commit to user
PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI
ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Skripsi
Oleh
ISNANI NIM K7401088
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI
ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Oleh
ISNANI NIM K7401088
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan
Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing 1
Drs. Sunarto, MM.
NIP 130 815 439
Pembimbing II
Dra. Harini, M.Pd.
commit to user PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari : Kamis
Tanggal : 30 April 2009
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Dewi Kusuma Wardani, Msi. 1.
Sekretaris : Dra. Mintasih Indriayu, Msi. 2.
Anggota I : Drs. Sunarto, MM. 3.
Anggota II : Dra. Harini, MPd. 4.
.
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah
commit to user ABSTRAK
Isnani. PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang
signifikan antara kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu
Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008..
Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini
digunakan metode deskriptif, yaitu metode yang tertuju pada pemecahan masalah
yang ada pada masa sekarang (aktual), data yang dikumpulkan mula-mula
disusun, dianalisis dan diinterpretasikan. Populasi penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008 sejumlah
157 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah Quota Proporsional Random
Sampling. Sampel penelitian sejumlah 62 siswa. Teknik pengumpulan data
variabel kreativitas belajar menggunakan kuesioner atau angket, sedangkan untuk
variabel prestasi belajar siswa menggunakan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis regresi sederhana.
Kesimpulan penelitian yaitu: terdapat pengaruh yang signifikan antara
kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3
Surakarta tahun ajaran 2007/2008, dengan Fhit = 2,685 dan Ftabel = 4,000, di mana
Fhit < Ftab atau 2,685 < 4,000 pada taraf signifikansi 5%. Sumbangan efektif
sebesar 41,990%. Menunjukkan bahwa 41,999% nilai-nilai Y dapat dijelaskan
model regresi liniernya berdasarkan nilai-nilai X. Atau dengan kata lain, sebesar
41,990% variasi yang terjadi atau tinggi atau rendahnya kreativitas belajar (Y)
terjelaskan oleh meningkatnya atau menurunnya nilai prestasi belajar (X) melalui
regresi linier
^
commit to user MOTTO
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan dalam pergantian malam
dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu mereka yang
mengingat Allah sambil berdiri, sambil duduk, dan dalam keadaan berbaring,
dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari adzab neraka”.
(QS. Ali Imran 190-191).
Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan.
commit to user PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
Ayah (almarhum) dan ibu tercinta yang telah mencurahkan harta, tenaga,
fikiran, dan motivasi untuk nanda. Terima kasih atas do’a dan cintanya.
Dek Nur dan Dek Faton, yang selalu memberikan motivasi dan harapan
kesuksesan nanda. Terima kasih atas cinta dan doanya.
Teman-teman seperjuangan, satu perguruan & satu padepokan, yang selalu
memotivasi nanda agar menyelesaikan skripsi ini tanpa harus
meninggalkan amanah ini,Thanks for all.
Teman-teman PTN 2001-2004 yang selalu memberikan semangat dan
dorongan untuk segera lulus. Teman-teman 2001 yang belum lulus, segera
menyusul yach....
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-NYA skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
hambatan dan kesulitan ini dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang
terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan
motivasi dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Program Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan pengarahan
dan dorongan selama penulisan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan motivasi selama penulisan
skripsi ini.
4. Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Pendidikan Ekonomi, yang telah
memberikan pengarahan dan dorongan selama penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Sunarto, MM. Selaku pembimbing I yang telah dengan sabar
memberikan petunjuk, dukungan, dan bimbingan sampai terselesaikannya
skripsi ini.
6. Ibu Dra. Harini, MPd. Selaku pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Drs. H. Ngadiyo, MPd. Selaku kepala SMA N 3 Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SMA N 3 Surakarta dan juga
commit to user
yang telah memberikan pengarahan dalam proses pelaksanaan penelitian di
SMA N 3 Surakarta.
8. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi selama
penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman PTN angkatan 2001 yang senantiasa memberikan dukungan,
semangat dan motivasi selama penulisan skripsi ini.
10.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Semoga amal kebaikan tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan
bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak, serta bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan.
Surakarta, April 2009
Penulis
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
MOTTO v
PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 5
C. Pembatasan Masalah 5
1. Ruang Lingkup Penelitian 5
2. Obyek Penelitian 6
3. Subyek Penelitian 6
D. Perumusan Masalah 6
E. Tujuan Penelitian 6
F. Manfaat Penelitian 6
1. Manfaat Teoritis 6
2. Manfaat Praktis 7
BAB II LANDASAN TEORI 8
A. Tinjauan Pustaka 8
1. Hakekat Belajar 8
a. Pengertian Belajar 8
b. Teori-teori Belajar 11
commit to user
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 19
a. Faktor Internal 19
b. Faktor Eksternal 20
4. Kreativitas 21
5. Kreativitas Belajar 27
6. Indikator Kreativitas Belajar 28
B. Kerangka Pemikiran 29
C. Hipotesis 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian 32
1. Tempat Penelitian 32
2. Waktu Penelitian 32
B. Metode Penenlitian 32
C. Populasi dan Sampel 34
1. Populasi Penelitian 34
2. Sampel Penelitian 34
3. Teknik Pengambilan Sampel 35
D. Teknik Pengumpulan Data 36
1. Angket 37
2. Dokumentasi 41
E. Teknik Analisis Data 41
1. Uji Persyaratan 41
a. Uji Normalitas 42
b. Uji Konstan Variansi 42
c. Uji Linieritas 43
2. Uji Hipotesis 44
a. Mencari Persamaan Regresi Sederhana 44
b. Menguji Keberartian Persamaan Regresi Sederhana 44
c. Menguji Keberartian Pengaruh X terhadap Y 45
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN 47
A. Deskripsi Data 47
1. Data Kreativitas Belajar (X) 47
2. Data Prestasi Belajar (Y) 48
B. Pengujian Persyaratan Analisis 49
1. Uji Normalitas Residu 50
2. Uji Konstan Variansi 50
3. Uji Linieritas 50
C. Pengujian Hipotesis 50
1. Pengujian Hasil Analisis Data 50
a. Menentukan Persamaan Garis Regresi Linier
Sederhana 50
b. Menguji Keberartian Regresi Linier Sederhana 51
c. Menguji Keberartian Pengaruh X terhadap Y 51
d. Menentukan Sumbangan Efektif 51
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis 52
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis 52
D. Pembahasan Hasil Analisis Data 52
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 55
A. Simpulan 55
B. Implikasi 55
C. Saran 58
DAFTAR PUSTAKA 60
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamik sesuai dengan
perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era
globalisasi dan informasi saat ini, keterbukaan telah menjadi karakteristik
kehidupan yang demokratis, dan hal ini membawa dampak pada cepat usangnya
kebijakan maupun praktisi pendidikan. Parameter kualitas pendidikan, baik dilihat
dari segi pasokan, proses, dan hasil pendidikan selalu berubah. Tanggung jawab
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat dan
orang tua. Oleh sebab itu, pendidikan harus secara terus-menerus
perlu ditingkatkan kualitasnya, melalui sebuah pembaruan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik (stakeholders) agar mampu
mempersiapkan generasi penerus bangsa sejak dini sehingga memiliki unggulan
kompetitif dalam tatanan kehidupan nasional dan global.
