ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KEPALA UDANG TERHADAP KUALITAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT SEBAGAI PUPUK
ORGANIK CAIR
Oleh Dwi Fajri Wiyatmi
Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik
negara maupun swasta. Masing-masing pabrik akan memiliki andil cukup besar
dalam menambah jumlah limbah yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah pabrik
yang ada maka akan menambah pula jumlah limbah yang dihasilkan baik limbah cair
maupun limbah padat. Penelitian ini bertujuan untuk mencari dosis pencampuran
limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbaik serta ukuran butir limbah
kepala udang dalam memperbaiki pH dan kandungan unsur N, P, dan K dalam
limbah cair kelapa sawit. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan
Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun
secara faktorial (4x3) dan diulang sebanyak dua kali. Faktor pertama adalah
pencampuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala udang (D) : D0 = Limbah
cair kelapa sawit tanpa limbah kepala udang, D1 = Limbah cair kelapa sawit + 15 %
kepala udang, D3 = Limbah cair kelapa sawit + 45 % (w/v) limbah kepala udang.
Faktor kedua adalah ukuran butir limbah kepala udang (B) :
B1 = Limbah kepala udang lolos ayakan <0,5 mm, B2 = Limbah kepala udang lolos
ayakan 0,5-1 mm, B3= Limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Pencampuran limbah kepala udang dari berbagai konsentrasi,
ukuran butiran dan campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit
terbukti mampu meningkatkan pH limbah cair kelapa sawit, peningkatan pH pada
pencampuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbaik diperoleh
pada dosis 45% (D3) dan ukuran butiran lolos ayakan < 5 mm (B1). Pada pemberian
berbagai dosis, ukuran butiran limbah kepala udang dan campuran limbah kepala
udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti dapat meningkatkan kandungan unsur
P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit. Peningkatan kandungan unsur P-P-larut (P2O5)
limbah cair kelapa sawit terbaik diperoleh pada pencampuran konsentrasi 15% (D1)
dan ukuran butiran limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm (B3). Pemberian dari
berbagai dosis dan ukuran butiran limbah kepala udang terbukti mampu memperbaiki
kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit. Peningkatan K-larut (K+) limbah
cair kelapa sawit terbaik diperoleh pada konsentrasi 15% (D1) dan ukuran butiran
lolos ayakan > 1 mm (B3). Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperbaiki
kualitas limbah cair kelapa sawit sebagai pupuk organik cair dan dapat mengatasi
adanya kelangkaan pupuk organik cair serta mengurangi penggunaan pupuk kimiawi
secara berlebihan di lingkungan petani dalam sistem budidaya pertanian.
Kata kunci : K-larut (K+), limbah cair kelapa sawit, limbah kepala udang, N-total, pH, P-larut (P2O5).
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH KEPALA UDANG TERHADAP KUALITAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT SEBAGAI PUPUK
ORGANIK CAIR
Oleh Dwi Fajri Wiyatmi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tulung Balak, 12 Desember 1991. Penulis adalah anak ke
enam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Saginen dan Ibu Suratmi.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Tulung Balak,
Lampung Timur pada tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kotagajah, dan sempat
mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK N 2 Metro
pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 berpindah sekolah ke SMAN 1
Seputihraman yang diselesaikan pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi program studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis melaksanakan
praktik umum (PU) di PT Great Giant Pineaple (GGP) Terbanggi Besar Lampung
Tengah, dengan judul laporan “Penilaian Jumlah Mikroba Pada Lahan
Pertanaman Nanas Yang Diaplikasi Bahan Organik (Kompos) Di PT Great Giant
Pineaple (GGP) Terbanggi Besar Lampung Tengah”, pada bulan Juli - Agustus
2013. Pada bulan Februari-Maret 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Kesugihan Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan.
Selama menjalani masa kuliah, penulis sempat menjadi asisten dosen pada mata
kuliah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman T.A 2012-2013, Metode Ilmiah T.A
2014-2015, Teknik Penulisan Karya Ilmiah D3 Perkebunan T.A 2014-2015 dan terpilih
menjadi mahasiswa pendamping petani dalam program pemerintah UPSUS
PAJALE (Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai) yang bekerjasama dengan
Kementerian Pertanian RI di daerah Kec.Abung Timur Kab.Kotabumi Lampung
Utara.
SANWACANA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan segala
kerendahan hati dan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku pembimbing I yang telah
memberikan saran, gagasan, bimbingan serta bantuannya dalam penyelesaian
skripsi ini.
2. Bapak Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku pembahas dan
penguji materi yang telah memberikan saran guna penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Saiful Hikam, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan, dan motivasi kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
7. Pak Warto S.P. selaku PJ Laboratorium Ilmu Tanah, Pak Pono, Mas Rico, Mas
Adi, dan Mas Iwan yang telah membantu dan mendukung jalannya penelitian.
8. Ayah dan ibu tercinta, terimakasih atas segala bentuk kasih sayang yang telah
diberikan baik secara material dan spiritual demi keberhasilan putrinya ini.
9. Mbak Sari Wariyanti, Siti Rohayati, Suprimawanti, Wiwin Winarti, dan Tatik
Andriyani, terimakasih atas segala bentuk motivasi dalam penyelesaian skripsi
adiknya ini.
10. Teman-teman karibku Novri Dwi D., Wayan Devi L., Leni Fitri M.S., Astri W.,
Jecklin Angelina M., Esti Hikma W., Retta Ramadina R., Lydia Mawar N.,
Widya Prabawati D., mbak Nyang Vania Yuningtyas, mbak Fathia, mas
Muhammad Nurhadi, mbak Ambar dan kak Rio yang selalu memberiku
semangat, hiburan dan doa untuk kelancaran skripsiku.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan Agroteknologi angkatan 2010 khususnya
kelas B yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah kalian berikan
dan semoga sedikit karya ini dapat membantu dan berguna bagi yang
membutuhkannya.
Bandar Lampung, 08 Agustus 2015
Dwi Fajri Wiyatmi
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan, karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain).
Dan berharaplah kepada Tuhanmu. (Q.S Al Nasyrah 94 : 6-8)
Jangan pernah percaya kepada siapapun
xi
4.1.1 Hasil analisis awal untuk kandungan limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit………... 27
4.1.2 Ringkasan analisis ragam pengaruh pemberian limbah kepala udang terhadap pH, kandungan P-larut (P2O5), dan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit………... 28
4.1.3 Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang terhadap pH Limbah Cair Kelapa Sawit... 28
4.1.4 Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang Terhadap Kandungan P- larut (P2O5) Limbah cair Kelapa Sawit ……… 31
4.1.4 Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang Terhadap Kandungan K- larut (K+) Limbah Cair Kelapa Sawit ……… 33
xiii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kualitas limbah cair (inlet) pabrik kelapa sawit……….. 12 2. Kandungan unsur hara limbah cair kelapa sawit………. 12 3. Persyaratan teknis minimal pupuk organik cair menurut peraturan
4. menteri no.70/pert./sr.140/10/2011……… 14 5. Komposisi kimia limbah kepala udang………... 16 6. Kandungan nutrisi antara tepung limbah udang (TLU) dan tepung
ikan………. 17 7. Hasil Analisis kimia limbah kepala udang dan limbah cair kelapa
sawit………..…... 27 8. Ringkasan analisis ragam pengaruh pemberian limbah kepala udang
terhadap pH, kandungan P-larut (P2O5), dan K-larut (K+) limbah cair
kelapa sawit……….. 29 9. Interaksi antara pencampuran dosis dan ukuran butiran limbah kepala
udang terhadap pH limbah cair kelapa sawit... 31
10.Interaksi antara pencampuran dosis dan ukuran butiran limbah kepala
udang terhadap P-larut (P2O5)limbah cair kelapa sawit………... 33 11.Pengaruh pemberian dosis limbah kepala udang terhadap kandungan
K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit……… 34 12.Pengaruh pemberian ukuran butiran limbah kepala udang terhadap
kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit………. 35 13.Hasil analisis pH limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
limbah kepala udang……….. 50 14.Uji homogenitas pH limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
xiv 15. Uji Aditifitas pH limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
limbah kepala udang………... 51 16.Analisis ragam pH limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
limbah kepala udang………. 51 17.Hasil analisis N- Total limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
limbah kepala udang………. 52 18.Uji homogenitas N-Total limbah cair kelapa sawit setelah diberi
perlakuan limbah kepala udang……… 52 19.Hasil analisis P-Larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
limbah kepala udang………. 53 20.Uji Homogenitas P-Larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi
perlakuan limbah kepala udang………. 53 21.Uji Aditifitas P-Larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
limbah kepala udang………. 54 22.Analisis ragam P-Larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi
perlakuan limbah kepala udang………. 54 23.Hasil analisis K-larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
limbah kepala udang……… 55 24.Uji homogenitas K-larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi
perlakuan limbah kepala udang……… 55 25.Uji aditifitas K-larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
limbah kepala udang……….……… 56 26.Analisis ragam K-larut limbah cair kelapa sawit setelah diberi perlakuan
xv DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata Letak Percobaan RAK Faktorial………... 21 2. Kandungan N-total limbah cair kelapa sawit dengan berbagai
1
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang dan Masalah
Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik
negara maupun swasta. Masing-masing pabrik akan memiliki andil cukup besar
dalam menambah jumlah limbah yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah pabrik
yang ada maka akan menambah pula jumlah limbah yang dihasilkan baik limbah cair
maupun limbah padat (Widyatmoko, 2013).
Menurut Syailendra (2009) 50 dari 100 buah pabrik kelapa sawit diperkirakan dapat
mengolah 40.000 ton tandan buah segar/hari yang akan menghasilkan 40.000 m³
limbah/hari. Apabila tidak diolah dengan baik, maka hasil produksi limbah pabrik
kelapa sawit akan memberikan dampak negatif berupa pencemaran air dan
lingkungan. Namun limbah tersebut dapat diolah menjadi salah satu bahan baku
pembuatan pupuk organik cair.
Salah satu jenis bahan baku pembuatan pupuk organik cair yaitu limbah cair kelapa
2
tidak beracun, dan tidak berbahaya. Setiap tandan buah segar (TBS) kelapa sawit
memiliki kandungan hara sebesar 20% dari hasil tandan kosong sawit (TKS). Setiap
TKS mengandung unsur N, P, K dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg urea 0,6 kg
CRIP (Crop Respon in Phospor), 12 kg MOP (Muriat of Photas), dan 2 kg kieserit.
Limbah yang dihasilkan pabrik kelapa sawit (PKS) termasuk kategori limbah berat
dengan kuantitas yang tinggi, kadar air 95%, padatan terlarut atau tersuspensi 4,5%
serta sisa minyak dan lemak emulsi 0,5-1%. Pada padatan terlarut, terdapat
komposisi sebagai berikut : bahan kering 94%, protein 13,25%, lemak 13%, serat
16%, kalsium 0,3%, dan fosfor 0,19% (Kasnawati, 2011).
Pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi pupuk organik cair dapat menghemat
penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produksi TBS serta apabila dilihat dari
segi lingkungan pemanfaatan limbah cair kelapa sawit dapat mengurangi adanya
pencemaran air dan lingkungan. Aplikasi limbah cair kelapa sawit pada tanah
maupun tanaman dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan pertumbuhan akar,
meningkatkan kandungan bahan organik (BO), memperbaiki pH tanah, meningkatkan
daya resap air ke dalam tanah, meningkatkan kelembaban tanah dan meningkatkan
kapasitas pertukaran kation (Syailendra, 2009).
Kurangnya pengetahuan dan usaha pengolahan limbah cair kelapa sawit dari pemilik
maupun pekerja pabrik mengakibatkan limbah yang dihasilkan dibuang percuma ke
3
dampak negatif berupa pencemaran air dan lingkungan sehingga perlu adanya suatu
bentuk usaha untuk menanggulanginya, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi pupuk (Widyatmoko, 2013).
Masalah yang timbul akibat banyaknya jumlah limbah cair kelapa sawit dapat diatasi
dengan adanya pengolahan pupuk organik sebagai pupuk pendamping yang cukup
baik ditawarkan bagi para petani. Pupuk organik terbagi menjadi dua jenis menurut
bentuknya yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Selain harga yang
relatif terjangkau pupuk organik dapat diproduksi sendiri dengan memanfaatkan
sisa-sisa tanaman dan hewan, ekstrak bahan organik serta pemanfaatan limbah
agroindustri.
Pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai pupuk organik cair dapat menjadi
produk pertanian yang pantas ditawarkan bagi para petani dan masyarakat maupun
pengusaha yang bersedia mengolahnya. Namun di lain pihak limbah cair kelapa
sawit memiliki kelemahan pada rendahnya pH yaitu berkisar antara 3-4 saja, sehingga
limbah cair kelapa sawit tidak dapat diaplikasikan secara langsung pada tanaman.
Oleh karena itu diperlukan bahan yang dapat memperbaiki pH limbah tersebut
menjadi basa atau netral yaitu berkisar antara 6-7. Salah satu bahan yang dapat
digunakan adalah limbah kepala udang. Bagian kepala udang yang dianggap limbah
sebenarnya memiliki kandungan kalsium dalam bentuk Ca, selain itu memiliki
4
Kandungan kalsium yang tinggi pada limbah kepala udang dapat digunakan sebagai
bahan campuran untuk memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit.
Kandungan fosfor dan protein diharapkan dapat membantu dalam memperbaiki
kualitas limbah cair kelapa sawit sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik
cair.
Tingginya limbah cair kelapa sawit yang dihasilkan di satu pihak menuntut perhatian
yang cukup serius untuk menanggulanginya dan di lain pihak memberikan peluang
yang cukup besar untuk memperoleh nilai tambah dari limbah kelapa sawit yang ada
tersebut. Sehingga usaha dan kegiatan ini dapat membantu dalam meningkatkan
jumlah pupuk organik cair serta mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari konsentrasi pencampuran limbah
kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbaik serta ukuran butir limbah kepala
udang dalam memperbaiki pH dan kandungan unsur N, P, dan K dalam limbah cair
5
1.3 Kerangka Pemikiran
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen pencemaran yang
terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat.
Limbah industri dapat digolongkan kedalam tiga golongan yaitu limbah cair, limbah
padat, dan limbah gas yang dapat mencemari lingkungan. Salah satu upaya
penanggulangan limbah tersebut adalah dengan cara mengolahnya menjadi pupuk
organik cair. Hasil pupuk organik cair ini dapat menjadi asupan tambahan berupa
unsur N, P, dan K bagi tanah dan tanaman.
Pupuk organik cair umumnya terbuat dari ekstrak organik maupun dari sumber
limbah Agroindustri. Dewasa ini sebagian besar perusahaan menghasilkan limbah
yang tidak termanfaatkan sehingga menjadi sumber pencemaran lingkungan. Hal ini
tentu saja menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian cukup serius.
Alternatif yang cukup baik untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan
memanfaatkan hasil limbah tersebut sebagai bahan baku pupuk organik cair. Salah
satu limbah yang dapat dimanfaatkan adalah hasil produksi limbah cair kelapa sawit.
Limbah cair kelapa sawit merupakan limbah yang berasal dari sisa pengolahan pabrik
industri kelapa sawit. Kandungan yang ada di dalam limbah cair kelapa sawit berupa
6
yang tinggi, kadar air 95%, padatan terlarut/tersuspensi 4,5% serta sisa minyak dan
lemak emulsi 0,5-1%. Pada padatan terlarut, terdapat komposisi zat nutriennya
sebagai berikut : bahan kering 94%, protein 13,25%, lemak 13%, serat 16%, kalsium
0,3%, fosfor 0,19% (Syailendra, 2009).
Apabila tidak dikelola dengan baik dan benar limbah kelapa sawit akan mencemari
air dan lingkungan. Widyatmoko (2013) menyebutkan bahwa limbah cair kelapa
sawit mengandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, di antaranya N total
1,4 g/l setara dengan 3 kg urea, P2O5 9 g/l setara dengan 0,6 kg CRIP, K 19,75 g/l
setara dengan 12 kg MOP, dan Mg 3,4 g/l setara dengan 2 kg kieserit. Limbah
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair bagi para petani apabila
dikelola dengan baik. Kelemahan limbah cair kelapa sawit ada pada rendahnya
kandungan pH yang dimiliki, yaitu sekitar 3-4 (Departemen Pertanian, 2006).
Untuk memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit diperlukan usaha pencampuran
berupa limbah lainnya, salah satu limbah tersebut adalah limbah kepala udang. Pada
kulit udang terdapat kandungan kalsium dalam bentuk Ca yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit (Harsunu, 2008).
Menurut Sudibya (1992), komposisi nutrien kepala udang windu segar mengandung
unsur kalsium 9,58 %, protein 45,54 %, dan fosfor 1,63 %. Apabila Ca yang
7
sawit, diharapkan mampu melepaskan OH- sehingga mampu meningkatkan pH di
dalam limbah cair kelapa sawit menjadi basa atau netral yaitu sekitar 6-7.
Aspek penentu dalam meningkatkan pH selain kandungan yang ada di dalam limbah
kepala udang, tingkat kehalusan limbah kepala udang juga menjadi penentu dalam
meningkatkan pH dan kandungan unsur hara pada limbah kelapa sawit.
Menurut penelitian Purba (2013), semakin tinggi dosis dan halusnya ukuran butir
limbah kepala udang maka kemampuan dalam meningkatkan pH serta kandungan
hara di dalam pupuk cair hasil fermentasi urin sapi akan semakin baik, ini disebabkan
karena semakin halus butir limbah kepala udang maka ukuran partikel akan lebih
kecil dan luas permukaan akan semakin besar, dimana antara partikel satu dengan
partikel yang lainnya akan saling bersinggungan sehingga akan mempercepat reaksi
yang terjadi pada peningkatan pH dan unsur hara di dalam pupuk cair hasil fermentasi
urin sapi.
Sedangkan menurut penelitian Igunsyah (2014), semakin besar dosis dan kasar
ukuran butiran limbah kepala udang yang dicampurkan pada limbah cair tahu akan
meningkatkan kemampuan limbah kepala udang terhadap peningkatan pH dan
kandungan unsur hara di dalam limbah cair tahu itu sendiri. Hal ini dimungkinkan
8
cair tahu maka partikel limbah kepala udang dan jumlah kandungan berupa khitin,
fosfor dan kalium akan semakin banyak pula, sehingga kemampuan untuk
meningkatkan pH dan kandungan unsur hara akan semakin baik.
Sehingga hal inilah yang menyebabkan dosis dan ukuran butir limbah kepala udang
sangat menentukan dalam memperbaiki pH dan unsur hara yang terkandung pada
pupuk cair hasil fermentasi urin sapi dan limbah cair tahu termasuk limbah cair
kelapa sawit. Pencampuran limbah kepala udang tersebut diperoleh hasil berupa
adanya peningkatan kandungan unsur N, P, dan K serta peningkatan pH 6 – 7 pada masing-masing limbah. Proses yang terjadi pada masing-masing limbah diatas dapat
menjadi data primer maupun acuan terhadap kombinasi pencampuran limbah kepala
udang dan limbah cair kelapa sawit. Sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil
yang sama pada peningkatan pH dan kandungan unsur hara di dalam limbah cair
9
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Terdapat konsentrasi pencampuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala
udang terbaik dalam memperbaiki pH serta kandungan unsur N, P dan K pada
limbah cair kelapa sawit.
2. Terdapat ukuran butir limbah kepala udang terbaik dalam memperbaiki pH dan
ketersediaan unsur N, P dan K pada limbah cair kelapa sawit.
3. Terdapat interaksi antara konsentrasi dan ukuran butir limbah kepala udang terbaik
dalam memperbaiki pH serta kandungan N, P dan K pada limbah cair kelapa
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Limbah Organik Cair
Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi
masyarakat. Limbah terdiri dari limbah organik dan limbah anorganik. Limbah
organik merupakan limbah yang memiliki unsur hidrokarbon (hidrogen dan karbon)
yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Sedangkan limbah anorganik
merupakan limbah yang tidak memiliki unsur hidrokarbon dan sulit diuraikan oleh
mikroorganisme (Doraja, Shovitri, dan Kuswytasari., 2012).
Limbah biasanya diproduksi dalam bentuk padatan dan cairan. Limbah padatan
merupakan kotoran atau buangan yang berbentuk padatan seperti kotoran sampah
organik (sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran dll.), sedangkan limbah cairan
merupakan kotoran atau buangan yang berbentuk cairan seperti sisa air sabun, air
tinja, limbah produksi makanan dan minuman, dan limbah agroindustri. Sebagian
11
dalam waktu yang relatif singkat akan terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya
fermentasi limbah (Doraja, dkk., 2012).
Limbah tersebut selain merugikan ternyata memiliki manfaat apabila kita olah
menjadi bahan baku pembuatan pupuk organik. Salah satu limbah agroindustri yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik cair adalah limbah
cair kelapa sawit. Limbah cair kelapa sawit menghasilkan unsur hara makro yang
diperlukan oleh tanaman, seperti nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan kalsium.
Menurut Widyatmoko (2013), limbah cair kelapa sawit memiliki manfaat sebagai
pupuk organik cair. Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan
limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik cair yang dapat
dimanfaatkan oleh petani maupun masyarakat.
Limbah cair kelapa sawit memiliki kandungan unsur hara yang cukup baik, namun
disisi lain limbah cair kelapa sawit memiliki beberapa kekurangan diantaranya
rendahnya pH, tingginya kandungan BOD, COD, minyak dan lemak, dan padatan
tersuspensi (TSS). Sehingga kualitas limbah cair kelapa sawit belum memenuhi
standar nilai baku mutu dalam pembuatan pupuk organik cair (Departemen Pertanian,
2006). Kekurangan limbah cair kelapa sawit ini akan terpenuhi apabila kita berikan
bahan campuran lain yang dapat memperbaiki kualitas limbah cair kelapa sawit (ex;
12
penyajian kualitas limbah cair kelapa sawit segar (inlet) yang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Kualitas Limbah Cair (Inlet) Pabrik Kelapa Sawit.
No. Parameter
Sumber : Departemen Pertanian (2006)
Tabel 2. Kandungan Unsur Hara Limbah Cair Kelapa Sawit.
Variabel Kandungan hara (%)
Nitrogen (%) 4,64
Menurut Pulung (2005), pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Penggolongan pupuk
13
kandungan unsur hara. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
menyuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk cair adalah larutan yang mudah larut, berisi satu atau lebih pembawa unsur
yang dibutuhkan tanaman. Ciri fisik pupuk cair yang baik adalah berwarna kuning
kecoklatan, pH netral, tidak berbau, dan memiliki kandungan unsur hara tinggi
(Sundari dan Rinaldo., 2012). Pupuk organik cair mengandung unsur hara makro dan
mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik) yang
diaplikasikan melalui daun sebagai pupuk cair foliar. Pupuk organik cair dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, selain itu juga dapat membantu
untuk meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk
(Widyatmoko, 2013).
Pupuk organik cair merupakan pupuk berbentuk cair yang dibuat dari bahan-bahan
organik melalui proses pengomposan dengan kandungan unsur hara makro yang
cukup tinggi. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis proses fermentasi.
Pupuk organik cair selain dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik juga
mudah membuatnya, murah harganya, tidak menimbulkan efek samping terhadap
lingkungan dan tanaman, dapat digunakan sebagai pengendalian hama pada daun (bio
14
Untuk membuat pupuk organik cair diperlukan bahan yang memiliki pH, kandungan
C-organik, C/N rasio, unsur hara makro berupa N, P dan K yang cukup atau
memenuhi standar pembuatan pupuk organik cair. Berikut ini adalah persyaratan
teknis minimal pupuk orgnaik cair menurut Peraturan Menteri No.
70/Pert./SR.140/10/2011 yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel. 3. Persyaratan teknis minimal pupuk organik cair menurut (Permentan, 2011).
No Satuan Pupuk Organik
15
2.3 Limbah Kepala Udang
Udang merupakan salah satu komoditi eksport Indonesia dibidang perairan dan
perikanan. Limbah kepala udang yang dihasilkan dalam pengolahan dalam industri
dari mulai panen hingga proses pengolahan memiliki jumlah yang cukup besar. Hal
ini terlihat dari 40 – 80% proporsi bagian tubuh udang yang dibuang, tergantung
mekanisme penyiangannya maupun bentuk olahannya. Protein, kitin, serta kalsium
karbonat merupakan komponen utama limbah udang (Ariani, 2003).
Udang merupakan hasil perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Dalam
pengolahannya menghasilkan limbah berupa kulit, kepala, ekor yang dapat
didayagunakan sebagai bahan baku penghasil kitin, khitosan dan turunannya yang
bernilai tinggi (Purwanti, 2014).
Berdasarkan hasil survei secara nasional pada tahun 2001 potensi udang nasional
mencapai 633.681 ton dengan asumsi laju peningkatan tersebut maka tahun 2004
potensi limbah udang diperkirakan sebesar 785.025 ton.
Menurut Badan Pusat Statistik (2003), jumlah bagian tubuh udang yang terbuang dari
usaha pengolahan cukup tinggi dan jumlahnya terus meningkat seiring dengan
peningkatan ekspor udang mulai tahun 1999 sampai 2003 dari 106.307 ton menjadi
134.214 ton. Keuntungan dari tepung kepala udang adalah kepala udang merupakan
16
dan kandungan nutrisinya mampu bersaing dengan bahan konvensional (Purwanti,
2014).
Menurut Suptijah et al. (2006) limbah udang dapat dikategorikan dalam beberapa
macam, sesuai dengan pengolahan udangnya, diantaranya :
a. Limbah kepala udang, biasanya merupakan hasil samping industri pembekuan
udang segar tanpa kepala.
b. Limbah berupa kulit udang tanpa kepala, merupakan hasil samping industri udang
beku yang berkualitas kedua atau industri pengalengan udang.
c. Limbah campuran, merupakan hasil sampingan industri pengalengan udang, yang
berupa campuran kulit dan kepala udang.
Menurut Manjang (2004) limbah udang dalam industri dapat mencemari dan
berdampak buruk terhadap lingkungan terutama masalah bau yang dikeluarkan dan
menurunkan estetika lingkungan. Hal ini perlu dicarikan upaya pemanfaatannya,
sehingga dapat memberikan nilai tambah pada usaha pengolahan udang.
17
Tabel 4. Komposisi Kimia Limbah Kepala Udang.
Komponen Kandungan (%)
1). Laboratorium Pusat Studi Ilmu Hayati PAU, IPB (2004) 2). Suptijah et al. (2003)
2.4 Kandungan Nutrisi Tepung Limbah Udang
Tepung limbah udang mengandung semua asam amino essensial, juga sebagai
sumber asam amino aromatik seperti fenilalanin dan tirosin yang kandungannya
lebih tinggi daripada tepung ikan, lisin cukup tinggi yaitu 4,58% serta sumber asam
amino bersulfur (S) dengan kandungan metionin sebesar 1,26 %
(Purwatiningsih,1990). Perbandingan kandungan nutrisi antara tepung limbah udang
18
Tabel 5. Kandungan Nutrisi antara Tepung Limbah Udang (TLU) dan Tepung Ikan.
Nutrien TLU tanpa
diolah
TLU olahan Tepung Ikan
Air (%) 8,96 14,60 8,21
Khitin merupakan polimer terbanyak didunia setelah selulosa. Senyawa ini banyak
dijumpai pada cangkang udang dan kepiting, molusca, serangga dan beberapa dinding
sel jamur atau alga. Meskipun khitin memiliki sumber yang melimpah, namun secara
komersial khitin dieksplorasi dari cangkang udang-udangan dan Crustaceae.
Sebanyak 50-60% dari limbah udang, dihasilkan 25% khitin dari 32% berat kering
19
Khitin memiliki struktur berbentuk padat dan bersifat tidak larut pada air atau pelarut
organik biasa, tetapi khitin dapat larut dalam flouroalkohol dan asam mineral pekat.
Khitin dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk bahan-bahan kimia dalam bidang
obat-obatan, industri kertas, dan pangan. Khitin juga sebagai sumber
N-asetilglukosamin yang dipakai sebagai pengawet dan antibiotik. Khitosan sebagai
sumber khitin dipakai dalam pengolahan limbah dan pengikatan logam (Muzareli
19
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan November sampai dengan bulan Desember 2013.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu berupa limbah cair kelapa sawit dari PTPN VII Rejosari,
Natar, Lampung Selatan dan limbah kepala udang yang diambil dari pusat
pengolahan udang di PT Bumi Menara Nusa Indah, aquades, label, dan bahan – bahan
kimia untuk kebutuhan analisis.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah limbah, gayung, sendok
pengaduk, erlenmayer 500 ml, oven, ayakan dengan ukuran 0,5 mm dan 1 mm, gelas
ukur 1000 ml, timbangan, pH meter, spektrophotometer, flame photometer, labu
Kjeldahl, alat tulis, dan alat-alat laboratorium lainnya yang akan digunakan untuk
20
3.3 Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun
secara faktorial (4x3) dan diulang sebanyak dua kali.
Faktor pertama adalah pencampuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala
udang (D) :
D0 = Limbah cair kelapa sawit tanpa limbah kepala udang
D1 = Limbah cair kelapa sawit + 15 % (w/v) limbah kepala udang
D2 = Limbah cair kelapa sawit + 30 % (w/v) limbah kepala udang
D3 = Limbah cair kelapa sawit + 45 % (w/v) limbah kepala udang
Faktor kedua adalah ukuran butir limbah kepala udang (B) :
B1 = Limbah kepala udang lolos ayakan <0,5 mm
B2 = Limbah kepala udang lolos ayakan 0,5-1 mm
21
Tata letak percobaan RAK Faktorial ditampilkan pada Gambar 1 di bawah ini :
Kelompok 1 Kelompok II
Gambar 1. Tata letak percobaan RAK Faktorial yang disusun berdasarkan kelompok dosis dan ukuran butiran limbah kepala udang dengan waktu ulangan per minggu.
Dari perlakuan tersebut diperoleh 12 kombinasi limbah kepala udang dan limbah cair
kelapa sawit yang diulang sebanyak 2 kali sehingga didapat 24 satuan percobaan.
Data yang diperoleh dari hasil percobaan selanjutnya dianalisis homogenitas
ragamnya dengan Uji Bartlett dan aditifitasnya dengan uji Tukey. Data diolah
dengan analisis ragam pada taraf nyata 1% dan 5% dan dilanjutkan dengan Uji BNJ
22
3.4Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengambilan Limbah Kepala Udang
Limbah kepala udang diambil dalam kondisi sudah kering dari pusat pengolahan
udang PT Bumi Menara Nusa Indah, Tanjung Bintang, Lampung Selatan. Limbah
kepala udang yang telah kering selanjutnya dihaluskan dengan cara digiling dengan
mesin giling dan diayak sesuai perlakuan dengan ayakan <0, 5 mm, 0, 5-1 mm dan >1
mm. Limbah kepala udang yang telah dihaluskan dianalisis kandungan N, P, K, Ca
dan pH, selanjutnya limbah tersebut digunakan untuk kebutuhan penelitian.
3.4.2 Pengambilan Limbah Cair Kelapa Sawit
Limbah cair kelapa sawit yang digunakan adalah limbah cair segar inlet hasil dari
proses pengambilan minyak kelapa sawit. Limbah cair kelapa sawit diambil dari
PTPN VII Rejosari, Natar, Lampung Selatan, kemudian dianalisis awal kandungan N,
P, K, BOD, COD, dan pH.
3.4.3 Pencampuran Limbah Cair Kelapa Sawit dan Limbah Kepala Udang
Limbah kepala udang dengan tiga macam ukuran butir (B1, B2 dan B3) ditimbang
masing-masing sebanyak 0 %, 15%, 30%, dan 45%. Setelah itu, masing-masing
23
sawit sebanyak 500 ml. Kemudian diaduk dengan alat shaker dengan kecepatan 160
rpm selama 24 jam, selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan 6000 rpm selama 30
menit agar terpisah antara padatan cairan limbah kelapa sawit dan limbah kepala
udang. Kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman No 42. Setelah itu
filtratnya dianalisis kandungan N-total (dengan metode Kjeldhal), P-Larut (diukur
dengan spektrofotometer), K-Larut (di ukur dengan flamefotometer), dan pH (dengan
metode elektrometrik).
3.5 Variabel Pengamatan
3.5.1 Analisis Awal
Analisis awal dilakukan untuk mengetahui kandungan pH, N-total, P-total, K-total,
pada limbah cair kelapa sawit dan kandungan Ca, N, P, dan K pada limbah kepala
udang.
3.5.2 Analisis Akhir
Analisis akhir dilakukan terhadap filtrat hasil pencampuran limbah cair kelapa sawit
dan limbah kepala udang, untuk mengetahui apakah terjadi perubahan kandungan pH,
24
3.4 Prosedur Analisis
3.5.1 Analisis pH (Elektrometrik)
Ekstrak campuran limbah cair kelapa sawit dan limbah kepala udang diambil
sebanyak 10 ml, kemudian dimasukkan ke dalam botol film dan diukur dengan alat
pH meter.
3.5.2 Analisis Kadar Air Limbah Kepala Udang
Cawan ditimbang terlebih dahulu sebagai parameter kalibrasi, lalu ditimbang kembali
limbah kepala udang diatas cawan tersebut sebanyak 10 g pada timbangan digital.
Setelah itu limbah kepala udang dioven selama 24 jam dengan suhu 70° C. Setelah di
oven ditimbang kembali bobot kering limbah kepala udang dengan menggunakan alat
timbangan digital. Lalu kadar air di ukur dengan menggunakan rumus (Tim DDIT,
2013) :
25
3.5.3 Analisis N-total ( Kjeldahl)
1. Dekstruksi Sampel
Sebanyak 5 ml ekstrak campuran dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl yang bersih,
kemudian ditambahkan 3 ml H2SO4 dan 1 g campuran selenium secara hati - hati.
Setelah itu campuran dipanaskan dengan alat dekstruksi, mula-mula dengan nyala
kecil selama 15 menit, kemudian nyala dibesarkan hingga larutan jernih. Setelah
larutan terlihat jernih, labu Kjeldahl diangkat dan didinginkan, setelah dingin
ditambahkan air suling sebanyak 50 ml.
2. Tahap Destilasi
Sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam labu didih, kemudian ditambahkan
NaOH 40 % sebanyak 20 ml dan dimasukkan serbuk batu didih. Setelah itu larutan di
destilasi dengan alat destilasi. Hasil destilasi ditampung pada gelas beaker yang
berisi 25 ml asam borat 2% yang ditambahkan 3 tetes indikator Conway (berwarna
Merah). Lalu hasil destilasi didiamkan sampai warna larutan berwarna hijau sampai
26
3. Tahap Penentuan Kadar N dalam Sampel
Destilasi sebanyak 50 ml dengan HCl 0,1 N hingga warna merah muda, dan dihitung
banyaknya HCl yang digunakan. Penentuan kadar N larutan ditentukan dengan
menggunakan rumus :
N = (Hasil Titrasi – 0,2) x N HCl x 14 x 200
3.5.3 Analisis P-larut (Spektrofotometrik)
Sebanyak 5 ml filtrat campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit
yang telah disaring dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10
ml pereaksi P yang terdiri dari asam askorbat, asam sulfat yang ditambahkan
amonium molibdate dan kalium antimonil tartrat. Setelah itu di diamkan selama
beberapa menit, dan diukur absorbanya pada alat spektofotometer spektronik 20.
3.5.4 Analisis K-larut (Flame photometer)
Sebanyak 10 ml larutan sampel dituang ke dalam tabung reaksi, kemudian diukur
absorbannya dengan menggunakan flamphotometer.
43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan penelitian yang telah dilaksanakan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pencampuran limbah kepala udang dari berbagai konsentrasi, ukuran butiran dan
campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti mampu
memperbaiki pH limbah cair kelapa sawit, nilai pH pada pencampuran limbah
kepala udang dan limbah cair kelapa sawit tertinggi diperoleh pada konsentrasi
45% (D3) dan ukuran butiran lolos ayakan < 5 mm (B1).
2. Pada pemberian berbagai konsentrasi, ukuran butiran limbah kepala udang dan
campuran limbah kepala udang dan limbah cair kelapa sawit terbukti dapat
memperbaiki kandungan unsur P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit.
Kandungan unsur P-larut (P2O5) limbah cair kelapa sawit tertinggi diperoleh pada
pencampuran konsentrasi 15% (D1) dan ukuran butiran limbah kepala udang lolos
ayakan > 1 mm (B3).
3. Pemberian dari berbagai konsentrasi dan ukuran butiran limbah kepala udang
terbukti mampu memperbaiki kandungan K-larut (K+) limbah cair kelapa sawit.
44
15% (D1) sedangkan kandungan K-larut (K+) tertinggi diperoleh pada ukuran
butiran limbah kepala udang lolos ayakan > 1 mm (B).
5.2 Saran
Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut pada pencampuran limbah kepala
udang dan limbah cair kelapa sawit dengan memerhatikan beberapa aspek tertentu
seperti lama waktu pengadukan dan pemberian mikroorganisme tertentu
(Trichoderma sp., Penicillum sp., dan Aspergillus sp.) guna mendegradasi khitin di
PUSTAKA ACUAN
Abun. 2009. Pengolahan Limbah Udang Windu Segar Secara Kimiawi dengan NaOH dan H2SO4 terhadap Protein dan Mineral Terlarut. Makalah Ilmiah. Universitas Padjajaran. Bandung. 33 hlm.
Anonim. 2013. Limbah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatra Utara. Medan.
Apriyantono. A., D. Fardias., N. L. Puspitasari., Sedarnawati, dan S. Budianto. 1989.
Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Ariani, S. 2003. Kandungan Senyawa Kimia Pada Limbah Cair Kulit Udang. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Data Pengolahan Limbah Kelapa Udang.
Http://www.Blogspot.com. Diakses pada 12 Desember 2013.
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit.
Departemen Pertanian.
Dita, P. dan Renee. 2011. Peningkatan Kualitas Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Produksi Biogas. ITS. Surabaya. 75 hlm.
Doraja, P.H, M. Shovitri, dan N.D Kuswytasari. 2012. Biodegradasi Limbah Domestik dengan Menggunakan Inokulum Alami dari Tangki Septik.
Jurnal Sains dan Seni ITS, 1 : 1-29.
Igunsyah, T. R. 2014. Pengaruh Pemberian Limbah Kepala Udang Terhadap Peningkatan pH dan Kualitas Limbah Cair Tahu. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Tim DDIT. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (DDIT). Program Studi Agroteknologi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Loekito, H. 2011. Teknologi Pengelolaan Industri Limbah Kelapa Sawit. Jurnal Teknologi Lingkungan, 3 :242-250.
Kasnawati. 2011. Penggunaan Limbah Sabut Kelapa Sawit sebagai Bahan untuk mengolah Limbah Cair, Jurnal ILTEK. 6 (12) : 1-12.
Manjang, Y. 1993. Analisa Ekstrak Berbagai Jenis Kulit Udang Terhadap Mutu Khitosan. J. Penelitian Andalas, 12 : 138-143
Mirzah, 2007. Penggunaan Tepung Limbah Udang yang Diolah dengan Filtrat Air Abu Sekam dalam Ransum Ayam Broiler. Jurnal Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas, 3 : 189-197.
Permentan (Peraturan Menteri Pertanian Pertanian) nomor :
70/Permentan/SR.130/11/2012. Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. 65 hlm.
Purba. R. 2013. Pengaruh Penambahan Limbah Udang Pada Pupuk Cair Dari Fermentasi Urin Sapi Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro. Skripsi. Universitas Diponegoro. 5 hlm.
Purwanti. 2014. Evaluasi Proses Pengolahan Limbah Kulit Udang untuk
Meningkatkan Mutu Khitosan yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi, 1 : 83-90.
Purwatiningsih. 1990. Isolasi Khitin dan Komposisi Kimia dari Limbah Udang Windu. ITB. Bandung.
Republika Online. 2013. Harga Pupuk di Padang Masih Normal. http:
//www.republika.co.id/berita/nasional/nusantara-nasional/12/03/30m1 nyij-harga-pupuk-di-padang-masih-normal. Diakses Tanggal 7 April 2013
Sundari E, E. Sari dan Rinaldo R. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair
Menggunakan Bioaktivator Biosca dan EM4. Jurnal Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta. 5 hlm.
Suptijah. 2006. Data Kandungan Limbah Kepala Udang. ITB. Bandung.
Widyatmoko, K.A. 2013. Penanganan Limbah Kelapa Sawit.
http://www.Widyatmoko.Kurnia.A. Diakses pada 12 Januari 2013.
Yurnaliza. 2002. Senyawa Khitin dan Kajian Aktivitas Enzim Mikrobial