• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEJADIAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEJADIAN (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BABAT LAMONGAN TAHUN 2010

Zuhrotun Nisa’*, Lilis Maghfuroh**, Supanik***

…………...……….…… …… . .….

ABSTRAK

…… … ...………. …… …… . .…. Kehadiran/kelahiran saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial dan emosional anak, hampir tidak akan pernah di hindari adanya persaingan antar saudara kandung atau sibling rivalry. Masih tingginya angka kejadian sibling rivalry pada anak usia toddler di sebabkan sikap orang tua yang kurang baik terhadap penanganan sibling rivalry. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia toddler.

Desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebanyak 25 orang tua dengan sampelnya 22 orang tua dan anak toddler yang mempunyai adik di Desa Gendong kulon, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Metode sampling yang di gunakan adalah simple random sampling. Data penelitian ini di ambil dengan kuessioner tertutup. Setelah di tabulasi data yang ada di analisis dengan menggunakan uji korelasi chi square dengan tingkat kemaknaan p 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sikap orang tua pada kategori baik yaitu sebanyak 16 orang (72,7%) kemudian kategori buruk sebanyak 6 orang tua (27,3%). sibling rivalry tidak terjadi sebanyak 16 anak (72,7%), hampir setengah terjadi sibling rivalry sebanyak 6 anak (27,3%). Sedangkan dari hasil pengujian statistik di peroleh hasil X²= 5,712 df= 1 dengan tingkat signifikansi 0,017.

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara sikap orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia toddler, oleh karena itu perawat perlu memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang bagaimana cara mencegah terjadinya sibling sivalry.

Kata kunci: Sikap, Sibling rivalry.

PENDAHULUAN

. …… . … … . Anak sebagai individu yang unik mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Perkembangan anak dalam kehidupan banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk didalamnya adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau orang lain disekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan meningkatkan ikatan kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust /rasa percaya yang kuat (Hidayat, Aziz Alimul, 2005).

Kehadiran / kelahiran saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial dan emosional anak, terutama usia

(2)

usia sekolah (Millman dan Schaifer dalam setiowati dan zulkaida, 2007). .terjadinya sibling rivalry dimulai saat adik lahir, karena semua perhatian tercurah hanya padanya. Diusia yang sangat muda ini, anak belum mampu mencari alasan yang benar. Dalam pandangannya kedua orang tua mengabaikan dirinya karena kehadiran si adik dan lebih menonjol pada anak yang berjenis kelamin sama (Setiorini, 2003).

Berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang amerika dilaporkan 55% mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 10-15 tahun merupakan kategori tertinggi. Permasalahan munculnya adik baru, kasih sayang orang tua yang terbagi, serta 55% mengalami persaingan saudara yang terjadi pada umur 10-15 tahun ( Mcnerney dan joy, 2001).

Dalam salah satu materi publikasi Amerika Academi of Pediatric (AAP) yang membahas sibling rivalry disebutkan, persaingan antar saudara pada anak-anak dibawah usia 4 tahun cenderung mencapai tingkat yang paling buruk saat usia mereka terpaut kurang dari 3 tahun. Usia yang dekat, apalagi ditambah minat yang sama, cenderung mempermudah terjadinya sibling rivalry. pada tempat penelitian dikelurahan sumbersari malang kejadian sibling rivalry pada anak usia 3-6 tahun dan memiliki jarak kelahiran kurang dari 3 tahun dengan sejumlah 25 orang tua ditemukan anak mengalami sibling rivalry 20%,tidak muncul sibling rivalry 72% pada pola asuh orang tua autoritatif,dan muncul 8% sibling rivalry pada pola asuh orang tua otoriter (Ulfah Darajad, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sonni Miswanda Irawan, 2003, yang tidak dipublikasikan, menyebutkan bahwa dari 15 responden dilingkungan Kenduruan Lamongan mengalami sibling rivalry. Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Desa Gendong Kulon terhadap 10 orang tua dari anak, 7 diantaranya mengatakan anaknya mengalami kecemburuan pada saudaranya. Jadi permasalahan dalam penelitan ini adalah tingginya kejadian sibling rivalry di Desa Gendong Kulon .

