Dampak Kunjungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Lansia Di
Panti Wredha Salib Putih Salatiga
Tugas Akhir
DISUSUN OLEH: HARYANTO MARTEN
462012054
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
ii
DampakKunjungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Lansia Di
Panti Wredha Salib Putih Salatiga
Tugas Akhir
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana keperawatan
DISUSUN OLEH: HARYANTO MARTEN
462012054
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
viii
DAMPAK KUNJUNGAN KELUARGA TERHADAP KUALITAS
HIDUP LANSIA DIPANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA
Sanfia Tesabela Messakh1, Haryanto Marten1 ,Agus Fitrianto2
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Kristen Satya Wacana
2
RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
Salatiga 50711, e-mail: tesabela.messakh@staff.uksw.edu
ABSTRAK
Jumlah lansia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau WHO diperkirakan jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 milliar orang dan akan terus bertambah hingga 2 milliar orang di tahun 2050. Data yang diperoleh dari Dinas kesehatan kota Salatiga, pada tahun 2015 jumlah lansia di Salatiga mencapai 61,332 orang atau 31% dari jumlah penduduk. Secara fisiologis setiap individu akan mengalami proses penuaan dan memasuki tahap akhir dari proses tumbuh kembang atau yang kita kenal dengan lansia. Lansia adalah seseorang yang mengalami proses menua secara biologis, psikologis, dan sosial. WHOQOL Group menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu faktor kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan faktor lingkungan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan dampak kunjungan keluarga terhadap kualitas hidup lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur dan in-depth interview. Enam orang lansia Panti Wredha Salib Putih mejadi partisipan. Data yang dikumpulkan kemudian digolongkan menjadi beberapa tema untuk dianalisa lebih lanjut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia yang sering dikunjungi keluarga memiliki persepsi yang lebih positif terhadap kehidupan mereka dan lansia yang jarang di kunjungi mempunyai persepsi negatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kunjungan keluarga mempunyai dampak terhadap kualitas hidup lansia di Panti Wredha Salib Putih dilihat dari empat aspek yaitu aspek psikologi, sosial, fisik dan lingkungan.
ix
ABSTRAK
Title: THE IMPACT OF FAMILY VISITS ON ELDERLIES’ QUALITY OF LIFE IN PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA
There is a steady increase in the number of the elderlies. World Health Organisation (WHO) predicts that the number of elderlies will reach 2 billion people in 2050. In Salatiga, there are 61,332 elderlies or 31% of total population in 2015. Physiologically, all individuals will go through the process of getting older and enter the final stage of growth and development, called being the elderlies. The seniors or elderlies are those who experience the process of getting old including biologically, psychologically and also socially. World Health Organisation Quality of Life Group stated that there are four factors that influence the quality of life, including physical health, psychological health, social relation and environmental factors. This research is aim to describe the effect of family visit to the quality of life of the elderlies who live in Panti Wredha Salib Putih Salatiga. The research method used is qualitative research method with descriptive approach. Data collected through semi-structured interview and in-depth interview.The research participants are six elderlies form the aged care. The result of this research showed that the elderlies who are frequently visited by their families have a more positive perceptions on their lifes and the elderlies who are rarely visited have a negative perceptions. It can be concluded that by looking at the factors of physical health, psychological health, social relation and environmental factors, family visit have impact on the elderlies’ quality of life.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH... ii
ABSTRAK... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
Pendahuluan...1
Latar Belakang... 1
Tujuan... 4
Metode ... 4
Jenis Penelitian... 4
Sampel... 4
Teknik Pengambilan Data... 4
Analisis Data... 4
Hasil dan Pembahasan... 4
Dampak Kunjungan Keluarga Terhadap Aspek Psikologis... 5
Dampak Kunjungan Keluarga Terhadap Aspek Sosial... 6
Dampak Kunjungan Keluarga Terhadap Aspek Fisik... 8
Dampak Kunjungan Keluarga Terhadap Aspek Lingkungan... 9
Kesimpulan... 10
Daftar Pustaka... 11
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Panduan wawancara... 13
Lampiran 2. Informed Consent ... 14
Lampiran 3. Surat ijin studi pendahuluan... 15
1
Pendahuluan
Semua individu akan melewati masa tua atau lanjut usia (lansia) dalam kehidupannya. Undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun1. Menurut World Health Organization (WHO), lansia dibagi menjadi empat kriteria yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very
old) di atas 90 tahun2. Secara fisiologis setiap individu akan mengalami proses penuaan dan memasuki tahap akhir dari proses tumbuh kembang atau yang kita kenal dengan lansia. Lansia adalah seseorang yang yang mengalami proses menua secara biologis, psikologis, dan sosial3. Data dari Badan Pusat Statistik Indonesia menunjukan bahwa angka harapan hidup penduduk Indonesia pada periode 2010-2015 adalah 70,1 tahun. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai angka 72,2 tahun pada periode 2030-20354. Jumlah lansia dari tahun ketahun semakin meningkat. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau WHO diperkirakan jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 milliar orang dan akan terus bertambah hingga 2 milliar orang ditahun 20505. Di Indonesia, berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPSI) pada tahun 2010 jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun6. Proporsi penduduk dewasa, terutama lansia di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan. Berdasarkan angka proyeksi Penduduk tahun 2016, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat menjadi 4,14 juta jiwa atau sebesar 12, 18 persen dari seluruh penduduk Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 34,02 juta jiwa7. Data yang diperoleh dari Dinas kesehatan kota Salatiga, pada tahun 2015 jumlah lansia di Salatiga mencapai 61,332 orang atau 31% dari jumlah penduduk8.