Dalam kaitannya dengan tuntutan demokrasi pada era saat ini, kelemahan
utama yang dirasakan dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah pelaksanaan
proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan siswa
yang dinamis dan budaya berfikir kritis. Guru hanya pentransfer materi, dan siswa
jarang dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang merangsang dan
melatihnya untuk berfikir, serta jarang diberi kesempatan untuk bertanya. Oleh
karena itu dalam UU No. 22 tahun 2000 bab XI tentang program pendidikan
nasional dicantumkan bahwa tantangan yang dihadapi dunia pendidikan yakni
budaya berfikir kritis yang masih rendah.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan
cepat sekarang ini, menyebabkan semakin berkembangnya dunia pendidikan pula.
Dalam hal ini manusia selalu berupaya agar pendidikan menjadi kunci pemecahan
masalah yang dihadapi. Perkembangan dunia pendidikan ini dapat
menyeimbangkan antara masalah yang timbul dengan pemecahan yang harus
commit to user
berprestasi yang baik. Demikian halnya dengan orang tua tentu mengharapkan
anaknya mempunyai prestasi belajar yang dapat dibanggakan. Dengan adanya
prestasi belajar yang baik secara tidak langsung akan meningkatkan mutu sekolah
dan lebih luas lagi mutu pendidikan di suatu negara. Prestasi belajar yang baik
merupakan wujud dari hasil belajar siswa yang maksimal. Adapun hasil belajar
siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh banyak faktor, sebagaimana yang
dikemukakan oleh A. Suhaenah Suparno (2001: 52-55) bahwa ”Hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu berasal dari dalam diri siswa
(faktor internal) dan faktor yang datang dari luar diri siswa (faktor eksternal)”.
Prestasi belajar akan berhasil dengan baik apabila kedua faktor tersebut dapat
bekerja sama dan saling menunjang.
Proses belajar siswa dikatakan berhasil apabila siswa tersebut mempunyai
prestasi belajar yang baik. Prestasi yang baik tidak mudah dicapai, ada berbagai
macam faktor yang mendukung prestasi belajar seseorang diantaranya yaitu
kreativitas belajar. Dalam proses belajar mengajar, kreativitas memegang peranan
yang sangat penting. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 4) ”Kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa
saja yang pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh pembuatnya.” Kreativitas
disini menunjuk pada kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan
sesuatu yang sifatnya asli dan benar-benar baru karena belum pernah dikenal
sebelumnya. Sedangkan menurut Utami Munandar (1999: 12) ”Kreativitas adalah
hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya.” Seseorang mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubah
di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat
menghambat upaya kreatif. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa
prestasi belajar siswa Ilmu Alam lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar
siswa Ilmu Sosial. Oleh karena itu, agar pretasi belajar siswa Ilmu Sosial bisa
lebih tinggi mereka harus meningkatkan kreativitas belajarnya.
Dari uraian tersebut, maka dalam proses belajar juga tidak kalah
pentingnya menimbulkan sikap kreatif kepada siswa-siswanya sehingga salah satu
commit to user
kreativitas belajar siswa, untuk memperbesar kemampuan pemahaman
konsep-konsep dalam belajar. Siswa yang kreatif akan mampu menggunakan
metode-metode yang ada untuk penyelesaian soal-soal yang ditemui, bahkan akan
mendapatkan kesan belajar lebih mendalam dari materi pelajaran yang
disampaikan guru. Sehingga siswa yang kreatif akan dapat memperoleh prestasi
belajar yang lebih baik dari pada siswa yang tidak kreatif.
Adapun prestasi belajar siswa sebelum diadakan penelitian adalah sebagai
commit to user
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Tantangan dunia pendidikan yakni budaya berfikir kritis yang masih rendah
2. Perkembangan dunia pendidikan menuntut para siswa memiliki prestasi
belajar yang baik
3. Tuntutan perlunya kreativitas dalam belajar oleh para siswa agar dapat
meningkatkan prestasi belajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlu adanya pembatasan
masalah agar penelitian dapat terarah dan terfokus pada masalah yang diteliti.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Ruang Lingkup Pendidikan
a. Kreativitas Belajar
Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah, yang menuntut
kelancaran, keluwesan dan kemandirian dalam berpikir serta kemampuan
untuk mengembangkan suatu gagasan.
b. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang ditunjukkan oleh guru. Prestasi belajar merupakan
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
commit to user
kemampuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini lebih
spesifik prestasi belajar dalam ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, geografi,
ppkn, sejarah, sosiologi.
2. Obyek Penelitian
a. Variabel Bebas : Kreativitas Belajar
b. Variabel Terikat : Prestasi Belajar
3. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3
Surakarta tahun ajaran 2007/2008.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah ada pengaruh signifikan
kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3
Surakarta tahun ajaran 2007/2008?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan
untuk mengetahui adanya pengaruh signifikan antara kreativitas belajar terhadap
prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran
2007/2008?
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memperkuat teori yang telah ada dalam bidang pendidikan khususnya
kreativitas dalam belajar yang dapat berpengaruh dalam peningkatan prestasi
commit to user
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial
untuk menemukan kreativitas pembelajaran dalam studi ilmu pengetahuan
sosial.
b. Memberikan informasi bagi program Pendidikan IPS dan FKIP pada
umumnya dalam rangka membentuk tenaga kependidikan yang berkualitas.
c. Memberikan alternatif perwujudan tujuan pendidikan dan sekaligus menjawab
tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan, khususnya pendidikan Ilmu
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakekat Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Menurut Slameto (2003: 2), menurut pengertian secara psikologis,
belajar merupakan ”suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku. Sehingga pengertian belajar bisa didefinisikan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar
mengkonstruksi arti yang berupa teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain.
Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah
dipunyai seseorang hingga pengertiannya dikembangkan. Menurut Paul
Suparno (1997: 61) proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:
1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
commit to user
3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema
seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Selanjutnya Piaget dalam Paul Suparno (1997: 119-121) membedakan
pengetahuan seseorang dalam tiga macam, yaitu:
1) Pengetahuan Fisis
Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis
suatu objek atau kejadian, seperti bentuk, besar, kekasaran, serta
bagaimana objek-objek itu berinteraksi satu dengan yang lain.
Seorang anak akan memperoleh pengetahuan fisis tentang suatu
objek dengan mengajarkan atau bertindak terhadap objek itu
melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat dari abstraksi
langsung akan suatu objek.
2) Pengetahuan matematis-logis
Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan yang
dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu objek
atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapat dari abstraksi
berdasarkan koordinasi, relasi, atau penggunaan objek. Seorang
anak akan membentuk pengetahuan matematis logis dia karena
pengetahuan itu tidak ada dalam objek itu sendiri seperti
pengetahuan fisis. Pengetahuan itu harus dibentuk dari perbuatan
berpikir anak terhadap objek itu. Di sini objek hanya menjadi
medium untuk membiarkan konstruksi itu terjadi. Misalnya,
commit to user
3) Pengetahuan Sosial
Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari
kelompok budaya dan sosial yang menyetujui secara bersama.
Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari atau tindakan
seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi satu
orang dengan orang yang lain.
Menurut kaum konstruktivisme (Lorsback dan Tobin dalam Paulina
Panen, 2001: 65), ”siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah
diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka
atau konstruksi yang telah mereka bangun atau miliki sebelumnya”. Abstraksi
seseorang terhadap suatu hal membentuk struktur konsep dan menjadi
pengetahuan seseorang akan hal tersebut.
Sedangkan menurut ahli psikologi Jean Piaget dengan teori
kognitivisme. Intisari dari psikologi kognitif memaparkan tentang proses
mental individu yang bermanfaat untuk merespon lingkungannya.
kognitivisme berhubungan dengan bagaimana seseorang mengetahui,
memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sebagai contoh, behavioris
menyatakan bahwa praktek memperkuat suatu respon pada stimulus.
Smaldino dan Russels (2005: 6) menyatakan bahwa:
Kognitivis menciptakan model mental dari memori jangka pendek dan jangka panjang. Informasi baru disimpan dalam memori jangka pendek, dimana hal tersebut harus dilatih sampai siap untuk disimpan dalam memori jangka panjang. Jika informasi tidak dilatih, ia memudar dari memori jangka pendek. Pembelajar kemudian mengkombinasikan informasi dan kemampuan memori jangka panjang untuk mengembangkan strategi kognitif, berhubungan dengan tugas lengkap. Kognitivis mempunyai persepsi belajar lebih luas dari pada behavioris. Siswa kurang tergantung pada tuntunan guru dan lebih mempercayakan pada strategi kognitif dalam menggunakan sumber belajar yang tersedia.
Hilgard dan Chaplin dalam Mulyati (2005: 68) menyatakan:
Teori kognitif merupakan teori yang umumnya dikaitkan dengan
proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental berupa
commit to user
membayangkan, berpikir, mempertimbangkan, menduga, dan menilai.
Dengan kata lain kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan.
Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada
variabel penghalang dan aspek-aspek kognisi seseorang.
Menurut Ausubel dalam Mulyati (2005: 70):
Belajar merupakan merupakan proses kognisi yang akan
menjadi optimal jika ada kebutuhan kognitif. Kebutuhan berdasarkan
pada koordinasi perseptual pengalaman masa lampau yang
berkaitan dengan pengalaman masa kini serta pengharapan masa
datang. Manusia pada dasarnya memiliki skema kognitif yang akan
tersirat menjadi struktur. Kemudian struktur kognitif akan
menentukan proses belajar seseorang. Struktur sangat penting dalam
proses belajar sebab melalui struktur, belajar akan menghasilkan
sesuatu yang baru.
b. Teori-Teori Belajar
A. Suhaenah Suparno (2001) mengemukakan ”Teori belajar yang
banyak berpengaruh pada sistem instruksional dewasa ini adalah teori belajar
menurut Gagne, David Ausubel, Jerome Bruner, Piaget dan UNESCO.”
1) Teori belajar menurut Gagne dalam Slameto (2003: 13)
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi yaitu:
a) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari
dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut ”The Domains of Learning”
yaitu:
a) Ketrampilan Motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan,
misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil dan
commit to user
b) Informasi Verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,
menggambar; dalam hal ini mengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu
ini perlu intelegensi.
c) Kemampuan Intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan
menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang
disebut ”kemampuan intelektual”, misalnya membedakan huruf m dan
n, menyebutkan tanaman yang sejenis.
d) Strategi Kognitif
Ini merupakan organisasi ketrampilan yang internal (Internal
Organized Skill) yang perlu untuk belajar untuk mengingat dan
berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual,
karena ditujukan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan
berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan secara terus-menerus.
e) Sikap
Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan,
tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya
domain yang lain (Gagne dalam Slameto, 2003: 14-15).
2) Teori belajar menurut D. Ausubel
Menurut D. Ausubel dalam Mulyati (2005: 60), “Belajar adalah
proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang yang belajar (siswa)”.
3) Teori belajar menurut Piaget
Menurut Piaget dalam Slameto (2003: 12-13) ”Perkembangan
kognitif merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas
meknisme biologis yakni perkembangan sistem syaraf. Dengan makin
bertambahnya umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel
syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya”.
Piaget dalam Slameto (2003: 12-13) berpendapat ada 4 tahap
commit to user
a). Tahap sensori motor (0-2 tahun)
Selama periode ini, anak mengatur alam dengan indera-inderanya
(sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor).
b). Tahap pra operasional (2-7 tahun)
Anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menambah,
mengurangi dan lain-lain.
c). Tahap operasional (8-11 tahun)
Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional. Anak belum dapat
berurusan dengan materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini
sifat egosentris berubah menjadi sosiosentris dalam berkomunikasi.
d). Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)
Anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan
benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Mereka mempunyai
kemampuan berpikir abstrak.
Dalam pertumbuhan ke arah dewasa seseorang akan mengalami
adaptasi biologis dengan lingkungan. Sehingga menyebabkan
perubahan kualitatif di dalam struktur kognitif. Apabila seseorang
mendapat informasi baru maka informasi tersebut disesuaikan dengan
kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses asimilasi.
Sebaliknya apabila struktur kognitif yang dimiliki yang dimodifikasi
sesuai dengan informasi baru dari luar terjadilah proses akomodasi.
Baik asimilasi maupun akomodasi yang terjadi apabila terdapat konflik
dalam struktur kognitifnya, atau terjadi ketidakseimbangan antara apa
yang telah diketahuinya dengan apa yang dilihat atau yang dialami
sekarang. Setelah terjadi keseimbangan, seseorang telah beradaptasi.
Piaget mengemukakan bahwa ada banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan intelektual. Faktor-faktor itu adalah
kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logika matematik dan
transisi sosial yaitu dari pikiran guru ke pikiran siswa. Jadi setiap anak
harus melakukan sendiri dalam membangun pengetahuan tertentu yang
commit to user
4) Teori Belajar menurut J. Bruner
Kata Bruner dalam Slameto (2003: 11) ”Belajar tidak untuk
mengubah tingkah laku seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum
sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah.” Oleh karena itu, sebaiknya sekolah dapat
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai
dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses
belajar mengajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa,
dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk
meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan ”discovery
learning environment”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan
eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian
yang mirip dengan yang sudah diketahui.
Menurut J. Bruner dalam Slameto (2003: 12), dalam belajar guru
perlu memperhatikan 4 hal:
a) Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif. Minat murid
perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan
tertentu.
b) Menganalisa struktur materi yang akan diajarkan; juga perlu materi
disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.
c) Menganalisa sequence. Guru mengajar berarti membimbing siswa
melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga
siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang
dipelajari.
d) Memberi reinforcement dan umpan balik/feedback. Penguatan yang
optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ”ia menemukan
jawabnya”.
5) Teori belajar menurut UNESCO
A. Suhaenah Suparno (2001) mengemukakan bahwa UNESCO
commit to user
Delors yang mengidentifikasikan 4 pilar sebagai fondasi yang merupakan
pembaharuan dan reformasi pendidikan. Keempat pilar tersebut adalah:
a) Learning to Know (Belajar bagaimana belajar)
Pada Learning to Know terkandung makna “belajar bagaimana
belajar“. Dalam hal ini tercakup tiga aspek yaitu: apa yang dipelajari,
bagaimana caranya agar seseorang bisa mengetahui dan belajar, serta
siapa yang melakukan kegiatan belajar.
b) Learning to Do (Belajar berbuat)
Learning to Do secara konseptual hampir sama dengan konsep
learning by doing belajar dengan melakukan atau mengerjakan, artinya
bukan hanya mendengar atau melihat semata-mata.
c) Learning to Live Together (Belajar hidup bersama secara harmonis)
Belajar hidup bersama dalam keharmonisan berarti belajar peduli
dan belajar berbagi pikiran, perasaan dan pengalaman, peduli pada
keadaan orang lain. Asia Pacific Network for International Education
and Value Education (APNIEVE), organisasi di bawah UNESCO,
menguraikan secara diagramatik nilai-nilai inti yang berhubungan
dengan hal tersebut, yaitu:
(1) Kelompok pertama yang meliputi penerimaan atau penghargaan,
pertanggungdakwaan (akuntabilitas), kerja sama, keragaman,
kesetaraan dan keadilan, kemerdekaan dan tanggung jawab,
kejujuran, integritas, menghormati martabat manusia dan
kebenaran.
(2) Kelompok yang kedua berisi nilai-nilai kepedulian atau kemauan
berbagai, keharuan, empati, rasa bersyukur, harmoni, saling
ketergantungan, cinta, spiritualitas, dan toleransi.
(3) Kelompok ketiga meliputi nilai-nilai kewarganegaraan yang aktif
dan bertanggung jawab, berpikir kritis, persamaan, juga
kemerdekaan dan tanggung jawab, keterbukaan, menghormati dan
commit to user
(4) Kelompok keempat nilai-nilai kreativitas, efisiensi, kepedulian atas
lingkungan, orientasi ke masa depan, kesederhanaan, kerajinan,
sifa hemat, ekologi personal dan sikap memelihara sumber-sumber.
d) Learning to Be (Belajar mengaktualisasikan diri)
Learning to Be berarti seseorang mengenal jati diri, serta
kemampuan dan kelemahannya, dan dengan kompetensi-kompetensi
yang dikuasainya membangun pribadi yang utuh secara terus menerus.
Dengan bekal penguasaan jurus-jurus belajar efektif, mengerjakan
sesuatu secara efisien dan belajar bekerja sama ia akan menjadi diri
yang sangat dikenalnya, seraya mengembangkannya secara maksimal.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh
seseorang. Menurut taksonomi Bloom dan kawan-kawan seperti yang dikutip oleh
S. Nasution (1999: 65-72), hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, ranah psikomotorik, yang masing-masing diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Ranah Kognitif (cognitive domain)
Meliputi enam tingkatan yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge)
Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam
ingatan.
2) Pemahaman (comprehension)
Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang
dipelajari.
3) Penerapan (application)
Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode
commit to user
4) Analisis (analysis)
Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami
dengan baik.
5) Sintesis (synthesis)
Mencakup kemampuan untuk membentuk satu kesatuan atau pola baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai
sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat
itu yang berdasrkan kriteria tertentu.
b. Ranah Afektif (Affective Domain)
Meliputi lima tingkatan yaitu:
1) Penerimaan (receiving)
Mencakup akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk
memperhatikan rangsangan itu.
2) Partisipasi (responding)
Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipai
dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing)
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan
membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
4) Organisasi (organization)
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan dalam kehidupan.
5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value compex)
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan
menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kejidupannya sendiri.
c. Ranah Psikomotorik (Psycomotorik Domain)
Meliputi 7 tingkatan yaitu:
commit to user
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara
dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik.
2) Kesiapan (set)
Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan
memulai gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing (guided response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik
sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).
4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik
dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi
contoh yang diberikan.
5) Gerakan yang kompleks (complex response)
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri
atas beberapa komponen dengan lancar, tepat, dan efisien.
6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian
pola gerak gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu
taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran.
7) Kreativitas (creativity)
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak gerik yang baru,
seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Penentuan Nilai Akhir raport hasil belajar siswa di SMA 3 Surakarta
sebagai wujud hasil belajar siswa diperoleh dari hasil nilai ulangan harian siswa,
tugas, nilai ujian tengah semester dan nilai ujian akhir semester. Dengan
perhitungan sebagai berikut:
NA= ( 2xN.Ul)+(2xN.Tugas)+(2xN.Uj.Mid)+(2xN.A. Sem)
commit to user
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003), dijelaskan bahwa belajar adalah suatu proses
yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah
laku. Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri.
Meliputi:
1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah,
kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah,
kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan
fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,
olahraga, rekreasi dan ibadah.
b) Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan
alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh
kecacatannya itu.
2) Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: Inteligensi dan kreativitas,
commit to user
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul
kecenderungan untuk mmbaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat
dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Kelelahan rohani dapat terjadi
terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat,
menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstant tanpa ada variasi, dan
mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat
dan perhatiannya. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu
diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
b. Faktor eksternal (faktor sosial) ialah faktor yang datang dari luar diri si anak.
Meliputi 3 faktor yaitu: Faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor
masyarakat.
1) Faktor Keluarga, meliputi: Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan.
2) Faktor Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,
dan tugas rumah.
3) Faktor Masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang,
commit to user 4. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Penelitian tentang kreativitas telah lama dilakukan oleh para psikolog,
akan tetapi hingga saat ini definisi kreativitas belum dapat dirumuskan secara
pasti. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 4) ”Kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang
pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh pembuatnya.” Kreativitas disini
menunjuk pada kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan
sesuatu yang sifatnya asli dan benar-benar baru karena belum pernah dikenal
sebelumnya.
Sedangkan menurut ahli psikologi kognitif Freedam dalam Suharman
(2005: 373) berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
memecahkan masalah, memahami dunia, menginterprestasi pengalaman dan
memecahkan masalah dengan cara baru dan asli. Sedangkan Guilford dalam
Asri Laksmi (2005: 53) menyatakan kreativitas adalah cara-cara berpikir yang
divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta, berpikir heuristik dan
berpikir lateral. Selanjutnya menurut Rogers dalam Utami Munandar (1999:
18) Sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri,
mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang,
kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan
organisme.
Pengembangan imajinasi siswa dan pemikiran yang kreatif sangat
penting karena dengan berpikir kreatif, siswa mampu mengelaborasi
mengembangkan, memperkaya, memerinci) suatu gagasan. Menurut Guilford
dalam Utami Munandar (1999: 7) gambaran yang tampak dalam dunia
pendidikan adalah pembelajaran lebih ditekankan pada hafalan dan mencari
satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Sedangkan proses
pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih sehingga banyak
lulusan yang cukup mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan
menguasai teknik-teknik yang diajarkan, tetapi mereka tidak berdaya jika
commit to user
Oleh karena itu pengembangan kreativitas sejak usia dini,
tinjauan-tinjauan penelitian tentang kreativitas, serta cara-cara yang dapat memupuk,
merangsang, dan mengembangkannya menjadi sangat penting karena:
1) Menurut Maslow dalam Utami Munandar (1999: 31) dengan berkreasi
dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan
perwujudan/aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat
tertinggi dalam hidup manusia.
2) Menurut Guilford dalam Utami Munandar (1999: 31) kreativitas atau
berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk
pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam
pendidikan.
3) Menurut Biondi dalam Utami Munandar (1999: 31) bersibuk diri secara
kreatif tidak hanya bermanfaat bagi pribadi dan bagi lingkungan tetapi
juga memberikan kepuasan kepada individu.
4) Menurut Utami Munandar (1999: 31) ”Kreativitas memungkinkan
manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan mental seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau
gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh
pembuatnya. Kreativitas adalah kemampuan menginterprestasi pengalaman
dan memecahkan masalah dengan cara baru dan asli dengan berpikir yang
divergen, berpikir yang produktif dan berdaya cipta karena adanya
kecenderungan dalam diri seseorang untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan
potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan
untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuannya.
b. Unsur-unsur kreativitas
Rhodes (dalam Isaksen dalam Utami Munandar, 1999: 20) dalam
menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa
”Kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk.
commit to user
(press) ke individu ke perilaku kreatif. Ini sebagai ”Four P’s of Creativity
Person, Process, Press, Product.”
Berdasarkan analisis Rhodes ini dapat disimpulkan bahwa kreativitas
meliputi 4 unsur, yaitu: pribadi, proses, pendorong dan produk. Untuk
selanjutnya masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pribadi
Kreativitas dari aspek pribadi muncul dari keunikan pribadi
individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Setiap anak mempunyai
bakat kreatif , namun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang
berbeda-beda. Pendidik hendaknya mengenali dan menghargai bakat
kreatif anak dan memberi kesempatan untuk mengembangkannya secara
optimal. Kreativitas sebagai kemampuan berfikir meliputi kelancaran
(dapat mngemukakan ide-ide), kelenturan atau fleksibilitas (dapat melihat
suatu masalah dari beberapa sudut pandang), orisinilitas (mempunyai
gagasan-gagasan yang jarang diberikan orang lain), dan elaborasi (dapat
merinci dan memperkaya suatu gagasan).
2) Proses
Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif.
Hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan dengan jangan
terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan bermanfaat.
Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang memenuhi
standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan keasyikan
anak untuk berkreasi.
3) Pendorong
Kreativitas ditinjau dari aspek pendorong menunjuk pada perlunya
dorongan dari dalam individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari
luar (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat) agar bakat kreatif
dapat diwujudkan. Sehubungan dengan ini pendidik diharapkan dapat
commit to user
4) Produk
Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang baru dan
bermakna bagi individu dan atau bagi lingkungannya. Pada seorang anak,
hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia
belum pernah membuat itu sebelumnya, dan ia tidak meniru atau
mencontoh pekerjaan orang lain, dan yang penting, produk kreativitas
anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam
berkreasi.
c. Ciri-ciri individu kreatif
Sejumlah studi tentang pola kepribadian yang sangat kreatif telah
dilakukan. Dari hasil studi ini dilaporkan bahwa tidak ada ciri tunggal yang
secara khas ditemukan pada individu yang kreatif, tetap ditemukan
sekelompok ciri yang berhubungan. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 5)
”ciri-ciri individu yang kreatif sebagai ”sindrom kreativitas”. ”
Di antara ciri dalam sindrom kreativitas itu adalah keluwesan,
ketidakpatuhan, kebutuhan akan otonomi, kebutuhan bermain, kesenangan
mengolah gagasan, ketegasan, ketenangan, keyakinan diri, rasa humor,
keterbukaan, persistensi intelektual, kepercayaan diri, keingintahuan,
kesenangan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan bila keberhasilan
bergantung pada kemampuan sendiri, minat yang tidak sesuai dengan jenis
kelamin, perasaan malu dalam situasi sosial, lebih menyukai fantasi daripada
petualangan nyata, keberanian berpetualang, dan ketekunan mengembangkan
minat yang dipilih sendiri. Jadi sindrom kreativitas berupa sekelompok sifat
yang menonjol yang dimiliki oleh individu yang mempunyai tingkat
kreativitas tinggi. Dari sindrom kreativitas yang dikembangkan di atas tampak
bahwa sifat-sifat itu cenderung mengarah pada kebebasan dan kesenangan
dalam berekspresi.
Ciri-ciri yang hampir sama juga telah disebutkan oleh Utami
Munandar (1999: 26). Peringkat dari 10 ciri-ciri pribadi kreatif yang diperoleh
dari kelompok pakar psikologi (30 orang) adalah sebagai berikut:
commit to user
2) Mempunyai prakarsa
3) Mempunyai minat luas
4) Mandiri dalm berpikir
5) Melit (selalu ingin tahu segala hal)
6) Senang berpetualang
7) Penuh energi
8) Percaya diri
9) Bersedia mengambil resiko
10)Berani dalam pendirian dan keyakinan
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat dibedakan menjadi
2, yaitu faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Faktor internal
berasal dari dalam individu sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari
luar individu.
Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 8-9) ada 5 faktor
yang mempengaruhi kreativitas:
1) Jenis kelamin
Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah beralalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebayanya untuk lebih mengambil resiko, dan didorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas. Torrance mengatakan, ”tidak perlu diragukan bahwa sikap dan perlakuan masyarakat terhadap anak perempuan dan wanita mempengaruhi perkembangan kreativitas dan perilaku mereka”.
2) Status sosioekonomi
commit to user
dibandingkan dengan mereka yang mempunyai lingkungan sosioekonomi yang lebih baik.
3) Urutan kelahiran
4) Ukuran keluarga
5) Lingkungan kota versus lingkungan pedesaan
e. Berpikir kreatif dan kreativitas
Dalam berfikir kreatif tidak boleh terlalu cepat memberikan evaluasi
terhadap ide-ide yang muncul atau membuangnya meskipun ide itu kurang
berarti. Sebaiknya ide itu dicatat dan pada akhir periode barulah dilakukan
evaluasi tentang manfaat dari ide tersebut. Untuk dapat melakukan berfikir
kreatif dengan baik diperlukan keberanian dan keyakinan terhadap diri sendiri.
Berpikir kreatif sangat erat hubungannya dengan kreativitas, karena
kreativitas merupakan hasil dari proses berfikir kreatif yang dilakukan oleh
seseorang. Berfikir kreatif adalah berfikir divergen atau lateral, yakni
menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Disini
terdapat banyak alternatif jawaban yang diajukan untuk memecahkan
persoalan dan pikiran didorong untuk menyebar jauh dan luas mencari
pemecahan masalah.
f. Ciri-ciri berfikir kreatif
Berbagai penelitian psikologi terhadap orang-orang yang berfikir
kreatif telah menghasilkan beberapa kriteria atau ciri-ciri orang yang kreatif.
Menurut S. C. Utami Munandar dalam Tim KWU UNS (2000: 24),
memberikan ciri-ciri orang berfikir kreatif yaitu:
1) Memiliki dorongan ingin tahu yang besar.
2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3) Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
4) Bebas dalam menyatakn pendapat.
5) Menonjol dalam salah satu bidang seni.
6) Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya.
7) Tidak mudah terpengaruh orang lain.
8) Daya imajinasinya kuat.
9) Memiliki tingkat orisinalitas yang tinggi. 10)Dapat bekerja sendiri.
commit to user
g. Cara mengembangkan berpikir kreatif dan kreativitas
Davis dalam Slameto (2003: 154) menyatakan bahwa terdapat tiga
faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kreativitas:
1) Sikap Individu
Mencakup tujuan untuk menemukan gagsan-gagasan serta produk-produk pemecahan baru. Untuk tujuan itu perlu perhatian khusus
bagi pengembangan kepercayaan diri siswa dan perlu
membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
2) Kemampuan dasar yang diperlukan
Mencakup kemampuan berpikir konvergen dan divergen.
3) Teknik-teknik yang digunakan
a) Melakukan pendekatan inquiry (pencaritahuan)
b) Menggunakan teknik-teknik sumbang saran (brainstorming)
c) Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif
d) Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kreativitas mulai dari dalam
individu sendiri, keluarga, sampai pada lingkungan kerja nampak bahwa
pengaruh lingkungan sangat penting dalam mendorong dan mengembangkan
kemampuan berfikir kreatif. Untuk mendukung pengembangan tersebut
diperlukan beberapa hal, antara lain:
1) Mempunyai pendidikan yang mendukung pengembangan kreativitas
2) Mempunyai keberanian kreatif, keberanian menolak yang baku untuk
menciptakan yang baru
3) Mempunyai peluang untuk melakukan kreativitas
4) Mempunyai motivasi intelektual yang tinggi
5) Mempunyai kemampuan kognitif
6) Sikap yang bebas, mandiri dan percaya diri, terbuka untuk menerima
rangsang internal maupun eksternal
5. Kreativitas Belajar
Orientasi seseorang dalam belajar adalah prestasi atau nilai, ketika prestasi
siswa sesuai dengan harapan dan usaha, pasti akan memberikan dorongan
tersendiri bagi siswa. Akan tetapi sebaliknya, ketika prestasi yang diperoleh
commit to user
bahkan keengganan untuk belajar. Oleh karena itu, dalam belajar perlu adanya
kreativitas agar kita bisa meningkatkan kemampuan kita dalam hal pemecahan
masalah-masalah pelajaran dan mengembangkan konsep-konsep pelajaran
sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang kreatif akan
mampu menggunakan metode-metode yang ada untuk penyelesaian soal-soal
yang ditemui, bahkan akan mendapatkan kesan belajar lebih mendalam dari
materi pelajaran yang disampaikan guru.
Kreativitas belajar adalah kemampuan mental seseorang untuk
menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru,
dan belum dikenal dalam proses belajar yang merupakan cetusan daya kerohanian
dan seluruh kepribadian. Ia adalah hasil dari interaksi antara individu dan
lingkungannya yang merupakan pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan
dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah, yang menuntut
kelancaran, keluwesan dan kemandirian dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengembangkan suatu gagasan (elaborasi). Sehingga seorang siswa benar-benar
bisa memahami pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh guru di sekolah dan
bisa menjadi siswa yang berkualitas. Dalam kegiatan belajarnya, siswa yang
kreatif akan memperbesar daya kemampuan belajar yang dimiliki oleh individu
yang bersangkutan.
6. Indikator Kreativitas Belajar
Kreativitas dalam hal ini adalah kreativitas belajar menurut Utami
Munandar (1999: 71) mempunyai karakter sebagai berikut:
a. Ingin tahu yang luas dan mendalam
b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
c. Memberikan gagasan atau usul terhadap suatu masalah
d. Bebas dalam menyatakan pendapat
e. Mempunyai rasa keindahan yang dalam
f. Menonjol dalam salah satu bidang seni
commit to user
h. Mempunyai rasa humor yang luas
i. Mempunyai daya imajinasi
j. Orisinil dalam ungkapan gagasan dan pemecahan masalah.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir yang digunakan dalam
penelitian, yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah
mempunyai teori yang mendukung judul penelitian. Berdasarkan teori yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Pada dasarnya hampir semua siswa ingin berprestasi yang baik di
sekolahnya. Prestasi belajar yang baik merupakan wujud dari hasil belajar siswa
yang maksimal. Proses belajar siswa dikatakan berhasil apabila siswa tersebut
mempunyai prestasi belajar yang baik. Keberhasilan itu tergantung pada
kemampuan siswa itu sendiri. Prestasi yang baik tidak mudah dicapai, ada
berbagai macam faktor yang mendukung prestasi belajar seseorang diantaranya
yaitu kreativitas belajar. Dalam proses belajar mengajar, kreativitas memegang
peranan yang sangat penting.
Kreativitas belajar adalah kemampuan mental seseorang untuk
menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru,
dan belum dikenal dalam proses belajar yang merupakan cetusan daya kerohanian
dan seluruh kepribadian. Ia adalah hasil dari interaksi antara individu dan
lingkungannya yang merupakan pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan
dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah, yang menuntut
kelancaran, keluwesan dan kemandirian dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengembangkan suatu gagasan (elaborasi). Sehingga seorang siswa benar-benar
bisa memahami pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh guru di sekolah dan
bisa menjadi siswa yang berkualitas. Dalam kegiatan belajarnya, siswa yang
commit to user
yang bersangkutan. Dengan demikian, dalam kegiatan belajarnya, siswa yang
kreatif akan memperbesar daya kemampuan belajar yang dimiliki individu yang
bersangkutan.
Dari uraian tersebut, maka dalam proses belajar juga tidak kalah
pentingnya menimbulkan sikap kreatif kepada siswa. Salah satu cara yang
ditempuh oleh siswa yaitu dengan mengintensifkan pengembangan kreativitas
siswa, untuk memperbesar kemampuan pemahaman konsep-konsep pelajaran.
Siswa yang kreatif akan mampu menggunakan metode-metode yang ada untuk
penyelesaian soal-soal yang ditemui, bahkan akan mendapatkan kesan belajar
lebih mendalam dari materi pelajaran yang disampaikan guru. Sehingga siswa
yang kreatif akan dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dari pada
siswa yang tidak kreatif.
Adapun bagan kerangka berfikir sebagai berikut:
Y
X
Gambar 1: Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Kreativitas Belajar
Indikator:
a. Rasa ingin tahu yang luas dan
mendalam
b. Sering mengajukan pertanyaan yang
baik
c. Memberikan gagasan atau usul
terhadap suatu masalah
d. Bebas dalam menyatakan pendapat
e. Mempunyai rasa keindahan yang
dalam
f. Menonjol dalam salah satu bidang
seni
g. Mampu melihat suatu masalah dari
berbagai segi atau sudut pandang
h. Mempunyai rasa humor yang luas
i. Mempunyai daya imajinasi
j. Orisinil dalam ungkapan gagasan dan
pemecahan masalah.
Prestasi Belajar
commit to user
”Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”
(Suharsimi Arikunto, 2002: 68). Jadi hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang
sifatnya sementara yang membutuhkan pembuktian untuk menjadi jawaban yang
benar.
Hipotesis terhadap permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
”Terdapat pengaruh signifikan antara kreativitas belajar terhadap prestasi belajar
siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta”.
commit to user
METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam penelitian, pemilihan metode yang tepat sangat menentukan
keberhasilan suatu penelitian. Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian
seorang peneliti ditentukan oleh tepat tidaknya memilih serta bagaimana
menggunakan metode dalam suatu penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penulis mengadakan kegiatan
penelitian di lingkungan SMA N 3 Surakarta. Penetapan ini berdasarkan alasan:
lokasi mudah dijangkau dan tersedianya data yang dibutuhkan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari proses pembuatan proposal penelitian sampai
dengan terselesaikannya laporan penelitian dalam bentuk skripsi, yaitu dari bulan
November 2007 sampai dengan bulan Juli 2008. Adapun mengenai waktu
penelitian lebih jelasnya ada di lampiran 1.
B. Metode Penelitian
Slamet Widodo (2004: 65) mengemukakan bahwa ”metode ialah suatu
prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah
sistematis”. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan suatu metode. Jadi metodologi penelitian adalah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam
penelitian. Selanjutnya menurut Sutrisno Hadi (2002: 1) ”metodologi terdiri dari 2
istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ”metodos” yang berarti cara dan
”logos” yang berarti ilmu. Penelitian adalah suatu cara untuk menemukan,
mengemukakan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha dimana
dilakukan dengan metode-metode penelitian. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa metodologi penelitian yaitu meliputi
commit to user
pengumpulan data, pengolahan, analisis dan penyajian data secara obyektif,
sistematis dan logis, untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan secara ilmiah.
Menurut Winarno Surachmad (1998: 131): “Metode merupakan cara
utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk menguji
serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta cara-cara tertentu”.
Metode dianggap baik apabila metode tersebut sesuai dengan kemampuan peneliti
juga sesuai dengan situasi dan kondisi penelitian.
Winarno Surachmad (1998:131) juga mengatakan “Metode penelitian
dibagi menjadi 3 yaitu: metode historic, metode deskriptif dan metode
eksperimental.” Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti menggunakan
metode penelitian deskriptif. Selanjutnya menurut Winarno Surachmad (1998:
131):
Metode penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Karena banyak sekali ragam penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum ialah menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasi, penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket, observasi, atau dengan teknik tes, studi kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak analisis kuantitatif, studi kooperatif atau operasional.
Adapun ciri-ciri umum penelitian deskriptif menurut Winarno Surachmad
(1998: 140) adalah:
1. Menempatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masalah
sekarang dan bersifat aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).
Dari keterangan di atas maka peneliti menggunakan metode deskriptif
dengan alasan sebagai berikut:
1. Penempatan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masalah sekarang
dan bersifat aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian