• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20072008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20072008"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI

ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Skripsi

Oleh

ISNANI NIM K7401088

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP

PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI

ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Oleh

ISNANI NIM K7401088

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing 1

Drs. Sunarto, MM.

NIP 130 815 439

Pembimbing II

Dra. Harini, M.Pd.

(4)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari : Kamis

Tanggal : 30 April 2009

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Dewi Kusuma Wardani, Msi. 1.

Sekretaris : Dra. Mintasih Indriayu, Msi. 2.

Anggota I : Drs. Sunarto, MM. 3.

Anggota II : Dra. Harini, MPd. 4.

.

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah

(5)

commit to user ABSTRAK

Isnani. PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI

BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang

signifikan antara kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu

Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008..

Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini

digunakan metode deskriptif, yaitu metode yang tertuju pada pemecahan masalah

yang ada pada masa sekarang (aktual), data yang dikumpulkan mula-mula

disusun, dianalisis dan diinterpretasikan. Populasi penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran 2007/2008 sejumlah

157 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah Quota Proporsional Random

Sampling. Sampel penelitian sejumlah 62 siswa. Teknik pengumpulan data

variabel kreativitas belajar menggunakan kuesioner atau angket, sedangkan untuk

variabel prestasi belajar siswa menggunakan dokumentasi. Teknik analisis data

yang digunakan adalah teknik analisis regresi sederhana.

Kesimpulan penelitian yaitu: terdapat pengaruh yang signifikan antara

kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3

Surakarta tahun ajaran 2007/2008, dengan Fhit = 2,685 dan Ftabel = 4,000, di mana

Fhit < Ftab atau 2,685 < 4,000 pada taraf signifikansi 5%. Sumbangan efektif

sebesar 41,990%. Menunjukkan bahwa 41,999% nilai-nilai Y dapat dijelaskan

model regresi liniernya berdasarkan nilai-nilai X. Atau dengan kata lain, sebesar

41,990% variasi yang terjadi atau tinggi atau rendahnya kreativitas belajar (Y)

terjelaskan oleh meningkatnya atau menurunnya nilai prestasi belajar (X) melalui

regresi linier

^

(6)

commit to user MOTTO

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan dalam pergantian malam

dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, yaitu mereka yang

mengingat Allah sambil berdiri, sambil duduk, dan dalam keadaan berbaring,

dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan

kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,

maka peliharalah kami dari adzab neraka”.

(QS. Ali Imran 190-191).

Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan.

(7)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

Ayah (almarhum) dan ibu tercinta yang telah mencurahkan harta, tenaga,

fikiran, dan motivasi untuk nanda. Terima kasih atas do’a dan cintanya.

Dek Nur dan Dek Faton, yang selalu memberikan motivasi dan harapan

kesuksesan nanda. Terima kasih atas cinta dan doanya.

Teman-teman seperjuangan, satu perguruan & satu padepokan, yang selalu

memotivasi nanda agar menyelesaikan skripsi ini tanpa harus

meninggalkan amanah ini,Thanks for all.

Teman-teman PTN 2001-2004 yang selalu memberikan semangat dan

dorongan untuk segera lulus. Teman-teman 2001 yang belum lulus, segera

menyusul yach....

(8)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan hidayah-NYA skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan dalam

menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya

hambatan dan kesulitan ini dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang

terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan

motivasi dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Program Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan pengarahan

dan dorongan selama penulisan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan motivasi selama penulisan

skripsi ini.

4. Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Pendidikan Ekonomi, yang telah

memberikan pengarahan dan dorongan selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sunarto, MM. Selaku pembimbing I yang telah dengan sabar

memberikan petunjuk, dukungan, dan bimbingan sampai terselesaikannya

skripsi ini.

6. Ibu Dra. Harini, MPd. Selaku pembimbing II yang telah dengan sabar

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

7. Drs. H. Ngadiyo, MPd. Selaku kepala SMA N 3 Surakarta yang telah

memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di SMA N 3 Surakarta dan juga

(9)

commit to user

yang telah memberikan pengarahan dalam proses pelaksanaan penelitian di

SMA N 3 Surakarta.

8. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan motivasi selama

penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman PTN angkatan 2001 yang senantiasa memberikan dukungan,

semangat dan motivasi selama penulisan skripsi ini.

10.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Semoga amal kebaikan tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan

bermanfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak, serta bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang pendidikan.

Surakarta, April 2009

Penulis

(10)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

ABSTRAK iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 5

C. Pembatasan Masalah 5

1. Ruang Lingkup Penelitian 5

2. Obyek Penelitian 6

3. Subyek Penelitian 6

D. Perumusan Masalah 6

E. Tujuan Penelitian 6

F. Manfaat Penelitian 6

1. Manfaat Teoritis 6

2. Manfaat Praktis 7

BAB II LANDASAN TEORI 8

A. Tinjauan Pustaka 8

1. Hakekat Belajar 8

a. Pengertian Belajar 8

b. Teori-teori Belajar 11

(11)

commit to user

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 19

a. Faktor Internal 19

b. Faktor Eksternal 20

4. Kreativitas 21

5. Kreativitas Belajar 27

6. Indikator Kreativitas Belajar 28

B. Kerangka Pemikiran 29

C. Hipotesis 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian 32

1. Tempat Penelitian 32

2. Waktu Penelitian 32

B. Metode Penenlitian 32

C. Populasi dan Sampel 34

1. Populasi Penelitian 34

2. Sampel Penelitian 34

3. Teknik Pengambilan Sampel 35

D. Teknik Pengumpulan Data 36

1. Angket 37

2. Dokumentasi 41

E. Teknik Analisis Data 41

1. Uji Persyaratan 41

a. Uji Normalitas 42

b. Uji Konstan Variansi 42

c. Uji Linieritas 43

2. Uji Hipotesis 44

a. Mencari Persamaan Regresi Sederhana 44

b. Menguji Keberartian Persamaan Regresi Sederhana 44

c. Menguji Keberartian Pengaruh X terhadap Y 45

(12)

commit to user

BAB IV HASIL PENELITIAN 47

A. Deskripsi Data 47

1. Data Kreativitas Belajar (X) 47

2. Data Prestasi Belajar (Y) 48

B. Pengujian Persyaratan Analisis 49

1. Uji Normalitas Residu 50

2. Uji Konstan Variansi 50

3. Uji Linieritas 50

C. Pengujian Hipotesis 50

1. Pengujian Hasil Analisis Data 50

a. Menentukan Persamaan Garis Regresi Linier

Sederhana 50

b. Menguji Keberartian Regresi Linier Sederhana 51

c. Menguji Keberartian Pengaruh X terhadap Y 51

d. Menentukan Sumbangan Efektif 51

2. Penafsiran Pengujian Hipotesis 52

3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis 52

D. Pembahasan Hasil Analisis Data 52

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 55

A. Simpulan 55

B. Implikasi 55

C. Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 60

(13)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamik sesuai dengan

perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era

globalisasi dan informasi saat ini, keterbukaan telah menjadi karakteristik

kehidupan yang demokratis, dan hal ini membawa dampak pada cepat usangnya

kebijakan maupun praktisi pendidikan. Parameter kualitas pendidikan, baik dilihat

dari segi pasokan, proses, dan hasil pendidikan selalu berubah. Tanggung jawab

pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat dan

orang tua. Oleh sebab itu, pendidikan harus secara terus-menerus

perlu ditingkatkan kualitasnya, melalui sebuah pembaruan yang dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik (stakeholders) agar mampu

mempersiapkan generasi penerus bangsa sejak dini sehingga memiliki unggulan

kompetitif dalam tatanan kehidupan nasional dan global.

Dalam kaitannya dengan tuntutan demokrasi pada era saat ini, kelemahan

utama yang dirasakan dalam sistem pendidikan di Indonesia ialah pelaksanaan

proses pembelajaran yang kurang mendorong terjadinya pengembangan siswa

yang dinamis dan budaya berfikir kritis. Guru hanya pentransfer materi, dan siswa

jarang dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang merangsang dan

melatihnya untuk berfikir, serta jarang diberi kesempatan untuk bertanya. Oleh

karena itu dalam UU No. 22 tahun 2000 bab XI tentang program pendidikan

nasional dicantumkan bahwa tantangan yang dihadapi dunia pendidikan yakni

budaya berfikir kritis yang masih rendah.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

cepat sekarang ini, menyebabkan semakin berkembangnya dunia pendidikan pula.

Dalam hal ini manusia selalu berupaya agar pendidikan menjadi kunci pemecahan

masalah yang dihadapi. Perkembangan dunia pendidikan ini dapat

menyeimbangkan antara masalah yang timbul dengan pemecahan yang harus

(14)

commit to user

berprestasi yang baik. Demikian halnya dengan orang tua tentu mengharapkan

anaknya mempunyai prestasi belajar yang dapat dibanggakan. Dengan adanya

prestasi belajar yang baik secara tidak langsung akan meningkatkan mutu sekolah

dan lebih luas lagi mutu pendidikan di suatu negara. Prestasi belajar yang baik

merupakan wujud dari hasil belajar siswa yang maksimal. Adapun hasil belajar

siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh banyak faktor, sebagaimana yang

dikemukakan oleh A. Suhaenah Suparno (2001: 52-55) bahwa ”Hasil belajar yang

dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu berasal dari dalam diri siswa

(faktor internal) dan faktor yang datang dari luar diri siswa (faktor eksternal)”.

Prestasi belajar akan berhasil dengan baik apabila kedua faktor tersebut dapat

bekerja sama dan saling menunjang.

Proses belajar siswa dikatakan berhasil apabila siswa tersebut mempunyai

prestasi belajar yang baik. Prestasi yang baik tidak mudah dicapai, ada berbagai

macam faktor yang mendukung prestasi belajar seseorang diantaranya yaitu

kreativitas belajar. Dalam proses belajar mengajar, kreativitas memegang peranan

yang sangat penting. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 4) ”Kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa

saja yang pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh pembuatnya.” Kreativitas

disini menunjuk pada kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan

sesuatu yang sifatnya asli dan benar-benar baru karena belum pernah dikenal

sebelumnya. Sedangkan menurut Utami Munandar (1999: 12) ”Kreativitas adalah

hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya.” Seseorang mempengaruhi

dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubah

di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat

menghambat upaya kreatif. Kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa

prestasi belajar siswa Ilmu Alam lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar

siswa Ilmu Sosial. Oleh karena itu, agar pretasi belajar siswa Ilmu Sosial bisa

lebih tinggi mereka harus meningkatkan kreativitas belajarnya.

Dari uraian tersebut, maka dalam proses belajar juga tidak kalah

pentingnya menimbulkan sikap kreatif kepada siswa-siswanya sehingga salah satu

(15)

commit to user

kreativitas belajar siswa, untuk memperbesar kemampuan pemahaman

konsep-konsep dalam belajar. Siswa yang kreatif akan mampu menggunakan

metode-metode yang ada untuk penyelesaian soal-soal yang ditemui, bahkan akan

mendapatkan kesan belajar lebih mendalam dari materi pelajaran yang

disampaikan guru. Sehingga siswa yang kreatif akan dapat memperoleh prestasi

belajar yang lebih baik dari pada siswa yang tidak kreatif.

Adapun prestasi belajar siswa sebelum diadakan penelitian adalah sebagai

(16)
(17)

commit to user

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI ILMU SOSIAL SMA N 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Tantangan dunia pendidikan yakni budaya berfikir kritis yang masih rendah

2. Perkembangan dunia pendidikan menuntut para siswa memiliki prestasi

belajar yang baik

3. Tuntutan perlunya kreativitas dalam belajar oleh para siswa agar dapat

meningkatkan prestasi belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlu adanya pembatasan

masalah agar penelitian dapat terarah dan terfokus pada masalah yang diteliti.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Ruang Lingkup Pendidikan

a. Kreativitas Belajar

Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan

gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah, yang menuntut

kelancaran, keluwesan dan kemandirian dalam berpikir serta kemampuan

untuk mengembangkan suatu gagasan.

b. Prestasi Belajar

Prestasi Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes

atau angka nilai yang ditunjukkan oleh guru. Prestasi belajar merupakan

penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah

(18)

commit to user

kemampuan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini lebih

spesifik prestasi belajar dalam ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, geografi,

ppkn, sejarah, sosiologi.

2. Obyek Penelitian

a. Variabel Bebas : Kreativitas Belajar

b. Variabel Terikat : Prestasi Belajar

3. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3

Surakarta tahun ajaran 2007/2008.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah ada pengaruh signifikan

kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3

Surakarta tahun ajaran 2007/2008?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan

untuk mengetahui adanya pengaruh signifikan antara kreativitas belajar terhadap

prestasi belajar siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta tahun ajaran

2007/2008?

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memperkuat teori yang telah ada dalam bidang pendidikan khususnya

kreativitas dalam belajar yang dapat berpengaruh dalam peningkatan prestasi

(19)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial

untuk menemukan kreativitas pembelajaran dalam studi ilmu pengetahuan

sosial.

b. Memberikan informasi bagi program Pendidikan IPS dan FKIP pada

umumnya dalam rangka membentuk tenaga kependidikan yang berkualitas.

c. Memberikan alternatif perwujudan tujuan pendidikan dan sekaligus menjawab

tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan, khususnya pendidikan Ilmu

(20)

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Hakekat Belajar

a. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses

belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar merupakan suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Menurut Slameto (2003: 2), menurut pengertian secara psikologis,

belajar merupakan ”suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek

tingkah laku. Sehingga pengertian belajar bisa didefinisikan sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar

mengkonstruksi arti yang berupa teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain.

Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan

pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah

dipunyai seseorang hingga pengertiannya dikembangkan. Menurut Paul

Suparno (1997: 61) proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:

1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

(21)

commit to user

3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema

seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Selanjutnya Piaget dalam Paul Suparno (1997: 119-121) membedakan

pengetahuan seseorang dalam tiga macam, yaitu:

1) Pengetahuan Fisis

Pengetahuan fisis adalah pengetahuan akan sifat-sifat fisis

suatu objek atau kejadian, seperti bentuk, besar, kekasaran, serta

bagaimana objek-objek itu berinteraksi satu dengan yang lain.

Seorang anak akan memperoleh pengetahuan fisis tentang suatu

objek dengan mengajarkan atau bertindak terhadap objek itu

melalui inderanya. Pengetahuan fisis ini didapat dari abstraksi

langsung akan suatu objek.

2) Pengetahuan matematis-logis

Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan yang

dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu objek

atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapat dari abstraksi

berdasarkan koordinasi, relasi, atau penggunaan objek. Seorang

anak akan membentuk pengetahuan matematis logis dia karena

pengetahuan itu tidak ada dalam objek itu sendiri seperti

pengetahuan fisis. Pengetahuan itu harus dibentuk dari perbuatan

berpikir anak terhadap objek itu. Di sini objek hanya menjadi

medium untuk membiarkan konstruksi itu terjadi. Misalnya,

(22)

commit to user

3) Pengetahuan Sosial

Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang didapat dari

kelompok budaya dan sosial yang menyetujui secara bersama.

Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari atau tindakan

seseorang terhadap suatu objek, tetapi dibentuk dari interaksi satu

orang dengan orang yang lain.

Menurut kaum konstruktivisme (Lorsback dan Tobin dalam Paulina

Panen, 2001: 65), ”siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah

diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka

atau konstruksi yang telah mereka bangun atau miliki sebelumnya”. Abstraksi

seseorang terhadap suatu hal membentuk struktur konsep dan menjadi

pengetahuan seseorang akan hal tersebut.

Sedangkan menurut ahli psikologi Jean Piaget dengan teori

kognitivisme. Intisari dari psikologi kognitif memaparkan tentang proses

mental individu yang bermanfaat untuk merespon lingkungannya.

kognitivisme berhubungan dengan bagaimana seseorang mengetahui,

memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sebagai contoh, behavioris

menyatakan bahwa praktek memperkuat suatu respon pada stimulus.

Smaldino dan Russels (2005: 6) menyatakan bahwa:

Kognitivis menciptakan model mental dari memori jangka pendek dan jangka panjang. Informasi baru disimpan dalam memori jangka pendek, dimana hal tersebut harus dilatih sampai siap untuk disimpan dalam memori jangka panjang. Jika informasi tidak dilatih, ia memudar dari memori jangka pendek. Pembelajar kemudian mengkombinasikan informasi dan kemampuan memori jangka panjang untuk mengembangkan strategi kognitif, berhubungan dengan tugas lengkap. Kognitivis mempunyai persepsi belajar lebih luas dari pada behavioris. Siswa kurang tergantung pada tuntunan guru dan lebih mempercayakan pada strategi kognitif dalam menggunakan sumber belajar yang tersedia.

Hilgard dan Chaplin dalam Mulyati (2005: 68) menyatakan:

Teori kognitif merupakan teori yang umumnya dikaitkan dengan

proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental berupa

(23)

commit to user

membayangkan, berpikir, mempertimbangkan, menduga, dan menilai.

Dengan kata lain kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan.

Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada

variabel penghalang dan aspek-aspek kognisi seseorang.

Menurut Ausubel dalam Mulyati (2005: 70):

Belajar merupakan merupakan proses kognisi yang akan

menjadi optimal jika ada kebutuhan kognitif. Kebutuhan berdasarkan

pada koordinasi perseptual pengalaman masa lampau yang

berkaitan dengan pengalaman masa kini serta pengharapan masa

datang. Manusia pada dasarnya memiliki skema kognitif yang akan

tersirat menjadi struktur. Kemudian struktur kognitif akan

menentukan proses belajar seseorang. Struktur sangat penting dalam

proses belajar sebab melalui struktur, belajar akan menghasilkan

sesuatu yang baru.

b. Teori-Teori Belajar

A. Suhaenah Suparno (2001) mengemukakan ”Teori belajar yang

banyak berpengaruh pada sistem instruksional dewasa ini adalah teori belajar

menurut Gagne, David Ausubel, Jerome Bruner, Piaget dan UNESCO.”

1) Teori belajar menurut Gagne dalam Slameto (2003: 13)

Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi yaitu:

a) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh modifikasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

diperoleh dari instruksi.

Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang dipelajari

dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang disebut ”The Domains of Learning”

yaitu:

a) Ketrampilan Motoris (motor skill)

Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan,

misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil dan

(24)

commit to user

b) Informasi Verbal

Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis,

menggambar; dalam hal ini mengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu

ini perlu intelegensi.

c) Kemampuan Intelektual

Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan

menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar cara inilah yang

disebut ”kemampuan intelektual”, misalnya membedakan huruf m dan

n, menyebutkan tanaman yang sejenis.

d) Strategi Kognitif

Ini merupakan organisasi ketrampilan yang internal (Internal

Organized Skill) yang perlu untuk belajar untuk mengingat dan

berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual,

karena ditujukan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan

berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan secara terus-menerus.

e) Sikap

Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan,

tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya

domain yang lain (Gagne dalam Slameto, 2003: 14-15).

2) Teori belajar menurut D. Ausubel

Menurut D. Ausubel dalam Mulyati (2005: 60), “Belajar adalah

proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang

terdapat dalam struktur kognitif seseorang yang belajar (siswa)”.

3) Teori belajar menurut Piaget

Menurut Piaget dalam Slameto (2003: 12-13) ”Perkembangan

kognitif merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas

meknisme biologis yakni perkembangan sistem syaraf. Dengan makin

bertambahnya umur seseorang, maka semakin kompleks susunan sel

syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya”.

Piaget dalam Slameto (2003: 12-13) berpendapat ada 4 tahap

(25)

commit to user

a). Tahap sensori motor (0-2 tahun)

Selama periode ini, anak mengatur alam dengan indera-inderanya

(sensori) dan dengan tindakan-tindakan (motor).

b). Tahap pra operasional (2-7 tahun)

Anak belum mampu melaksanakan operasi mental seperti menambah,

mengurangi dan lain-lain.

c). Tahap operasional (8-11 tahun)

Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional. Anak belum dapat

berurusan dengan materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini

sifat egosentris berubah menjadi sosiosentris dalam berkomunikasi.

d). Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)

Anak pada periode ini tidak perlu berpikir dengan pertolongan

benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Mereka mempunyai

kemampuan berpikir abstrak.

Dalam pertumbuhan ke arah dewasa seseorang akan mengalami

adaptasi biologis dengan lingkungan. Sehingga menyebabkan

perubahan kualitatif di dalam struktur kognitif. Apabila seseorang

mendapat informasi baru maka informasi tersebut disesuaikan dengan

kognitif yang telah dimilikinya, maka terjadilah proses asimilasi.

Sebaliknya apabila struktur kognitif yang dimiliki yang dimodifikasi

sesuai dengan informasi baru dari luar terjadilah proses akomodasi.

Baik asimilasi maupun akomodasi yang terjadi apabila terdapat konflik

dalam struktur kognitifnya, atau terjadi ketidakseimbangan antara apa

yang telah diketahuinya dengan apa yang dilihat atau yang dialami

sekarang. Setelah terjadi keseimbangan, seseorang telah beradaptasi.

Piaget mengemukakan bahwa ada banyak faktor yang

mempengaruhi perkembangan intelektual. Faktor-faktor itu adalah

kedewasaan, pengalaman fisik, pengalaman logika matematik dan

transisi sosial yaitu dari pikiran guru ke pikiran siswa. Jadi setiap anak

harus melakukan sendiri dalam membangun pengetahuan tertentu yang

(26)

commit to user

4) Teori Belajar menurut J. Bruner

Kata Bruner dalam Slameto (2003: 11) ”Belajar tidak untuk

mengubah tingkah laku seseorang, tetapi untuk mengubah kurikulum

sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih

banyak dan mudah.” Oleh karena itu, sebaiknya sekolah dapat

menyediakan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai

dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Di dalam proses

belajar mengajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa,

dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk

meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang dinamakan ”discovery

learning environment”, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan

eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian

yang mirip dengan yang sudah diketahui.

Menurut J. Bruner dalam Slameto (2003: 12), dalam belajar guru

perlu memperhatikan 4 hal:

a) Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif. Minat murid

perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan

tertentu.

b) Menganalisa struktur materi yang akan diajarkan; juga perlu materi

disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

c) Menganalisa sequence. Guru mengajar berarti membimbing siswa

melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga

siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang

dipelajari.

d) Memberi reinforcement dan umpan balik/feedback. Penguatan yang

optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa ”ia menemukan

jawabnya”.

5) Teori belajar menurut UNESCO

A. Suhaenah Suparno (2001) mengemukakan bahwa UNESCO

(27)

commit to user

Delors yang mengidentifikasikan 4 pilar sebagai fondasi yang merupakan

pembaharuan dan reformasi pendidikan. Keempat pilar tersebut adalah:

a) Learning to Know (Belajar bagaimana belajar)

Pada Learning to Know terkandung makna “belajar bagaimana

belajar“. Dalam hal ini tercakup tiga aspek yaitu: apa yang dipelajari,

bagaimana caranya agar seseorang bisa mengetahui dan belajar, serta

siapa yang melakukan kegiatan belajar.

b) Learning to Do (Belajar berbuat)

Learning to Do secara konseptual hampir sama dengan konsep

learning by doing belajar dengan melakukan atau mengerjakan, artinya

bukan hanya mendengar atau melihat semata-mata.

c) Learning to Live Together (Belajar hidup bersama secara harmonis)

Belajar hidup bersama dalam keharmonisan berarti belajar peduli

dan belajar berbagi pikiran, perasaan dan pengalaman, peduli pada

keadaan orang lain. Asia Pacific Network for International Education

and Value Education (APNIEVE), organisasi di bawah UNESCO,

menguraikan secara diagramatik nilai-nilai inti yang berhubungan

dengan hal tersebut, yaitu:

(1) Kelompok pertama yang meliputi penerimaan atau penghargaan,

pertanggungdakwaan (akuntabilitas), kerja sama, keragaman,

kesetaraan dan keadilan, kemerdekaan dan tanggung jawab,

kejujuran, integritas, menghormati martabat manusia dan

kebenaran.

(2) Kelompok yang kedua berisi nilai-nilai kepedulian atau kemauan

berbagai, keharuan, empati, rasa bersyukur, harmoni, saling

ketergantungan, cinta, spiritualitas, dan toleransi.

(3) Kelompok ketiga meliputi nilai-nilai kewarganegaraan yang aktif

dan bertanggung jawab, berpikir kritis, persamaan, juga

kemerdekaan dan tanggung jawab, keterbukaan, menghormati dan

(28)

commit to user

(4) Kelompok keempat nilai-nilai kreativitas, efisiensi, kepedulian atas

lingkungan, orientasi ke masa depan, kesederhanaan, kerajinan,

sifa hemat, ekologi personal dan sikap memelihara sumber-sumber.

d) Learning to Be (Belajar mengaktualisasikan diri)

Learning to Be berarti seseorang mengenal jati diri, serta

kemampuan dan kelemahannya, dan dengan kompetensi-kompetensi

yang dikuasainya membangun pribadi yang utuh secara terus menerus.

Dengan bekal penguasaan jurus-jurus belajar efektif, mengerjakan

sesuatu secara efisien dan belajar bekerja sama ia akan menjadi diri

yang sangat dikenalnya, seraya mengembangkannya secara maksimal.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh

seseorang. Menurut taksonomi Bloom dan kawan-kawan seperti yang dikutip oleh

S. Nasution (1999: 65-72), hasil belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,

ranah afektif, ranah psikomotorik, yang masing-masing diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Ranah Kognitif (cognitive domain)

Meliputi enam tingkatan yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge)

Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam

ingatan.

2) Pemahaman (comprehension)

Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang

dipelajari.

3) Penerapan (application)

Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode

(29)

commit to user

4) Analisis (analysis)

Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami

dengan baik.

5) Sintesis (synthesis)

Mencakup kemampuan untuk membentuk satu kesatuan atau pola baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai

sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat

itu yang berdasrkan kriteria tertentu.

b. Ranah Afektif (Affective Domain)

Meliputi lima tingkatan yaitu:

1) Penerimaan (receiving)

Mencakup akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk

memperhatikan rangsangan itu.

2) Partisipasi (responding)

Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipai

dalam suatu kegiatan.

3) Penilaian atau penentuan sikap (valuing)

Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan

membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

4) Organisasi (organization)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value compex)

Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan

sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan

menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kejidupannya sendiri.

c. Ranah Psikomotorik (Psycomotorik Domain)

Meliputi 7 tingkatan yaitu:

(30)

commit to user

Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara

dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik.

2) Kesiapan (set)

Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan

memulai gerakan atau rangkaian gerakan.

3) Gerakan terbimbing (guided response)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik

sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik

dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi

contoh yang diberikan.

5) Gerakan yang kompleks (complex response)

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri

atas beberapa komponen dengan lancar, tepat, dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment)

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian

pola gerak gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu

taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran.

7) Kreativitas (creativity)

Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola gerak gerik yang baru,

seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Penentuan Nilai Akhir raport hasil belajar siswa di SMA 3 Surakarta

sebagai wujud hasil belajar siswa diperoleh dari hasil nilai ulangan harian siswa,

tugas, nilai ujian tengah semester dan nilai ujian akhir semester. Dengan

perhitungan sebagai berikut:

NA= ( 2xN.Ul)+(2xN.Tugas)+(2xN.Uj.Mid)+(2xN.A. Sem)

(31)

commit to user

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2003), dijelaskan bahwa belajar adalah suatu proses

yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah

laku. Berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung pada bermacam-macam faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor intern

dan faktor ekstern. Faktor Intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

a. Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri.

Meliputi:

1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta

bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh

terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika

kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia juga akan cepat lelah,

kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah,

kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan

fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan

kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan

ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan,

olahraga, rekreasi dan ibadah.

b) Cacat Tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat

hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan

alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh

kecacatannya itu.

2) Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang

mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: Inteligensi dan kreativitas,

(32)

commit to user

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani (bersifat psikis).

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul

kecenderungan untuk mmbaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat

dengan adanya kelesuan dan kebosanan. Kelelahan rohani dapat terjadi

terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat,

menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstant tanpa ada variasi, dan

mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat

dan perhatiannya. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka perlu

diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor eksternal (faktor sosial) ialah faktor yang datang dari luar diri si anak.

Meliputi 3 faktor yaitu: Faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor

masyarakat.

1) Faktor Keluarga, meliputi: Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,

dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,

dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass

media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang,

(33)

commit to user 4. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Penelitian tentang kreativitas telah lama dilakukan oleh para psikolog,

akan tetapi hingga saat ini definisi kreativitas belum dapat dirumuskan secara

pasti. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 4) ”Kreativitas adalah kemampuan

seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang

pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh pembuatnya.” Kreativitas disini

menunjuk pada kemampuan seseorang untuk menemukan atau menciptakan

sesuatu yang sifatnya asli dan benar-benar baru karena belum pernah dikenal

sebelumnya.

Sedangkan menurut ahli psikologi kognitif Freedam dalam Suharman

(2005: 373) berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk

memecahkan masalah, memahami dunia, menginterprestasi pengalaman dan

memecahkan masalah dengan cara baru dan asli. Sedangkan Guilford dalam

Asri Laksmi (2005: 53) menyatakan kreativitas adalah cara-cara berpikir yang

divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta, berpikir heuristik dan

berpikir lateral. Selanjutnya menurut Rogers dalam Utami Munandar (1999:

18) Sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri,

mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang,

kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan

organisme.

Pengembangan imajinasi siswa dan pemikiran yang kreatif sangat

penting karena dengan berpikir kreatif, siswa mampu mengelaborasi

mengembangkan, memperkaya, memerinci) suatu gagasan. Menurut Guilford

dalam Utami Munandar (1999: 7) gambaran yang tampak dalam dunia

pendidikan adalah pembelajaran lebih ditekankan pada hafalan dan mencari

satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Sedangkan proses

pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih sehingga banyak

lulusan yang cukup mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dengan

menguasai teknik-teknik yang diajarkan, tetapi mereka tidak berdaya jika

(34)

commit to user

Oleh karena itu pengembangan kreativitas sejak usia dini,

tinjauan-tinjauan penelitian tentang kreativitas, serta cara-cara yang dapat memupuk,

merangsang, dan mengembangkannya menjadi sangat penting karena:

1) Menurut Maslow dalam Utami Munandar (1999: 31) dengan berkreasi

dapat mewujudkan (mengaktualisasikan) dirinya, dan

perwujudan/aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat

tertinggi dalam hidup manusia.

2) Menurut Guilford dalam Utami Munandar (1999: 31) kreativitas atau

berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, merupakan bentuk

pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam

pendidikan.

3) Menurut Biondi dalam Utami Munandar (1999: 31) bersibuk diri secara

kreatif tidak hanya bermanfaat bagi pribadi dan bagi lingkungan tetapi

juga memberikan kepuasan kepada individu.

4) Menurut Utami Munandar (1999: 31) ”Kreativitas memungkinkan

manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah

kemampuan mental seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau

gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan belum dikenal oleh

pembuatnya. Kreativitas adalah kemampuan menginterprestasi pengalaman

dan memecahkan masalah dengan cara baru dan asli dengan berpikir yang

divergen, berpikir yang produktif dan berdaya cipta karena adanya

kecenderungan dalam diri seseorang untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan

potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan

untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuannya.

b. Unsur-unsur kreativitas

Rhodes (dalam Isaksen dalam Utami Munandar, 1999: 20) dalam

menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa

”Kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk.

(35)

commit to user

(press) ke individu ke perilaku kreatif. Ini sebagai ”Four P’s of Creativity

Person, Process, Press, Product.”

Berdasarkan analisis Rhodes ini dapat disimpulkan bahwa kreativitas

meliputi 4 unsur, yaitu: pribadi, proses, pendorong dan produk. Untuk

selanjutnya masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pribadi

Kreativitas dari aspek pribadi muncul dari keunikan pribadi

individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Setiap anak mempunyai

bakat kreatif , namun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang

berbeda-beda. Pendidik hendaknya mengenali dan menghargai bakat

kreatif anak dan memberi kesempatan untuk mengembangkannya secara

optimal. Kreativitas sebagai kemampuan berfikir meliputi kelancaran

(dapat mngemukakan ide-ide), kelenturan atau fleksibilitas (dapat melihat

suatu masalah dari beberapa sudut pandang), orisinilitas (mempunyai

gagasan-gagasan yang jarang diberikan orang lain), dan elaborasi (dapat

merinci dan memperkaya suatu gagasan).

2) Proses

Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif.

Hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan dengan jangan

terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan bermanfaat.

Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang memenuhi

standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan keasyikan

anak untuk berkreasi.

3) Pendorong

Kreativitas ditinjau dari aspek pendorong menunjuk pada perlunya

dorongan dari dalam individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari

luar (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat) agar bakat kreatif

dapat diwujudkan. Sehubungan dengan ini pendidik diharapkan dapat

(36)

commit to user

4) Produk

Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang baru dan

bermakna bagi individu dan atau bagi lingkungannya. Pada seorang anak,

hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia

belum pernah membuat itu sebelumnya, dan ia tidak meniru atau

mencontoh pekerjaan orang lain, dan yang penting, produk kreativitas

anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam

berkreasi.

c. Ciri-ciri individu kreatif

Sejumlah studi tentang pola kepribadian yang sangat kreatif telah

dilakukan. Dari hasil studi ini dilaporkan bahwa tidak ada ciri tunggal yang

secara khas ditemukan pada individu yang kreatif, tetap ditemukan

sekelompok ciri yang berhubungan. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 5)

”ciri-ciri individu yang kreatif sebagai ”sindrom kreativitas”. ”

Di antara ciri dalam sindrom kreativitas itu adalah keluwesan,

ketidakpatuhan, kebutuhan akan otonomi, kebutuhan bermain, kesenangan

mengolah gagasan, ketegasan, ketenangan, keyakinan diri, rasa humor,

keterbukaan, persistensi intelektual, kepercayaan diri, keingintahuan,

kesenangan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan bila keberhasilan

bergantung pada kemampuan sendiri, minat yang tidak sesuai dengan jenis

kelamin, perasaan malu dalam situasi sosial, lebih menyukai fantasi daripada

petualangan nyata, keberanian berpetualang, dan ketekunan mengembangkan

minat yang dipilih sendiri. Jadi sindrom kreativitas berupa sekelompok sifat

yang menonjol yang dimiliki oleh individu yang mempunyai tingkat

kreativitas tinggi. Dari sindrom kreativitas yang dikembangkan di atas tampak

bahwa sifat-sifat itu cenderung mengarah pada kebebasan dan kesenangan

dalam berekspresi.

Ciri-ciri yang hampir sama juga telah disebutkan oleh Utami

Munandar (1999: 26). Peringkat dari 10 ciri-ciri pribadi kreatif yang diperoleh

dari kelompok pakar psikologi (30 orang) adalah sebagai berikut:

(37)

commit to user

2) Mempunyai prakarsa

3) Mempunyai minat luas

4) Mandiri dalm berpikir

5) Melit (selalu ingin tahu segala hal)

6) Senang berpetualang

7) Penuh energi

8) Percaya diri

9) Bersedia mengambil resiko

10)Berani dalam pendirian dan keyakinan

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat dibedakan menjadi

2, yaitu faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Faktor internal

berasal dari dalam individu sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari

luar individu.

Sedangkan menurut Elizabeth B. Hurlock (1999: 8-9) ada 5 faktor

yang mempengaruhi kreativitas:

1) Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah beralalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebayanya untuk lebih mengambil resiko, dan didorong oleh para orang tua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas. Torrance mengatakan, ”tidak perlu diragukan bahwa sikap dan perlakuan masyarakat terhadap anak perempuan dan wanita mempengaruhi perkembangan kreativitas dan perilaku mereka”.

2) Status sosioekonomi

(38)

commit to user

dibandingkan dengan mereka yang mempunyai lingkungan sosioekonomi yang lebih baik.

3) Urutan kelahiran

4) Ukuran keluarga

5) Lingkungan kota versus lingkungan pedesaan

e. Berpikir kreatif dan kreativitas

Dalam berfikir kreatif tidak boleh terlalu cepat memberikan evaluasi

terhadap ide-ide yang muncul atau membuangnya meskipun ide itu kurang

berarti. Sebaiknya ide itu dicatat dan pada akhir periode barulah dilakukan

evaluasi tentang manfaat dari ide tersebut. Untuk dapat melakukan berfikir

kreatif dengan baik diperlukan keberanian dan keyakinan terhadap diri sendiri.

Berpikir kreatif sangat erat hubungannya dengan kreativitas, karena

kreativitas merupakan hasil dari proses berfikir kreatif yang dilakukan oleh

seseorang. Berfikir kreatif adalah berfikir divergen atau lateral, yakni

menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Disini

terdapat banyak alternatif jawaban yang diajukan untuk memecahkan

persoalan dan pikiran didorong untuk menyebar jauh dan luas mencari

pemecahan masalah.

f. Ciri-ciri berfikir kreatif

Berbagai penelitian psikologi terhadap orang-orang yang berfikir

kreatif telah menghasilkan beberapa kriteria atau ciri-ciri orang yang kreatif.

Menurut S. C. Utami Munandar dalam Tim KWU UNS (2000: 24),

memberikan ciri-ciri orang berfikir kreatif yaitu:

1) Memiliki dorongan ingin tahu yang besar.

2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik.

3) Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

4) Bebas dalam menyatakn pendapat.

5) Menonjol dalam salah satu bidang seni.

6) Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya.

7) Tidak mudah terpengaruh orang lain.

8) Daya imajinasinya kuat.

9) Memiliki tingkat orisinalitas yang tinggi. 10)Dapat bekerja sendiri.

(39)

commit to user

g. Cara mengembangkan berpikir kreatif dan kreativitas

Davis dalam Slameto (2003: 154) menyatakan bahwa terdapat tiga

faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kreativitas:

1) Sikap Individu

Mencakup tujuan untuk menemukan gagsan-gagasan serta produk-produk pemecahan baru. Untuk tujuan itu perlu perhatian khusus

bagi pengembangan kepercayaan diri siswa dan perlu

membangkitkan rasa ingin tahu siswa.

2) Kemampuan dasar yang diperlukan

Mencakup kemampuan berpikir konvergen dan divergen.

3) Teknik-teknik yang digunakan

a) Melakukan pendekatan inquiry (pencaritahuan)

b) Menggunakan teknik-teknik sumbang saran (brainstorming)

c) Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif

d) Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kreativitas mulai dari dalam

individu sendiri, keluarga, sampai pada lingkungan kerja nampak bahwa

pengaruh lingkungan sangat penting dalam mendorong dan mengembangkan

kemampuan berfikir kreatif. Untuk mendukung pengembangan tersebut

diperlukan beberapa hal, antara lain:

1) Mempunyai pendidikan yang mendukung pengembangan kreativitas

2) Mempunyai keberanian kreatif, keberanian menolak yang baku untuk

menciptakan yang baru

3) Mempunyai peluang untuk melakukan kreativitas

4) Mempunyai motivasi intelektual yang tinggi

5) Mempunyai kemampuan kognitif

6) Sikap yang bebas, mandiri dan percaya diri, terbuka untuk menerima

rangsang internal maupun eksternal

5. Kreativitas Belajar

Orientasi seseorang dalam belajar adalah prestasi atau nilai, ketika prestasi

siswa sesuai dengan harapan dan usaha, pasti akan memberikan dorongan

tersendiri bagi siswa. Akan tetapi sebaliknya, ketika prestasi yang diperoleh

(40)

commit to user

bahkan keengganan untuk belajar. Oleh karena itu, dalam belajar perlu adanya

kreativitas agar kita bisa meningkatkan kemampuan kita dalam hal pemecahan

masalah-masalah pelajaran dan mengembangkan konsep-konsep pelajaran

sehingga bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang kreatif akan

mampu menggunakan metode-metode yang ada untuk penyelesaian soal-soal

yang ditemui, bahkan akan mendapatkan kesan belajar lebih mendalam dari

materi pelajaran yang disampaikan guru.

Kreativitas belajar adalah kemampuan mental seseorang untuk

menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru,

dan belum dikenal dalam proses belajar yang merupakan cetusan daya kerohanian

dan seluruh kepribadian. Ia adalah hasil dari interaksi antara individu dan

lingkungannya yang merupakan pengalaman mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan

dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.

Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan

gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah, yang menuntut

kelancaran, keluwesan dan kemandirian dalam berpikir serta kemampuan untuk

mengembangkan suatu gagasan (elaborasi). Sehingga seorang siswa benar-benar

bisa memahami pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh guru di sekolah dan

bisa menjadi siswa yang berkualitas. Dalam kegiatan belajarnya, siswa yang

kreatif akan memperbesar daya kemampuan belajar yang dimiliki oleh individu

yang bersangkutan.

6. Indikator Kreativitas Belajar

Kreativitas dalam hal ini adalah kreativitas belajar menurut Utami

Munandar (1999: 71) mempunyai karakter sebagai berikut:

a. Ingin tahu yang luas dan mendalam

b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik

c. Memberikan gagasan atau usul terhadap suatu masalah

d. Bebas dalam menyatakan pendapat

e. Mempunyai rasa keindahan yang dalam

f. Menonjol dalam salah satu bidang seni

(41)

commit to user

h. Mempunyai rasa humor yang luas

i. Mempunyai daya imajinasi

j. Orisinil dalam ungkapan gagasan dan pemecahan masalah.

B. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir yang digunakan dalam

penelitian, yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis setelah

mempunyai teori yang mendukung judul penelitian. Berdasarkan teori yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai

berikut:

Pada dasarnya hampir semua siswa ingin berprestasi yang baik di

sekolahnya. Prestasi belajar yang baik merupakan wujud dari hasil belajar siswa

yang maksimal. Proses belajar siswa dikatakan berhasil apabila siswa tersebut

mempunyai prestasi belajar yang baik. Keberhasilan itu tergantung pada

kemampuan siswa itu sendiri. Prestasi yang baik tidak mudah dicapai, ada

berbagai macam faktor yang mendukung prestasi belajar seseorang diantaranya

yaitu kreativitas belajar. Dalam proses belajar mengajar, kreativitas memegang

peranan yang sangat penting.

Kreativitas belajar adalah kemampuan mental seseorang untuk

menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru,

dan belum dikenal dalam proses belajar yang merupakan cetusan daya kerohanian

dan seluruh kepribadian. Ia adalah hasil dari interaksi antara individu dan

lingkungannya yang merupakan pengalaman mengekspresikan dan

mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan

dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.

Kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan

gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah, yang menuntut

kelancaran, keluwesan dan kemandirian dalam berpikir serta kemampuan untuk

mengembangkan suatu gagasan (elaborasi). Sehingga seorang siswa benar-benar

bisa memahami pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh guru di sekolah dan

bisa menjadi siswa yang berkualitas. Dalam kegiatan belajarnya, siswa yang

(42)

commit to user

yang bersangkutan. Dengan demikian, dalam kegiatan belajarnya, siswa yang

kreatif akan memperbesar daya kemampuan belajar yang dimiliki individu yang

bersangkutan.

Dari uraian tersebut, maka dalam proses belajar juga tidak kalah

pentingnya menimbulkan sikap kreatif kepada siswa. Salah satu cara yang

ditempuh oleh siswa yaitu dengan mengintensifkan pengembangan kreativitas

siswa, untuk memperbesar kemampuan pemahaman konsep-konsep pelajaran.

Siswa yang kreatif akan mampu menggunakan metode-metode yang ada untuk

penyelesaian soal-soal yang ditemui, bahkan akan mendapatkan kesan belajar

lebih mendalam dari materi pelajaran yang disampaikan guru. Sehingga siswa

yang kreatif akan dapat memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dari pada

siswa yang tidak kreatif.

Adapun bagan kerangka berfikir sebagai berikut:

Y

X

Gambar 1: Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis Kreativitas Belajar

Indikator:

a. Rasa ingin tahu yang luas dan

mendalam

b. Sering mengajukan pertanyaan yang

baik

c. Memberikan gagasan atau usul

terhadap suatu masalah

d. Bebas dalam menyatakan pendapat

e. Mempunyai rasa keindahan yang

dalam

f. Menonjol dalam salah satu bidang

seni

g. Mampu melihat suatu masalah dari

berbagai segi atau sudut pandang

h. Mempunyai rasa humor yang luas

i. Mempunyai daya imajinasi

j. Orisinil dalam ungkapan gagasan dan

pemecahan masalah.

Prestasi Belajar

(43)

commit to user

”Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”

(Suharsimi Arikunto, 2002: 68). Jadi hipotesis merupakan suatu kesimpulan yang

sifatnya sementara yang membutuhkan pembuktian untuk menjadi jawaban yang

benar.

Hipotesis terhadap permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:

”Terdapat pengaruh signifikan antara kreativitas belajar terhadap prestasi belajar

siswa kelas XI Ilmu Sosial SMA N 3 Surakarta”.

(44)

commit to user

METODOLOGI PENELITIAN

Di dalam penelitian, pemilihan metode yang tepat sangat menentukan

keberhasilan suatu penelitian. Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian

seorang peneliti ditentukan oleh tepat tidaknya memilih serta bagaimana

menggunakan metode dalam suatu penelitian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penulis mengadakan kegiatan

penelitian di lingkungan SMA N 3 Surakarta. Penetapan ini berdasarkan alasan:

lokasi mudah dijangkau dan tersedianya data yang dibutuhkan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari proses pembuatan proposal penelitian sampai

dengan terselesaikannya laporan penelitian dalam bentuk skripsi, yaitu dari bulan

November 2007 sampai dengan bulan Juli 2008. Adapun mengenai waktu

penelitian lebih jelasnya ada di lampiran 1.

B. Metode Penelitian

Slamet Widodo (2004: 65) mengemukakan bahwa ”metode ialah suatu

prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah

sistematis”. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan suatu metode. Jadi metodologi penelitian adalah suatu

pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam

penelitian. Selanjutnya menurut Sutrisno Hadi (2002: 1) ”metodologi terdiri dari 2

istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu ”metodos” yang berarti cara dan

logos” yang berarti ilmu. Penelitian adalah suatu cara untuk menemukan,

mengemukakan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha dimana

dilakukan dengan metode-metode penelitian. Dari pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa metodologi penelitian yaitu meliputi

(45)

commit to user

pengumpulan data, pengolahan, analisis dan penyajian data secara obyektif,

sistematis dan logis, untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran

suatu pengetahuan secara ilmiah.

Menurut Winarno Surachmad (1998: 131): “Metode merupakan cara

utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk menguji

serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta cara-cara tertentu”.

Metode dianggap baik apabila metode tersebut sesuai dengan kemampuan peneliti

juga sesuai dengan situasi dan kondisi penelitian.

Winarno Surachmad (1998:131) juga mengatakan “Metode penelitian

dibagi menjadi 3 yaitu: metode historic, metode deskriptif dan metode

eksperimental.” Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti menggunakan

metode penelitian deskriptif. Selanjutnya menurut Winarno Surachmad (1998:

131):

Metode penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Karena banyak sekali ragam penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum ialah menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasi, penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket, observasi, atau dengan teknik tes, studi kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak analisis kuantitatif, studi kooperatif atau operasional.

Adapun ciri-ciri umum penelitian deskriptif menurut Winarno Surachmad

(1998: 140) adalah:

1. Menempatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masalah

sekarang dan bersifat aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

dianalisis (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Dari keterangan di atas maka peneliti menggunakan metode deskriptif

dengan alasan sebagai berikut:

1. Penempatan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masalah sekarang

dan bersifat aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian

Gambar

Gambar 1: Kerangka Pemikiran
gambar grafik histogram berikut ini:
Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Angket
Grafik Frekuensi Prestasi Belajar Siswa (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Ini merupakan suatu bukti bahwa dengan memiliki kreativitas dalam belajar akan dapat membantu siswa lebih memahami materi yang diperoleh di sekolah karena belajar tanpa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di sekolah mengenai lingkungan sekolah dan motivasi belajar terhadap

Sekolah pada hakekatnya murid dipandang sebagai subyek pendidikan atau dijadikan sarana kegiatan dalam suatu proses belajar, disini dukungan keluarga berperan sangat penting

Namun dalam penelitian ini penulis sengaja memilih intensitas belajar dan kreativitas siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi, karena setiap

Sardiman (2001:75) mengemukakan bahwa,” Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

Dengan kemampuan penyesuaian sosial diharapkan siswa bisa menyatukan perbedaan latar belakang, suku, dan agama dan meningkatkan kegiatan belajar untuk memperoleh

Hamalik (2002:59) menyatakan bahwa ”Agar suatu kegiatan belajar siswa dapat berjalan dengan baik diperlukan suatu langkah-langkah pokok yaitu pola belajar”. Siswa

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hipotesis pertama “Ada hubungan positif yang signifikan antara Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar dengan