2 dapat dihindari dalam fase kehidupan. Penurunan kondisi fisik yang nyata rentannya lansia terhadap berbagai penyakit degeneratif, penurunan kondisi psikis yang umum
terjadi adalah gangguan fungsi berpikir dan lansia cenderung mengalami depresi, sedangkan akibat penurunan kondisi sosial antara lain timbulnya rasa kehilangan,
kesepian, dan merasa terisolasi.
Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan yang amat penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga. Masalah kesehatan anggota keluarga sifatnya saling terkait dimanajika ada satu anggota keluarga yang mengalami ganggua kesehatan, maka akan mempengaruhi pelaksanaan fungsi keluarga secara utuh9.
Menurut UU no. 10 tahun 1992 yang disebut dengan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. Fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu.10
Keluarga merupakan sistem pendukung (support system) utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga antara lain: menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan status sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia11.
Dukungan dari keluarga terhadap lansia sangat dipengaruhi oleh modernisasi
yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai-nilai keluarga dalam merawat lansia. Ada tiga penyebab perubahan keluarga dari extended family ke nuclear family, meningkatnya tingkat partisipasi angkatan kerja pada wanita, dan migrasi keluar pada usia muda (young - out migration). Perubahan tanggung jawab keluarga dalam mengurus lansia disebabkan keluarga yang sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak mempunyai waktu mengurus lansia atau bahkan ditinggal sendiri oleh keluarga yang membuat hidup lansia tidak potensial dan menjadi terlantar. Kondisi ini yang menyebabkan keluarga memilih pelayanan institusi untuk mengurus lansia. Salah satu dari pelayanan institusi lansia adalah panti sosial12.
3 merupakan wadah perawatan dan pelayanan kesehatan untuk lansia yang menjadi alternatif terakhir bagi keluarga untuk mengurus lansia. Panti merupakan wadah atau
institusi yang memberikan pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, dan sosial serta perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat menikmati hidup secara
wajar. Disinilah pentingnya adanya panti wredha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia, di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat13. Umumnya lansia tidak ingin tinggal di panti karena lansia merasa dengan tinggalnya lansia di panti merupakan tanda penolakan dari keluarga14.
World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan
kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan. Pada umumnya penduduk lanjut usia menghadapi kelemahan, keterbatasan, dan ketidakmampuan sehingga kualitas hidup pada lanjut usia menjadi menurun. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, maka keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia15.
WHOQOL Group menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu faktor kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial, dan faktor lingkungan16. Kualitas hidup pasien menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan, intervensi, atau terapi17. Berdasarkan penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa Quality of life lanjut usia yang tinggal di panti wredha lebih rendah dari pada lansia
yang tinggal dirumah18
4 individu melihat kehidupannya dalam konteks budaya dan nilai berdasarkan tujuan, harapan dan perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak kunjungan
keluarga terhadap kualitas hidup lansia di Panti Wreda Salib Putih Salatiga.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana dampak kunjungan keluarga terhadap kualitas hidup lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga?
