• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Komik dan Kartu Disiplin pada Pembelajaran Karakter Tema 6 Kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Salatiga 09

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Media Komik dan Kartu Disiplin pada Pembelajaran Karakter Tema 6 Kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Salatiga 09"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam penelitian pengembangan ini akan dilakukan kajian teori dari berbagai sumber. Kajian teori ini berisi tentang pustaka untuk materi media komik, kartu disiplin, serta pembelajaran karakter kelas III pada tema 6 sub tema 3 pembelajaran ke-2.

2.1.1 Media Komik dan Kartu Disiplin

Pelaksanaan proses belajar merupakan hal yang sangat penting, karena dapat berdampak pada hasil/kualitas dari proses pembelajaran itu sendiri. Selain berdampak pada hasil, juga berdampak pada pembentukan karakter pada anak. Untuk itu, proses pembelajaran harus sangat diperhatikan. Supaya, dapat menghasilkan pelajar yang berkarakter kuat dan berkualitas. Mengingat sangat pentingnya pendidikan karakter, pemerintah mewajibkan pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan pendidikan yang mengajarkan pengetahuan. Dalam Kemendikbud (2017:1) mengatakan pemerintah saat ini berupaya menguatkan pendidikan karakter diseluruh sekolah melalui kebijakanya, porsi pendidikan karakter untuk Sekolah Dasar (SD) sebesar 70 persen, sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 60 persen dan 40 persen pendidikan keilmuan. Porsi pendidikan karakter menempati jumlah terbanyak dibandingkan dengan porsi pendidikan keilmuan, sehingga para pendidik haruslah pintar-pintar mengajarkan pendidikan karakter dengan baik dan benar.

(2)

mereka menjadi ujung tombak bagi generasi penerus pembangunan bangsa Indonesia yang akan datang.

Abdul Majid (2012:18) mengatakan, semakin banyak informasi yang diterima dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka semakin jelas tindakan, kebiasaan, dan karakter unik dari masing-masing individu. Dengan kata lain jika sistem kepercayaan seorang individu baik dan benar, serta selaras dengan karaternya lalu konsep yang dimiliki seseorang individu bagus, maka kehidupanya akan baik dan semakin membahagiakan. Sebaliknya, apabila seornang individu memiliki kepercayaan yang tidak selaras, karakternya tidak baik maka kehidupanya akan penuh permasalahan dan penderitaan. Jika seorang guru SD membelajarkan karakter baku dengan baik, benar, dan menggunakan kasih sayang, maka hasilnya akan bagus dan berkualitas. Untuk itu, seorang guru SD harus memiliki karakter yang baik, supaya dapat dijadikan panutan bagi anak didiknya. Selain itu guru juga harus memberikan sarana dan parasarana yang baik untuk proses pembelajaran karakter supaya tujuan pembelajaran karakter dapat tercapai secara optimal. Contohnya, seorang guru perlu menggunakan media yang cocok dan sesuai dengan perkembangan pola pikir anak. Supaya, pembelajaran karakter pada anak akan tidak monoton dan membosankan.

(3)

Kartu disiplin merupakan media yang dibuat untuk menyampaikan pesan dari proses pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di rumah atau keluarga. Menurut KBBI, kartu adalah ketas tebal berbentuk persegi panjang yang berguna untuk berbagai keperluan. Sedangkan media kartu pembelajaran adalah suatu alat atau media untuk memudahkan guru dalam proses pembelajaran dalam bentuk kertas yang berisikan huruf, angka, garis, titik ataupun gambar. Yamin (2010:173) menyatakan bahwa interaksi siswa dan guru adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Pesan yang dimaksud adalah pelajaran. Dalam penelitian ini penulis akan membuat sebuah kartu yang berfungsi sebagai media pembelajaran karakter disiplin pada diri siswa. Kartu disiplin tersebut berguna untuk sarana komunikasi bagi siswa, guru, dan orang tua siswa. Kartu akan dirancang khusus dan sedemikin rupa sehingga memenuhi kegunaan pembelajaran nilai karakter disiplin bagi siswa.

2.1.2 Pembelajaran Karakter Kelas III pada Tema 6

Menurut Komalasari (2013:3) pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Sedangkan menurut Sanjaya (2011:13-14) mengartikan pembelajaran adalah suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Namun agar suatu pembelajaran berhasil secara optimal, maka harus memperhatikan semua aspek yang mempengaruhinya baik dari faktor siswa, guru maupun lingkungan.

(4)

Koesoema Albertus (2010:79-80) mengatakan karakter diasosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikologi yang dikaitan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Karakrter juga dipahami dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur piskis yang dimiliki oleh seoarang individu sejak lahir. Selain itu Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Menurut Suyanto (2010:1), pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Sedangkan menurut Thomas Lickona (2010:1) tanpa ketiga aspek ini pendidikan karakter pendidikan karakter tidak efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan, maka seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Hal tersebutlah yang akan memberikan suatu dorongan kepada anak bagaimana mempersiapkan masa depanya. Dengan kecerdasan emosinya maka seoerang anak akan lebih mudah menghadapi hambatan, tantangan ataupun masalah yang akan dihadapinya di kehidupanya kelak. Sederhananya, pendidikan karakter merupakan pembelajaran moral yang dilakukan oleh seorang guru kepada muridnya yang bertujuan untuk mempengaruhi karakter ataupun kepribadian peserta didik. Jadi pendidikan karakter sangatlah penting diterapkan pada pembelajaran di sekolah, terutama untuk anak sekolah dasar yang sedang dalam masa pembentukan kepribadian atau karakter.

(5)

pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai karakter sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari yang akan berguna bagi kehidupanya kelak.

Perkembangan pendidikan karakter untuk anak SD dan SMP/SMA sangatlah berbeda, dikarenakan umur dan perkembanganya yang berbeda. Pada masa SD Tingkatan kelas di SD dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang terdiri dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia, kisaran usia sekolah dasar berada di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun.

Dilihat dari perkembangan kongnitifnya, siswa SD secara umum termasuk dalam tahap operasional konkret. Hal ini berdasarkan kualifikasi perkembangan kognitif Jean Piaget dalam Dwi Siwoyo (2011:111) yaitu:

1. tahap sensori motor (usia 0,0-2,0 tahun) 2. tahap pra operasional (usia 2,0-7,0 tahun) 3. tahap operasional konkret (usia 7,0-11,0 tahun) 4. tahap opersional formal (usia 11,0-14,0 tahun)

Dari klasifikasi perkembangan kognitif tersebut, perkembangan anak kleas III SD berada dalam tahapan operasional kongkret. Pada tahap tersebut anak-anak melakukan operasi kongkret, mereka juga dapat menalar secara logis sejauh penalaran itu dapat diaplikasikan pada contoh-contoh yang kongkret atau nyata. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa pada pembelajaran harus dilakukan menggunakan objek-objek kongkret, supaya dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa.

Pembelajaran karakter menggunakan media komik dan kartu disiplin pada tema 6 di kelas III SD akan lebih memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran karakter dan materi. Karena, disajikan dalam bentuk gambar-gambar ilustrasi kongkrit sehingga, sehingga pembelajaran karakter dapat terimplementasikan dengan baik. Selain itu komik juga memungkinkan siswa dapat membacanya secara berulang-ulang tanpa perlu paksaan untuk belajar.

(6)

tidak asing dengan keseharian siswa. Aktivitas pembelajaran siswa yang bertujuan membuat kesenagan siswa akan dapat lebih mudah tersalurkan melalui penerapan komik dan kartu disiplin dalam pemebelajaran karakter di SD.

Dalam pengembangan media komik dan kartu disiplin pada pembelajaran karakter tema 6 kelas III SD ada bebrapa nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan, sesuai dengan penerapan PPK seperti nilai religius, nasionalisme, integriritas, kemandirian, dan gotong royong dalam pembelajaran tema 6 sub tema 3 pembelajaran 2. Untuk itu dari nilai-nilai PPK dan implementasinya pada tema 6 sub tema 3 pembelajaran 2 maka akan di implementasikan pembelajaran karakter khususnya nilai disiplin, jujur, mandiri/kemandirian dan religius. Adapun 5 nilai karakter dalam PPK menurut Dikti (2017:1) yaitu:

1. Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

2. Nasionalisme

(7)

menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.

3. Kemandirian

Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4. Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Sub nilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5. Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

(8)

lainnya baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antar manusia sebagai kelompok, masyarakat,maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai – nilai religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.

Pembelajaran karakter pada tema 6 kelas III SD yaitu memiliki beberapa karakter yang dikembangkan pada buku tema 6 tersebut. Buku tema 6 tersebut berjudulkan Indahnya Persahabatan. Di dalam buku tema 6 ini berisikan kompetensi inti, SKL, teknik dan instrument penilaian serta sub-sub tema pada tiap pembahasan. Adapun kompetensi inti (KI) yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.1

Kompetensi inti kelas III

No. Kompetensi Inti Kelas III

1 Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.

3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, mendengar, melihat, membaca, dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.

(9)

anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Sumber: Buku Tematik Tema 6, 2016. Indahnya Persahabatan Kelas III

Pada kompetensi inti dari buku tema 6 ini bertujuan untuk mengembangkan beberapa nilai karkater yaitu religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri. Nilai- nilai tersebut dikembangkan atau diterapkan pada sub-sub tema serta mata pelajaran pada pembelajaran di tema 6, yang tercermin pada kompetensi dasarnya. Namun pada penelitian ini akan lebih khusus pada tema 6 sub tema 3 pembelajaran 2, penjelasanya yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.2

Pemetaan Kompetensi Dasar KI 1 dan KI 2 Sub Tema 3 Pembelajaran 2

Muatan Pembelajaran & KI Tema 3 Sub Tema 3 Pembelajaran 2 : Sahabat

Satwa

PPKn

1.1 Menerima keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan beragama, suku bangsa, ciri-ciri fisik, psikis, dan hobby sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan sekolah.

2.1 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, kasih sayang, percaya diri, berani mengakui kesalahan, meminta maaf dan memberi maaf di rumah dan sekolah dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru, sebagai perwujudan moral Pancasila

Bahasa Indonesia

1.1 Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman bahasa daerah.

2.2 Memiliki kedisiplinan dan tanggung jawab untuk hidup sehat serta merawat hewan dan tumbuhan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah

(10)

Pembelajaran karakter pada tema 6 sub tema 3 pembelajaran 2 tersebut memiliki beberapa karakter yang dikembangkan di dalamya, seperti nilai religius, jujur, disiplin, dan mandiri yang tercermin dari nilai-nilai yang bersumber dari Pancasila. Adapun pemetaan nilai karakter dan indikator yang ditanamkan yaitu sebagai berikut. ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

 Perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya

• Mau mengajak teman seagamanya untuk melakukan taat beribadah

•Mengikuti kegiata

keagamaan yang

diselenggarakan sekolah

•Melaksanakan ibadah sesuai ajaran agama.

• Merayakan hari besar agama melaksanakan ibadah tepat waktu

• Berdoa sebelum dan sesudah belajar

•Berdoa sebelum dan sesudah makan

•Mengajak teman berdoa saat memulai kegiatan

• Mengingatkan teman untuk selalu berdoa

• Tindakan yang menghargai perbedaan dalam beribadah

•Menghormati teman yang berbeda agama

•Berteman tanpa membedakan agama

• Tidak mengganggu teman yang sedang beribadah

•Menghormati hari besar keagamaan lain

(11)

dipercaya, selaras dalam perkataan dan tindakan.

tugas orang lain

• Mengerjakan soal penilaian tanpa mencontek

• Mengatakan dengan sesungguhnya apa yang terjadi atau yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari

•Mau mengakui kesalahan atau kekeliruan

•Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan

• Mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang diyakininya, walaupun berbeda dengan pendapat teman

• Mengemukakan ketidaknyamanan belajar yang dirasakannya di sekolah

• Mengikuti peraturan yang ada di sekolah

• Tertib dalam melaksanakan tugas

•Hadir di sekolah tepat waktu

• Masuk kelas tepat waktu

• Memakai pakaian seragam lengkap dan rapi

•Tertib mentaati peraturan sekolah

• Melaksanakan piket kebersihan kelas

•Mengumpulkan tugas/pekerjaan rumah tepat waktu

• Mengerjakan tugas/pekerjaan rumah dengan baik

•Membagi waktu belajar dan bermain dengan baik

• Mengambil dan mengembalikan peralatan belajar pada tempatnya

(12)

Mandiri: dorongan dirinya sendiri dan kemampuan mengatur diri

Sumber: Kemendikbud, 2017. Panduan Penilian untuk Sekolah Dasar. 21-25

2.1.3. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah komik dan kartu disiplin pada pembelajaran karakter kelas III tema 6 sub tema 3 pembelajaran 2.

2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

Sanaky (2015:50-62) megemukakan tentang media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi evektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dengan kata lain, media pembelajaran harus dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal seperti yang diharapkan dan dapat mengemat tenagga atau waktu. Menurut Zainal Aqib (2013:50) media pembelajaran adalah segala bentuk alat atau sarana untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pelajar (siswa).

(13)

menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses belajar pada si pelajar (siswa).

Peran media pembelajaran menurut Uno (2011:116) adalah sebagi berikut: 1. Penyajian materi ajar menjadi lebih standar.

2. Pembelajaran lebih jelas dan menarik. 3. Proses pembelajaran lebih interaktif. 4. Efisiensi tenagga dan waktu.

5. Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi. 6. Meningkatkan peran guru kearah yang lebih positif dan produktif. Media pembelajaran sangat berperan penting dalam mencapi optimalnya tujuan pembelajaran. Untuk itu, untuk membuat suatu media pembelajaran haruslah memperhatikan karakteristik siswa atau pembelajaran yang akan diajarkan.

2.1.3.2 Media Komik

Nana Sudjana dan Ahmad (2011:64) menyatakan komik adalah suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Komik merupakan suatu bacaan dimana siswa tidak perlu dibujuk untuk membaca karena dengan melihat gambar yang ada siswa menjadi tertarik untuk membaca. Sedangkan menurut Ary Nur Wahyuningsih (2012:20) komik adalah media komunikasi visual yang unik karena menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk kreatif serta mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi.

Jadi komik merupakan sebuah media buku bergambar yang jelas yang berfungsi sebagai sarana memermudah proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk memahami suatu materi atau suatu pembelajaran.

Komik memiliki bebrapa kelebihan jika dipakai dalam proses belajar mengajar (Wurianto E, 2009 : 11-12) yaitu :

1. komik dapat memotivasi siswa saat belajar;

(14)

3. komik bisa meningkatkan minat membaca dan mengarahkan siswa untuk rajin membaca;

4. komik merupakan suatu budaya yang popular

Media komik juga memiliki beberapa kelamahan jika digunakan dalam proser pembelajaran yaitu (Wurianto E, 2009 : 11-12) :

1. penggunaan buku komik akan efektif apabila digunakan pada peserta didik yang suka belajar atau gaya belajarnya visual;

2. penyampaian melalui media komik terlalu sederhana; 3. buku komik akan membatasi imajinasi peserta didik

Komik memiliki elemen atau bagian didalamya menurut M.S. Gumelar (2011:2-6) bagian atau elemen komik terdiri dari beberapa hal yaitu:

1. Image, yaitu gambar goresan tangan. 2. Teks, yaitu simbol dari suara dan angka.

3. Point dan Dot, yaitu titik bulat kecil dan bentuk lainya dalam ukuran kecil. 4. Space, yaitu ruang seperti kertas yang berguna untuk menggambarkan karakter

untuk melakukan sesuatu.

5. Shape, yaitu bentuk 2 dimensi ukuran panjang dan lebar.

6. Form, yaitu wujud dalam 3 dimensi ukuran panjang, lebar dan tinggi. 7. Tone/Value, yaitu tekanan warna dari arah gelap menuju terang. 8. Colour, adalah warna yang mengisi pada gambar.

9. Pattren, adalah pola dalam komik sebagi screentone. 10. Texture

(15)

2.1.3.3 Kartu Disiplin

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2011:290) kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang. Sedangkan media kartu pembelajaran adalah suatu alat atau media untuk memudahkan guru dalam proses pembelajaran dalam bentuk kertas yang berisikan huruf, angka, garis, titik ataupun gambar. Yamin (2003:173) menyatakan bahwa interaksi siswa dan guru adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Pesan yang dimaksud adalah pelajaran.

Menurut Hasan Maimunah (2011:66) masing-masing media memiliki kegunaan dan kelebihan masing-masing. Media kartu ini memiliki kegunaan dan kelebihan sebagi berikut.

Kegunaan media kartu dalam pembelajaran yaitu:

1. Dengan menerapkan media kartu diusia dini, dapat meningkatkan membaca pada usia dini.

2. Mengembangkan daya ingat pada otak kanan 3. Meningkatkan kosa kata pada anak

Kelebihan media kartu dalam proses pembelajaran yaitu:

1. Mudah dibawa kemana-mana. Karena ukuran kartu yang kecil, membuat media kartu dapat disimpan dimanapun, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas untuk menyimpanya.

2. Praktis dan efisien penggunaanya.

(16)

2.1.3.4 Pengembangan Media Komik dan Kartu Disiplin pada Pembelajaran Karakter Kelas III Tema 6 Sub Tema 3 Pembelajaran 2

Pengembangan media pembelajaran perlu dilakukan guna meningkatkan mutu dari proses pembelajaran, khususnya pada pembelajran karakter pada tema 6 kelas III SD. Minat belajar dan motivasi dalm pembelajaran karakter perlu ditingkatkan agar tujuan bisa tercapai secara optimal. Disamping itu proses pembelajaran karakter akan menentukan mutu kualitas dari hasil suatu pembelajaran. Untuk itu, perlu adanya pengembangan media yang cocok untuk membelajarakan nilai karakter pada anak SD. Salah satu media yang bisa digunakan yaitu komik dan kartu disiplin.

Penyajian komik dan kartu disiplin sebagai media pembelajaran karakter diharapkan mempu memberikan sajian proses pembelajaran yang menarik bagi anak SD. Kebanyakan pembelajaran karakter kurang begitu menarik karena kurangnya media untuk proses pembelajaran. Pembelajaran karakter menggunakan media komik dan kartu disiplin pada tema 6 di kelas III SD akan lebih memudahkan siswa untuk memahami pembelajaran karakter dan materi. Karena komik disajikan dalam bentuk gambar-gambar ilustrasi yang kongkrit, sehingga pembelajaran karakter dapat terimplementasikan dengan baik. Selain itu komik juga memungkinkan siswa dapat membacanya secara berulang-ulang tanpa perlu paksaan untuk belajar.

(17)

2.2 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini dapat dipaparkan sebagai berikut

Bara Saputra (2015: 61-72) melakukan penelitianya yang berjudul Pengembangan Komik Berbasis Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran

Tematik-Integratif Kelas IV SD. Tujuannya yaitu untuk meghasilkan media komik

berbasis pendidikan karakter, menetahui kelayakan media komik berbasis karakter, dan mengetahui keaktifan siswa terhadap pengembangan karakter kelas IV SD. Merupakan penelitan pengembangan, model yang digunakan adalah buku komik dengan tema makananku sehat dan bergizi adalah model perancangan prosedural yang disusun secara sistematis, terstruktur, berurutan, dan logis untuk menghasilkan produk. Hasil perancangan berupa buku komik yang bertema ‘Makanaku Sehat Bergizi’ yang ditampilkan adalah buku berwarna-warni serta dialog yang menrik yang menceritakan tentang ‘Makananku Sehat Bergizi’ yang dihubungkan dengan penanaman nilai karakter disiplin, produk komik tersebut valid, efisien, dan layak digunakan untuk pembelajaran karakter pada siswa.

Zuli Lailatul Fajriah dan Evita Anggereini (2016:22-23) telah melakukan penelitian yang berjudul Pengembangan Edu Komik Bahan Ajar Berbasis Pendidikan Karakter pada Materi Interaksi Mahluk Hidup dan Lingkunganya di

Sekolah Menengah Pertama. Penelitaian tersebut mengunakan model procedural

desain pembelajaran dari ADDIE. Hasilnya menunjukkan bahwa media edu-komik yang dikembangkan dapat diterima dengan baik oleh responden dan disarankan sebagi media alternative dalam pembelajaran pada materi interaksi mahluk hidup dan lingkunganya. Kelebihan dari media edu-komik yaitu dapat membelajarkan pendidikan karakter pada tokoh-tokohnya khususnya karakter tanggung jawab dan peduli lingkungan.

Penelitan Ashabul Khairi (2016:98-108) tentang Pengembangan Media Komik Berbasis Karakter untuk Sekolah Dasar yang berkaitan dengan sistem

(18)

Ambaryani dan Gamalilel (2017:19) melakukan penelitian tentang Pengembangan Media Komik untuk Efektifitas dan Meningkatkan Hasil Belajar

Kongnitif Materi Perubahan Lingkungan Fisik, penelitian tersebut bertujuan untuk

mengembangkan media komik sebagai media pembelajaran materi perubahan lingkungan. Hasil dari penelitian tersebut yaitu produk yang dihasilkan sangat valid dan layak untuk proses pembelajaran materi perubahan lingkungan fisik di SD.

Nurul Hidayah (2017:35-45) melakukan penelitian tentang Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Komik Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Nurul

Hidayah Roworjo. Penelitian tersebut mengembangkan sebuah media pembelajaran

komik untui bahan ajar mata pelajaran IPS. Hasil penelitiannya yaitu media komik yang dikembangkan sangat valid dan layak untuk dijadikan media pembelajaran IPS di SD.

Penelitian Eni Fariyatul Fahyuni (2017:17-26) tentang Pengembangan Komik Akidah Akhlak untuk Meningkatkan Minat Baca dan Prestasi Belajar Siswa

Sekolah Dasar. Penelitian ini mengembangan media komik akidah ahlak sebagai

bahan belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa. Hasilnya, media komik yang dikembangkan dinilai valid dan layak untuk pembelajaran PAI di SD.

Berbeda dengan penelitian diatas penelitian pengembangan ini akan megembangkan media pembelajaran media komik dan kartu disiplin untuk menanamkan nilai karakter yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila yang yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK. Khususnya dalam penguatan nilai karakter disiplin, jujur, mandiri, dan religius. Dari penelitian ini, semoga pengembangan buku komik dan kartu disiplin dapat bermanfaat dan dapat digunakan bagi pembelajaran nilai karakter pada siswa SD.

2.3 Kerangka Berpikir

(19)

Buku komik merupakan salah satu media yang efektif bagi seorang anak untuk belajar membaca, menulis maupun mengembangkan imajinasinya dalam menyerap nilai positif dalam sebuah bacaan. Buku komik dan kartu didiplin dapat membantu guru dan orang tua untuk menanamkan nilai karakter pada anak.

(20)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 1.2
Tabel 1.3
gambar dalam bentuk kreatif serta mempunyai kekuatan untuk menyampaikan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen yang dikaji dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu buku teks Fisika SMA sebagai buku yang diteliti dan buku Fisika Universitas sebagai rujukan

Tahap develop (pengembangan) bertujuan untuk menghasilkan (luaran) bahan ajar IPA draf II yang layak secara teoritis. Tahap develop ini terdiri dari beberapa

Kerja TA. Koordinasi, Supervisi dan Asistensi Penyusunan Program dan Rencana Kerja TA.. Program Pelaksanaan Akuntabilitas Pengelolaan Administrasi Keuangan ; Kegiatan Pengelolaan

yang disampaikan secara online melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) untuk paket kegiatan: Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Lima Bulan Juni Tahun Dua Ribu Dua

Salah satu perwakilan SMA Islam Hidayatullah, ustadz Eko mengatakan bahwa kedatangan mereka dalam rangka studi tour ke UMM yang diikuti oleh seluruh siswa kelas XI.. “Ini

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah

menggambar detail konstruksi sambungan kayu tampang satu dengan alat sambung baut sambungan memanjang dan menyudut dengan benar.. menggambar detail konstruksi sambungan kayu

menyebutkan dan menuliskan rumus-rumus sambungan tampang satu pada konstruksi sambungan kayu dengan alat sambung paku dengan benar.. menyebutkan dan menuliskan