• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan pH pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Menggunakan Temperatur Termofilik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan pH pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Menggunakan Temperatur Termofilik"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN A

METODOLOGI PENELITIAN

A.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi, Departemen Teknik

Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.

A.2 BAHAN DAN PERALATAN A.2.1 Bahan-Bahan

1. Starter dari penelitian sebelumnya

Fungsi: sebagai sumber mikroba untuk proses digestasi anaerobik

2. POME dari fat pit PTPN IV PKS Adolina

Fungsi: Bahan baku atau umpan dalam penelitian

3. Asam klorida (HCl) 0,1 N

Fungsi: Zat pentiter untuk analisis alkalinitas

4. Aquadest (H2O)

Fungsi: Pelarut dalam analisis alkalinitas dan sebagai pencuci dalam analisis

TSS dan VSS

5. Natrium Bikarbonat (NaHCO3)

Fungsi: Pengontrolan pH untuk variasi pH yang telah ditentukan

A.2.2 Peralatan

A. Peralatan Utama

1. Fermentor tangki berpengaduk/jar fermentor (EYELA model No.: MBF

300ME)

Fungsi: Tempat berlangsungnya proses digestasi aanerobik asidogenesis

2. Pompa sludge/slurry pump (HEISHIN, model No.:3NY06F)

Fungsi: memompa umpan (influent) masuk ke dalam fermentor dan

effluent keluar dari fermentor

3. Gas meter (SHINAGAWA, model No.:W-NK-0.5B)

(2)

4. Tangki umpan (service tank)

Fungsi: wadah penampungan umpan POME sebelum diumpankan ke

dalam fermentor

5. Pengaduk

Fungsi: menghomogenkan umpan POME di dalam tangki umpan

6. pH elektroda

Fungsi: mengukur pH

7. Timer (OMRON, model No.:H5F)

Fungsi: mengatur waktu dan lama pemompaan umpan masuk dan keluaran

(effluent) dari fermentor

8. Botol penampungan keluaran fermentor

Fungsi: Menampung keluaran (effluent) dari fermentor

9. Gas collector

Fungsi: menampung gas-gas yang mungkin terbentuk selama proses

asidogenesis

B. Peralatan Analisis

1. Buret 25 ml

Fungsi: mengukur volume zat pentiter HCl melalui titrasi dalam analisis

alkalinitas

2. Timbangan analitik

Fungsi: mengukur massa zat/sampel

3. Oven

Fungsi: memanaskan sampel dalam analisis TS dan TSS sampel

4. Desikator

Fungsi: mendinginkan sampel keluaran oven dan furnace sebelum

penimbangan

5. Karet penghisap

Fungsi: digunakan pada pipet ukur untuk menghisap zat pentiter HCl

6. Pengaduk magnetic

Fungsi: mengaduk dan menghomogenkan campuran dalam analisis

(3)

7. Furnace

Fungsi: memanaskan sampel dalam analisis VS dan VSS sampel

(4)

A.3 FLOWCHART PROSEDUR PENELITIAN A.3.1 Flowchart Prosedur Analisis pH

(5)

A.3.2 Flowchart Prosedur Analisis M-Alkalinity

(6)

A.3.3 Flowchart Prosedur Analisis Total Solids (TS)

(7)

A.3.4 Flowchart Prosedur Analisis Volatile Solids (VS)

Mulai

Dimasukkan cawan hasil analisis TS ke dalam furnace

Selesai

Dipanaskan pada suhu 550 oC selama 1 jam

Didinginkan cawan penguap di dalam desikator hingga suhunya mencapai suhu kamar

Ditimbang berat cawan

Gambar A.5 Flowchart Prosedur Analisis Volatile Solids (VS)

A.3.5 Flowchart Prosedur Analisis Total Suspended Solids (TSS)

Mulai

Ditimbang kertas saring kering yang digunakan

Dibasahi kertas saring dengan sedikit air suling

Diaduk sampel dengan mannetic stirrer

hingga homogen

Dipipetkan sampel ke penyaringan

Dicuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL aquadest

(8)

Gambar A.6 Flowchart Prosedur Analisis Total Suspended Solids (TSS)

(9)

A.3.7 Flowchart Prosedur Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)

(10)

A.3.8 Flowchart Prosedur Loading Up dan Operasi Target

(11)

LAMPIRAN B

DATA HASIL ANALISIS

B.1 KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

Tabel B.1 Hasil Analisis Karakteristik LCPKS dari PTPN IV PKS Adolina

No. Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji

1. pH - 3,5–4,8 APHA 4500-H

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

mg/L 41.818 SNI 06–6989.15–2004

3. Total Solid (TS) mg/L 16.040–61.000 APHA 2540B 4. Volatile Solid (VS) mg/L 16.060–52.360 APHA 2540E 5. Total Suspended

Solid (TSS)

mg/L 2.920–24.700 APHA 2540D

6. Volatile Suspended Solid (VSS)

mg/L 9.100–22.680 APHA 2540E

7. Oil and Grease* mg/L 0 SNI 06–6989.10–2004

8. Protein* % 0 Kjeldahl

9. Karbohidrat* % 0 Lane Eynon

10. Volatile fatty acids* -Asam asetat -Asam propionat -Asam butirat

mg/L

1.508,987 560,030 1.088,613 * Laporan hasil uji laboratorium terlampir

B.2 DATA HASIL PENELITIAN

B.2.1 Data Hasil Penelitian pada Variasi Hydraulic Retention Time (HRT)

Tabel B.2 Data Hasil Analisis pH, Alkalinitas, TS, VS, TSS dan VSS padaVariasi

Hydraulic Retention Time (HRT)

HRT Hari ke pH Alkalinitas TS VS TSS VSS

20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 6,2 6,2 6,2 6,2 6,1 6,2 6,2 6,0 6,2 5,8 5,8 5,8 2.400 2.600 2.400 2.000 2.100 2.300 2.000 1.900 1.500 1.100 1.500 1.900 16.440 16.300 18.680 11.360 18.000 13.480 17.140 30.740 27.920 32.600 26.080 23.900 9.620 10.600 12.860 7.960 12.860 8.860 13.980 21.240 21.200 23.280 19.100 17.080

(12)
(13)

HRT Hari ke pH Alkalinitas TS VS TSS VSS

4 15 5,9 1.000 23.980 19.860 5.680 5.700

(Alkalinitas, TS, VS, TSS dan VSS dalam satuan mg/L)

Tabel B.3 Data Hasil Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) pada Variasi

Hydraulic Retention Time (HRT)

HRT Hari ke

COD

Influent (mg/L) Effluent (mg/L) Reduksi (%) Rata-Rata (%)

20 10 13 15 28.780 23.415 21.463 20.976 18,64 25,42 27,12 23,73 15 10 13 15 37.561 23.902 26.341 21.463 36,36 29,87 42,86 36,36 10 10 13 15 30.732 16.097 18.049 24.878 47,62 41,27 19,05 35,98 4 10 13 15 36.585 18.049 12.683 20.976 50,67 65,33 42,67 52,89

Tabel B.4 Data Hasil Analisis Pembentukan Volatile Fatty Acid (VFA) pada Variasi Hydraulic Retention Time (HRT)

HRT Hari ke VFA (mg/L)

Asetat Propionat Butirat Total

20 10 13 15 2.054 400 5.228 1.254 1.600 1.690 2.867 2.818 3.067 6.176 4.817 9.986 15 10 13 15 3.220 320 921 1.277 1.336 1.135 1.761 1.652 2.186 6.258 3.308 4.242 10 10 13 15 1.246 884 754 1.881 645 1.455 3.687 961 3486 6.815 2.490 5.695 4 10 13 15 1.276 772 1.538 598 1.301 1.723 715 3.252 3.942 2.590 5.325 7.204

Tabel B.5 Data Perhitungan Rasio VFA/Alkalinitas pada Variasi Hydraulic

Retention Time (HRT)

HRT

Rata-Rata Total VFA

(mg/L)

Rata-Rata

Alkalinitas (mg/L) VFA/Alkalinitas

20 6.993 2.040 3,42

(14)

HRT

Rata-Rata Total VFA

(mg/L)

Rata-Rata

Alkalinitas (mg/L) VFA/Alkalinitas

10 5.000 1.935 2,58

4 5.039 1.823 2,76

B.2.2 Data Hasil Penelitian pada Variasi pH

Tabel B.6 Data Hasil Analisis pH, Alkalinitas, TS, VS, TSS dan VSS pada Variasi pH

pH Hari

ke pH Alkalinitas TS VS TSS VSS

6,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 5,9 6,0 5,9 5,9 6,0 6,0 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,0 6,2 6,0 5,9 2.100 1.950 950 2.450 1.450 1.700 1.600 2.000 3.050 1.900 2.650 1.950 1.450 1.150 1000 22.760 27.860 30.020 29.000 28.020 28.340 36.520 33.280 29.100 31.020 27.860 22.740 22.740 23.040 23.980 21.740 22.020 24.280 21.680 20.680 20.600 28.440 26.700 21.780 26.360 20.680 16.260 17.300 16.620 19.860 4.780 5.100 5.680 3.840 5.060 5.700 5,5

1 5,7 2.000 22.940 18.340

(15)

pH Hari

ke pH Alkalinitas TS VS TSS VSS

5,0 7 8 9 10 11 12 13 14 15 4,9 4,8 4,9 4,8 4,8 4,9 5,0 5,0 5,0 950 750 350 400 450 800 900 900 450 35.840 34.460 20.340 27.100 23.400 25.740 26.600 27.040 25.120 28.580 24.860 15.060 21.100 17.740 19.700 21.360 21.320 24.040 7.560 6.260 7.600 5.640 5.620 5.480 4,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 4,7 4,7 4,6 4,6 4,5 4,6 4,6 4,6 4,5 4,5 4,4 4,5 4,4 4,5 4,4 – – – – – – – – – – – – – – – 29.500 29.160 26.940 27.380 31.500 31.440 32.440 29.420 30.040 27.120 31.200 29.700 33.460 33.220 35.220 21.260 20.860 19.220 20.500 25.440 23.920 25.120 22.060 23.800 21.000 23.960 24.140 28.620 27.120 28.560 12.880 14.840 13.120 10.880 13.320 11.760 (Alkalinitas, TS, VS, TSS dan VSS dalam satuan mg/L)

Tabel B.7 Data Hasil Analisis Chemical Oxygen Demand (COD) pada Variasi pH

pH Hari ke

COD

Influent (mg/L) Effluent (mg/L) Reduksi (%) Rata-Rata (%)

(16)

Tabel B.8 Data Hasil Analisis Pembentukan Volatile Fatty Acid (VFA) pada Variasi pH

pH Hari ke VFA (mg/L)

Asetat Propionat Butirat Total

6,0 10 13 15 1.276 772 1.538 598 1.301 1.723 715 3.252 3.942 2.590 5.325 7.204 5,5 10 13 15 1.217 2.194 2.920 1.299 1.720 1.641 3.075 4.401 3.906 5.592 8.316 8.467 5,0 10 13 15 3.240 5.389 4.737 1.212 1.836 1.584 2.891 4.256 4.024 7.344 11.482 10.345 4,5 10 13 15 4.753 4.522 3.966 1.467 1.393 1.218 5.326 5.346 4.817 11.548 11.261 10.002

Tabel B.9 Data Perhitungan Rasio VFA/Alkalinitas pada Variasi pH

pH

Rata-Rata Total VFA

(mg/L)

Rata-Rata

Alkalinitas (mg/L) VFA/Alkalinitas

6,0 10.937 1.823 2,76

5,5 9.724 1.323 5,63

5,0 7.458 770 12,63

(17)

LAMPIRAN C

CONTOH PERHITUNGAN

C.1 PERHITUNGAN REDUKSI COD

Dari Tabel B.3 diperoleh:

Pada HRT 20

COD influent = 28.780 mg/L

COD effluent = 23.415 mg/L

Degradasi COD (%) = 100%

COD

COD

COD − ×

influent

effluent influent

= 100%

780 . 28 415 . 23 780 .

28 − ×

= 23,73 %

C.2 PERHITUNGAN STANDAR DEVIASI

Contoh perhitungan standar deviasi pada VSS untuk variasi pH 6 adalah

sebagai berikut dan Tabel C.1 menunjukkan data VSS pada variasi pH 6.

Tabel C.1 Data VSS untuk variasi pH 6

No. Hari ke VSS (mg/L) VSS (mg/L)

1. 2. 3. 10 13 15 3.840 5.060 5.700 14.746 25.604 32.490

n=3 ∑X = 14.600 ∑X2 = 72.839

Standar deviasi =

(

)

(

1

)

2 2 − −

n n X X

n i i

=

(

)

( )

3 1 3

14.600

-(72.839)

3 2

(18)

LAMPIRAN D

DOKUMENTASI

Gambar D.1 Tangki Umpan

(19)

Gambra D.3 Botol Keluaran Fermentor (Discharge)

Gambar D.4 Botol Penampung Biogas (Gas Collector)

(20)

Gambar D.6 Rangkaian Peralatan

Gambar D.7 Peralatan Analisis M-Alkalinity

(21)

Gambar D.9 Peralatan Analisis Padatan Tersuspensi

Gambar D.10 Peralatan Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)

(22)

Gambar D.12 Desikator

Gambar D.13 Oven

(23)

LAMPIRAN E

HASIL UJI LABORATORIUM

(24)

E.2 HASIL UJI LABORATORIUM UNTUK ANALISIS PROTEIN DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS)

(25)
(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ismail, Mohd Nasir. 2015. “Crude Palm Oil Update Indonesia: Outlook

CPO Export Not too Great”. MPOB Palm News, 2 Februari 2015.

[2] Ahmed, Yunus, Zahira Yaakob, Parul Akhtar, Kamaruzzaman Sopian. 2014.

Production of Biogas and Performance Evaluation of Existing Treatment Processes

in Palm Oil Mill Effluent (POME). Renewable and Sustainable Energy Reviews 42

1260–1278.

[3] Baharuddin, Azhari Samsu, Lim Siong Hock, Mohd Zulkhairi Md Yusof,

Nor’ Aini Abdul Rahman, Umi kalsom Md Shah, Mohd Ali Hassan, Minato

Wakisaka, Kenji Sakai dan Yoshihito Shirai. 2010. Effects of Palm Oil Mill Effluent

(POME) Anaerobic Sludge From 500 m3 of Closed Anaerobic Methane Digested

Tank on Pressed-Shredded Empty Fruit Bunch (EFB) Composting Process. African

Journal of Biotechnology Vol. 9(1 6), hal. 2427-2436.

[4] Lam, M. & Lee, K. 2011. Renewable and Sustainable Bio-Energies

Production From Palm Oil Mill Effluent (POME): Win-Win Strategies Toward

Better Environmental Protection. Biotechnol. Adv., 29(1), 124-141.

[5] Soleimaninanadegani M, Manshad S. 2014. Enhancement of Biodegradation

of Palm Oil Mill Effluents by Local Isolated Microorganisms. International Scholarly

Research Notices 1–8.

[6] Basri, M.F., Yacob, S., Hassan, M.A., Shirai, Y., Wakisaka, M., Zakaria,

M.R., Phang, L.Y. 2010. Improved Biogas Production Palm Oil Mill Effluent by a

Scaled-down Anaerobic Treatment Process. Journal Microbiol Biotechnol.

26:505-506.

[7] Hassan, Osman Hassan, Tang Pei Ling, Mohammad Yusof Maskat, Rosli

Md. Illias, Khairiah Badri, Jamaliah Jahim, Nor Muhammad Mahadi. 2013.

Optimization of Pretreatments for The Hydrolysis of Oil Palm Empty Fruit Bunch

Fiber (EFBF) Using Enzyme Mixtures. Biomass and Bioenergy. Volume 56,

September 2013, Hal 137–146.

[8] Wijekoon, Kaushalya C, Chettiyappan Visvanathan, Amila Abeynayaka.

(28)

and Microbial Activity of A Two-Stage Thermophilic Anaerobic Membrane

Bioreactor. Bioresource Technology 102 hal 5353–5360.

[9] Yang Li, Yaobin Zhang, , Zibin Xu, Xie Quan, Shuo Chen. 2015.

Enhancement of Sludge Granulation in Anaerobic Acetogenesis by Addition of

Nitrate and Microbial Community Analysis. Biochemical Engineering Journal

Volume 95, 104–111.

[10] Dahiya, Shikha, Omprakash Sarkar, Y.V. Swamy dan S. Venkata Moha.

2015. Acidogenic Fermentation of Food Waste for Volatile Fatty Acid Production

with Co-Generation of Biohydrogen. Bioresource Technology, Vol 182, 103–113.

[11] Mujdalipah, Siti, Salundik Dohong, Ani Suryani, Amalia Fitria. 2014.

Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Produksi Biogas Menggunakan Digester Dua

Tahap pada Berbagai Konsentrasi Palm Oil-Mill Effluent dan Lumpur Aktif.

Agritech, Vol. 34, No.1.

[12] Pervin, Hasina M, Paul G. Dennis, Hui J. Lim, Gene W. Tyson, Damien J.

Batstone, Philip L. Bond. 2013. Drivers of Microbial Community Composition in

Mesophilic and Thermophilic Temperature-Phased Anaerobic Digestion

Pre-treatment Reactors. Water Research XXX 1-11.

[13] Nabarlatz, Debora-Alcida, Ligia-Patricia Arenas-Beltrán, Diana-Milena

Herrera-Soracá, Diana-Andrea Niño-Bonilla. 2013

. Biogas Production by Anaerobic

Digestion of Wastewater from Palm Oil Mill Industry. C.T.F Cience Tecnol.

Futuro Vol. 5 No. 2 Bucaramanga. ISSN 0122-5383.

[14] Vanegas, Carlos, John Bartlett. 2013. Anaerobic Digestion of Laminaria

digitata: The Effect of Temperature on Biogas Production and Composition. Waste

and Biomass Valorization, Vol 4, Issue 3, hal 509-515.

[15] Li, Qian, Wei Qiao, Xiaochang Wang, Kazuyuki Takayanagi, Mohammad

Shofie, Yu-You Li. 2014. Kinetic Characterization of Thermophilic and Mesophilic

Anaerobic Digestion for Coffee Grounds and Waste Activated Sludge. Waste

Management 36 (2015).

[16] Lee, Wee Shen, Adeline Seak May Chua, Hak Koon Yeoh, Gek Cheng Ngoh.

2013. Influence of Temperature of The Bioconversion of Palm Oil Mill Effluent Into

Volatile Fatty Acids As Precursor to The Production of Polyhydroxyalkanoates. J

(29)

[17] Trisakti, Bambang, Veronica Manalu, Irvan, Taslim, Muhammad Turmuzi.

2015. Acidogenesis of Palm Oil Mill Effluent to Produce Biogas: Effect of Hydraulic

Retention Time and pH. Procedia Social and Behavioral Sciences 195 (2015)

2466-2474.

[18] Woong Kim, Seung Gu Shin, Juntaek Lim, Seokhwan Hwang. Effect of

Temperature and Hydraulic Retention Time on Volatile Fatty Acid Production Based

on Bacterial Community Structure in Anaerobic Acidogenesis Using Swine

Wastewater. Bioprocess and Biosystems Engineering . June 2013, Volume 36, Issue

6, hal 791-798.

[19] Woong Kim, Seung Gu Shin, Juntaek Lim, Seokhwan Hwang. Effect of

Temperature and Hydraulic Retention Time on Volatile Fatty Acid Production Based

on Bacterial Community Structure in Anaerobic Acidogenesis Using Swine

Wastewater. Bioprocess and Biosystems Engineering . June 2013, Volume 36, Issue

6, hal 791-798.

[20] Ditjenbun Pertanian. 2014. http://ditjenbun.pertanian.go.id. Pertumbuhan

Areal Kelapa Sawit Meningkat. Diakses 28 Februari 2015.

[21] Zahrim A.Y., A. Nasimah, N. Hilal. 2014. Pollutants Analysis During

Conventional Palm Oil Mill Effluent (POME) Ponding System and Decolourisation

of Anaerobically Treated POME Via Calcium Lactate-Polyacrylamide. Journal of

Water Process Engineering 4 (2014) 159–165.

[22] Puah, Chiew Wei, Yuen May Choo, Soon Hock Ong. 2013. Production Of

Palm Oil With Methane Avoidance At Palm Oil Mill: A Case Study Of

Cradle-To-Gate Life Cycle Assessment. American Journal of Applied Sciences 10 (11):

1351-1355, 2013

[23] Ohimain, Elijah Ige, Sylvester Chibueze Izah. 2014. Estimation Of Potential

Electrical Energy and Currency Equivalent From Un-Tapped Palm Oil Mill

Effluents in Nigeria. International Journal of Farming and Allied Science. Vol., 3 (8):

855-862, 2014.

[24] Junga, P., P. Trávníček. 2014. Analyses of The Thermal Characteristics of Construction Details at The Biogas Station Plant. Res. Agr. Eng., 60: 121–126.

[25] Eriksson, Ola. 2010. Environmental Technology Assessment of Natural Gas

(30)

[26] Omer, Abdeen Mustafa. 2014. Applications of Biogas: State of the Art and

Future Prospective. Journal of Chemistry and Materials Research Vol. 1 (3), 2014,

79−107.

[27] Hosseini, Seyed Ehsan, Mazlan Abdul Wahid. 2013. Feasibility Study of

Biogas Production and Utilization as A Source of Renewable Energy in Malaysia.

Renewable and Sustainable Energy Reviews 19 (2013) 454–462.

[28] Victor, Reena, S.Shajin, R.M.Roshni, S.R.Asha. 2014. Augmentative

Invention of Biogas from the Agronomic Wastes Using Facultative Anaerobic

Bacterial Strain. International Journal of Current Microbiology Applied and Science

(2014) 3(4): 556-564.

[29] Molino, A, F. Nanna, Y. Ding , B. Bikson, G. Braccio. 2013. Biomethane

Production by Anaerobic Digestion of Organic Waste. Fuel. Volume 103, January

2013, Hal 1003–1009.

[30] Lim, JW, JY Wang. 2013. Enhanced Hydrolysis and Methane Yield by

Applying Microaeration Pretreatment to The Anaerobic Co-Digestion of Brown

Water and Food Waste. Waste Management Volume 33, Issue 4, April 2013, hal

813–819

[31] Demirel, B., dan Scherer, P. 2008. The Roles of Acetotrophic and

Hydrogenotrophic Methanogens During Anaerobic Conversion of Biomass to

Methane. Rev Environmental Science Biotechnology 7:175. Ken Anderson, Paul

Sallis, Sinan Uyanik. 2003. Anaerobic Treatment Processes The Handbook of Water

and Wastewater Microbiology, hal. 391-426, ISBN 0-12-470100-0.

[32] Denise Cysneiros, Charles J.Banks, Sonia Heaven, Kimon-Andreas G.Karatzas.

2012. The Role of Phase Separation and feed Sysle Length in Leach Beds Coupled to

Methanogenic Reactors for Digestion of a Solid Substrate (part 1): Optimisation of

Reactor Performance. Jurnal Bioresource Technology, 103: hal. 56-63.

[33] A. Schievano, A. Tenca, S. Lonati, E. Manzini dan F. Adani. 2014. Can

Two-Stage Instead of One-Two-Stage Anaerobic Digestion Really Increase Energy Recovery

From Biomass? Applied Energy 124 hal. 335–342.

[34] Ventura, Jey-R Sabado , Jehoon Lee dan Deokjin Jahng. 2014. A Comparative

Study on The Alternating Mesophilic and Thermophilic Two-Stage Anaerobic

(31)

[35] Kongjan, Prawit, Sompong O-Thong, Irini Angelidaki. 2013. Hydrogen and

Methane Production from Desugared Molasses Using A Two-Stage Thermophilic

Anaerobic Process. Eng. Life Sci. 2013, 1 3, No. 2, 118–125.

[36] Kavitha, S., Jayashree, C., Adish Kumar, S., Yeom, Ick Tae, Rajesh Banu, J.

2014. The Enhancement of Anaerobic Biodegradability of Waste Activated Sludge by

Surfactant Mediated Biological Pretreatment. Bioresource Technology xxx (2014)

xxx–xxx.

[37] Shana, A., Ouki, S., Asaadi, M., Pearce, P., Mancini, G. 2013. The Impact of

Intermediate Thermal Hydrolysis on The Degradation Kinetics of Carbohydrates in

Sewage Sludge. Bioresource Technology 137 (2013) 239–244.

[38] Teodorita Al Seadi, et al. Biogas Handbook. (Biogas for Eastern Europe,

2008). ISBN 978-87-992962-0-0

[39] Anna Schurer, Asa Jarvis. Microbiological Handbook for Biogas Plants.

(Svenskt Gastekniskt Center AB: Victoria, British Columbia, Canada, 2009).

[40] Gerhard Agrinz GmbH. 2010. Biogas Purificion and Assessment of The Nural

Gas Grid. Austria : Leitbnitz hal 10.

[41] DS, El Monayeri , Atta N. N., El Mokadem S.M, dan Aboulfotoh A. M. 2013.

Improvement of Anaerobic Digesters Using Pre-Selected Micro-Organisms.

International Water Technology Journal, IWTJ. Vol. 3 –No. 1.

[42] Intanoo, Patcharee, Erdogen Gulari dan Sumaeth Chavadej. Simultaneous

Production of Hydrogen and Methane from Cassava Wastewater Using a Two Stage

Upflow Anaerobic Sludge Blanket System under Thermophilic Operation. 2013. The

Italian Association of Chemical Engineering. ISBN 978-88-95608-30-3; ISSN

2283-9216.

[43] Pap, Bernadett, Ádám Györkei, Iulian Zoltan Boboescu, Ildikó K. Nagy,

Tibor Bíró, Éva Kondoros, Gergely Maróti. 2014. Temperature-Dependent

Transformation of Biogas-Producing Microbial Communities Points to The

Increased Importance of Hydrogenotrophic Methanogenesis Under Thermophilic

Operation. Bioresource Technology.

[44] Liu, Xin Yan, Li Wei, Fang Ma, Xiao Chen Huang, Zhen Zhao. 2013. Research

Progress of Methanogens Methanogenic Metabolic Pathway and its Ecological

(32)

[45] Barik, Debabrata, S. Murugan. 2015. Assessment Of Sustainable Biogas

Production from De-Oiled Seed Cake of Karanja - An Organic Industrial Waste

From Biodiesel Industries. Fuel 148 (2015) 25–31.

[46] Veeken, A., Kalyuzhnyi, S., Scharff, H., Hamelars, B. 2000. Effect of pH and

VFA on Hydrolysis of Organic Solid Waste. Journal of Environmental Engineering,

Vol. 126, No.12, hal 1076 – 1081Ruter, John M. 2012. Importance of Water Quality

in Container Plant Production. National Proceedings: Forest and Conservation

Nursery Associations.

[47] Baldrian, Petr, Jaroslav Šnajdr, Věra Merhautová, Petra Dobiášová, Tomáš

Cajthaml, Vendula Valášková. 2013. Responses of The Extracellular Enzyme

Activities in Hardwood Forest to Soil Temperature and Seasonality and The

Potential Effects of Climate Change. Soil Biology and Biochemistry Volume 56,

January 2013, hal. 60–68.

[48] Subramanyam, Revanuru dan Indra Mani Mishra. 2013. Characteristics Of

Methanogenic Granules Grown on Glucose in An Upflow Anaerobic Sludge Blanket

Reactor. Biosystem Engineering 114 hal 113-123.

[49] Moset Veronica, Morten Poulsen, Radziah Wahid, Ole Højberg dan Henrik Bjarne Mølle. 2015. Mesophilic Versus Thermophilic Anaerobic Digestion of Cattle

Manure: Methane Productivity and Microbial Ecology. Microbial Biotechnology

Journal.

[50] XJ Zhang. 2014. Anaerobic Process; Comprehensive Water Quality and

Purification, Volume 3 Subbab 3.7 : hal. 108-122.

[51] Rene Moletta. 2011. Anaerobic Digestion Monitoring and Control. Laboratoire

de Biotechnologie de l’Environment.

[52] R. Borja. 2011. Biogas Production; Downstream Processing and Product

Recovery. Subbab 2.55 hal. 785-798.

[53] Ken Anderson, Paul Sallis, Sinan Uyanik. 2003. Anaerobic Treatment

Processes” The Handbook of Water and Wastewater Microbiology. hal. 391-426,

ISBN 0-12-470100-0.

[54] Abdurahman, N.H., N.H. Azhari dan Y.M. Rosli. 2013. Ultrasonic Membrane

(33)

International Perspectives on Water Quality Management and Pollutant Control.

ISBN 978-953-51-0999-0.

[55] Henry Loekito. 2002. Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.

Jurnal Teknologi Lingkungan, 3(3) 2002: hal. 242-250.

[56] Yee-Shian Wong, Tjoon Tow Teng, Soon-An Ong, M. Norhashimah, M.

Rafatullah, Hong-Chen Lee, “Anaerobic Acidogenesis Biodegradation of Palm Oil

Mill Effluent Using Suspended Closed Anaerobic Bioreactor SCABR) at Mesophilic

Temperature”, Procedia Environmental Sciences, 18 (2013), hal: 433–441.

[57] Yee-Shian Wong, Tjoon Tow Teng, Soon-An Ong, M. Norhashimah, M.

Rafatullah, Hong-Chen Lee, “Methane gas Production from Palm Oil Wastewater An

Anaerobic Methanogenic Degradation Process in Continuous Stirrer Suspended

Closed Anaerobic Reactor”, Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers,

2013.

[58] Piyarat Boonsawang, Athirat rerngnarong, Chakrit Tongurai, Sumate

Chaiprapat, ”Effect of pH, OLR and HRT on Performance of Acidogenic and

Methanogenic Reactors for Treatment of Biodiesel Wastewater”, Desalination and

Water Treatment, 2014, hal: 1–11.

[59] A.K. Kivaisi dan M. Mtila, ”Production of Biogas from Water Hyacinth

(Eichhornia crassipes) (Mart) (Solms) in a Two-Stage Bioreactor”, World Journal of

Microbiology and Biotechnology, 14 (1998), hal: 125–131.

[60] APHA. 1999. Standard Methods for the Examination of Water and Waste

Water. Edisi 20. Washington DC : APHA, AWWA, WEF.

[61] Yoshimassa, Tomiuchi. 2009. Current Strategy of Metawater on Methane

Fermentation of Palm Oil Plant Wastewater. Metawater Co.,Ltd.

[62] Standar Nasional Indonesia. Air dan Air Limbah – Bagian 15: Cara uji

Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) Refluks Terbuka dengan Refluks Terbuka secara

Titrimetri. SNI 06-6989.15-2004.

[63] Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1995, Nomor:

KEP-51/MENLH/10/1995.

[64] Dareioti, Margarita Andreas, Aikaterini Ioannis Vavouraki, Michaael Kornaros.

(34)

Maximization of Bio-Hydrogen Production: A Lab-Scalae Evaluation Using Batch

Tests. Bioresource Technology 162 (2014) hal. 218-227.

[65] Dr. C. Yans Guardia Puebla, Dr.C. Suyén Rodríguez Pérez Ing. Yennys Cuscó

Varona, M.C. Janet Jiménez Hernández Dr.C. Víctor Sánchez Girón. 2014.

Two-Phase Anaerobic Digestion Of Coffee Wet Wastewater: Effect Of Recycle On

Anaerobic Process Performance. Revista Ciencias Técnicas Agropecuarias,

ISSN-1010-2760, Vol. 23, No. 1 hal. 25-31.

[66] Zhang, Jingxin, Yaobin Zhang, Xie Quan, Shuo Chen. 2015. Enhancement Of

Anaerobic Acidogenesis By Integrating An Electrochemical System Into An

Acidogenic Reactor: Effect Of Hydraulic Retention Times (HRT) And Role Of

Bacteria And Acidophilic Methanogenic Archaea. Bioresource Technology 179, hal.

43-49

[67] Medina-Herrera, M. Rodríguez-García, A, Montoya-Herrera, L.,

Cárdenas-Mijangos, J., Godínez-Mora-Tovar, L.A., Bustos-Bustos E., Rodríguez-Valadez, F.J.

Dan Manríquez-Rocha J. 2014. Anaerobic Digestion Of Slaughterhouse Solid Waste

For The Optimization Of Biogas Production. International Journal Of Environment.

Res., 8(2):483-492.

[68] Wong, Yee-Shian, Tjoon Tow Teng, Soon-An Ong, M. Norhashimah M.

Rafatullahb And Hong-Chen Lee. 2013. Anaerobic Acidogenesis Biodegradation Of

Palm Oil Mill Effluent Using Suspended Closed Anaerobic Bioreactor (SCABR) at

Mesophilic Temperature. International Symposium On Environmental Science And

Technology.

[69] Ewelina Jankowska, Joanna Chwiałkowska, Mikołaj Stodolny, Piotr

Oleskowicz-Popiel. 2015. Effect of pH and Retention Time on Volatile Fatty Acids Production During

Mixed Culture Fermentation. Bioresource Technology Volume 190 hal.274-280.

[70] Kaushalya C. Wijekoon, Chettiyappan Visvanathan, Amila Abeynayaka,. 2011.

Effect of Organic Loading Rate on VFA Production, Organic Matter Removal and

Microbial Activity of a Two-Stage Thermophilic Anaerobic Membrane Bioreactor.

Bioresouce Technology, 102 : 5353–5360.

[71] R. Borja. 2011. Biogas Production. Downstream Processing and Product

(35)

[72] Xiaoying Dong, Lijie Shao, Yan Wang, Wei Kou, Yanxin Cao, Dalei Zhang.

2015. Biogas by Two-Stage Microbial Anaerobic and Semi- Continuous Digestion of

Chinese Cabbage Waste. Energy, Resource and Environmental Technology Vol 23

hal. 847-852.

[73] Maa, Huijun, Xingchun Chen, He Liu, Hongbo Liu, Bo Fu. 2016. Improved

Volatile Fatty Acids Anaerobic Production From Waste Activated Sludge By pH

Regulation: Alkaline or Neutral pH? Waste Management Vol 48 hal. 397-403.

[74] Zhao, Xu, Lijuan Wang, Xuebin Lu, Shuting Zhang. 2014. Pretreatment of

Corn Stover With Diluted Acetic Acid for Enhancement of Acidogenic Fermentation.

Bioresource Technology Vol 158 hal. 12-18.

[75] Afrilia, Intan. 2015. Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan pH pada

Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) pada Keadaan

Ambient. Medan: Universitas Sumatera Utara.

[76] Lintang, Ramlan. 2015. Pengaruh Hydraulic Retention Time (HRT) dan pH

pada Proses Asidogenesis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) Menggunakan

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi, Departemen Teknik

Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan-Bahan

1. Starter dari hasil olahan penelitian asidogenesis sebelumnya

2. Sampel LCPKS dari fat pit PKS Adolina

3. Asam klorida (HCl) 0,1 N

4. Aquadest (H2O)

5. Natrium Bikarbonat (NaHCO3)

3.2.2 Peralatan 3.2.2.1 Peralatan Utama

1. Fermentor tangki berpengaduk/jar fermentor (EYELA model No:

MBF 300ME)

2. Pompa sludge/slurry pump (HEISHIN, model No.:3NY06F)

3. Gas meter (SHINAGAWA, model No.:W-NK-0.5B)

4. Tangki umpan (service tank)

5. Pengaduk

6. Sensor temperatur

7. pH elektroda

8. Timer (OMRON, model No.:H5F)

9. Botol penampungan keluaran fermentor

(37)

3.2.2.2 Peralatan Analisa

1. Buret 25 ml

2. Timbangan analitik

3. Oven

4. Desikator

5. Pipet volumetrik

6. Karet penghisap

7. Pengaduk magnetic

[image:37.595.118.543.211.649.2]

8. Furnace

(38)

3.3 TAHAPAN PENELITIAN

3.3.1 Analisis Bahan Baku Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) 3.3.1.1Analisis pH

Adapun prosedur analisis pH adalah [60]:

1) Kalibrasi pH meter dilakukan ke dalam pH 4, pH 7, dan pH 10.

2) Bagian elektroda dari pH meter dicuci dengan aquadest.

3) Elektoda dimasukkan ke dalam sampel yang akan diukur pH-nya.

4) Nilai bacaan pH meter ditunggu sampai konstan lalu dicatat nilai

bacaannya.

3.3.1.2Analisis M-Alkalinity

Adapun prosedur analisis M-alkalinity adalah [61]:

1) Sampel dimasukkan sebanyak 5 ml ke dalam beaker glass lalu

ditambahkan dengan aquadest hingga volume larutan 80 ml.

2) Beaker glass diletakkan di atas magnetic stirrer, dan diletakkan pH

elektroda di dalam beaker gelas, kemudian stirrer dihidupkan dan

kecepatan diatur sedemikian rupa hingga sampel tercampur sempurna

dengan aquadest.

3) Campuran dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga pH mencapai 4,8 ±

0,02.

4) Analisis M-Alkalinity dilakukan untuk Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

(LCPKS) dan limbah fermentasi pada Jar fermentor.

5) M-Alkalinity dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

M-Alkalinity =

Sampel Vol

5 x 1000 x M x terpakai yang

Vol.HCl HCl

3.3.1.3Analisis Total Solids (TS)

Adapun prosedur analisis Total Solids (TS) adalah [60]:

1) Cawan penguap kosong yang telah dibersihkan, dipanaskan pada 105oC di dalam oven selama 1 jam. Apabila akan dilanjutkan untuk analisis zat

tersuspensi organik, cawan dipanaskan pada 550oC, selama 1 jam. 2) Cawan didinginkan selama 15 menit di dalam desikator, lalu ditimbang.

(39)

3) Sampel dikocok merata, lalu dituangkan ke dalam cawan. Volume sampel

diatur sehingga berat residu antara 25-250 mg.

4) Cawan berisi sampel dimasukkan ke dalam oven, suhu 98oC untuk mencegah percikan akibat didihan air di dalam cawan. Namun bila volum

sampel kecil dan dinding cawan cukup tinggi maka langkah ini tidak perlu.

5) Pengeringan diteruskan di dalam oven dengan suhu 103-105oC selama 1 jam.

6) Cawan yang berisi residu zat padat tersebut didinginkan di dalam desikator

sebelum ditimbang.

7) Langkah 5 dan 6 diulang sampai didapat berat yang konstan atau

berkurang berat lebih kecil 4% berat semula atau 0,5 mg, biasanya

pemanasan 1-2 jam sudah cukup. Penimbangan harus dikerjakan dengan

cepat untuk mengurangi galat.

8) Kandungan TS dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

mL sampel, volume

1000 B) -(A tal/L

padatan to

mg = ×

Keterangan: A = berat residu kering + cawan porselen, mg

B = berat cawan porselen, mg

3.3.1.4Analisis Volatile Solids (VS)

Adapun prosedur analisis Volatile solids (VS) adalah [60, 61]:

1) Cawan penguap setelah dari TS dipanaskan dengan menggunakan muffle

furnace pada suhu 550oC selama 1 jam.

2) Setelah itu cawan penguap didinginkan di dalam desikator hingga

mencapai suhu kamar.

3) Berat cawan penguap ditimbang.

4) Kandungan VS dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

mL sampel, volume

1000 B) -(A latil/L

padatan vo

mg = ×

Keterangan: A = berat residu+cawan porselen sebelum pembakaran, mg

B = berat residu + cawan porselen setelah pembakaran, mg (3.2)

(40)

3.3.1.5Analisis Total Suspended Solids (TSS)

Adapun prosedur analisis Total Suspended Solids (TSS) adalah [60]:

1) Berat kertas saring kering yang digunakan ditimbang.

2) Kertas saring dibasahi dengan sedikit air suling.

3) Sampel diaduk dengan magnetic stirrer untuk memperoleh sampel yang

lebih homogen.

4) Sampel dipipetkan ke penyaringan dengan volume tertentu pada waktu

contoh diaduk dengan magnetic stirer.

5) Kertas saring dicuci atau disaring dengan 3 x 10 ml aquadest.

6) Kertas saring dipindahkan secara hati-hati dari peralatan penyaring ke

wadah timbang dengan aluminium sebagai penyangga.

7) Dikeringkan di dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103ºC

sampai dengan 105ºC, didinginkan dalam desikator untuk

menyeimbangkan suhu dan massanya.

8) Tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan penimbangan

diulangi sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih

kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau 0,5 mg.

9) Kandungan TSS dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

mL sampel, volume

1000 B) -(A total/L

rsuspensi padatan te

mg = ×

Keterangan: A = berat kertas saring + berat residu, mg

B = berat kertas saring, mg

3.3.1.6Analisis Volatile Suspended Solids (VSS)

Adapun prosedur analisis Volatile Solids (VSS) adalah [60]:

1) Sampel residu hasil analisa TSS dibakar mengunakan api bunsen di dalam

cawan porselen yang telah dikering dan diketahui beratnya.

2) Setelah terbakar sempurna atau bebas asap, selanjutnya sampel diabukan

di dalam furnace pada suhu 550oC selama 1 jam.

3) Setelah 1 jam, furnace dimatikan dan sampel diambil setelah suhu furnace

sekitar 100oC dan disimpan di dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang.

(41)

mL sampel, volume

1000 B) -(A volatil/L

rsuspensi padatan te

mg = ×

Keterangan: A = berat residu + cawan porselen sebelum pembakaran, mg

B = berat residu + cawan porselen setelah pembakaran, mg

3.3.1.7Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)

Adapun prosedur analisis Chemical Oxygen Demand (COD) adalah [62]:

1) Dimasukkan 10 ml contoh uji ke dalam erlenmeyer 250 ml.

2) Ditambahkan 0,2 g serbuk raksa (II) sulfat (HgSO4) dan beberapa batu didih.

3) Ditambahkan 5 ml larutan kalium dikromat, (K2Cr2O7) 0,25 N.

4) Ditambahkan 15 ml pereaksi asam sulfat (H2SO4) – perak sulfat (Ag2SO4)

perlahan-lahan sambil didinginkan dalam air pendingin.

5) Dihubungkan dengan pendingin Liebig dan dididihkan di atas hot plate

selama 2 jam.

6) Didinginkan dan dicuci bagian dalam dari pendingin dengan air suling hingga

volume contoh uji menjadi lebih kurang 70 ml.

7) Didinginkan sampai temperatur kamar, ditambahkan indikator ferroin 2

sampai dengan 3 tetes, dititrasi dengan larutan ferro ammonium sulfat atau

FAS 0,1 N sampai warna merah kecoklatan, dicatat kebutuhan larutan FAS.

8) Langkah 1 sampai dengan 7 dilakukan terhadap air suling sebagai blanko.

Kebutuhan larutan FAS dicatat. Analisis blanko ini sekaligus melakukan

pembakuan larutan FAS dan dilakukan setiap penentuan COD.

9) Kandungan COD dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

sampel ml

N)8000 )(

B A ( O

mg/l 2 = −

Keterangan: A = ml FAS untuk titrasi blanko

B = ml FAS untuk titrasi sampel

N = Normalitas FAS

8000 = berat miliekivalen oksigen ×1000 ml/l

(3.5)

(42)

3.3.2 Loading Up dan Operasi Target

Adapun prosedur loading up dan operasi target adalah:

1) Starter asidogenesis sebanyak 2 L dimasukkan ke dalam fermentor.

2) Bahan baku LCPKS dimasukkan ke dalam tangki umpan.

3) Kecepatan di dalam tangki umpan LCPKS segar diatur hingga kecepatan

300 rpm agar larutan LCPKS akan tercampur dengan baik.

4) Bahan baku LCPKS dialirkan dari tangki umpan ke dalam fermentor.

5) Suhu di dalam fermentor selama proses loading up dan operasi target

dijaga pada suhu kamar dengan kecepatan pengadukan pada 200 rpm.

6) HRT awal dimulai dengan HRT 20 hari untuk adaptasi hidrolitik bakteri

dengan umpan, dimasukkan secara bertahap yaitu 2 kali sehari.

7) Setelah 15 hari, percobaan dilanjutkan untuk HRT 15, 10, dan 4 hari.

Dilakukan analisis untuk tiap HRT.

8) pH di dalam fermentor di atur 6 untuk loading up dan 5,5; 5 dan 4,5 pada

operasi target dengan penambahan NaHCO3 hingga pH yang dinginkan

tercapai. Dilakukan analisis untuk setiap run.

3.3.3 Pengujian Sampel (Sampling)

Adapun prosedur yang dilakukan untuk pengujian sampel adalah sama

seperti prosedur yang dilakukan untuk analisis bahan baku, ditambah dengan

analisis VFA, sedangkan analisis gas dilakukan jika pada penelitian ada terbentuk

[image:42.595.109.542.557.735.2]

gas yaitu gas CO2 dan H2S.

Tabel 3.1 Jadwal Analisis Influent dan Effluent Hari ke

Analisis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 pH M-Alkalinity TS VS TSS VSS COD VFA Gas Keterangan: = Analisis influent

(43)

3.4 JADWAL PENELITIAN

[image:43.842.80.776.176.437.2]

Pelaksanaan penelitian direncanakan selama 7 (tujuh) bulan. Jenis kegiatan dan jadwal pelaksanaannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jenis Kegiatan dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian No

.

Kegiatan Bulan ke 1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5 Bulan ke-6 Bulan ke-7

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan penelitian

2. Survei dan pembelian

bahan

3. Pelaksanaan

penelitian dan

pengumpulan data

4. Kompilasi data dan

penarikan kesimpulan

5. Penulisan karya

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS)

Bahan baku berupa LCPKS yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

PTPN IV PKS Adolina. Berikut hasil analisis karakteristik LCPKS yang digunakan

[image:44.595.117.521.261.516.2] [image:44.595.115.522.263.515.2]

pada Tabel 4.1 dibawah ini

Tabel 4.1 Hasil Analisis Karakteristik LCPKS dari PTPN IV PKS Adolina

No. Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji

1. pH - 3,50-4,70 APHA 4500-H

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

mg/L 48.300 SNI 06–6989.15–2004

3. Total Solid (TS) mg/L 16.040-61.000 APHA 2540B 4. Volatile Solid (VS) mg/L 16.060-52.360 APHA 2540E 5. Total Suspended

Solid (TSS)

mg/L 2.920-24.700 APHA 2540D

6. Volatile Suspended Solid (VSS)

mg/L 9.100-22.680 APHA 2540E

7. Lemak* % 31,8 Ekstraksi Sokletasi

8. Protein* % 0,14 Kjeldahl

9. Karbohidrat* % 1,99 Lane Eynon

10. Volatile fatty acids*

-Asam asetat -Asam propionat -Asam butirat

mg/L

1.508,987 560,030 1.088,613 * Laporan hasil uji laboratorium terlampir

Tabel 4.1 menunjukkan hasil analisis LCPKS dari PKS Adolina. Berdasarkan

tabel, nilai COD dan TSS yang diperoleh sebesar 41.818 mg/L dan 2.920–24.700

mg/L. Nilai ini berada di atas ambang baku mutu limbah buangan industri, dimana

parameter COD dan TSS maksimum yang diperbolehkan masing-masing sebesar 500

mg/L dan 300 mg/L [63], Selain itu, nilai pH yang berkisar antara 3,70-4,70

menunjukkan LCPKS bersifat korosif dan berpotensi mencemari lingkungan jika

langsung dibuang tanpa penanganan terlebih dahulu.

Walaupun berpotensi menjadi polutan, LCPKS dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku pembuatan biogas melalui proses digestasi anaerob karena mengandung

(45)

organik tertinggi berupa lemak, kemudian protein dan yang terendah adalah

karbohidrat. Pemanfaatan LCPKS menjadi biogas dapat mengurangi dampak

pencemaran lingkungan dan meningkatkan sumber energi terbarukan.

4.2 HASIL PENELITIAN PROSES LOADING UP

Proses loading up pada penelitian ini dilakukan agar mikroorganisme yang

berperan dalam proses asidogenesis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada

starter yang berasal dari kolam pengasaman PTPN III PKS Torgamba, sehingga

proses asidogenesis dapat berlangsung pada HRT operasi target. Selama proses

loading up, fermentor dioperasikan dengan penurunan HRT dari 20, 15, 10 dan 4

hari pada temperatur termofilik (55oC) dengan laju pengadukan 200 rpm. Selama

proses loading up, pH dikontrol konstan 6 (± 0,2) dengan penambahan natrium

bikarbonat (NaHCO3). Pertumbuhan mikroba pada saat proses loading up dapat

dilihat dari analisis pH, alkalinitas, TS, VS, TSS, VSS, COD, dan VFA.

4.2.1 Pengaruh HRT terhadap pH dan Alkalinitas

Digestasi anaerob sangat dipengaruhi oleh perubahan pH. Untuk menghindari

terbentuknya asam propionat berlebih dan menghambat aktivitas mikroba

metanogenesis, pH pada proses asidogenesis sebaiknya berkisar antara 6,0 sampai

6,5 [64]. Berdasarkan hal ini, pH fermentor pada proses loading up dipertahankan 6

(± 0,2) dengan penambahan NaHCO3 pada LCPKS yang diumpankan. Tujuannya

agar tidak terjadi perbedaan pH yang signifikan antara LCPKS yang diumpankan

dengan LCPKS di dalam fermentor dan proses asidogenesis yang diharapkan dapat

tercapai. Pengaruh HRT terhadap pH dan alkalinitas ditunjukkan pada Gambar 4.1

(46)
[image:46.595.115.528.85.318.2]

Gambar 4.1 Pengaruh HRT terhadap pH dan Alkalinitas

Nilai alkalinitas berfluktuasi seiring dengan perubahan pH dalam fermentor.

Nilai alkalinitas yang diperoleh pada HRT 20 berfluktuasi antara 1.100 – 2.600

mg/L, pada HRT 15 alkalinitas berfluktuasi antara 1.850 – 2.650 mg/L, pada HRT 10

alkalinitas berfluktuasi antara 1.600 – 2.200 mg/L, dan pada HRT 4 alkalinitas

berfluktuasi antara 950 – 2.650 mg/L. Meski demikian, nilai alkalinitas yang

diperoleh pada penelitian ini termasuk kedalam rentang yang masih wajar yaitu 830

-7.000 mg/L [65].

Oleh sebab itu, pada proses loading up tahapan asidogenesis LCPKS pada

keadaan termofilik, penurunan HRT tidak memberikan dampak yang signifikan

terhadap nilai pH dan alkalinitas. Grafik alkalinitas berfluktuasi pada kisaran pH dan

alkalinitas proses asidogenesis.

4.2.2 Pengaruh HRT terhadap Profil Pertumbuhan Mikroba

Hydraulic Retention Time (HRT) menyatakan lamanya umpan berada dalam

bioreaktor. HRT yang pendek menguntungkan dari segi ukuran reaktor, terutama di

tempat-tempat dengan ruang lahan yang terbatas atau kapasitas operasional reaktor

anaerobik yang kecil [18]. HRT pendek biasa digunakan dalam tahap asidogenesis

untuk mempertahankan pH rendah agar pertumbuhan bakteri hidrolisis-asidogenesis

dapat meningkat. Namun HRT yang terlalu rendah dapat menyebabkan proses

hidrolisis zat organik tidak sempurna, dan hal ini akan menurunkan efisiensi proses

0 1 2 3 4 5 6 7 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

p H A lk a li n it a s (m g /L ) Waktu (hari) Alkalinitas pH HRT 4 HRT 15 HRT 10

(47)

asidogenesis [66]. Pertumbuhan mikroba dapat diukur secara tidak langsung dengan

analisa VSS [67]. Konsentrasi VSS dapat menjadi indikator pertumbuhan mikroba

aktif dalam reaktor. Adapun pengaruh HRT terhadap pertumbuhan mikroba

[image:47.595.113.528.185.418.2]

ditunjukkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Pengaruh HRT terhadap Profil Pertumbuhan Mikroba

Gambar 4.2 menunjukkan konsentrasi VSS yang berfluktuasi seiring dengan

perubahan pH dan alkalinitas. Pada HRT 20 terjadi penurunan konsentrasi VSS

dengan rentang nilai antara 8.760–12.140 mg/L. Hal ini disebabkan oleh

pertumbuhan mikroba dalam proses digestasi anaerobik yang membutuhkan waktu

untuk beradaptasi dalam mengkonsumsi substrat yang diumpankan ke dalam

fermentor [31]. Pada HRT 15 dan 10 konsentrasi VSS mengalami fluktuasi dengan

rentang nilai masing-masing antara 3.360–5.540 mg/L dan 2.940–6.560 mg/L,

namun perbedaan nilai VSS tidak terlalu jauh, sehingga pada HRT ini pertumbuhan

mikroba mulai stabil. Konsentrasi VSS mengalami peningkatan pada HRT 4 dengan

rentang nilai antara 3.840–5.700 mg/L, hal menandakan bahwa pertumbuhan

mikroba pada fermentor cukup stabil, mikroba mampu beradaptasi dan efektif dalam

mengkonsumsi substrat yang diumpankan ke dalam fermentor. Pertumbuhan

mikroorganisme pada HRT 4 menunjukkan hasil yang lebih baik walaupun

pertumbuhan mikroba yang lebih tinggi diperoleh pada HRT 10. Hal tersebut

0 1 2 3 4 5 6 7

0 5.000 10.000 15.000 20.000

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

p

H

V

S

S

(

m

g

/L

)

Waktu (hari)

VSS Alkalinity pH

HRT 10

(48)

dikarenakan karena lebih banyaknya bahan baku LCPKS yang dapat diolah menjadi

VFA.

Oleh sebab itu, pada proses loading up tahapan asidogenesis LCPKS pada

keadaan termofilik, penurunan HRT memberikan dampak yang signifikan terhadap

konsentrasi VSS, dimana seiring dengan menurunnya HRT diperoleh konsentrasi

VSS yang stabil.

4.2.3 Pengaruh HRT terhadap Reduksi Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan parameter yang menunjukkan

banyaknya senyawa organik yang terdapat dalam bahan baku LCPKS sebagai

influent dan keluaran dari fermentor sebagai effluent. Pada proses asidogenesis

LCPKS ini diharapkan penurunan nilai COD yang tidak terlalu besar dikarenakan

hasil yang didapat merupakan produk intermediet berupa VFA yang nantinya akan

dilanjutkan pada proses metanogenesis. Pengaruh HRT terhadap Reduksi COD di

[image:48.595.112.529.395.598.2]

tunjukkan pada Gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 4.3 Pengaruh HRT terhadap Reduksi Chemical Oxygen Demand (COD)

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada perubahan HRT mulai dari HRT 20,

15, 10 dan 4 profil reduksi COD terhadap perubahan HRT cenderung meningkat

meskipun terjadi penurunan COD pada HRT 10. Reduksi COD yang diperoleh pada

HRT 20 sebesar 23,73%, pada HRT 15 sebesar 36,36%, pada HRT 10 sebesar

35,98%, dan pada HRT 5 sebesar 52,89%.

23,73%

36,36% 35,98%

52,89%

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60

0 15 30 45 60

R

ed

u

k

si

C

O

D

HRT (hari)

(49)

Peningkatan HRT dapat menyebabkan penurunan efisiensi reduksi COD [68].

Reduksi COD tertinggi diperoleh pada HRT 4. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh

meningkatnya OLR (Organic Loading Rate) [38]. Dengan kata lain, substrat yang

masuk kedalam fermentor semakin banyak, sehingga pertumbuhan mikroba lebih

tinggi dibanding HRT sebelumnya.

4.2.4 Pengaruh HRT terhadap Pembentukan Volatile Fatty Acid (VFA)

Pada proses digestasi anaerobik, asidogenesis merupakan tahapan pertama

yang mengkonversikan senyawa organik menjadi VFA berantai pendek yaitu berupa

asam asetat, asam propionat dan asam butirat [16]. Pengaruh HRT terhadap

[image:49.595.115.526.307.530.2]

pembentukan VFA ditunjukkan pada Gambar 4.4 dibawah ini.

Gambar 4.4 Pengaruh HRT Terhadap Pembentukan Volatile Fatty Acid (VFA)

Gambar 4.4 menunjukkan profil pembentukan total VFA yang berfluktuasi

pada HRT 20, 15, 10 dan 4. Pada HRT 20 diperoleh konsentrasi asam asetat, asam

propionat, asam butirat dan total VFA masing-masing sebesar 2560,657 mg/L;

1514,895 mg/L; 2917,388 mg/L dan 6992,24 mg/L, pada HRT 15 diperoleh

konsentrasi masing-masing sebesar 1487,088 mg/L; 1249,301 mg/; 1866,454 mg/L

dan 4602,842 mg/L, pada HRT 10 diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar

961,4325 mg/L; 1327,206 mg/L; 2711,254 mg/L dan 4999,892 mg/L, serta pada

HRT 4 diperoleh konsentrasi masing-masing sebesar 1195,355 mg/L; 1207,817

mg/L; 2636,277 mg/L dan 5039,449 mg/L. Total VFA tertinggi diperoleh pada HRT

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

20 15 10 4

V

F

A

(

m

g

/L

)

HRT (hari)

(50)

20, hal ini kemungkinan disebabkan oleh protein dan karbohidrat terurai yang lebih

banyak tersedia pada HRT yang panjang [69].

Asam propionat, asam butirat dan asam organik lain yang terbentuk pada

proses asidogenesis akan dikonversi oleh mikroba menjadi asam asetat [38], tetapi

menurut Kaushalya C, et al, 2011 [70], asam propionat merupakan senyawa yang

paling sulit untuk dikonversi menjadi asetat akibatnya dapat menjadi inhibitor dalam

proses asidogenesis apabila konsentrasi asam propionat yang terbentuk lebih besar

dari 1.000–2.000 mg/L sedangkan konsentrasi asam butirat dapat ditolerir hingga

10.000 mg/L.

Hasil penelitian menunjukkan adanya konsentrasi asam propionat dan butirat

dengan rentang masing-masing sebesar 598-1.881 mg/L dan 715–3.941 mg/L.

Karena masih dalam batas yang ditolerir, pada proses loading up tahapan

asidogenesis LCPKS pada keadaan termofilik, penurunan HRT tidak menyebabkan

dampak inhibitor pada reaktor asidogenesis.

4.2.5 Pengaruh HRT terhadap Rasio VFA/Alkalinitas

Konsentrasi VFA ditunjukkan oleh konsentrasi asam asetat, asam propionat

dan asam butirat. Kestabilan sistem pada digestasi anaerob dapat ditunjukan oleh

rasio VFA/Alkalinitas. Pengaruh HRT terhadap Rasio VFA/Alkalinitas ditunjukkan

[image:50.595.116.527.493.700.2]

pada Gambar 4.5 dibawah ini.

Gambar 4.5 Pengaruh HRT Terhadap Rasio VFA/Alkalinitas

3,43

2,25

2,58

2,76

0 1 2 3 4

0 5 10 15 20 25

V

F

A

/A

lk

a

li

n

it

a

s

HRT (hari)

(51)

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa rasio VFA/alkalinitas yang diperoleh pada

perubahan HRT dari 20, 15, 10, dan 4 mengalami fluktuasi. Pada HRT 20 diperoleh

rasio VFA/alkalinitas sebesar 3,43, pada HRT 15 sebesar 2,24, pada HRT 10 sebesar

2,58, dan pada HRT 4 sebesar 2,76. Menurut Bambang Trisakti et al [17] proses

asidogenesis diasumsikan stabil pada nilai rasio VFA/alkalinitas > 1. Hasil yang

diperoleh pada proses loading up pada penelitian ini adalah rasio VFA/alkalinitas >

1. Hal tersebut membuktikan bahwa proses asidogenesis berjalan dengan baik

sehingga diperoleh nilai VFA yang lebih besar dibandingkan nilai alkalinitas. Dan

dapat disimpulkan bahwa proses asidogenesis layak dilakukan pada setiap HRT yang

yang telah dilaksanakan.

4.3 HASIL PENELITIAN VARIASI pH

Pada penelitian ini, proses digestasi anaerobik yang dilakukan dibatasi hingga

tahapan asidogenesis dengan VFA sebagai produk intermediet, dimana terdapat

rentang pH yang optimal untuk pertumbuhan mikroorganisme asidogenik sehingga

perlu dilakukan variasi pH pada penelitian ini untuk mendapatkan rentang pH terbaik

yang dapat menghasilkan konsentrasi VFA tertinggi selama proses asidogenesis

dengan bahan baku LCPKS.

Pada operasi target (variasi pH) digunakan HRT 4 yang dilangsungkan pada

keadaan termofilik dengan pengadukan 200 rpm. Pada operasi target, pengaruh pH

fermentor pada proses asidogenesis ditinjau dari perubahan pH fermentor dengan

variasi 4,5; 5; 5,5 dan 6 (±0,2). Pengaturan pH dilakukan dengan penambahan

natrium bikarbonat (NaHCO3). Metabolisme dan pertumbuhan mikroba di dalam

fermentor pada saat variasi pH dilangsungkan dapat dilihat dari hasil analisis pH,

alkalinitas, TS, VS, TSS, VSS, COD dan VFA.

4.3.1 Pengaruh Variasi pH Terhadap Alkalinitas

Mikroorganisme yang berperan dalam proses asidogenesis umumnya dapat

tumbuh dan optimal menghasilkan asam pada pH rendah (5-6), akan tetapi

memungkinkan hingga pH 4 [45]. Pada proses asidogenesis, pH yang terlalu tinggi

dapat menyebabkan mikroorganisme penghasil metana berkembangbiak melebihi

(52)

dapat menghambat aktivitas mikroorganisme asam [71]. Alkalinitas menggambarkan

kemampuan dari proses di dalam reaktor untuk menetralisir asam organik yang

berlebihan dan menjaga pH agar tetap konstan [47]. Gambar 4.6 menunjukkan

[image:52.595.114.526.168.402.2]

pengaruh variasi pH terhadap alkalinitas.

Gambar 4.6 Pengaruh Variasi pH terhadap Alkalinitas

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pada variasi pH 6; 5,5 dan 5 diperoleh profil

alkalinitas yang mengalami fluktuasi terhadap penurunan pH. Adapun nilai

alkalinitas pada pH 6 memiliki rentang nilai antara 1.300–3.000 mg/L, pada pH 5,5

memiliki rentang nilai antara 700–2.000 mg/L dan pada pH 5 memiliki rentang nilai

antara 450–1.400 mg/L. Sedangkan pada pH 4,5 nilai alkalinitas tidak dapat diukur

dengan metode analisis yang digunakan. Meskipun diperoleh nilai alkalinitas yang

berfluktuasi, namun alkalinitas cenderung menurun terhadap penurunan pH .

Oleh sebab itu, pada variasi pH tahapan asidogenesis LCPKS pada keadaan

termofilik, penurunan pH memberikan dampak yang signifikan terhadap alkalinitas,

dimana dengan menurunnya pH diperoleh nilai rata-rata alkalinitas yang menurun.

4.3.2 Pengaruh Variasi pH terhadap Profil Pertumbuhan Mikroba

Pertumbuhan mikroba asidogenesis selama di dalam fermentor dengan

menggunakan variasi pH, dapat digambarkan dari adanya perubahan konsentrasi

VSS seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan di subbab 4.2.2 dimana mikroba

0 1 2 3 4 5 6 7 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500

45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105

p H A lk a li n it a s (m g /L ) Waktu (hari) Alkalinitas pH

pH 5,5 pH 5

(53)

yang berperan dalam proses asidogenesis LCPKS ini tumbuh dengan cara

tersuspensi. Gambar 4.7 menunjukkan pengaruh variasi pH terhadap profil

[image:53.595.115.528.147.382.2]

pertumbuhan mikroba melalui perubahan konsentrasi VSS.

Gambar 4.7 Pengaruh Variasi pH terhadap Profil Pertumbuhan Mikroba

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa profil konsentrasi VSS cenderung

meningkat yang menandakan bahwa terdapat pertumbuhan mikroba. Konsentrasi

VSS meningkat pada pH 6 dengan rentang nilai antara 3.840–5700 mg/L dan terus

meningkat pada pH 5,5 dengan rentang nilai antara 4.960-6.940 mg/L; pada pH 5

konsentrasi VSS tidak terlalu jauh berbeda dengan rentang nilai antara 6.260-76.00

mg/L, dan meningkat kembali pada pH 4,5 dengan rentang nilai antara 6.580-7.540

mg/L. Kecenderungan profil pengaruh variasi pH terhadap rata-rata VSS dapat

dilihat dari Gambar 4.8 berikut.

0 1 2 3 4 5 6 7

0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000

45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105

p

H

V

S

S

(

m

g

/L

)

Waktu (hari)

VSS pH

pH 5,5 pH 5

(54)
[image:54.595.115.529.81.280.2]

Gambar 4.8 Pengaruh Variasi pH terhadap Rata-Rata VSS

(Error Bar Menyatakan Standar Deviasi)

Gambar 4.8 menunjukkan rata-rata VSS terhadap penurunan pH. Rata-rata

VSS pada pH 6 bernilai 4.907±960, kemudian meningkat pada pH 5,5 dengan nilai

5.947±990 mg/L, menurun pada pH 5 dengan nilai 5.580±87 mg/L, kemudian

meningkat pada pH 5 dengan nilai 7.160±510 mg/L yang merupakan nilai rata-rata

VSS tertinggi. Penurunan konsentrasi mikroba pada pH 5 menunjukkan proses

adaptasi mikroba terhadap lingkungannya.

Fluktuasi pada nilai VSS kemungkinan disebabkan oleh perubahan pH.

Perubahan pH dapat menyebabkan perubahan drastis pada jumlah mikroba yang

terdapat dalam reaktor asidogenik, karena perubahan pH mempengaruhi metabolisme

dari mikroba seperti efisiensi degradasi substrat dan pelepasan produk metabolisme

dari sel mikroba [72].

Oleh sebab itu, pada variasi pH tahapan asidogenesis LCPKS pada keadaan

termofilik, penurunan pH memberikan dampak yang signifikan terhadap konsentrasi

VSS, dimana seiring dengan menurunnya pH diperoleh konsentrasi VSS yang

meningkat.

4.3.3 Pengaruh Variasi pH terhadap Volatile Solids (VS)

Pada proses asidogenesis, senyawa organik padat akan dikonversi oleh

mikroba menjadi VFA yang merupakan senyawa terlarut [38]. Nilai reduksi Volatile

Solid (VS) menunjukkan banyaknya bahan organik padat dalam umpan yang mampu

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000

45 60 75 90 105

V

S

S

m

g

/L

5 4,5 pH

(55)

direduksi oleh mikroba. Gambar 4.9 menunjukkan pengaruh variasi pH terhadap

[image:55.595.118.518.123.343.2]

perubahan VS effluent.

Gambar 4.9 Pengaruh Variasi pH terhadap Volatile Solid (VS)

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa pada pH 6, 5,5, 5 dan 4,5 profil VS

menunjukkan nilai yang fluktuatif. Pada pH 6 diperoleh VS dengan nilai 16.180 –

31.820 mg/L, pada pH 5,5 diperoleh VS dengan nilai 14.940 – 26.100 mg/L, pada

pH 5 diperoleh VS dengan nilai 14.140 – 31.900 mg/L dan pH 4,5 diperoleh VS

dengan nilai 17.560 – 31.740 mg/L Kecenderungan profil pH terhadap nilai rata-rata

[image:55.595.114.527.499.699.2]

VS ditunjukkan pada Gambar 4.10 berikut ini.

Gambar 4.10 Pengaruh Variasi pH terhadap Rata-Rata Volatile Solid (VS)

(Error Bar Menyatakan Standar Deviasi)

0 1 2 3 4 5 6 7 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000

45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105

p H V S ( m g /L ) Waktu (hari)

VS effluent pH

pH 5,5 pH 5

pH 6 pH 4,5

0 10000 20000 30000 40000 50000

0 15 30 45 60

VS Influent VS Effluent

(56)

Gambar 4.10 menunjukkan profil rata-rata VS effluent yang berfluktuasi

terhadap penurunan pH. Rata-rata VS effluent untuk variasi 6; 5,5; 5 dan 4,5

masing-masing bernilai 24.117±3.725 mg/L, 18.441±2.866 mg/L, 23.940±6.014 mg/L dan

21.424±3.467 mg/L, dengan persen reduksi VS masing-masing sebesar 11,9 %, 10,2

%, 15,1 % dan 14 %. Semakin tinggi nilai reduksi VS maka semakin banyak

senyawa organik padat yang berhasil direduksi oleh mikroba asidogenesis. pH netral

atau tanpa penambahan alkali, merupakan kondisi terbaik bagi berlangsungnya

proses penguraian senyawa organik menjadi VFA karena menyediakan lingkungan

yang cocok bagi mikroba asidogenesis [73]. Oleh sebab itu, pada penelitian ini, pH 5

merupakan pH terbaik bagi mikroba untuk dapat mereduksi LCPKS.

4.3.4 Pengaruh Variasi pH terhadap Reduksi Chemical Oxygen Demand (COD)

Reduksi Chemical Oxygen Demand (COD) sebagaimana telah dijelaskan

pada subbab 4.2.3 menunjukkan rasio COD influent dan COD effluent yang dapat

didegradasi oleh mikroba. Reduksi COD dapat menjadi parameter keberhasilan

sistem pengolahan yang dilakukan. Gambar 4.11 menunjukkan pengaruh variasi pH

[image:56.595.116.528.477.670.2]

terhadap reduksi COD.

Gambar 4.11 Pengaruh Variasi pH terhadap Reduksi Chemical Oxygen Demand (COD)

53%

53%

44%

23%

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60

45 60 75 90 105

R

ed

u

k

si

C

O

D

pH

(57)

Gambar 4.11 menunjukkan bahwa dengan penurunan pH diperoleh reduksi

COD yang cenderung menurun. Reduksi COD pada pH 6 bernilai 52,87%, sedikit

meningkat pada pH 5,5 menjadi 53%, kemudian menurun pada pH 5 menjadi 44%

dan reduksi COD terendah terjadi pada pH 4,5 dengan nilai 23%. Reduksi COD

tertinggi diperoleh pada pH 6. Pada proses digestasi anaerobik tahap asidognesis

reduksi COD yang tinggi harus dihindari. Reduksi COD yang tinggi memungkinkan

terbentuknya biogas atau terjadinya proses metanogenesis [68].

4.3.5 Pengaruh Variasi pH terhadap Pembentukan Volatile Fatty Acid (VFA)

VFA merupakan senyawa intermediet yang dihasilkan selama tahapan

asidogenesis dengan rantai karbon hingga enam atom. Dalam proses asidogenesis,

produksi VFA secara terus-menerus akibat kinerja mikroba dapat menurunkan pH

fermentor. Namun, akumulasi VFA tidak selalu dinyatakan dengan penurunan nilai

pH, karena terdapat kapasitas buffer pada fermentor [38]. Pada penelitian ini, VFA

ditunjukkan oleh konsentrasi asam asetat, asam propionat dan asam butirat. Gambar

[image:57.595.115.527.412.613.2]

4.12 menunjukkan pengaruh variasi pH terhadap pembentukan VFA.

Gambar 4.12 Pengaruh variasi pH terhadap Pembentukan Volatile Fatty Acid (VFA)

Gambar 4.12 menunjukkan profil pembentukan total VFA yang meningkat

dengan penurunan pH. Total VFA dari masing-masing variasi pH bernilai lebih besar

dari total VFA LCPKS segar sebesar 3.157,63 mg/L yang menandakan bahwa pada

setiap variasi pH terjadi pembentukan VFA.

0 5000 10000 15000

6 5,5 5 4,5

V

F

A

(

m

g

/L

)

pH

(58)

Total VFA lebih banyak terbentuk pada pH 4,5 yaitu 10.937 mg/L. Tetapi

pada HRT ini terbentuk asam butirat yang lebih tinggi dibanding asam asetat yaitu

5.163 mg/L. Total produksi VFA yang diperoleh pada pH 5 yaitu 9.724 mg/L

merupakan yang tertinggi setelah pH 4,5. Asam asetat yang dihasilkan sebesar 4.456

mg/L, merupakan yang tertinggi dibandingkan semua variasi pH, dan asam butirat

yang dihasilkan sebesar 3.724 mg/L, lebih rendah dibandingkan pada pH 4,5.

Sehingga pada proses loading up ini pH 5 memberikan hasil VFA yang lebih baik.

Nilai pH optimum ini lebih rendah dibanding yang diperoleh pada penelitian

Bambang Trisakti, et al, 2015 [17] yang dicapai pada pH 6. Hal ini tentu lebih

menguntungkan karena dengan pH yang lebih rendah maka jumlah NaHCO3 yang

diperlukan untuk menstabilkan pH dalam proses asidogenesis menjadi berkurang.

Standar maksimum konsentrasi asam-asam organik yang terbentuk pada

proses asidogenesis te

Gambar

Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan
Tabel 3.1 Jadwal Analisis Influent dan Effluent
Tabel 3.2 Jenis Kegiatan dan Jadwal Pelaksanaan Penelitian  Bulan ke 1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5
Tabel 4.1 Hasil Analisis Karakteristik LCPKS dari PTPN IV PKS Adolina Satuan -
+7

Referensi

Dokumen terkait

atau selur uh mater ial yang disediakan oleh panitia, selama konfigur asi str uktur tidak ber ubah). Mater ial yang disediakan.. Lampiran 2- KJI XII Tahun 2016 34 panitia

Sejalan dengan hal tersebut, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

[r]

MEMUTUSKAN:.. Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DI KABUPATEN

1(satu) berkas.

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat

Apabila terdapat sivitas akademika yang terlibat dalam kegiatan tersebut, tidak diperbolehkan mengatasnamakan dan membawa properti/atribut perguruan tinggi, serta tidak

[r]