Metode
Penelitian yang dilaksanakan di Panti Wredha Salib Putih Salatiga, dari bulan Januari sampai bulan Februari 2017 ini, merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penentuan riset partisipan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pertimbangan sesuai dengan kebutuhan partisipan dan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview). Semua data yang telah diperoleh dari partisipan kemudian dianalisis sesuai dengan prosedur penelitian kualitatif yaitu: mengurutkan data ke dalam pola, pengkategorian data sehingga dapat memunculkan subtema, dan penafsiran data berdasarkan subtema yang muncul sehingga menghasilkan sebuah tema.
Adapun karakteristik riset partisipan adalah sebagai berikut: 1. Partisipan merupakan lansia berusia 60 tahun atau lebih.
2. Partisipan mendapat kunjungan keluarga dengan frekuensi tertentu 3. Partisipan bersedia mengikuti prosedur hingga akhir penelitian. 4. Bisa berkomunikasi dengan baik.
Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 6 riset partisipan.
Hasil dan Pembahasan
Kualitas hidup lansia semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal antaralain penurunan kondisi dan fungsi serta berbagai penyakit degeneratif yang muncul. Perubahan kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh
5 perhatian dari orang sekitarnya khususnya keluarga19. Dari penelitian yang dilakukan, data partisipan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Frekuensi kunjungan keluarga
Partisipan Usia Jenis
Analisa data penelitian yang dilakukan di Panti Werdha Salib Putih menunjukkan bahwa ada 4 tema yang muncul berulang, yaitu aspek fisik, psikologis, social dan lingkungan. Empat aspek ini dikaitkan dengan kunjungan yang diperoleh lansia dari keluarganya.
Dampak kunjungan keluarga terhadap aspek psikologis.
Secara psikologis, lansia yang sering mendapatkan kunjungan keluarga cenderung mengungkapkan rasa bahagia, lebih diperhatikan dan merasa hidupnya berarti. Walaupun lansia tersebut tinggal terpisah dari keluarga (tinggal di panti) dan terkadang merasa kesepian, namun dengan adanya kunjungan keluarga rasa kesepian tersebut dapat diatasi, lansia yang sering dikunjungi lebih merasa termotivasi dan memiliki perasaan positif terhadap kehidupannya. Contoh kutipan wawancara berikut “...senang, senangnya yah disini kadang kadang seminggu sekali ada keperluan apa gitu dia mengurus gitu ...”
(partisipan 6)
Sedangkan lansia yang jarang dikunjungi keluarga cenderung merasa dirinya dikucilkan atau ditinggalkan keluarga sehingga lansia sering merasa kesepian. Contoh kutipan wawancara berikut.
“...yah pada saat saya sendiri saya merasa kesepian, sendiri, rindu sama keluarga...”
6 “...sebetulnya ndak puas karna mereka meninggalkan bapak...”
(partisipan 1)
Dari hasil penelitian lansia yang jarang dan sering dikunjungi keluarga dapat digambarkan bahwa kunjungan keluarga merupakan salah satu hal yang penting
karena kunjungan keluarga mempunyai dampak terhadap kualitas hidup lansia dalam segi aspek psikologis, dimana lansia yang sering dikunjungi keluarga lebih merasa bahwa dirinya diperhatikan keluarga sedangkan lansia yang jarang dikunjungi keluarga merasa adanya penolakan keluarga terhadap dirinya.Keluargamempunyai peran sebagai support system utama pada lansia dalam mempertahankan kesehatannya seperti menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental serta memberikan motivasi terhadap lansia20. Keasberry mengungkapkan anak memiliki kewajiban untuk merawat dan memperhatikan orang tua mereka, terutama ketika orang tua telah memasuki masa lansia. Kewajiban ini sama dengan harapan orang tua akan perhatian maupun dukungan dari anak mereka yang juga memunculkan kekecewaan ketika anak tidak memperhatikan mereka21. Pengalaman emosi seperti rasa senang dapat meningkatkan psychological well-being daripada emosi negatif seperti rasa sedih22.
Dampak kunjungan keluarga terhadap aspek sosial.
Aspek psikologis mempunyai dampak terhadap aspek sosial dimana lansia yang sering dikunjungi lebih senang bergaul dan melakukan berbagai kegiatan dengan lansia lain untuk mengurangi atau menghilangkan rasa kesepian saat belum dikunjungi keluarganya. Contoh kutipan wawancara berikut.
“...yah ada yang ajak cerita-cerita buat ngilangin pikiran rindu sama keluarga atau kesepian ahahaha...”
(partisipan 6)
7 menangis atau mengurung diri. Beberapa contoh kutipan wawancara adalah sebagai berikut:
“...ndak puas, yah wes tak ceritakan to, teman teman ku pada kaya gitu, pada sombong padahal pendidikannya ndak, anu maaf yah pendidikannya ndak ada
makanya ndak diajarkan sopan santun, makan harus cepat kaya jaman tentara gituloh ya toh, semuanya tingkahnya kayak anak sd...”
(partisipan 2)
“...liat keadaannya aja kaya gini sama orang – orangnya kaya gini, gak ada yang bisa di ajak ngomong disini. bapak sudah disini, kalau ada apa-apa ibu kesti disini yang tau bukan anak bapak...”
(partisipan 1)
Kunjungan keluarga mempunyai dampak terhadap aspek sosial lansia dimana lansia yang sering dikunjungi lebih terbuka dan mau berkomunikasi antara lansia lain untuk menghilangkan rasa kesepian atau penolakan yang memungkinkan lansia dapat merasa aman, nyaman serta saling memiliki dan membuat lansia merasa bahwa dirinya dihargai atau berarti. Integrasi sosial memungkinkan individu untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan secara bersama-sama23. Sedangkan lansia yang jarang dikunjungi lebih susah untuk bergaul yang dapat membuat lansia merasa tidak nyaman dapat mengakibatkan timbulnya perasaan
terasingkan yang dapat membuat lansia semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri24.
8 yaitu lingkungan social ataupun lingkungan fisik. Konsep lingkungan social itu sendiri mengacu pada kualitas hubungan dan interaksi social sehari-hari dengan
orang lain di sekitarnya, artinya, jika hubungan dan interaksi social dengan orang sekitar menyenangkan, hal itu dapat menunjang kesehatan. Sebaliknya jika tidak
menyenangkan, maka dapat membuat individu tersebut sakit.27
Dampak kunjungan keluarga terhadap aspek fisik
Hasil observasi menunjukkan bahwa lansia yang mendapat cukup perhatian
dari keluarga cenderung termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari yang bersifat fisik. Meskipun usianya paling tua, Partisipan 4 secara rutin melakukan aktifitas, sebagaimana dinyatakan dalam kutipan berikut:
“...yah, saya itu pekerjaannya ngepel, ngepel sampai selesai, ya saya sudah puaslah, saya disini itu masih bisa bekerja, pekerjaan saya disini itu ngepel, nyapu dibelakang itu...”
(partisipan 4)
Hal yang sama juga dilakuka noleh partisipan 6, sebagai mana terlihat dalam kutipan berikut:
“...saya setiap hari kerjanya lap-lap kaca sama mbah-mbahnya, nyapu, itu tiap hari. Saya sudah puaslah karna saya bisa beraktivitas sendiri tanpa membebankan anak anak atau orang lain, hehehe...”
Disisi lain, partisipan yang kurang dikunjungi/mendapat perhatian dari keluarga menunjukkan dampak negative untuk aspek fisiknya. Partisipan-partisipan ini
cenderung menolak untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik dengan berbagai alasan. Hal ini Nampak dalam kutipan wawancara berikut:
“...saya ndak kerja karna apa, karna keadaan saya aja seperti ini, kalau jalan saja saya musti pake yang kaya gini, maaf yah bukan saya apa-apa, Cuma jantung,
jantungnya itu ndak sakit ndak apa apa, Cuma kalau jalan ngosngosan itu jalan aja musti pake ini, kalau ndak pake ini jalan aja ndak kuat...”
9 “...ah bapak mah kalau untuk bekerja bapak udah nggak bisa, kan kalau kerja harus sehat gitu, bapak ngelamin ini yeh saat jongkok gak bisa bangun lagi. Menurut bapak mah kalau udah tua gini mau gimana lagi kecuali masih mudaanlah...” (partisipan 1)
Kunjungan keluarga mempunyai dampak terhadap aspek fisik lansia dipanti dimana lansia yang sering dikunjungi keluarga cenderung sudah mernerima akan keadaan atau kemampuan dirinya. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya, kelurga mempunyai peran untuk menjaga atau merawat lansia, mempertaahankan atau meningkatkan status mental dan memfasilitasi kebutuhan dari lansia. Keluarga merupakan sumber dana untuk pemenuhan kebutuhan lansia yang berada dalam panti serta keluarga juga tempat mendapatkan informasi dan dorongan bagi lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, tetap hidup bersih dan sehat28. Kesehatan fisik memainkan peranan penting dalam mendeterminasi distress maupun psychological well-being. Di samping itu, dinyatakan bahwa psychological well-being memiliki koneksi dengan ketiadaan penyakit.29
Dampak kunjungan keluarga terhadap aspek lingkungan.
