar bioreaktor anaerobik sebagai berikut :

Tabel 3.1 Spesifikasi Bioreaktor dan Aksesorisnya Tangki

• Diameter • Tinggi Total • Tinggibaffle

180.0 cm 275.5 cm 200.0 cm Motor • Daya • phase • ɷ

3 HP (2.200 watt) 3phase

1500 rpm

Pengaduk

• Jumlah bilah • Posisi Bilah 1 • Posisi Bilah 2

• Panjang & Jenis Bilah 1 • Panjang & Jenis Bilah 2

2

60 cm dari dasar 90 cm di atas bilah 1 90 cm,Padle

90 cm, Turbin

Gear Box

• Nisbah 60 : 1

CoilPendingin • Diameter • Panjang • Pemasangan 1 inci 18 m

(43)

Gambar 3.4 (a) Gambar bioreaktor anaerobik (b)coilpendingin didalam bioreaktor anaerobik

2. Pemekat Graviti

Pemekat graviti berfungsi untuk mengendapkan padatan berpartikel

padatan berpartikel besar yang tersuspensi. Selanjutnya endapan yang berada

dilapisan bawah pemekat dialirkan kembali ke bioreaktor. Dibagian dalam

pemekat tiga sekat yang berfungsi untuk menghambat laju alir cairan dari kanan

ke kiri, dan membelokkan arah alir cairan dari atas ke bawah lalu ke atas lagi

lalu kebawah dan akhirnya ke atas jika masih ada aliran, akan keluar pemekat

graviti secara overflow. Berikut adalah spesifikasi lengkap dan gambar pemekat

[image:43.595.124.509.89.358.2]

graviti :

Tabel 3.2 Spesifikasi Pemekat Graviti Tangki Pemekat Graviti

• Panjang • Lebar • Tinggi

180 cm 120 cm 50 cm

Sekat

• Jumlah • Tinggi • Lebar

3 buah 49.5 cm 110 cm

(44)
[image:44.595.124.510.91.295.2]

24

Gambar 3.5 Gambar Pemekat Graviti

3. Mixing Tank(Tangki pencampur)

Tangki pencampur berfungsi untuk mencampur keluaran pemekat graviti

dengan bahan-bahan mineral tambahan seperti Natrium (urea), Pospat (batuan),

dan Kalium (abu tandan kosong) yang kemungkinan kurang saat analisa produk

akhir. Agar campuran menjadi homogen, tangki pengaduk dilengkapi dengan

pengaduk danbaffle. Pengaduk dilengkapi dengan dua bilahdan digerakkan oleh

motor elektrik. Spesifikasi dan gambar mixing tank sebagai berikut :

Tabel 3.3 Spesifikasi Tangki Pengaduk Tangki

• Diameter • Tinggi Total • Tinggibaffle

45.0 cm 80.0 cm 66.0 cm

Motor

• Daya • phase • ɷ

0.75 HP (2.200 watt) 3phase

1500 rpm

Pengaduk

• Jumlah bilah • Posisi Bilah • Jenis Bilah • Panjang Bilah

1

15.0 cm dari dasar Padle

22.5 cm

Gear Box • Nisbah • Merek

(45)
[image:45.595.122.516.85.346.2]

Gambar 3.6 Gambar tampilan luar dan dalam tangki pengaduk

4. Storage Tank(Tangki Timbun)

Storage tank adalah tempat dimana hasil akhir berupa pupuk organik

aktif disimpan sebelum diuji coba ataupun dipasarkan. Tangki dilengkapi

dengan level indikator, dan juga dilengkapi dengan manhole pada bagian atas

untuk perawatan. Tangki juga diinstal dengan pompa yang dapat digunakan

untuk mensirkulasi pupuk organik aktif didalam storage agar komposisinya

seragam terus, dan juga dapat digunakan untuk mengalirkan pupuk ke kemasan

lainnya. Spesifikasi dan gambar sebagai berikut :

Tabel 3.4 Spesifikasi Tangki Timbun (Storage Tank) Tangki

• Diameter • Tinggi

141.2 cm 180.6 cm

Pompa

• Daya

Suction & dischargeDiameter

(46)

26

Gambar 3.7Storage Tank 3.3.2 PERALATAN AKSESORIS

Peralatan aksesoris adalah peralatan pendukung yang membantu kerja dari

peralatan utama. Beberapa aksesoris penting seperti thermocouple, motor elektrik dan

gear-box, sistem overflow, pompa, titik penyamplingan, dan sistem pendingin,

selanjutnya dipaparkan pada sub-sub bab berikut ini :

1. Tangki Air Pendingin

Tangki air pendingin adalah tangki tempat menyimpan air yang

digunakan untuk coil pendingin pada bioreaktor. Tangki ini diinstal dengan

pompa lalu dilengkapi dengan pipa yang menuju langsung ke bioreaktor. Berikut

[image:46.595.131.476.81.309.2]

ini visualisasi dari tangki pendingin.

(47)

2. Pompa

Pompa adalah alat untuk mengalirkan cairan dari suatu alat ke alat

lainnya. Pada proses pembuatan pupuk organik aktif skala pilot ini digunakan

dua jenis yakni pompa sentrifugal dan pompasnake(screw).

Pompa-pompa yang digunakan untuk (i) mengalirkan umpan dari tangki

umpan ke bioreaktor, (ii) mengalirkan endapan dari pemekat graviti ke tangki

bioreaktor, (iii) mengalirkan produk akhir dari tangki storage ke wadah

konsumen atau mensirkulasi produk akhir dari bagian dasar ke bagian atas. Dan

(iv) mengalirkan air ke coil pendingin. Berikut ini adalah gambar dari bebrapa

[image:47.595.142.493.297.606.2]

pompa yang dipakai dalam penelitian :

Gambar 3.9 Beberapa pompa yang dipakai dalam penelitian.

3. Perpipaan

Pemasangan pompa diatas diiringi dengan pemasangan pipa dan

aksesoris lainnya. Pipa yang digunakan adalah pipa galvanisф = 0,5”, 2,0” dan

2,5” serta dihubungkan dengan menggunakan flange. Berikut gambar

(48)

28

Gambar 3.10 Gambar perpipaan dengan penggunaanflange. 4. Thermocouple

Thermocouple atau sensor suhu diinstal sebanyak dua buah di bioreaktor

yakni pada bagian atas dan bagian bawah (sedikit dibawah aras cairan).

Indikator evaluasi unjuk kerja pencampuran, juga berfungsi sebagai sensor suhu

untuk thermocouple yang menjaga suhu bioreaktor tetap dipertahankan ≤ 38oC.

[image:48.595.236.394.377.492.2]

Berikut gambarthermocouple :

Gambar 3.11 Visualisasi Thermocouple 5. Kompresor

Kompresor berfungsi untuk menembakkan udara kedalam bioreaktor dan

juga pemekat graviti. Dimana ke bioreaktor ada dua lubang aerasi dan ke

pemekat gravity ada datu lubang aerasi. Kompresor yang dipakai pada pilot

plant ini adalah kompresor elektrik.

(49)

6. Motor elektrik danGear box

Motor elektrik dan gear box berfungsi untuk menggerakkan batang

pengaduk (mixer). Motor elektrik menghasilkan putaran 1,500 rpm sedangkan

gear box berfungsi mengurangi putaran sehingga hanya 25 rpm. Alat ini

diinstalasi pada bioreaktor dan tangki pengaduk. Berikut ini tampilan kedua alat

tersebut :

Gambar 3.13 Motor (kanan) danGear box(kiri).

7.Control Panel

Control Panel adalah alat pengendali dari semua peralatan utama dan

aksesorisnya. Kerja dari control panel adalah menjalanakan pompa,

menjalankan motor, menjalankan kompresor, mengatur suhu pada thermocouple

dan mengatur waktu pada pompa, motor, kompresor danthermocouple.

(50)

30 8.Water trap

Water trap adalah tangki yang berfungsi untuk menyerap H2S yang

terbentuk dari tangki bioreaktor dan juga pemekat graviti yang bertujuan untuk

mengurangi bau yang ditimbulkan fermentasi tersebut. Berikut ini adalah

[image:50.595.147.476.197.342.2]

tampilanwater trapyang digunakan pada penelitian ini :

Gambar 3.15 Tampilanwater trap 9.LevelIndikator danLevelsensor

Level sensor digunakan untuk memberikan sinyal otomatis kepada panel

yang secara langsung akan menghidupkan pompa untuk memindahkan cairan

dari mixing tank ke tangki penimbun. Dan level indikator adalah alat yang

berfungsi sebagai penunjuk levelcairan pada tangki penimbun. Tampilan level

indikator yang dipakai

[image:50.595.187.425.501.707.2]
(51)

3.3.3 PERALATAN ANALISA

Peralatan analisa adalah peralatan yang digunakan untuk menganalisa pupuk

yang dihasilkan. Adapun peralatan analisa yang dipakai sebagai berikut :

1. Oven

2. Desikator

3. Cawan Penguap

4. Timbangan elektrik

5. Pipet volumetrik

6. pH elektroda

7. Penjepit Tabung

8. Beaker Gelas

9. Gelas Ukur

10. Karet Penghisap

11. Pengaduk Magnetik

12.Furnace

3.4 TAHAPAN PENELITIAN

Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan yaitu dilakukan studi literatur, pembagian tugas, dan lainnya untuk

mendapatkan rancangan dan prosedur yang baik.

2. Merancang dan membangun dan instalasi Pilot Plant pembuatan pupuk organik

aktif (pabrikasi)

3. Komisioning yaitu melakukan test run dan test kebocoran dari semua peralatan

utama dan peralatan aksesoris untuk memastikan kesiapan alat sebelum

menjalankan penelitian.

4. Kalibrasi terhadap terhadap peralatan utama dan aksesoris misalnya kalibrasi

heater untuk pembacaan suhu pada panel, kalibrasi pompa untuk mengetahui

jumlah volume terhadap waktu

5. Melakukan preparasi umpan, loading up& operasi targetpilot plant pembuatan

pupuk organik aktif.

6. Menjalankan operasional pembuatan pupuk organik aktif serta melakukan

(52)

32

[image:52.595.108.441.118.483.2]

Flowchart penelitian terlihat pada gambar 3.15 berikut :

Gambar 3.17FlowchartProsedur Penelitian

Adapun tahapan studi literatur dan tahap merancang dan membangun adalah

tahap yang lebih dahulu dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Sedangkan tahap

lainnya akan dijelaskan sebagai berikut :

3.4.1 KOMISIONING ALAT

1. Isi penuh tangki yang akan ditest kebocoran dengan air.

2. Tutup semuavalveyang memungkinkan gas keluar dari tangki.

3. Masukkan gas dari kompresor ke tangki fermentor.

4. Oleskan air sabun ke seluruh celah tangki.

5. Amati perubahan yang terjadi pada alat pengukur tekanan dan amati air sabun di

setiap celah tangki.

Produk Pupuk

Merancang, membangun dan instalasi Pilot Plant Pembuatan Pupuk Organik Aktif

(pabrikasi)

Operasional Pilot Plant Pembuatan Pupuk Organik Aktif

Kondisi Operasi? Kondisi

Operasi baru

Persiapan (studi literatur, dll)

Tidak Sesuai

Sesuai Komisioning dan Kalibrasi

(53)

3.4.2 KALIBRASI ALAT 3.4.2.1 Pompa

1. Isi penuh tangki umpan dengan air.

2. Diatur waktu pompa pada panel dengan variasi waktu yang ditentukan.

3. Dimulai kalibrasi dengan menampung air keluaran pompa pada wadah.

4. Hitung volume air yang diperoleh pada wadah.

5. Ulangi prosedur 2 s/d 4 dengan variasi yang ditentukan.

3.4.2.2 Heater

1. Isi penuh tangki fermentor dengan air.

2. Hidupkan heater kemudian catat suhu awal dan waktu awal dihidupkannya

heater.

3. Amati kenaikan suhu pada tangki fermentor dan catat kenaikan suhu dan waktu

pada fermentor.

3.4.3 PREPARASI UMPAN

Tahapan sebelum melakukan operasional terlebih dahulu adalah melakukan

tahapan preparasi umpan terlebih dahulu. Pembuatan umpan dilakukan seperti berikut :

1. Molase sebanyak ± 113.64 liter dimasukkan kedalam bioreaktor, kemudian

ditambahkan air sampai 800 liter.

2. Kedalam bioreaktor ditambahkan starter EM-4 sebanyak 568,18 ml dan Ragi

sebanyak 69 butir.

3. Suhu di dalam bioreaktor diatur sedemikian rupa dan disesuaikan untuk tidak

melebihi suhu maksimum yaitu 38oC.

4. pH dijaga tetap dalam kondisi tidak asam dengan menambahkan NaHCO3.

5. Pada bioreaktor dilakukan pengadukan dengan kecepatanimpelerdiatur 25 rpm.

6. Umpan difermentasikan, dan dianalisa pH, alkalinitas, TS, VS serta TSS dan

VSS nya untuk mengetahui kondisi umpan untuk digunakan.

3.4.4 LOADING UPDAN OPERASI TARGET

Tahapan ini melakukan operasional dengan melanjutkan tahap preparasi umpan

dengan kondisi tertentu. Prosedurnya sebagai berikut :

1. Kondisi bioreaktor saat preparasi umpan di cek dan di pertahankan tetap pada

(54)

34

2. Kedalam bioreaktor dimasukkan effluent pengolahan lanjut limbah cair kelapa

sawit dengan jumlah sesuai dengan HRT yang telah ditentukan

3. HRT awal dimulai dengan HRT 2500 untuk adaptasi bakteri fermentasinya dan

umpan dimasukkan 2 kali sehari

4. Apabila keadaan pH pada bioreaktor dan nilai M-Alkalinitas stabil maka HRT

perlahan dinaikkan.

3.5 PENGUJIAN SAMPEL

Pengujian yang dilakukan adalah

a. Analisa M-Alkalinitas

1. Ambil Beaker gelas kemudian masukkan rotating magnet ke dalamnya

2. Masukkan sampel sebanyak 5 ml ditambahkan dengan aquadest hingga

volume larutan 80 ml.

3. Beaker Gelas diletakkan diatasmagnetic stirrer, dan pH elektroda diletakkan

di dalam beaker gelas, kemudian stirrer dihidupkan dan kecepatan diatur

sedemikian rupa hingga sampel tercampur sempurna dengan aquadest.

4. Campuran dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga pH mencapai 4,8 ±

0,02.

5. Analisa M-Alkalinitas dilakukan untuk POME dan limbah fermentasi pada

Jar fermentor. M-Alkalinitas = Sampel Vol x x M x terpakai yang HCl

Vol. HCl 1000 5

b. AnalisaTotal Solid(TS)

1. Panaskan cawan penguap selama 3 jam pada suhu 1100C selama lebih dari 1

jam.

2. Dinginkan cawan penguap di dalam desikator.

3. Timbang berat cawan penguap.

4. Ambil sampel sebanyak 10 ml, lalu masukkan ke dalam desikator dan

timbang beratnya.

5. Masukkan sampel ke dalam oven kemudian panaskan selama 3 jam pada

(55)

6. Kemudian masukkan sampel ke dalam desikator untuk menurunkan

suhunya.

7. Timbang berat sampel setelah dingin.

8. Perhitungan TS dilakukan dengan rumus :

v 1000 x a TS=

a = Berat sampel yang telah dipanaskan–berat cawan kosong

v = volume sampel

c. AnalisaTotal Suspended Solid(TSS)

1. Dibasahi filter kertas dengan aquadest, kemudian dipanaskan di dalam oven

pada suhu 105oC selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator selama 15 menit

dan kemudian timbang dengan cepat (A mg) (Digunakan kertas saring no. 40

bebas abu).

2. Sampel yang sudah dikocok merata, sebanyak 100 ml dipindahkan dengan

menggunakan pipet ke dalam kertas saring.

3. Setelah selesai penyaringan, filter kertas dipanaskan dalam oven pada suhu

105oC selama 1 jam. Didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang

dengan cepat. Diulangi pemanasan dan penimbangan sampai beratnya

konstan (B mg).

4. Nilai TSS ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :

mg/L TSS =

sampel ml 1000 x A) -B (

d. AnalisaVolatile Solid(VS)

1. Sampel hasil analisa TS dikeluarkan dari desikator dan dipanaskan dalam

oven pada suhu 800oC selama 2 jam.

2. Setelah 2 jam, sampel dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator.

3. Sampel hasil analisa VS ditimbang dan dicatat beratnya sebagai a.

4. Kadar abu dan VS ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :

Kadar Abu = .1000 x) -(y x) -(a

(56)

36

e. AnalisaChemical Oxigen Demand(COD)

Analisa ini dilakukan dengan menggunakan Spektofotometri dan analisa

ini dilakukan di luar Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 GRAFIKLOADING RATE

Grafik Loading Rate Pilot Plant menunjukkan proses penurunan HRT yang

[image:57.595.130.507.190.447.2]

dilakukan secara perlahan untuk menjaga kestabilan operasional pilot plant.

Gambar 4.1 GrafikLoading rateHRT pilot plant

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pilot plant mulai beroperasi dari HRT 2500

hari. Laju penurunan HRT mengalami penurunan hari demi hari, dalam hal ini

penurunan HRT dilakukan secara signifikan pada 10 hari penelitian. perlahan untuk

menjaga mikroba yang terdapat di dalam fermentor stabil. Hal ini terbukti berhasil

dilakukan oleh peneliti hingga target yang diinginkan yaitu HRT 80 hari.

Pada grafik terlihat bahwa pada saat proses produksi yaitu hari ke-13, HRT

mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena umpan dimasukkan secara manual

dikarenakan batas level over flow cairan dalam bioreaktor diatas pipa pengumpan.

Sehingga cairan yang di pompakan kembali lagi kedalam tangki penampung umpan.

Dan setelah dilakukan perbaikan dengan menambahkan safety valve, penelitian

melakukan start up kembali, akan tetapi tidak dimulai dari HRT 2500 hari,

melainkan mulai dengan HRT 100 hari. Ini disebabkan masalah yang tersebut tidak

mengganggu kinerja mikroorganisme dalam bioreaktor.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

(58)

4.2 GRAFIK PENGUJIAN SAMPEL

Pengujian sampel dilakukan dengan mengukur parameter penting dalam

proses yaitu nilai pH, MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid) yaitu jumlah total dari

padatan tersuspensi

Gambar

Tabel 2.5. Fertilizer Production, Tahun 2002 – 2010 [11]
Tabel 2.7 Persyaratan teknis minimal pupuk organik [15]
Gambar 3.1 Flowsheet Pembuatan pupuk organik aktif skala pilot
Gambar 3.2 Tampak Depan Pilot Plant
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan tugas akhir ini adalah menghasilkan pupuk organik cair dari limbah cair ( effluent ) biogas PLT-Biogas Rantau Sakti dan pengaplikasian pada tanaman kelapa sawit,

Tujuan tugas akhir ini adalah menghasilkan pupuk organik cair dari limbah cair (effluent) biogas PLT-Biogas Rantau Sakti dan pengaplikasian pada tanaman kelapa sawit,

PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KEPALA UDANG TERHADAP KUALITAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT SEBAGAI PUPUK..

Proses pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan mencampur pupuk organik aktif (POA) merupakan alternatif pemanfaatan limbah padat yang dihasilkan dari pabrik

E.2 HASIL UJI LABORATORIUM UNTUK ANALISIS PROTEIN DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS). E.3 HASIL UJI LABORATORIUM UNTUK ANALISIS KARBOHIDRAT DALAM LIMBAH

Dengan penggunaan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) diharapkan. dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman kelapa sawit,

Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) ketika dialirkan ke pengolahan limbah memiliki karakteristik suhu yang cukup tinggi yaitu sekitar 80 o C, oleh karena itu

LCPKS (Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit) adalah air limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO yang biasanya ditempatkan secara