• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (3)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI

Oleh YORI AKMAL

A14302024

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh : YORI AKMAL

A14302024

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

YORI AKMAL. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi. (Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI).

Tenaga kerja merupakan salah satu masalah utama dan penting dalam pembangunan Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2004, angkatan kerja Indonesia mencapai 103,973 juta jiwa, dan lebih 50 persen diantaranya berada di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian. Ketidakmampuan lapangan kerja menyerap tanaga kerja karena pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat dibanding pertumbuhan angkatan kerja. Ketimpangan penyebaran lapangan kerja juga menjadi permasalahan dalam akses tenaga kerja untuk bekerja. Tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah merupakan permasalahan utama tenaga kerja Indonesia karena hal ini berkolerasi positif dengan produktivitas tenaga kerja.

Permasalahan di atas menyulitkan angkatan kerja Indonesia untuk bekerja di sektor formal. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan memberdayakan sektor ekonomi informal dan ekonomi tradisional, seperti industri kecil dan rumah tangga. Industri kecil kerupuk sanjai merupakan salah satu industri kecil yang cukup berpotensi untuk dikembangkan untuk menyerap tenaga kerja terutama di Sumatera Barat

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, industri kecil di Kota Bukittinggi tumbuh sekitar 15-20 persen per tahun. Pertumbuhan industri kecil yang relatif stabil secara umum, tapi pada industri kecil kerupuk sanjai yang merupakan industri kecil tradisional yang telah ada pertumbuhannya relatif lambat. Hal ini dapat dilihat dari produksi yang relatif kecil dibandingkan industri kecil lain, sedangkan industri kecil ini sama-sama menggunakan teknologi yang sederhana (tradisional) dalam berproduksi. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, produksi industri makanan kecil dan kue kering ini mencapai 4.367.075.000 rupiah sedangkan industri kecil kerupuk sanjai hanya sekitar 1.990.500.000 rupiah. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri kecil. Rata-rata tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang rendah merupakan salah satu permasalahan penyebab industri kecil kerupuk sanjai sulit untuk berkembang, selain tingkat upah yang rendah, hal ini berdampak pada rendahnya produktivitas tenaga kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Pertama, bagaimanakah karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? Kedua, bagaimanakah karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? Ketiga, faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?

(4)

industri kecil kerupuk sanjai, (3) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi.

Berdasarkan uraian di atas, analisis yang dipakai dalam penelitaian ini adalah, data hasil survey dan wawancara dianalisa secara deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik umum dan karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai. Data primer dianalisa dengan model regresi linier berganda dan parameter diduga dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil di Kota Bukittinggi.

Berdasarkan analisis deskriptif perkembangan industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi secara umum belum diikuti dengan perkembangan teknologi yang cukup berarti. Peralatan yang digunakan masih peralatan sederhana dan penggunaan peralatan untuk melakukan proses produksi masih didominasi oleh tenaga kerja manusia, sehingga produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai merupakan faktor penentu. Karakteristik pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi menunjukkan rata-rata umur pekerja adalah 31 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan secara umum responden telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat sekolah dasar dan secara rata-rata pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi telah menjalani pendidikan formal selama 8,6 tahun. Para pekerja rata-rata telah memiliki pengalaman kerja selama 7,45 tahun di industri kecil kerupuk sanjai. Rata-rata tanggungan seorang tenaga kerja pada industri kerupuk sanjai ini 1 sampai 2 orang dengan kisaran 0 – 6 orang. Rata-rata pekerja mengalokasikan waktunya untuk bekerja pada industri kecil kerupuk sanjai ini selama 8,15 jam per hari. Pekerja rata-rata menerima upah dari industri kecil kerupuk sanjai sebesar Rp 559.166,70 per bulan, pekerjaan di industri kecil kerupuk sanjai ini merupakan satu-satunya mata pencaharian bagi sebagian besar pekerja.

Tingkat produktivitas rata-rata pekerja industri kecil kerupuk sanjai adalah Rp 2.283,93 per orang per jam. Jika dibandingkan dengan tingkat produktivitas UMR (upah minimum regional) wilayah Bukittinggi yaitu Rp 3.095,24 per orang per jam, maka tingkat produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai berada dibawah produktivitas tenaga kerja secara umum yang ditetapkan Pemerintrah Daerah Kota Bukittinggi.

(5)

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Idqan Fahmi, M.Ec NIP. 131 803 657

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus:

Judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENEGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muaro Bungo, Jambi pada tanggal 25 Desember 1983 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, keluarga Bapak Risnal Sutan Pamenan dan Ibu Nelyati Sy, SAg.

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2006

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim. Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi”. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dan meraih gelar sarjana pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai, mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Harapan penulis agar karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.

Bogor, Agustus 2006

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, penulis mengucapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama ini kepada:

1. Keluarga tercinta, Papa, Mama dan kedua adikku Halim, Fitri terima kasih atas seluruh kasih sayang, motivasi dan do’anya semoga penulis diberi kesempatan untuk membalasnya.

2. Bapak Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang membimbing dan memberi masukan serta nasihat yang sangat berharga bagi penulis selama penulis berada di IPB. 3. Bapak Ir. Nidyantoro, MSP dan Bapak Ir, Joko Purnomo, MS atas

kesediaannya sebagai dosen penguji utama dan dosen penguji wakil departemen pada sidang skripsi, memberikan saran dan kritikan yang membangun bagi penulis dalam penyelesaian skripsi.

4. Pak uo, Pak etek dan Mak Ibe atas nasihat, motivasi dan bantuannya selama ini dan saat penulis menyelesaikan skripsi.

5. Instansi pemerintah di tingkat Kota Bukittinggi, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat melakukan penelitian tanpa hamabatan yang berarti.

6. Kakak-kakak, teman-teman serta adik-adik di Primasista Bogor atas kerjasama, bantuan dan motivasinya selama ini.

7. Teman-teman sengkatan ’39 dan teman-teman di Iqtishadi, terima kasih atas kerjasama dan semangatnya hingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah

(10)

DAFTAR ISI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1 Defenisi Industri Kecil ... 9

2.2 Peranan Industri Kecil ... 11

2.3 Kesempatan Kerja ... 13

2.4 Produktivitas Tenaga Kerja ... 13

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja ... 14

2.6 Penelitian Terdahulu ... 16

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN ANALISIS... 18

(11)

3.2.1.10 Alokasi Waktu Kerja ... 23

3.3 Definisi Operasional... 25

3.4 Hipotesis ... 26

BAB IV. METODE PENELITIAN... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI... 37

5.1 Kondisi Geografis ... 37

5.2 Kondisi Kependudukan ... 38

5.3 Kondisi Perekonomian Daerah ... 40

5.4 Gambaran Umum Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi .... 42

BAB VII. HASIL DAN PEMBAHASAN... 45

6.1 Karakteristik Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi ... 45

6.1.1 Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang... 45

6.1.2 Teknologi ... 46

6.1.3 Penyerapan Tenaga Kerja dan Sistem Pembayaran Upah... 47

6.1.4 Pemasaran ... 49

6.1.5 Permodalan ... 50

6.1.6 Proses Pembuatan Kerupuk Sanjai... 50

6.1.7 Kondisi Lingkungan Tempat Produksi... 52

6.2 Karakteristik Pekerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi ...54

6.2.1 Jenis Kelamin... 54

6.2.2 Umur... 54

(12)

6.2.4 Pengalaman Kerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai ... 56

6.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 56

6.2.6 Jumlah Upah dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai per Bulan ... 57

6.2.7 Alokasi Waktu Kerja ... 60

6.2.8 Tingkat Produktivitas ... 61

6.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ... 62

6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja... 65

6.4.1 Jenis kelamin ... 65

6.4.2 Umur... 65

6.4.3 Tingkat Pendidikan ... 66

6.4.4 Beban Tanggungan... 66

6.4.5 Pengalaman Kerja ... 67

6.4.6 Alokasi Waktu Kerja... 67

6.4.7 Upah Rata-rata dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai per Bulan ... 68

6.4.8 Dummy Status Pekerjaan ... 69

VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 70

7.1 Kesimpulan ... 70

7.2 Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA... 73

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Penyebaran Penduduk per Kecamatan dan Jumlah per Jenis

Kelamin Kota Bukittinggi Tahun 2004 ... 38

2. Mata Pencaharian Penduduk Kota Bukittinggi (Usia 15-60 tahun) Kota Bukittinggi Tahun 2004 ... 40

3. Perkembangan PAD dan Penerimaan Pajak Kota Bukittinggi ... 40

4. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang Terdaftar pada Industri Kecil Makanan dan Minuman Kota Bukittinggi Tahun 2004... 41

5. Industri Kecil Kerupuk Sanjai yang Berizin di Kota Bukittinggi Kota Bukittinggi Tahun 2004... 44

6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 55

7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 56

8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai... 56

9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga... 57

10. Distribusi Responden Berdasarkan Upah dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai... 58

11. Tanggapan Responden Terhadap Upah yang Diterima ... 60

12. Distribusi Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Kerja ... 60

13. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas... 61

14. Distribusi Responden yang Pernah Bekerja dan Tidak Pernah Bekerja Sebelum Bekerja di Industri Kecil Kerupuk Sanjai ... 62

15. Alasan Responden Memilih Bekerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai... 62

16. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi.... 63

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Pertanyaan... 75 2. Data Hasil Survey Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mencapai keseimbangan, keserasian dan keselarasan seluruh aspek-aspek pembangunan. Program pembangunan nasional harus dapat direncanakan dengan baik dan terpadu secara menyeluruh untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut.

Pembangunan nasional yang berkelanjutan ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa, sehingga diharapkan mampu mencapai ketentraman dan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh masyarakat. Dalam mewujudkan harapan-harapan tersebut pemerintah selama ini berupaya melaksanakan pembangunan di berbagai bidang dan sektor pembangunan. Hal ini diwujudkan dengan program-program pembangunan yang bertahap, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Pembangunan betahap ini pada akhirnya disusun dalam bentuk program pembangunan jangka pendek dan program pembangunan jangka panjang.

Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur perekonomian negara tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke sektor modern yang didominasi oleh sektor industri dengan increasing return to scale

yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi (Weis dalam

(17)

ekonomi adalah distribusi kesempatan kerja menurut sektor. Pergeseran kesempatan kerja dari sektor pertanian ke industri merupakan gejala industrialisasi. Daya serap sektor pertanian Indonesia untuk tenaga kerja masih sangat tinggi sekitar 50-60 persen sedangkan kontribusi terhadap pembangunan hanya sekitar 17 persen, dibandingkan dengan sektor industri yang menyumbang sekitar 28 persen dengan daya serap tenaga kerja yang masih sangat relatif kecil.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan Indonesia selain jumlah yang relatif besar, alokasi yang tidak merata, serta tingkat pendidikan yang rendah, hal ini terlihat dengan rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja. Rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1,4 persen pertahun. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pembangunan nasional karena menimbulkan peningkatan angkatan kerja yang akan memasuki pasar tenaga kerja, sedangkan rata-rata mereka memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah atau merupakan tenaga kerja tidak terdidik, sedangkan lapangan kerja yang tersedia relatif kecil. Berdasarkan data BPS tahun 2004, angkatan kerja Indonesia mencapai 103,973 juta jiwa dan lebih 50 persen diantaranya berada di pedesaan yang bekerja di sektor pertanian.

(18)

bahkan ada kecenderungan dengan semakin meningkatnya penawaran tenaga kerja, sementara di satu sisi aktivitas ekonomi yang ada tidak mampu menyerap tenaga kerja berlebih sehingga terjadi apa yang dikenal dengan pengangguran.

Angkatan kerja Indonesia selain jumlah yang besar juga rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Jika tingkat pendidikan pekerja berkolerasi positif dengan keterampilan dan produktivitas, kondisi ini menunjukkan sebagian besar tenaga kerja Indonesia merupakan pekerja yang memiliki keterampilan yang rendah dan dengan produktivitas yang rendah.

Fenomena ini menyulitkan sebagian besar angkatan kerja Indonesia untuk bekerja di sektor formal, yang mensyaratkan tingkat pendidikan yang tinggi dan keahlian. Hal ini menjadi masalah utama yang dihadapi dalam pembangunan nasional, yaitu dengan semakin sempitnya kesempatan kerja di sektor formal sementara angkatan kerja terus mengalami peningkatan. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan memberdayakan sektor informal serta sektor ekonomi tradisional, karena selama ini sebagian besar tenaga kerja yang tidak terserap oleh aktivitas ekonomi sektor formal, bekerja di sektor informal yang mampu menyerap lebih dari 60 persen angkatan kerja yang ditawarkan dipasaran (Wirakartakusuma, 1998). Salah satu sektor informal yang memberikan peranan yang besar dalam penciptaan lapangan pekerjaan adalah industri kecil dan menengah.

(19)

tersebut sebagai motor penggerak perekonomian. Industri kecil dapat berkembang dengan mudah karena tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, teknologi yang digunakan juga relatif sederhana dan bahan baku pun relatif mudah diakses. Salah satu industri kecil yang berpotensi untuk dikelola atau dikembangkan adalah industri kecil keripik singkong ( kerupuk sanjai). Industri kecil ini telah ada sejak lama dan berkembang di daerah pedesaan pada beberapa provinsi di Indonesia salah satunya di Sumatera Barat.

Salah satu sentra produksi keripik singkong di Sumatera Barat adalah Kota Bukittinggi. Industri kecil ini telah dikenal cukup lama dan turun temurun bagi masyarakat Sumatera Barat. Keripik singkong atau yang lebih dikenal dengan kerupuk sanjai merupakan salah satu makanan khas masyarakat dari daerah ini, karena mempunyai ciri khas tertentu dibandingkan hasil produksi daerah lain.

1.2 Perumusan Masalah

Industri kecil merupakan sektor industri yang cukup mampu bertahan dari guncangan ekonomi. Industri kecil kerupuk sanjai merupakan industri yang cukup potensial untuk dikembangkan, karena industri ini telah menciptakan lapangan kerja dan dapat menyerap tenaga kerja di daerah pedesaan dan kota-kota kecil. Kondisi ini merupakan indikator yang baik untuk mengembangkan industri ini lebih lanjut.

(20)

Permasalahan tersebut pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian yang mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas industri kecil kerupuk sanjai.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, industri kecil di Kota Bukittinggi tumbuh sekitar 15-20 persen. Pertumbuhan ini tergolong stabil semenjak tahun 1999. Hal ini sangat berperan besar bagi sumber pendapatan Kota Bukittinggi dan sebagai lapangan kerja yang potensial.

Perkembangan dan pertumbuhan industri kecil yang relatif stabil secara umum, tapi pada industri kecil kerupuk sanjai yang merupakan industri kecil tradisional yang telah ada pertumbuhannya relatif lambat. Hal ini terjadi karena mulai muncul industri-industri kecil lain yang merupakan industri kecil substitusi dari industri kecil kerupuk sanjai ini, seperti industri makanan kecil dan kue-kue kering. Industri kecil ini mampu berkembang dengan pesat berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, produksi industri makanan kecil dan kue kering ini mencapai 4.367.075.000 rupiah sedangkan industri kecil kerupuk sanjai hanya sekitar 1.990.500.000 rupiah.

(21)

Menurut Tambunan (2001), salah satu indikator dalam mengukur besarnya dampak keterbatasan teknologi dan sumberdaya manusia terhadap kinerja sektor industri adalah produktivitas, baik secara parsial dari masing-masing faktor produksi yang digunakan maupun secara keseluruhan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam suatu proses produksi. Permasalahan efisiensi produksi juga dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi faktor baik itu internal maupun eksternal, untuk itu perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai serta bagaimana karakteristik tenaga kerja pada industri kecil ini.

(22)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan penetapan kebijakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai. Karakteristik industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi perlu diidentifikasi untuk mendukung analisa selanjutnya yang lebih mendalam, untuk mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Produktivitas tenaga kerja dianalisa dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut dan berapa besar pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Identifikasi karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai perlu dilakukan untuk dapat mendukung analisa lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimanakah karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?

2. Bagaimanakah karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?

3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

(23)

1. Mengidentifikasi karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi

2. Menganalisa karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Industri Kecil

Menurut BPS (1998) industri pengolahan adalah suatu kegiatan perekonomian yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). Industri kecil adalah suatu usaha dalam perekonomian yang merupakan proses yang bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan pengelompokkan perusahaan atau industri pengolahan dibagi dalam empat kategori yaitu industri kerajinan, industri kecil, industri sedang, dan industri besar. Adapun pengertian industri kecil yaitu suatu kegiatan industri yang menghasilkan barang-barang melalui proses pengolahan dengan menggunakan keterampilan atau teknologi sederhana, madya dan modern.

Terdapat beberapa penggolongan industri kecil berdasarkan pada jumlah pekerja, jumlah investasi, jenis komoditi dan penggunaan teknologi (BPS, 2004). Penggolongan industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja dibagi dalam empat golongan yaitu :

1. Industri kerajinan rumah tangga dengan jumlah pekerja 1-4 orang. 2. Industri kecil dengan jumlah pekerja 5-19 orang.

(25)

Sedangkan penggolongan industri kecil berdasarkan produk yang dihasilkan menurut Departemen Perindustrian dan Pergadangan digolongkan kedalam 5 golongan yaitu :

1. Industri kecil pengolahan pangan 2. Industri kecil sandang pangan dan kulit 3. Industri kecil kimia dan bangunan 4. Industri kecil logam

5. Industri kecil kerajinan dan umum

Selain itu Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1993), juga menggolongkan industri berdasarkan tipe industri dan penggunaan teknologi yang terdiri dari :

1. Industri kecil tersier dan teknologi yang sederhana 2. Industri kecil modern dan teknologi madya

3. Industri kerajinan dengan teknologi sederhana atau madya

Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1995 tentang pembinaan usaha kecil, memberikan defenisi industri kecil adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar.

3. Dimiliki atau dikelola oleh warga negara Indonesia, berdiri sendiri dan berbentuk usaha perorangan atau badan usaha yang tidak berbadan hukum atau berbadan hukum koperasi.

(26)

memakai tenaga kerja keluarga dan tidak dibayar, tidak mempunyai tempat kerja khusus, biasanya digabungkan dengan rumah tangga itu sendiri dan teknologi yang digunakan adalah teknologi sederhana (tradisional). Industri kecil adalah industri dengan sifat-sifat tempat produksi terpisah dari rumah, tetapi masih dalam lingkungan halaman dengan menggunakan tenaga kerja yang digaji dan teknologi serta metode yang digunakan lebih maju dibandingkan dengan industri rumah tangga.

Berdasarkan beberapa kriteria yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri makanan seperti industri kecil kerupuk sanjai dan kue-kue kecil ini adalah suatu industri pengolahan dengan menggunakan teknologi sederhana terbatas dan memiliki tenaga kerja yang terbatas serta berkembang di daerah pedesaan dan daerah pinggiran kota.

2.2 Peranan Industri Kecil

(27)

berhubungan dengan ekonomi dan sosial dalam masyarakat pedesaan khususnya dan masyarakat dalam negeri pada umumnya.

Peranan industri kecil Indonesia cukup strategis, selain sebagai penyerap tenaga kerja yang tinggi, penghasil devisa dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat sekitar industri. Permasalahan utama Indonesia adalah pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya (1,4 persen), hal ini menimbulkan laju pertumbuhan tenaga kerja yang tidak sebanding dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan.

Industri kecil menyerap tanaga kerja dalam jumlah yang besar seperti halnya industri sedang dan besar. Industri kecil disamping dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, juga menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah. Kemampuan industri kecil menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah sangat sesuai dengan rata-rata tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia.

Menurut Arsyad (1993), industri kecil terbukti lebih dinamis menghadapi perubahan permintaan terhadap produknya daripada produk-produk yang dihasilkan industri sedang dan besar. Produk-produk industri kecil lebih sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen lokal.

(28)

2.3 Kesempatan Kerja

Tenaga kerja mempunyai pengertian sebagai orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik itu di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya dan masyarakat. Ruang lingkup tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja ataupun sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (BPS, 2000).

Menurut Departemen Tenaga Kerja kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan yang tersedia untuk pekerja melalui suatu kegiatan ekonomi produksi. Sedangkan menurut Djauhari (1998), kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk diisi melalui suatu kegiatan ekonomi (produksi). Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lowongan pekerjaan yang belum diisi. Lowongan pekerjaan mengandung arti adanya kesempatan kerja untuk diisi dan hal ini lazim disebut dengan kebutuhan tenaga kerja. Kesempatan kerja dalam hal ini ditujukan untuk penyerapan tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang diserap dalam pengusahaan kerupuk sanjai, atau dalam hal ini jumlah tenaga kerja yang langsung diperlukan untuk membuat kerupuk per satuan tertentu.