Umumnya lansia tidak ingin tinggal di panti dan lebih memilih untuk tinggal dengan keluarganya. Lansia merasa dengan tinggalnya lansia di panti itu merupakan sebuah tanda penolakan keluarga terhadapa lansia yang bisa mengakibatkan lansia merasa bahwa dirinya dikucilkan atau diasingkan. Kunjungan keluarga merupakan aspek penting dalam membentuk atau menghapus perasaan dikucilkan dan membantu lansia menerima kehidupannya di Panti. Contoh kutipan wawancara berikut.
“...disini yah puas, disini senang, senang sini wokeh kancane neng meriki, niku kancane...”
(partisipan 4)
“...kadang-kadang tiap minggu anak saya datang bawa makan uang sama kebutuhan yang lain disini juga disediakan panti, hehehhe...”
10 Sedangkan lansia yang jarang dikunjungi merasa dirinya ditinggalkan keluarga dan tidak mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan sehari hari lansia sehingga
membuat lansia bergantung pada panti dan sumbangan sosial
“...kalau uang mah mana ada bapak disini, cuman kalau ada tamu datang berkunjung kesini kasi apa-apa bapa juallah, kalo nggak jual mau dapat darimana bapak disini...”
(partisipan 1)
„...ndak puaslah, bapa sudah disini, jadi kalau ada apa-apa bu kesti disini yang tau bukan anak bapa...”
(partisipan 1)
Dari hasil penelitian partisipan yang jarang dikunjungi dan sering di kunjungi di dapat bahwa kunjungan keluarga mempunyai dampak terhadap aspek fisik lansia. Umumnya lansia tidak ingin tinggal dipanti karna lansia merasa dengan tinggalnya lansia di panti merupakan suatu tanda penolakan dari keluarga. Lansia lebih memilih menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucunya. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga mempunyai peran untuk menjaga atau merawat lansia, mempertahankan atau meningkatkan status mental dan memfasilitasi kebutuhan dari lansia. Keluarga merupakan sumber dana untuk pemenuhan kebutuhan lansia yang berada dalam panti serta keluarga juga tempat mendapatkan
informasi dan dorongan bagi lansia untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, tetap hidup bersih dan sehat30.
Kesimpulan
11
Daftar Pustaka
1
Soetjiningsih, C.H , Widya Sari Press:Psikogerontologi; 2005
2
Effendi, Ferry & Makhfudli: Keperawatan kesehatan komunitas, Teori dan Praktik dala Keperawatan; 2009
3
Kusumawati F & Hartono, Y: Buku Ajar Keperawatan Jiwa; 2010
4
https://www.bappenas.go.id/files/5413/9148/4109/Proyeksi_Penduduk_Indonesia_2010-2035.pdf. hal 32; diakses tanggal 27/11/2017. 08:00
5
dalam Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2013
6
Effendi, Ferry & Makhfudli: Keperawatan kesehatan komunitas, Teori dan Praktik dala Keperawatan; 2009
7
Badan Pusat Statistik , Profil Lansia Jawa Tengah; 2016
8
Depkes RI. Riset Kesehatan DasarTahun 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2013
9
Azwar A :Pengantar pelayanan dokter keluarga; 1997
10
Yuli, R:Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik;2014
11
Padila : Buku ajar keperawatan gerontik; juli, 2013
12
Mundiharno: Penduduk Lansia, perlunya kondisi lokal dan perhatian keluarga; 2010
13
Nenk: Masalah kesehatan jiwa pada lanjut usia;2010
14
Elvinia: Quality of Life pada Lanjut Usia Study Perbandingan Pada Janda Atau Duda Lansia antara yang tinggal bersama keluarga dengan yang dipanti
15
WHO: WHOQOL Measuring-Quality of Life. (Diakses tanggal 14-10-2016); 1997
16
Rapley, Mark : Quality Of Life Research; 2003
17
World Health Organization: WHOQOL-BREF; 1996
18
Elvinia: Quality of Life pada Lanjut Usia Study Perbandingan Pada Janda Atau Duda Lansia antara yang tinggal bersama keluarga dengan yang dipanti
19
Jaracz. K dan Kozubsky. W. :Quality of Life in Stroke Patients; 2003,Jurnal of Acta Neurol Scand. 107, 324-339.
20
Padila : Buku ajar keperawatan gerontik; juli, 2013
21
Keasberry, I.N. :Elder care, Old-Age Security and Social Change in Rural Yogyakarta,Indonesia; 2002.
22
Adler, J. M., & Hershfield, H. E : Mixed emotional experiences is associated with and precedes improvements in psychological well-being; 2012, Plos One, 7(4), 1 – 10.
23
Cutrona, C. E, et. Al :Peceived parental social support and academic achievement , an attachment theory perspective. Journal of Personality and Social Psychology; 1994, 66(2),369-378
24
Padila : Buku ajar keperawatan gerontik; juli, 2013
25
Cutrona, C. E, et. Al :Peceived parental social support and academic achievement , an attachment theory perspective. Journal of Personality and Social Psychology; 1994, 66(2),369-378
26
Salami, Samuel. :Personality and Psychological Well-Being of Adolescents . The Moderating Role of Emotional Intelligence. Social Behavior and Personality An International Journal; 2011, 39(6) 2011, pp. 785-794.
27
Sunarto, Kamanto:SosiologiKesehatan; 2001
28
Padila : Buku ajar keperawatan gerontik; juli, 2013
29
12
30
Padila : Buku ajar keperawatan gerontik; juli, 2013
Lampiran
Lampiran 1. Panduan wawancara
Yang dikunjungi Tidak dikunjungi
1. Kenapa bapak atau ibu bisa masuk atau berada di panti ini?
13
3. Apakah bapak atau ibu pernah dikunjungi keluarga?,
(berapakali).
3. Apakah bapak atau ibu pernah dikunjungi keluarga?,
1. Seberapa jauh rasa sakit mencegah aktivitas 2. Tergantung dari obat untuk kehidupan sehari-hari 3. Energi untuk aktivitas sehari-hari
4. Mobilitas untuk bergaul 5. Kepuasan tidur
6. Kepuasan untuk menampilkan aktivitas sehari hari 7. Kepuasan dengan kemampuan untuk bekerja psikologi
1. Seberapa jauh menikmati hidup 2. Seberapa jauh merasa hidup berarti 3. Mampu berpikir dan berkonsentrasi
3. Sumber dana untuk memenuhi kebutuhan
4. Ketersediaan informasi bagi kehidupan sehari hari 5. Kesempatan untuk rekreasi
6. Puas dengan lingkungan tempat tinggal 7. Puas dengan akses layanan kesehatan 8. Puas dengan transportasi
sosial
1. Puas dengan hubungan personal atau sosial 2. Puas terhadap kehidupan seksual
Puasterhadap dukungan dari teman
Lampiran 2. Informed Consent
PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI PARTISIPAN
Judulpenelitian :Efektifitas Kunjungan Keluarga Terhadap Kualitas hidup Lansia di Panti Jompo
NamaPeneliti : Haryanto Marten Nim : 462012054
14
Saya adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Efektifitas kunjungan keluarga terhadap kualitas hidup lansia dipanti jompo. Bapak/Ibu akan diminta menceritakan serta menjawab pertanyaan wawancara yang akan diajukan mengenai hal tersebut. Peneliti akan menjamin kerahasian identitas dengan tidak menyebarkan isi rekaman dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila ada pertanyaan lebih dalam tentang penelitian ini, dapat menanyakan langsung atau menghubungi pada nomor kontak yang telah disebutkan diatas. Jika bapak/ibu memahami dan bersedia ikut berpartispasi dalam penelitian ini, sihlakan menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi partisipan pada lembar yang telah disediakan. Demikian permohonan ini saya buat atas perhatian dan kesediaan
Bapak/ibu, saya ucapkan terimakasih
Salatiga, Januari Peneliti
( Haryanto Marten )
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN
Judulpenelitan : Efektifitas kunjungan keluarga terhadap kualitas hidup Lansia di Panti Jompo
Namapeneliti : Haryanto Marten Nim : 462012054
No Hp : 082322941417
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti tentang
penelitian yang akan di laksanakan sesuai judul diatas, maka saya mengetahui tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui Dampak kunjungan keluarga terhadap kualitas hidup lansia dipanti jompo. Saya memahami bahwa dalam penelitian ini tidak ada unsur yang merugikan, untuk itu saya setuju dan bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani persetujuan ini.
Salatiga, january Partisipan