Diantara faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi terjadinya sibling rivalry anak adalah sikap orang tua, urutan kelahiran, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara, pola asuh, pengaruh orang luar (Priatna dan yulia dalam Setiawati dan Zulkaida, 2007).

Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku anak terhadap saudaranya yang lain dan terhadap orang tuanya. Bila terdapat rasa persaingan dan permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak kurang menguntungkan dibandingkan bila mereka satu lama lain bergaul cukup baik. Selain itu, sikap orang tua yang tampak menyukai salah satu anak dari pada yang lain dapat menimbulkan perasaan bahwa orang tua pilih kasih dan hal itu membuat perasaan benci terhadap saudara kandungnya (Setiawati dan Zulkaida, 2007).

Urutan kelahiran, keluarga yang memiliki anak lebih dari satu, tentunya semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut. Jika anak menyukai peran yang diberikan kepadanya, semuanya akan berjalan dengan baik. Tetapi apabila peran yang diberikan bukan peran yang dipilihnya sendiri maka kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali. Hal ini dapat menyebabkan memburuknya hubungan orang tua-anak maupun hubungan antar saudara kandung (Setiawati dan Zulkaida, 2007).

Jenis kelamin, anak laki-laki dan perempuan memiliki reaksi yang sangat berbeda terhadap saudara kandungnya. Anak perempuan dengan saudara perempuan akan terjadi iri hati yang lebih besar dari pada antara anak perempuan dengan saudara kandung laki-laki atau anak laki-laki dengan saudara kandung laki-laki (Setiawati dan Zulkaida, 2007).

(3)

dominan dibandingkan dengan pengaruh saudara kandung (Donna L.Wong, 2009).

Jumlah saudara kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan dari pada jumlah saudara yang besar, pada anak tunggal masalah sibling rivalry pasti tidak akan terjadi. Sebaliknya pada anak terakhir justru akan menjadi sasaran sibling rivalry dari kakak-kakaknya (Setiawati dan Zulkaida, 2007).

Pola asuh, pola asuh orang tua ini sangat mempengaruhi bagaimana kelak anak berprilaku, bentuk-bentuk kepribadian anak secara keseluruha. Terdapat 3 jenis pola asuh antara lain, pola asuh demokratis yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka, pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti biasanya disertai dengan ancaman, pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar hal ini akan memberi dampak sibling rivalry (Petranto Ira, 2006).

Pengaruh orang luar, ada 3 faktor yang memberi pengaruh terhadap hubungan antar saudara kandung, yaitu kehadiran orang diluar rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga, dan perbandingan anak dengan saudara kandungnya oleh orang luar. Dari berbagai faktor yang mungkin menimbulkan sibling rivalry, peneliti membatasi pada faktor sikap orang tua (Setiawati dan Zulkaida, 2007).

Akibat yang dapat muncul pada sibling rivalry adalah karena adanya perasaan iri atau cemburu pada saudara kandungnya menimbulkan bentuk perilaku agresif mengarah ke fisik seperti mengigit, memukul, melukai atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk mengalahkan saingannya. Serta bentuk perilaku regresi bersifat lebih halus sehingga sulit untuk dikenali seperti mengompol, dan menjadi manja/rewel (Priatna dan Yulia dalam setiawati dan zulkaida, 2007).

Untuk mengatasi terjadinya sibling rivalry pada anak, orang tua mempersiapkan mental anak untuk menerima anggota baru dalam keluarga, mengatur waktu untuk memberi perhatian kasih sayang pada

masing- masing anak secara adil sesuai dengan kebutuhan sejak semasa kehamilan (Jerri Miftahudin, 2010). tenaga kasehatan dapat memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan anticipatory guidence perlu dilakukan pada keluarga yang memiliki anak usia toddler yang akan memiliki adik baru.

METODE PENELITIAN

.… … .

Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Survey analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko dengan faktor efek, antar faktor resiko, maupun antar faktor efek. Sedangkan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama (Soekidjo, 2002). Penelitian ini akan menghubungkan sikap orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada usia toddler di Desa Gendong Kulon Babat lamongan Tahun 2010.

HASIL

.

PENELITIAN

1. Data Umum

1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Penelitian di lakukan di Desa Gendong Kulon kecamatan Babat Kabupaten Lamongan terdiri dari 1 dusun yaitu dusun pereng, dengan batas sebelah utara Desa Plaosan, sebelah selatan Desa Pucak wangi, sebelah Barat Desa Sogo, dan sebelah timur Desa Payaman. Jumlah RW 8 jumlah RT 15 luas wilayah 200 hektar.

(4)

balita 279 anak. Fasilitas kesehatan: terdapat gendong kulon, posyandu sudirman di adakan tiap tanggal 16,untuk RW 6 dan 7 di dusun pereng, posyandu imam bonjol di adakan tiap tanggal 18, untuk RW 8 di dusun pereng. terdapat polindes dan pon kes desa. Terdapat 1 tenaga perawat yang melakukan praktek di Desa Gendong kulon Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan.

2) Karakteristik Orang Tua. (1) Distribusi Umur.

Tabel 1 Distribusi umur orang tua di Desa Gendong Kulon Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan tahun 2010. kecil berumur 20-25 tahun sebanyak 3 orang tua (13,6 ).

(2) Distibusi Pendidikan.

Tabel 2 Distribusi pendidikan orang tua di Desa Gendong Kulon Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan Tahun 2010.

Dari tabel 3 memiliki gambaran sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 16 orang tua (72,7%).

(4) Kelompok jenis kelamin anak.

Tabel 4 Distibusi jenis kelamin anak di Desa Gendong Kulon Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan Tahun 2010.

Dari tabel 4 di atas diperoleh data bahwa sebagian besar anak berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 anak (63,6% ) dan hampir setengah anak berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8 anak ( 36,4% ).

2. Data Khusus

1) Distribusi berdasarkan sikap orang tua. Table 5 Distribusi sikap orang tua di desa

(5)

2) Distribusi kejadian Sibling Rivalry. Table 6 Distribusi kejadian sibling rivalry

di desa gendong kulon kecamatan babat kabupaten lamongan tahun 2010. sebagian besar anak tidak mengalami sibling rivalry sebanyak 16 anak ( 72,7%).

3) Hubungan sikap orang tua dengan kejadian Sibling Rivalry anak usia toddler di Desa Gendong Kulon

Tabel 7 di atas di peroleh data orang tua yang memiliki sikap baik seluruh anaknya tidak mengalami sibling rivalry, sedangkan orang tua yang memilki sikap buruk seluruh anaknya mengalami sibling rivalry. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara sikap orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia toddler di Desa Gendong kulon, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan Tahun 2010.

PEMBAHASAN

.… .… 1. Sikap orang tua.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 didapatkan sebagian besar orang tua mempunyai sikap baik, dan hampir sebagian orang tua mempunyai sikap buruk. Hal ini di sebabkan beberapa faktor di antaranya usia orang tua dan pekerjaan orang tua.

Tabel 1 memberi gambaran sebagai berikut, orang tua berumur 31-35 tahun yang mana menurut perkembangan berada pada tingkat dewasa muda.

Usia ini merupakan salah satu hal yang mempengaruhi seseorang untuk belajar dan menjadi lebih tahu, karena sangat produktif. sehingga informasi yang diperoleh dari mana dan dari siapapun terutama mengenai anak bisa dengan mudah diterima dan diterapkan pada anaknya. Karena dengan bertambahnya usia maka orang tersebut akan bisa lebih matang dalam berfikir dan bersikap dalam mempertimbangkan hal-hal yang lebih baik untuk dirinya ataupun orang yang ada disekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi (2007) faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap adalah faktor intern: faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri seperti umur, dan faktor ekstern: faktor yang terdapat di luar pribadi manusia, faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok seperti lingkungan pekerjaan.

(6)

lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman.

2. Kejadian Sibling Rivalry

Berdasarkan tabel 2 diperoleh data kejadian sibling rivalry hampir sebagian orang tua menyatakan anaknya mengalami sibling rivalry dan sebagian besar orang tua menyatakan anaknya tidak mengalami sibling rivalry. Hal ini di sebabkan beberapa faktor diantaranya pendidikan orang tua dan jenis kelamin anak.

Pengambilan sikap seseorang juga di pengaruhi pada tingkat pendidikanya, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut akan lebih mudah dalam menerima dan menerapkan informasi yang telah di terimanya, hal ini di perkuat oleh hasil penelitian penulis bahwa sebagian orang tua yang berpendidikan SMA. Hal ini sesuai dengan pendapat Iqbal mubarak, wahid dan kawan-kawan (2007) pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. tidak dapat di pungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi, dan akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang di milikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru di perkenalkan.

Jenis kelamin anak juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian sibling rivalry pada anak, di mana anak terkadang menjadi manja/ rewel jika menginginkan perhatian dari orang tuanya, karena anak merasa orang tuanya lebih memperhatikan adiknya. Dimana hasil penelitian menunjukkan anak yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami sibling rivalry, di banding dengan anak laki-laki karena anak perempuan lebih tergantung dengan ibunya sehingga reaksi yang di timbulkan pada perubahan situasi di tunjukkan dengan terjadinya sibling rivalry, Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawati dan zulkaida (2007) jenis kelamin anak laki-laki dan perempuan memiliki reaksi yang sangat

berbeda terhadap saudara kandungnya. Anak perempuan dengan saudara kandung laki-laki atau anak laki-laki dengan dengan saudara perempuan akan terjadi iri hati yang lebih besar dari pada antara anak perempuan saudara kandung laki-laki

3. Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kejadian Sibling Rivalry pada anak usia toddler di Desa Gendong Kulon Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan tahun 2010.

Berdasarkan uji statistik chi square di peroleh hasil nilai x²= 5,712, df= 1, P= 0,017, sehingga H1 di terima artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak toddler di desa gendong kulon kecamatan babat kabupaten lamongan tahun 2010, semakin baik sikap orang tua maka tingkat kejadian sibling rivalry berkurang, sedangkan semakin buruk sikap orang tua maka tingkat kejadian sibling rivalry bertambah.

Menurut Nursalam (2005) persaingan dengan saudara kandung merupakan persaan cemburu dan benci yang biasanya di alami seseorang anak terhadap kehadiran/kelahiran saudara kandungnya. Perasaan tersebut timbul bukan karena benci terhadap saudara barunya, tetapi lebih pada perubahan situasi/kondisi.

Menurut Octa reni setiawati (2008) Saudara kandung mempunyai peran penting dalam pembelajaran sosial satu dengan yang lain yang merupakan awal anak-anak untuk belajar membangun relasi dengan orang lain. Orang tua harus bisa menjaga relasi mereka agar tetap pada hubungan yang sehat karena pertengkaran antar saudara pada umumnya adalah suatu hal yang natural atau alami. orang tua adalah kunci bagi munculnya sibling rivalry dan juga berperan memperkecil munculnya hal tersebut.

(7)

KESIMPULAN DAN SARAN

. … 1. Kesimpulan.

1) Sebagian besar orang tua di desa gendong kulon kecamatan babat kabupaten lamongan memiliki sikap baik.

2) Sebagian besar anak di desa gendong kulon kecamatan babat kabupaten lamongan tidak mengalami sibling rivalry.

3) Terdapat hubungan antara sikap orang tua dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia toddler di Desa Gendong kulon, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan Tahun 2010

2. Saran

Di harapkan dengan hasil penelitian ini para orang tua mampu untuk mengatasi kejadian sibling rivalry dengan jalan memperbaiki sikap orang tua terhadap anaknya.

Perlunya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah orang tua yang lebih besar dan representatif dengan metode yang lebih akurat, serta meneliti dari faktor lain di luar tingkat sikap.

Hendaknya perawat memberikan penyuluhan kepada orang mengenai kejadian sibling rivalry pada anak.

. . .

DAFTAR PUSTAKA

. . . Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi sosial.

Jakarta: Rineka Cipta

Arif. (2000). Peran dan Fungsi Orang Tua Dalam Keluarga Terhadap Anak. http://artikelpopuler.com. Diakses: tanggal 10 april 2010.

Aspuah Siti. (2007). Materiku. http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses: tanggal 20 februari 2010.

Budiarto, Eko. (2000). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC

Darajat, ulfah. (2006). Pola Asuh Orang Tua. http://digilib.umm.ac.id. Diakses: tanggal 19 februari 2010.

Handayani. (2008). Yang dikutip siti aspuah. Materiku. http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses: tanggal 20 februari 2010.

Hidayat, Aziz Alimul . (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, Aziz Alimul . (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Aziz Alimul . (2007). Riset

Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Irawan, Miswanda, sonni. (2007). Peran Orang Tua Dalam Menghadapi Prilaku Sibling Rivalry. Lamongan: KTI.AKPER SOEGIRI. Yang tidak dipublikasikan.

Jerri, Miftahudin. (2010). Hindari Sibling Rivalry. http://www.klik-galamedia.com Diakses: tanggal 17 april 2010.

Mcnerney dan Joy (2001). Yang dikutip siti

aspuah. Materiku.

http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses tanggal 20 februari 2010.

Millman dan Schaifer dalam setiawati dan zulkaida. (2007). Yang dikutip siti

aspuah. Materiku.

http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses: tanggal 20 februari 2010.

Mubarak Wahit I. dkk. (2007). Promosi Kesehatan, Yogyakarta : Graha Ilmu. Murcari, Mary E. (2005). Keperawatan

Pediatrik, Jakarta: EGC.

(8)

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pilliteri, Adele. (2002). Child Health Nursing Care of Children of Family.

Priatna dan yulia dalam setiawati dan zulkaida (2007). Yang dikutip siti aspuah. Materiku. http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses tanggal 20 februari 2010.

Setiawati dan zulkaida. (2007). Yang dikutip

siti aspuah. Materiku.

http://fuahmaniz.blokspot.com. Diakses: tanggal 20 februari 2010.

Setiawati reni octa. (2008). Pertengkaran

antar Saudara.

http://www.kabarindonesia.com.Di akses tanggal 11 oktober 2010.

Setiorini. (2003). Yang dikutip siti aspuah. Materiku. http://fuahmaniz.blogspot.com. Diakses: tanggal 20 februari 2010.

Soekidjo Notoatmodjo, (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Soekidjo Notoatmodjo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Karya.

Tim Redaksi Ayah, Bunda. (2002). Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Gaya Favorit Press.

Wahidin. (2008). Bimbingan Orang Tua Dalam Membina Akhlak Anak

Dilingkungan Keluarga.

http://www.wordpress.com. Diakses: tanggal 24 april 2010.

Wong, L Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik vol 1. Jakarta: EGC.

Gambar

Tabel 2 Distribusi pendidikan orang tua di Kecamatan
Tabel 7 di atas di peroleh  data orang tua yang memiliki sikap baik seluruh anaknya

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diperoleh data akan dilakukan analisis secara statistik Chi, Square dengan dibantu software program SPSS versi 17. Untuk mengetahui hubungan antara

Hasil uji statistik Chi Square antara pengetahuan orang tua tentang upaya pencegahan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) pada anak pada tabel 4 maka

Hasil Uji statistik chi square didapatkan nilai p =0.016 artinya ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian Diabetes mellitus dengan nilai OR 2.087

Hasil Penelitian : Analisis uji Chi-Square menunjukkan hubungan yang bermakna antara orang tua menderita miopia dengan kejadian miopia pada anaknya.. Sedangkan

Pada tabel 8, hasil uji statistik Chi- square diperoleh p value = 0,035 dengan nilai p < 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya secara statistik terdapat

Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai Chi Square hitung sebesar 2.473. Nilai Chi Square tabel yang dilihat pada tabel statistik Chi Square dengan signifikansi 0.10 dan df = 1

Uji statistik chi square didapatkan p value yaitu 0,004 lebih kecil dari nilai α yaitu 0,05, dengan demikian Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian

Uji statistik dengan uji chi square di dapatkan nilai keseluruhan p-value 0,854 < α = 0,05 maka Ha di terima artinya ada hubungan pendapatan dengan pemanfaatan JKN di wilayah kerja