2.4 Produktivitas Tenaga Kerja

(29)

peranan yang penting dalam proses peningkatan produktivitas produksi, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya juga merupakan hasil karya manusia. Menurut Simanjuntak (1983), produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dari peran tenaga kerja per satuan waktu. Secara sederhana produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran efektivitas tenaga kerja dalam menghasilkan produk dalam satuan waktu tertentu.

Dilihat dari sisi teori ekonomi mikro, produktivitas mengacu pada kemampuan maksimal seorang pekerja untuk menghasilkan output. Kenyataannya, pekerja tersebut belum tentu atau mampu memanfaatkan seluruh kemampuannya, produktivitas semacam ini disebut produktivitas fisik. Produktivitas yang dikaitkan dengan harga pasar disebut produktivitas nilai, yang harganya sama dengan harga output dikalikan produktivitas fisik (Simanjuntak, 1985).

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Simanjuntak (1985), produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja terdiri atas tiga bagian, yakni :

(30)

2. Sarana pendukung tenaga kerja, mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. Lingkungan kerja meliputi keselamatan dan kesehatan kerja, sarana produksi dan teknologi, sedangkan kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem upah dan jaminan sosial.

3. Supra sarana yang meliputi kebijakan pemerintah.

Dalam teori human capital, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui investasi sunberdaya manusia (SDM). Investasi sumberdaya manusia dapat dilakukan dalam bentuk : (1) pendidikan dan latihan; (2) migrasi; dan (3) perbaikan gizi dan kesehatan (Simanjuntak, 1985).

Reksasudharma (1989), mengungkapkan bahwa masalah kualitas tenaga kerja perlu diperhitungkan karena kualitas ini berpengaruh terhadap keragaan kerja yang produktif. Empat variabel yang dapat mempengaruhi kualitas tenaga kerja adalah komposisi umur dan jenis kelamin, pendidikan dan latihan, kondisi fisik dan kesungguhan daya untuk produktif. Untuk mengestimasi pengaruh keempat variabel tersebut terhadap input tenaga kerja pada umumnya digunakan tingkat upah sebagai penimbang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hubungan antara faktor-faktor dari tenaga kerja yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

(31)

Dimana : P = Produktivitas tenaga kerja

X1,...,Xn = Faktor-faktor internal tenaga kerja, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, kondisi sosial ekonomi tenaga kerja serta faktor-faktor psikologis. Y1,..,Ym = Faktor-faktor eksternal tenaga kerja seperti kebijakan

pemerintah, linkungan kerja, upah, kesempatan berprestasi.

2.6 Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian Simanjuntak (1997), dari enam variabel yang dianalisis ternyata hanya terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja pengrajin rotan pada industri kecil rotan. Adapun keempat variabel yang berpengaruh tersebut adalah pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan alokasi waktu kerja sedangkan, umur dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengrajin rotan.

(32)

Sedangkan hasil penelitian Budi (2001), diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pengrajin pada industri tahu di Kota Bogor, ternyata yang berpengaruh nyata adalah umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, dan alokasi waktu kerja. Umur berpengaruh nyata terhadap produktivitas pada taraf kepercayaan 95 persen. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen sedangakan tingkat upah berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen. Pengalaman kerja pada industri kecil tahu, tingkat pendidikan dan jumlah pengeluaran per bulan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengarajin pada industri kecil tahu di Kota Bogor.

(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Dasar Pemikiran

Peningkatan angakatan kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun tidak diiringi peningkatan lapangan kerja yang memadai (lapangan kerja meningkat dengan proporsi yang lebih kecil). Masalah lapangan kerja merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi dalam pembangunan. Lapangan kerja berfungsi sebagai wahana untuk menempatkan manusia pada posisi sentral dalam pembangunan. Lapangan kerja merupakan sumber pendapatan bagi angkatan kerja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi tingkat produktivitas seseorang maka akan semakin besar pilihannya dalam dunia kerja (kesempatan kerja)

(34)

Kondisi sektor pertanian di Kota Bukittinggi yang lebih cenderung tidak berkembang mendorong sebagian masyarakat mencurahkan waktunya pada sektor informal, yaitu industri kecil makanan salah satunya industri kecil kerupuk sanjai. Perkembangan industri kecil yang pada umumnya merupakan industri tradisional cukup pesat, sekitar 15 persen tiap tahunnya. Selain merupakan industri tradisional dan turun temurun tingkat pendidikan pengrajin pun relatif rendah. Kondisi ini merupakan salah satu masalah bagi pengusaha industri kecil dan tenaga kerjanya meningkatkan produktivitas kerja. Untuk itu perlu ada upaya peningkatan produktivitas industri kecil, sehingga mampu berkembang secara efisien dan mampu menjadi industri kecil yang maju dan mandiri.

Langkah untuk meningkatkan produktivitas industri kecil, membutuhkan upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja ini diharapkan mampu membuat industri kecil berkembang secara efisien dan menjadi industri kecil yang maju dan mandiri.

(35)

Penelitian ini akan mengidentifikasi beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kerja tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai. Adapun faktor-faktor yang akan diukur dan dianalisa dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah yang diterima perbulan, alokasi waktu kerja dan status pekerjaan.

3.2 Konsep Pokok

3.2.1. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja

Konsep yang digunakan dalam mengukur tingkat produktivitas kerja tenaga kerja adalah mengacu pada konsep pengukuran Dewan Produktivitas Nasional dalam Ravianto (1986) yang menyatakan bahwa produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Pengukuran dilakukan dengan pendekatan jumlah upah yang diterima tenaga kerja kerupuk sanjai.

3.2.1.1 Output

(36)

3.2.1.2 Input

Input merupakan kontribusi dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh output. Secara umum, faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah modal, tanah, tenaga kerja dan teknologi. Untuk mengukur produktivitas tenaga kerja maka diasumsikan tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang digunakan dalam proses produksi. Satuan pengukuran tenaga kerja sebagai input dihitung berdasarkan jam kerja karyawan. Jam kerja ini dihitung berdasarkan berapa jam kerja yang dialokasikan seorang tenaga kerja dalam sehari.

3.2.1.4 Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin ikut menentukan tingkat partsipasi dan produktivitas seseorang dalam bekerja. Tenaga kerja pada dasarnya tidak dapat dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Tetapi pada umumnya laki-laki akan lebih produktif untuk pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik. Seperti pada industri kecil kerupuk sanjai tenaga kerja laki-laki lebih dibutuhkan karena pada industri ini mengandalkan kekuatan fisik.

3.2.1.3 Umur

(37)

kerja. Seperti tenaga kerja kerupuk sanjai, usia akan sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya karena lebih dominan mengandalkan kekuatan fisik.

3.2.1.5 Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pikiran, wawasan serta pandangannya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih baik dan cepat sehingga output yang dihasilkan akan bernilai lebih tinggi. Selain itu, keterampilan seseorang juga memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas. Keterampilan berkembang melalui dan di dalam pekerjaan, dimana keterampilan dapat ditingkatkan melalui latihan.

3.2.1.6 Pengalaman Kerja

Pengalaman dalam pekerjaan industri kecil kerupuk sanjai pada umumnya meningkatkan kemampuan kerja seseorang. Pengalaman kerja dapat menggambarkan tingkat penguasaan seseorang terhadap sesuatu pekerjaan, yang ada pada akhirnya menjadi ahli dibidangnya atau dengan kata lain menjadi spesialisasi. Dengan demikian, kesempatan memasuki lapangan pekerjaan untuk orang yang lebih berpengalaman akan lebih besar.

3.2.1.7 Jumlah Tanggungan Keluarga

(38)

meningkatkan produktivitas kerja sehingga pendapatan yang diterima akan meningkat.

3.2.1.8 Tingkat Upah

Upah merupakan salah satu alat motivator untuk meningkatkan produktivitas kerja karena upah merupakan imbalan yang akan diterima seseorang setelah bekerja, makin tinggi upah akan membuat karyawan meningkatkan produktivitas kerjanya.

3.2.1.9 Alokasi Waktu Kerja

Alokasi waktu kerja adalah lamanya tenaga kerja bekerja pada industri kecil tersebut selama sehari. Pada kondisi normal seorang tenaga kerja akan mengalokasikan waktu 7 jam per hari untuk bekerja. Tenaga kerja akan meningkatkan alokasi waktu kerjanya, jika peningkatan tersebut akan meningkatkan pendapatannya.

3.2.1.10 Status Pekerjaan

Status pekerjaan adalah seorang tenaga kerja bekerja pada industri kecil tersebut secara penuh (pekerjaan utama) atau paruh waktu (pekerjaan sampingan). Status pekerjaan ini diidentifikasi dengan variabel dummy, yaitu dummy status pekerjaan

(39)

(1986). Penelitian penelitian terdahulu tentang analisis produktivitas tenaga kerja pada industri kecil, seperti Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Tahu di Kota Bogor (Budi, 2001), Analisis Produktivitas Pengrajin Rotan (Simanjuntak, 1997), Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kotabaru (Tutuhatunewa, 1998) mengindentifikasi faktor umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, alokasi waktu kerja, dan tingkat upah terlihat sangat signifikan pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja. Faktor lain seperti pengalaman kerja dan pengeluaran rata-rata per bulan juga berpengaruh tapi pada tingkat yang lebih rendah.

Dengan demikian dipilihnya faktor-faktor untuk menganalisa produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai, seperti yang telah diuraikan di atas. Faktor-faktor yang akan dianalisis dapat dirumuskan dengan fungsi sebagai berikut :

P = f (X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7,X8)………(2)

Dimana : P = Produktivitas (Rp/orang/jam) X1 = Jenis kelamin

X2 = Umur (tahun)

X3 = Tingkat pendidikan (Tahun) X4 = Pengalaman kerja (tahun)

X5 = Jumlah tanggungan keluarga (orang)

X6 = Alokasi waktu kerja (jam/hari) X7 = Tingkat upah (Rp/bulan)

(40)

3.3 Definisi Operasional

Untuk menghindari ketidaksamaan pandangan dalam pengertian maka terdapat beberapa hal yang perlu diberikan batasan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian. Batasan-batasan tersebut meliputi hal-hal pokok, yaitu :

1. Kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk diisi melalui suatu kegiatan ekonomi (produksi).

2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Satuan yang digunakan adalah orang.

3. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (Rp/orang/jam).

4. Umur adalah umur karyawan atau tenaga kerja yang diwawancarai (tahun).

5. Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun pendidikan formal (sekolah) yang pernah dijalani responden selama hidupnya.

6. Jumlah tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab dan dibiayai rutin oleh seorang tenaga kerja baik anak-anak, orang tua atau usia dewasa yang belum bekerja dan dibiayai. 7. Pengalaman kerja pada industri kecil kerupuk sanjai adalah lamanya

karyawan melakukan pekerjaan tersebut (tahun).

(41)

9. Alokasi waktu kerja adalah lamanya karyawan bekerja pada industri kerupuk sanjai selama sehari (jam/hari).

10. Pekerjaan utama adalah seorang yang bekerja penuh pada pekerjaan tersebut atau menggandalkan pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

11. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan lain sambilan seseorang disamping pekerjaan utamanya.

3.4 Hipotesis

Pada penelitian ini diharapkan adanya hubungan yang signifikan antara karakteristik tenaga kerja yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, alokasi waktu kerja dan dummy status pekerjaan dengan produktivitas. Semua variabel yang dianalisa sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai diharapkan berbanding lurus dengan peningkatan tingkat produktivitas tenaga kerja. Setiap faktor-faktor tersebut diharapkan ;

1. Tenaga kerja laki-laki diharapkan lebih produktif dari pada tenaga kerja wanita.

2. Umur tenaga kerja yang berada dalam usia produktif (15-60 tahun) diharapkan berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja. 3. Tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang tinggi

berhubungan positif dengan tingkat produktivitas tenaga kerja.

(42)

5. Semakin lama seseorang bekerja pada industri kecil kerupuk sanjai diharapkan produktivitasnya akan semakin tinggi.

6. Semakin tinggi tingkat upah yang dibayarkan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

7. Alokasi waktu kerja, semakin banyak waktu yang dialokasikan tenaga kerja untuk bekerja diharapkan akan meningkatkan produktivitasnya. 8. Pekerja yang bekerja penuh di industri kecil kerupuk sanjai diharapkan

(43)

Hubungan Karakteristik

Produksi yang dihasilkan suatu industri sangat dipengaruhi produktivitas dari faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama yang paling mempengaruhi produksi pada industri kecil, karena industri kecil memiliki modal yang sedikit serta teknologi yang digunakan sangat sederhana. Jadi produktivitas tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan industri kecil, peningkatan produktivitas tenaga kerja akan menentukan kelangsungan industri.

Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal yang harus dianalisa secara mendalam. Identifikasi karakteristik industri

(44)
(45)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Bukittinggi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Bukittiggi salah satu sentra industri kecil kerupuk sanjai. Pengambilan data dilapangan dilakukakan selama bulan Februari sampai Maret 2006.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan pengusaha dan tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder sebagai penunjang dan pelengkap diperoleh dari Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi, Biro Pusat Statistik Kota Bukittinggi dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

(46)

diwawancarai hanya yang berada di tempat dan tidak semua karyawan bersedia untuk diwawancarai. Jadi dalam mewawancarai karyawan digunakan beberapa kriteria karyawan yang memenuhi syarat untuk diwawancarai yang dapat mendukung penelitian ini ;

1. Karyawan yang diwawancarai pada saat wawancara berada (bekerja) pada industri kecil yang menjadi sampel.

2. Karyawan yang diwawancarai bukan merupakan tenaga kerja keluarga. 3. Karyawan tersebut telah bekerja di industri kerupuk sanjai tersebut

lebih dari satu tahun.

4.4 Metode Analisis

4.4.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik industri kecil kerupuk sanjai dan mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Analisis deskriptif didasarkan pada data hasil survey dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada tenaga kerja dan pengusaha industri kerupuk sanjai. Data hasil survey di rata-rata dan dipersentase berdasarkan beberapa kriteria tertentu yang dapat menggambarkan karakteristik tenaga kerja industri kerupuk sanjai secara umum, seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah yang diterima, beban tanggungan dan alokasi waktu dalam bekerja.

4.4.2 Metode Analisis Data

(47)

diperoleh bagaimana pengaruh beberapa variabel terhadap produktivitas kerja karyawan. Analisis data primer menggunakan model regresi linier berganda dan parameter regresi diduga dengan metode pendugaan kuadrat kecil biasa (Ordinary Least Square) yang didasarkan pada beberapa alasan pemilihan metode ini dengan pertimbangan; metode ini mempunyai sifat dan karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan. Beberapa asumsi OLS adalah :

1. Nilai rata-rata penganggu sama dengan nol, yaitu E ( i) = 0, untuk setiap I, dimana I = 1,2,3,…,n. artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari i tergantung pada Xi tertentu adalah nol.

2. Varian ( i) = ( i2) = 2, sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi homoskedastisitas), artinya varian i untuk setiap I yaitu varian bersyarat untuk i adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan 2.

3. Variabel bebas X1, X2,…,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas dari kesalahan pengganggu i, E(Xi i) = 0.

4. Tidak ada multikolinieritas, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel bebas.

(48)

alokasi waktu kerja serta variabel dummy status pekerjaan untuk mengidentifikasi pekerja yang bekerja penuh atau sampingan di industri kecil kerupuk sanjai. Dengan demikian model produktivitas adalah :

P = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6)………(3)

Model produktivitas secara ekonometrik dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi linier berganda yaitu :

P=b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+ei ………(4) Dimana : P = Produktivitas (pendapatan (Rp/orang/jam)

X1 = Jenis kelamin X = 1, laki-laki X = 0, wanita X2 = Umur (tahun)

X3 = Tingkat pendidikan (Tahun)

X4 = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X5 = Pengalaman kerja (tahun)

X6 = Alokasi waktu kerja (jam/hari) X7 = Tingkat Upah (Rp/bulan) X8 = Dummy status pekerjaan

X = 1, pekerjaan utama X = 0, pekerjaan sampingan b0 = Konstanta

(49)

* Nilai parameter bebas semuanya dalam model ekonometrik ini diharapkan bernilai positif. Sesuai dengan hipotesis yang diharapakan variabel-variabel diatas berbanding lurus dengan produktivitas tenaga kerja, sehingga parameter bebas masing-masing variabel diharapkan bernilai positif. Jadi nilai masing-masing parameter bebas:

b1 b1 diharapkan bernilai positif

b2 b2 diharapkan bernilai positif

b3 b3 diharapkan bernilai positif

b4 b4 diharapkan bernilai positif

b5 b5 diharapkan bernilai positif

b6 b6 diharapkan bernilai positif b7 b7 diharapkan bernilai positif

b8 b8 diharapkan bernilai positif

Penolahan data dari hasil wawancara dengan responden dilakukan dengan menggunakan program komputer Minitab for Window Release 14.

4. 5 Pengujian Hipotesis

(50)

Untuk pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai adalah :

H0 : bi = 0 H1 : bi 0

Untuk menguji variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada model digunakan uji P, adapun statistiknya adalah :

Bila : 1. P-Value > (10 persen) H0 terima 2. P-Value < (10 persen) H0 tolak dimana : (100 persen – taraf kepercayaan)

Jika H0 diterima berarti variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Sebaliknya, apabila H0 ditolak berarti variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, minimal sampai taraf kepercayaan 90 persen.

Untuk mengetahui apakah secara statistik variabel-variabel bebas yang dipilih secara bersama-sama atau tidak mempengaruhi variabel tak bebas dapat dilihat dari nilai-P pada uji-F.

Uji-F yang digunakan adalah :

Fhitung = Jumlah Kuadrat Regresi/ (k-1) Jumlah Kuadrat Sisa/ (n-k) dimana ; n = jumlah pengamatan

k = jumlah parameter

Untuk pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai secara bersama-sama adalah :

H0 : b1 = b2 = b3 = … = bi = 0

(51)

Untuk menguji variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada model digunakan uji- F, adapun statistiknya adalah :

Bila : 1. Fhitung > Ftabel (k-1;n-k) H0 tolak 2. Fhitung < Ftabel (k-1;n-k) H0 terima

(52)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI

5.1 Kondisi Geografis

Kota Bukittinggi secara geografis terletak antara 100°20 -100°25 BT dan 00°16 - 00°20 LS yang berada pada ketinggian 780-950 meter di atas permukaan laut. Luas daerah Kota Bukittinggi lebih kurang 25.239 Km2. Luas wilayah Kota Bukittinggi ini hanya merupakan 0,06 persen dari luas seluruh wilayah Propinsi Sumatera Barat. Seluruh wilayah Kota Bukittinggi berbatasan langsung dengan nagari-nagari yang berada di bawah pemerintahan Kabupaten Agam.

(53)

Kota Bukittinggi merupakan wilayah yang berbukit dengan lapisan tuff dari lereng Gunung Merapi sehingga tanah disekitarnya relatif subur yang sangat cocok untuk lahan pertanian. Kota Bukittinggi dialiri dua sungai kecil disebelah barat dan timur, yaitu sebelah timur dialiri Sungai Batang Tambuo dan Sungai Batang Sianok sebelah barat. Pemanfaatan lahan untuk pertanian sangat sedikit, hal ini bertolak belakang dengan kondisi lahan. Sebagian besar wilayah Kota Bukittinggi digunakan untuk pemukiman penduduk, pasar dan hotel. Hal ini didorong karena letak Kota Bukittinggi yang strategis, sehingga lebih cocok dijadikan daerah pusat perdagangan dan pelayanan jasa. Kota Bukittinggi telah dikenal sebagai pusat perdagangan di daerah Sumatera Barat sejak zaman penjajahan dan fungsinya pun didukung dengan fasilitas yang cukup memadai seperti pasar dan sarana transportasi yang lancar ke berbagai daerah disekitarnya.

5.2 Kondisi Kependudukan

Tabel 1. Penyebaran Penduduk Kota Bukittinggi per Kecamatan dan Jumlah per Jenis Kelamin Tahun 2004

Kecamatan Luas Sumber : BPS Kota Bukittinggi, 2004

(54)

Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan jumlah 22.334 orang. Kecamatan Guguak Panjang merupakan kecamatan terpadat, dengan kepadatan sekitar 5.581 orang per Km2. Pada tahun 2004 jumlah penduduk Kota Bukittinggi mencapai 100.333 orang, perbandingan antara penduduk perempuan dan laki-laki relatif seimbang. Pertumbuhan penduduk Kota Bukitting cukup tinggi dengan tingkat pertumbuhan 2,2 persen per tahun.

Penduduk Kota Bukittinggi sebagian besar bekerja dibidang perdagangan, yaitu sekitar 45,28 persen penduduk bekerja dibidang perdagangan ini. Pekerjaan dibidang perdagangan didukung dengan letak Kota Bukittinggi yang cukup strategis dalam lintas perdagangan antar kota, kabupaten maupun propinsi. Kota Bukittinggi memiliki pusat perbelanjaan grosir terbesar yang ada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu Pusat Grosir Pasar Aur Kuning. Sektor jasa berada pada urutan berikutnya dengan menyerap sekitar 23,04 persen penduduk Kota Bukittinggi yang bekerja dibidang jasa, perkembangan sektor ini juga didukung oleh peran Kota Bukittinggi sebagai pusat perdagangan di Propinsi Sumatera Barat.

(55)

Tabel 2. Mata Pencaharian Penduduk Kota Bukittinggi (Usia 15-60 tahun) Tahun 2004

No Lapangan pekerjaan Utama Persentase (%)

1. Pertanian 3,79

2. Pertambangan dan Penggalian 1,08

3. Industri 12,25

4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,54

5. Kontruksi 3,23

6. Perdagangan 45,28

7. Angkutan dan Komunikasi 7,82

8. Keuangan 2,97

9. Jasa 23,04

Sumber : BPS Kota Bukittinggi, 2004

5.3 Kondisi Perekonomian Daerah

Kondisi perekonomian Kota Bukittinggi dari tahun 2000 sampai 2004 mengalami perkembangan yang cukup stabil dari tahun ke tahun. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bukittinggi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dari tahun 2000 sampai tahun 2004. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah terbesar yang mencapai Rp 6.612.644.000 pada tahun 2004 atau sekitar 33,27 persen dari PAD tahun tersebut. Hal ini disebabkan oleh sumber pajak yang dapat digali seperti dari sektor perdagangan, jasa, industri dan angkutan yang merupakan pekerjaan sebagian besar penduduk Kota Bukittinggi. Kondisi perkembangan PAD dan penerimaan pajak Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan PAD dan Penerimaan Pajak Kota Bukittinggi.

Tahun PAD Pajak

(56)

Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi perkembangan industri kecil dan rumah tangga cukup pesat, dengan pertumbuhan 15 persen sampai 20 persen tiap tahun semenjak tahun 1998. Hal ini terjadi karena banyaknya terjadi pemutusan hubungan kerja pada perusahaan-perusahaan swasta, industri kecil dan rumah tangga menjadi sektor yang banyak diusahakan oleh penduduk Kota Bukittinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Bukittinggi tahun 2004 sekitar 12.290 orang penduduk Kota Bukittinggi bekerja di sektor industri, industri makanan merupakan salah satu yang memperkerjakan sekitar 2.035 orang pada tahun 2004. Industri makanan yang terdapat di Kota Bukittinggi sekitar 434 industri dengan rincian 150 yang telah memiliki izin sedangakan yang lain belum mempunyai izin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Penyerapan tenaga kerja serta jumlah industri berdasarkan jenis makanan dan minuman yang diproduksi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang Terdaftar pada Industri Kecil Makanan dan Minuman di Kota Bukittinggi Tahun 2004

No Jenis Industri Memiliki Izin

(57)

5.4 Gambaran Umum Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi Industri merupakan lapangan kerja yang cukup potensial di Kota Bukittinggi, hal ini terlihat dari persentase besarnya penduduk Kota Bukittinggi yang bekerja di sektor industri cukup besar sekitar 12,25 persen. Industri yang berkembang di Kota Bukittinggi sebagian besar merupakan industri kecil dan industri rumah tangga. Pertumbuhan industri kecil dan rumah tangga di Kota Bukittinggi semenjak krisis ekonomi 1998 semakin pesat, sekitar 15 persen sampai 20 persen per tahun. Menurut keterangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi hal ini banyak disebabkan banyaknya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sehingga mereka banyak beralih ke usaha industri kecil dan rumah tangga.

Industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu usaha industri kecil kerupuk sanjai yang memproduksi sendiri dan sekaligus memasarkan sendiri dan usaha industri kecil kerupuk sanjai yang hanya memproduksi untuk memasok pedagang-pedagang kecil dan untuk dipasarkan keluar daerah melalui pedagang perantara. Hal ini terjadi karena pengusaha terbatas dalam modal dan tidak mau ambil resiko untuk memasarkan langsung.

(58)

formal dan non-formal. Usaha yang bersifat formal adalah usaha industri kecil kerupuk sanjai yang telah melaporkan dan mendaftarkan keberadaan usahanya di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi, sedangkan usaha industri kerupuk sanjai yang sifatnya non-formal adalah usaha yang tidak melapor dan mendaftarkan keberadaan usahanya. Usaha industri kecil kerupuk sanjai yang formal berjumlah sekitar 20 unit usaha sedangkan usaha non formal menurut informasi lebih banyak , sekitar dua kali lipat jumlah usaha formal yang ada. Industri kecil kerupuk sanjai yang non formal merupakan salah satu masalah dalam pengembangan industri kecil secara umum di Kota Bukittinggi. Industri non formal ini hanya memberi kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja namun tidak memberi kontribusi dalam pembangunan dalam bentuk pajak secara langsung.

(59)

Tabel 5. Industri Kecil Kerupuk Sanjai yang Berizin di Kota Bukittinggi Tahun 2004

No Nama Perusahaan Investasi (Rp 000)

(60)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi

6.1.1 Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang

Umumnya industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi, bahan baku menjadi masalah yang menarik untuk diamati mulai dari masalah kelangkaan bahan baku yang berdampak langsung terhadap kontinuitas produksi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kerupuk sanjai adalah singkong sedangkan garam, air, cabe dan gula merupakan bahan penunjang.

1. Singkong

Singkong biasanya disuplai daerah sekitar industri, tetapi bila kebutuhan meningkat singkong didatangkan dari Kota Payakumbuh, Nagari Gadut Kabupaten Agam. Harga singkong ini sangat sering berfluktuasi karena singkong yang tersedia sulit untuk diprediksi karena petani yang menanam singkong, mereka menanam singkong tergantung selera mereka. Jadi sering singkong tersedia dengan jumlah yang banyak dan hargapun murah, kadang singkong sulit untuk didapatkan sehingga pengusaha harus mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkannya.

2. Air

(61)

3. Garam

Garam dipakai untuk memberi rasa pada kerupuk sanjai. Pemberian garam dilakukan dengan cara melarutkan pada air yang diberikan sebelum singkong digoreng.

4. Cabe dan gula

Cabe dan gula digunakan untuk memberikan rasa pada kerupuk sanjai balado serta memberi warna merah. Penambahan cabe dan gula ini dilakukan setelah penggorengan dan kerupuk didinginkan. Setiap industri mempunyai ciri khas masing-masing dalam pemberian rasa ini, ada yang pedas manis, pedas dan lain-lain.

6.1.2 Teknologi

Sampai saat ini, teknologi yang digunakan pada industri kecil kerupuk sanjai masih sederhana, yaitu mesin pemotong singkong yang masih digerakkan manusia, bahan bakar yang menggunakan minyak tanah ataupun kayu bakar. Penggunaan teknologi yang sederhana mengharuskan industri kecil kerupuk sanjai ini menggunakan tenaga kerja yang secara fisik kuat, terampil dan mampu bekerja dalam jangka waktu yang lama. Pengalaman dan keterampilan pekerja sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas tinggi.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk sanjai antara lain adalah :

1. Peralatan pencucian

(62)

menggunakan tong plastik karena lebih ringan, mudah dibersihkan dan lebih efektif.

2. Peralatan untuk memotong

Pada umumnya industri kecil kerupuk sanjai menggunakan ketam dan mesin pemotong singkong, karena lebih mudah digunakan dan hasil yang didapat lebih baik.

3. Peralatan penggorengan

Penggorengan dengan ukuran besar yang terbuat dari besi, agar dapat memuat dalam jumlah besar dan matangnya merata. Industri kecil ini tidak menggunakan kompor, tetapi menggunakan “tungku” yaitu batu besar disusun seperti segitiga atau seperti huruf U.

4. Alat-alat lainnya yang berfungsi sebagai pembantu peralatan utama, seperti pisau, ember, selang, kayu api dan lain-lain.

6.1.3 Penyerapan Tenaga Kerja dan Sistem Pemberian Upah

Pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai ini sebagian besar berasal dari daerah sekitar pabrik. Sehingga hubungan kekerabatan antara pekerja dan pemilik masih dekat. Untuk menjadi tenaga kerja tetap disalah satu industri kecil kerupuk sanjai, tidak didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu tetapi terlebih dahulu mereka dilatih oleh pemilik mengenai cara-cara pembuatan kerupuk sanjai. Jadi pekerjaan ini tingkat pendidikan sama sekali tidak diperhitungkan, melainkan tingkat keterampilan yang lebih utama yang menjadi patokan.

(63)

pekerja dengan sistem borongan. Permintaan akan naik pada saat liburan sekolah, hari raya seperti lebaran dan hari perayaan besar lainnya. Jika tidak ada penambahan pekerja pengusaha akan menambah jam kerja atau menambah hari kerja.

Sistem pemberian upah pada umunya didasarkan pada jam kerja dan hari kerja pekerja serta kemampuan pemilik. Sebagian besar upah dibayar secara mingguan atau bulanan. Selain upah, tidak terdapat tunjangan khusus (tunjangan kesehatan atau asuransi) atau jaminan sosial yang diberikan secara teratur akan tetapi adanya hubungan kekeluargaan masih tampak jelas dalam industri kecil kerupuk sanjai ini, maka masih ada bantuan pada pekerja untuk biaya-biaya seperti biaya pengobatan pekerja yang sakit.

Pada industri kecil kerupuk sanjai ini terdapat dua kategori pekerja:

1 Pertama, pekerja yang dibayar gaji bersih per minggu atau per bulan, sementara makan dan tempat tinggal mereka bersama pemilik (ditanggung pemilik). Pekerja yang bekerja seperti ini pada umumnya belum menikah dan belum mempunyai beban tanggungan hidup.

2 Kedua, pekerja yang menerima upah per minggu atau per bulan dan makan serta tempat tinggal mereka sendiri yang menanggung. Pekerja yang bekerja seperti ini umunya bertempat tinggal di daerah sekitar industri kecil tersebut dan sebagian besar dari mereka telah berkeluarga dan memiliki keluarga yang harus ditanggung.

(64)

dan hari kerja masih berpengaruh terhadap besarnya upah yang diterima pekerja industri kecil kerupuk sanjai.

6.1.4 Pemasaran

Pemasaran merupakan aspek penting berikutnya yang dilakukakan setelah produksi. Untuk usaha industri kecil yang sudah terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi diperbolehkan memasarkan dengan menggunakan merek dagang. Pada umunya terdapat dua pola pemasaran yang dilakukan industri-industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi :

1. Produsen kerupuk sanjai langsung memasarkan ke konsumen akhir. 2. Produsen kerupuk sanjai memasarkan melalui pedagang perantara.

Produsen kerupuk sanjai yang memasarkan melalui pedagang perantara (pelanggan tetap), biasanya produsen langsung mengantarkan sesuai dengan pesanan. Masalah sering yang timbul dengan sistem ini pembayaran sering telat bahkan macet. Pada umumnya pembayaran baru dilakukan pada pengiriman berikutnya, sehingga produsen agak mengalami kendala dalam biaya produksi berikutnya bahkan pembayaran sering macet untuk beberapa kali pengiriman.

(65)

agak lebih mahal daripada rasa tawar. Harga kerupuk sanjai ini sangat dipengaruhi perubahan harga yang terjadi pada harga singkong sebagai bahan baku utama.

6.1.5 Permodalan

Sebagian besar modal yang digunakan pengusaha industri kecil kerupuk sanjai ini berasal dari modal sendiri (perorangan). Pengusaha tidak berani meminjam modal dari bank-bank karena mereka kurang mengerti dengan prosedurnya serta mereka tidak memiliki agunan untuk pinjaman. Modal usaha atau investasi yang digunakan setiap industri kecil kerupuk sanjai berkisar antara Rp 10-Rp 30 juta sehingga industri ini masih dikategorikan sebagai industri kecil.

6.1.6 Proses Pembuatan Kerupuk Sanjai

Proses pembuatan kerupuk sanjai yang diamati dari setiap industri kecil kerupuk sanjai yang ada di Kota Bukittinggi relatif sama. Setiap industri tiap harinya biasanya mengolah 4-10 karung, dimana satu karung singkong beratnya sekitar 40 kilogram. Produksi suatu industri tiap harinya sangat dipengaruhi jumlah tenaga kerja serta permintaan pasar terhadap kerupuk sanjai. Adapun tahap-tahap proses pengolahan yang dilakukan, yaitu :

1. Pengupasan singkong

(66)

akan sangat mempengaruhi kerupuk sanjai yang dihasilkan.setelah selesai dikupas singkong langsung dicuci dengan bersih sebelum dipotong sesuai bentuk yang diinginkan.

2. Pemotongan singkong

Proses pemotongan dilakukan biasanya dengan pisau, ketam dan mesin potong. Mesin pemotong dan ketam lebih banyak digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik serta lebih mudah dalam mengerjakannya. Mesin pemotong yang digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia digunakan untuk memotong singkong dengan hasil yang bulat seperti lempengan. Ketam digunakan untuk memotong singkong dengan potongan memanjang. Ketebalan potongan yang dihasilkan akan sangat mempengaruhi hasil yang diinginkan, jadi penggunaan pisau sangat sulit karena ketebalan potongan susah dikontrol. Kemudian singkong yang telah dipotong diberi garam secukupnya untuk untuk mendapatkan hasil dan rasa yang lebih baik.

3. Pemasakan atau penggorengan

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 1.  Penyebaran Penduduk Kota Bukittinggi per Kecamatan dan Jumlah per Jenis Kelamin Tahun 2004
Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan PAD dan Penerimaan Pajak Kota Bukittinggi.
Tabel 4. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang Terdaftar pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Mengenai pengertian dari metode penelitian Arikunto (2006:160) menjelaskan bahwa : ‟‟Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penelit i dalam mengumpulkan data

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

1) Perhitungan Biaya Produksi Lemari Dua Pintu Pada Tabel 1 terlihat untuk biaya bahan baku dan jenis bahan baku yang digunakan setiap sampel berbeda-beda. Sabar Perabot

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama