• Tidak ada hasil yang ditemukan

UEU Undergraduate 7141 BABI pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UEU Undergraduate 7141 BABI pdf"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu hal yang paling utama dalam melakukan aktivitas pekerjaan. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit (Friend & Khon, 2007).

(2)

Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Pekerja konstruksi menghadapi bahaya 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja-pekerja lain pada umumnya. Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4) Indonesia Anas Zaini Z. Iksan mengatakan, “setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja”. Jumlah ini, sebagian besar kecelakaan kerja terjadi

pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di sektor Industri manufaktur (Suara Karya, 2010).

Mengatasi masalah tersebut pemerintah selama 30 tahun lebih telah mengeluarkan undang-undang mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal, dimanapun berada dalam upaya memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang yang berada di lingkungan usahanya (Tarwaka, 2008).

(3)

maka pengendalian risiko menjadi sangat penting. Adapun faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu proyek konstruksi antara lain perubahan tempat kerja, peralatan dan bahan yang digunakan berbahaya, pemilihan metode kerja yang kurang tepat, faktor perilaku pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar keselamatan kerja,dan faktor kurang disiplinnya para tenaga kerja di dalam mematuhi ketentuan mengenai K3 yang antara lain mengatur tentang pemakaian alat pelindung diri ( Wulfram I. Ervianto, 2005 ).

Berbagai kegiatan pengendalian risiko telah dilakukan dalam rangka mengurangi angka kecelakaan kerja di sektor konstruksi. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian dan pekerjaan galian. Pada ke dua jenis pekerjaan ini kecelakaan kerja yang terjadi cenderung serius bahkan sering kali mengakibatkan cacat tetap dan kematian. Jatuh dari ketinggian adalah risiko yang sangat besar dapat terjadi pada pekerja yang melaksanakan kegiatan konstruksi pada elevasi tinggi. Biasanya kejadian ini akan mengakibat kecelakaan yang fatal. Sementara risiko tersebut kurang dihayati oleh para pelaku konstruksi, dengan sering kali mengabaikan penggunaan peralatan pelindung (personal fall arrest system) yang sebenarnya telah diatur dalam pedoman K3 konstruksi.

(4)

ketentuan seperti tidak memakai helm keselamatan, sepatu keselamatan, sarung tangan, masker, rompi keselamatan dan lain sebagainya disaat bekerja (www.iosh.gw.tw).

Hal tersebut didukung oleh pendapat Strauss (dalam Saydam, 2005) bahwa salah satu yang menyebabkan bahaya dari suatu pekerjaan adalah sikap pekerja dalam berperilaku dan kemampuan mencermati bahaya yang ada di tempat kerja. Dan salah satu kepatuhan yang sering dilanggar oleh para pekerja adalah kepatuhan penggunaan APD. Padahal kepatuhan penggunaan APD merupakan salah satu faktor penting dalam meminimalisir kejadian kecelakaan kerja yang dapat terjadi di tempat kerja. Oleh karena itu setiap perusahaan yang memiliki risiko, baik risiko rendah maupun risiko tinggi membuat peraturan tentang penggunaan APD bagi para pekerjanya. Hal ini sangat diperhatikan oleh perusahaan dikarenakan, perusahaan tidak ingin aset mereka yaitu para pekerja mengalami kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.

(5)

yang wajib digunakan saat melakukan pekerjaan, cara penggunaan APD tersebut, tata cara pemeliharaan APD bagi para pekerja dan hukuman bagi pekerja yang melanggar peraturan penggunaan APD.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia NO.PER.08/MEN/VII/2010, Alat Pelindung Diri atau yang disingkat APD adalah sesuatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dan potensi bahaya ditempat kerja. Penggunaan APD adalah suatu kegiatan atau tindakan memakai, mengenakan atau menggunakan alat pelindung diri, untuk melindungi diri dari segala macam bahaya yang dapat terjadi setiap saat tanpa diduga, juga untuk mencegah terjadinya cacat tubuh karena kecelakaan serta penyakit akibat kerja.

Menurut Hasibuan (2005), kepatuhan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. kepatuhan penggunaan alat pelindung diri adalah kesediaan pekerja untuk mentaati peraturan yang berlaku dalam hal ini penggunaan alat pelindung diri yang harus digunakan saat sedang melakukan pekerjaan maupun saat berada di area tempat kerja untuk melindungi diri mereka dari risiko yang ada.

(6)

yaitu dengan mengabaikan keselamatan dalam melaksanakan tugas seperti tidak mengikuti Standard Operating Procedur (SOP) salah satunya tidak patuh terhadap program K3 yaitu penggunaan APD di tempat kerja. Hal ini diperkuat oleh Palin (2012) dalam penelitiannya menemukan 87,5% kecelakaan kerja terjadi akibat tidak menggunakan APD saat bekerja. Sekretaris Ditjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyatakan bahwa sektor konstruksi dan manufaktur merupakan penyumbang terbesar bagi kecelakaan kerja di Indonesia. yakni sebesar 32%. Selanjutnya disusul sektor transportasi 9%, kehutanan 4%, dan pertambangan 2% (www.republika.co.id). Direktur pelayanan dan pengaduan BPJS Ketenagakerjaan Achmad Riadi mengatakan di tahun 2014 sebanyak 34,4% penyebab kecelakaan kerja dikarenakan posisi tidak aman/ergonomis dan sebanyak 32,12% pekerja tidak memakai peralatan safety (APD) (www. ekbis.sindonews.com).

(7)

dengan alat berat, pekerjaan dengan menggunakan peralatan listrik dan bahan-bahan kimia berbahaya. Untuk mengurangi dampak tersebut kepatuhan/kedisiplinan pekerja konstruksi dalam menggunakan APD dengan tepat sangat diperlukan.

(8)

bahwa betapa penting bagi mereka untuk melindung diri mereka agar terhindar dari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Dengan demikian akan semakin patuh terhadap peraturan penggunaan APD yang telah dibuat oleh perusahaan. dan sikap positif terhadap penggunaan APD di tempat kerja dalam meminimalisir kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada setiap proyek pembangunan.

Menurut Notoadmojo (2003), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Banyaknya risiko pekerjaan konstruksi menjadi masalah penting yang harus diminimalisir oleh perusahaan menyebabkan perusahaan harus memberikan pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di industri konstruksi pada para pekerjaannya. Risiko adalah peluang atau sesuatu hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan dan sakit yang dihasilkan karena bahaya. Pengetahuan tentang risiko pekerjaan konstruksi adalah hasil dari tahu informasi mengenai berbagai hal buruk yang terjadi saat melakukan pekerjaan konstruksi yang mengakibatkan kematian, kerusakan dan sakit yang dihasilkan oleh bahaya.

(9)

terhadap suatu objek. (2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, (3) kecenderungan untuk bertindak. Penentuan sikap seperti pengetahuan, pemikiran, keyakinan dan emosi memiliki peranan penting. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap pekerja konstruksi terhadap penggunaan APD di tempat kerja. Dengan pekerja memiliki sikap positif terhadap penggunaan APD, maka diharapkan sesuai perilaku mereka dengan selalu menggunakan APD di tempat kerja. Dan sebaliknya jika mereka memiliki sikap negatif, maka kesadaran mereka masih rendah sehingga kepatuhan mereka untuk selalu menggunakan APD di tempat kerja juga tidak akan terealisasi.

PT. Tata Mulia Nusantara Indah (TATA) didirikan sejak tahun 1984. Merupakan perusahaan dengan bisnis usaha jasa konstruksi yang telah memiliki pengalaman kerja mulai dari pembangunan pabrik sederhana untuk sebuah pabrik kimia high-tech hingga pembangunan gedung perkantoran, perhotelan, pendidikan, rumah sakit sampai pusat perbelanjaan.

(10)

ketidakpatuhan pekerja dalam menggunakan APD dengan benar saat melakukan pekerjaan maupun saat masih berada di area proyek. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada bulan 28 Maret 2015, dari 20 orang pekerja yang sedang melakukan pekerjaan terlihat 9 orang tidak menggunakan salah satu atau lebih APD yang seharusnya digunakan saat bekerja. Beberapa pekerja juga ditanyakan pendapat mereka tentang sikap mereka tentang perlunya penggunaan APD untuk menghadapi risiko bahaya yang ada di tempat kerja, kebanyakan dari mereka menjawab setuju akan penggunaan APD di tempat kerja untuk mengurangi risiko kecelakaan yang dapat terjadi pada diri mereka, dengan risiko pekerjaan mereka yang tergolong risiko tinggi.

Selain pemberian fasilitas alat pelindung diri wajib bagi para pekerja, perusahaan juga telah melakukan pemberian informasi-informasi mengenai K3 kepada para pekerja konstruksi. Hal tersebut selalu dilakukan dalam program kegiatan safety induction sebelum memulai pekerjaan pembangunan proyek, dan kegiatan safety

morning yang dilakukan 2 kali dalam satu minggu yaitu pada hari selasa dan hari

(11)

dampak secara langsung terhadap perusahaan, bisa dalam bentuk materi maupun reputasi dan hal ini tidak terkecuali terjadi juga pada PT. Tata Mulia Nusantara Indah selaku kontraktor dalam proyek pembangunan Apartemen U-Residence Tower 2 yang berlokasi di area Supermall Karawaci Tangerang.

Berdasarkan keterangan di atas, penulis menyimpulkan bahwa terdapat masalah atau kesenjangan yang terjadi pada pekerja konstruksi proyek Apartemen U-Residence Tower 2 yaitu masih adanya pekerja yang tidak mematuhi penggunaan alat pelindung diri walaupun para pekerja telah mengetahui Risiko pekerjan konstruksi dari pemberian informasi K3 industri konstruksi yang dilakukan oleh penanggung jawab K3 di proyek. Dengan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Risiko dan Sikap Penggunaan Alat

Pelindung Diri dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pekerja Proyek U-Residence Tahun 2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Kepatuhan penggunaan APD memiliki peranan penting dalam menciptakan keselamatan ditempat kerja. Kepatuhan (compliance) merupakan salah satu bentuk perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Begitu juga dengan kepatuhan penggunaan APD. Adapun faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan APD diantaranya adalah:

(12)

Semakin banyak pengetahuan pekerja mengenai risiko pekerjaan konstruksi maka semakin patuh pekerja terhadap peraturan penggunaan APD dikarenakan mereka sadar akan pentingnya melindungi diri mereka dari bahaya yang mengancam di tempat kerja. Pada Proyek pembangunan Apartemen U-Residence Tower 2, para pekerja telah diberikan safety induction dan safety morning yaitu berupa informasi K3 dan peraturan K3 termasuk pengetahuan tentang risiko pekerjaan konstruksi bagi pekerja oleh penanggung jawab K3 PT. TATA, namun beberapa pekerja masih ada yang tidak menggunakan APD.

b. Sikap menurut Dayakisni dan Hudaniah (2003) merupakan awal dari terwujudnya tindakan atau perilaku individu. Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Muharni Eka Putri (2004) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap pekerja dengan pemakaian APD. Para pekerja konstruksi di proyek Apartemen U-Residence telah menyetujui dan bersedia untuk mematuhi peraturan yang ada seperti yang tertulis dalam kontrak kerja mereka, termasuk peraturan penggunaan APD, namun yang terjadi di lapangan beberapa pekerja masih ada yang tidak menggunakannya. Selain kedua faktor internal yang telah disebutkan di atas, terdapat juga faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kepatuhan penggunaan APD yang diantaranya :

(13)

Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2005) pelatihan atau penyuluhan tentang APD merupakan salah satu faktor yang mendorong terbentuknya perilaku penggunaan APD saat bekerja. Dengan demikian semakin baik pelatihan penggunaan APD diberikan kepada pekerja semakin baik, maka pekerja akan semakin mengetahui kegunaan APD dan mematuhi peraturan penggunaanya. Pada proyek pembangunan Apartemen U-Residence Tower 2, perusahaan kontraktor PT. TATA telah memberikan pelatihan K3 salah satunya adalah tentang penggunaan APD yang diwajibkan dalam melakukan pekerjaan konstruksi. Pelatihan yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja tentang pentingnya dan cara penggunaan APD yang benar, sehingga mempermudah pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Walaupun pelatihan telah diberikan kepada para pekerja bahkan sebelum memulai pekerjaannya, namun masih ada beberapa pekerja yang tidak menggunakannya dengan alasan lupa dan sebagainya. b. Ketersediaan alat pelindung diri dari perusahaan sangat penting. Menurut

(14)

masih ada pekerja yang tidak menggunakannya dengan baik ketika bekerja atau saat berada di area proyek, sehingga masih ada yang mengalami kecelakaan kerja.

c. Pengawasan menurut Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005) adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan pada diarahkan untuk menghindari adanya kemungkinan penyimpangan tujuan yang akan dicapai, dan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Dengan demikian adanya pengawasan dari petugas membuat pekerja takut untuk melanggar peraturan dengan diberikannya sanksi. Semakin sering pengawasan dilakukan akan meningkatkan kepatuhan pekerja untuk mematuhi peraturan yang ada. Pada proyek pembangunan Apartemen U-Residence Tower 2, Penanggung Jawab K3 dan supervisor melakukan pengawasan kepada para pekerja konstruksi mengenai kemajuan pekerjaan mereka maupun kelengkapan pekerja dalam penggunaan APD, sudahkah dilakukan sesuai peraturan yang diterapkan atau belum. Beberapa pekerja masih tidak menggunakan APD sesuai dengan aturan, seperti hanya menggunakannya saat ada pengawasan dan kadang mencopot APD bila mereka sudah tidak diawasi lagi.

(15)

dilakukan seseorang atau kelompok. Keberadaan sanksi diharapkan bisa membuat seseorang atau kelompok menjadi jera dan tidak mengulangi kesalahan mereka baik kesalahan yang sama maupun kesalahan yang berbeda, semakin berat kesalahan maka semakin berat sanksi yang diterima. Dengan demikian semakin berat sanksi terhadap pelanggaran tentang penggunaan APD maka semakin patuh pekerja dalam penggunaannya. Pada proyek pembangunan Apartemen U-Residence Tower 2, perusahaan kontraktor PT. TATA telah membuat peraturan tentang penggunaan APD serta keterangan mengenai sanksi yang diberikan kepada pekerja. Walaupun peraturan pemberian sanksi terhadap pelanggaran penggunaan APD telah dibuat, namun beberapa pekerja tidak mengindahkannya dan masih tidak menggunakan APD dengan baik saat melakukan pekerjaan maupun saat di area proyek.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan risiko dan sikap penggunaan alat pelindung diri dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pekerja konstruksi proyek U-Residence Tower 2 Tangerang oleh PT. Tata Mulia Nusantara Indah.

1.3. Pembatasan Masalah

(16)

konstruksi yang memiliki berbagai pekerjaan berbahaya seperti bekerja diketinggian, penggalian, bekerja dengan alat berat, bekerja dengan mesin dan bahan kimia berbahaya yang tak cukup diatasi dengan pengendalian risiko lainnya. Penulis mengkaji kaitannya dengan faktor internal pengetahuan pekerja tentang risiko pekerjaan konstruksi dan sikap pekerja terhadap penggunaan APD yang setiap harinya harus menghadapi risiko tinggi dengan latar belakang atau karakteristik para pekerja yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan agar penelitian lebih fokus pada pembahasan yang dimaksud, maka penulis memilih judul “Hubungan Pengetahuan

Risiko dan Sikap Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pekerja Proyek U-Residence Tahun 2015”.

1.4. Perumusan Masalah

Pelaksanaan K3 disektor konstruksi belum sepenuhnya berjalan dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari masih adanya kecelakaan kerja yang terjadi. Salah satu penyebabnya adalah perilaku tidak aman khususnya pada ketidakpatuhan pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kajian tentang :

1.4.1. Adakah Hubungan Pengetahuan Risiko dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Proyek U-Residence tahun 2015?

1.4.2. Adakah Hubungan Sikap penggunaan Alat Pelindung Diri dengan

(17)

1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan Umum

1. Mengetahui hubungan pengetahuan risiko konstruksi dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja proyek U-Residence tahun 2015.

2. Mengetahui hubungan sikap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja proyek U-Residence tahun 2015.

1.5.2. Tujuan Khusus

1. Menggambarkan univariat karateristik yaitu umur, pendidikan dan masa kerja responden pekerja proyek U-Residence tahun 2015. 2. Mengukur tingkat pengetahuan risiko pekerjaan konstruksi para

pekerja proyek U-Residence tahun 2015.

3. Mengidentifikasi sikap penggunaan Alat Pelindung Diri para pekerja proyek U-Residence oleh tahun 2015.

4. Mengukur tingkat kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) para pekerja proyek U-Residence tahun 2015.

(18)

6. Menganalisis hubungan sikap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja proyek U-Residence tahun 2015.

1.5.3. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan melatih penulis dalam menganalisa masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). khususnya kepatuhan pekerja konstruksi dalam penggunaan APD.

2. Manfaat Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan program K3 di perusahaan dalam meningkatkan kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri pada para pekerja, sehingga mengurangi akibat kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada proyek konstruksi.

3. Manfaat Bagi Fakultas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan konstruksi dan dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan bagi para peneliti lain yang berminat pada bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya tentang kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD.

4. Manfaat Bagi Pekerja

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Tipe administratif kepemimpinan ini mampu menyelengarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pimpinannya biasanya terdiri dari teknokrat dan

lainnya, memusatkan perhatian kelompok; guru mengontrol kegiatan kelompok yang satu tanpa mengabaikan kegiatan kelompok yang lainnya, memberi teguran; guru memberi

Peneliti mengolah dan menyajikan dalam bentuk deskriptif, menggunakan analisis univariat, dan bivariat untuk membuat korelasi penambang emas rakyat dengan kadar Hg di lahan

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulisi, penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik

Perilaku permintaan tenaga kerja yang dicerminkan dalam curahan waktu kerja pada kegiatan usahatani baik pada petani berlahan sempit, sedang dan luas hanya

Hal ini memperlihatkan hubungan yang kuat antara kadar debu ambien dengan kesehatan masyarakat di sekitar Terminal Induk Km.6, jika kadar debu ambien tinggi... maka

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, karunia dan kekuatan yang Dia berikan dalam penyelesaian skripsi ini yang

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode