• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMERINTAH UNTUK MENJAMIN KEBERLANGSUNGAN PROGRAM JKN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PEMERINTAH UNTUK MENJAMIN KEBERLANGSUNGAN PROGRAM JKN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

STRATEGI PEMERINTAH UNTUK

MENJAMIN KEBERLANGSUNGAN

PROGRAM JKN

PURWANTO

Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Jakarta, 12 Desember 2017

(2)

PELAKSANAAN PROGRAM JKN DAN

CAPAIANNYA

TANTANGAN APBN TAHUN 2018

Pendahuluan

POKOK BAHASAN

STRATEGI MENJAGA

(3)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Pendahuluan

(4)

FOKUS APBN 2018

OPTIMALISASI DAN REFORMASI PENERIMAAN

NEGARA

EFISIENSI DAN KUALITAS BELANJA

PRIORITAS

JAGA MOMENTUM EKONOMI DAN KEPERCAYAAN

RAKYAT

Pengurangan Kemiskinan Pengurangan Kesenjangan

Penciptaan Kesempatan Kerja

Pajak

Kepabeanan dan Cukai

PNBP

Keberlanjutan Pembiayaan

Utang terkendali

(5)

9,5-10,0% 5,0-5,3% 0,38

APBN Tahun 2018 Ditujukan Untuk

Mengakselerasi

Pertumbuhan

Ekonomi

Yang

Berkeadilan

5

Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran Gini Ratio

5,4%

5

2017 Outlook: 5,1%

2017

Realisasi s.d Maret: 10,64%

2017

Realisasi s.d Agustus: 5,5%

2017

Realisasi s.d Maret : 0,393

(6)

Teknokrat

Politis

Tata Kelola

Harmonisasi Antara Proses Teknokratis dan Politis

Perlu Dijaga Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat

• Analisa data dan kondisi ekonomi

• Prioritas Pembangunan

• Desain penerimaan, belanja, dan pembiayaan

Tantangan

• Janji politik

• proses kabinet

• proses DPR dan DPD

• proses daerah

•Kecepatan vs

governance

Transparansi & akuntabilitas

•Kepatuhan vs Pragmatis

Tantangan

FUNGSI ALOKASI, DISTRIBUSI, DAN STABILISASI

(7)

KEMENTERIAN KEUANGAN

TANTANGAN APBN TAHUN 2018

(8)

Tantangan Perencanaan APBN :

(9)

Ruang Fiskal Masih Dibatasi Oleh Pendapatan

(perpajakan dan non Pajak)

Tingkat Pendapatan dan Belanja Indonesia relatif lebih rendah dibanding negara lain

32,6

22,0 22,3

36,3

19,7 19,6 22,7

39,6

many In

d

Revenue Expenditure Surplus/Deficit

Posisi Fiskal Negara – Negara 2016 (general government, % of GDP)

Sumber: IMF, diolah

Pendapatan Belanja

9

(10)

Porsi Belanja Pemerintah dalam Nilai Total

Perekonomian relatif kecil, sekitar 15-16 % thd PDB,

termasuk untuk pembiayaan investasi

APBN 15%

Non APBN 85%

PDB Tahun 2017: Rp13.716 Triliun

Pemerinta Internal

Funds Korporasi

dan lainnya

42%

Sumber Pembiayaan Investasi 2017: + Rp4.517 Triliun

Di tengah kondisi tersebut, APBN juga:

Berdinamika tinggi

sumber dananya tergantung pada

berbagai faktor eksternal dan internal

Menghadapi

public goods problem

semua merasa memiliki

(11)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Indikator Kesehatan

Stunting 28,8% 29,6%

Persalinan di

fasilitas kesehatan 82%81%

Ketersediaan obat dan

vaksindi puskesmas 86% 83%

2017 2018 Arah kebijakan

1.Meningkatkan dan memperbaiki distribusi faskes dan tenaga kesehatan.

2.Penguatan program promotif dan preventif yang diarahkan untuk penyakit tidak menular dan program untuk ibu hamil & menyusui. 3.Meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program JKN.

4.Meningkatkan peran Pemda untuksupply side dan peningkatan mutu layanan.

Anggaran Kesehatan Meningkat (5 persen dari APBN)

• meningkatkan supply side dan layanan, upaya kesehatan promotif preventif, serta menjaga keberlanjutan JKN

11

74,0 ribu

Program Indonesia Sehat 92,4 juta jiwa Kesertaan ber-KB melalui

peningkatan akses dan kualitas pelayanan KBKR

1,8 juta orang

Imunisasi untuk anak

usia 0-11 bulan 92,5%

Penyediaan sarana fasilitas kesehatan yang berkualitas

Sasaran Target (sementara)

Sertifikasi obat dan makanan

Pusat

81,5

Transfer ke daerah

29,5

111,0

Alokasi 2018 (triliun rupiah)

Pertumbuhan (%)

2015:

65,9

2016:

92,3

40,1 40,1

2017:

49 RS/Balkes

(12)

Mensinergikan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah

Belanja Pemerintah Pusat

Transfer ke Daerah dan Dan Desa

masih cukup tingginya belanja barang aparatur/operasional (perjalanan dinas, paket pertemuan, dan honorarium)

rendahnya kemampuan penyerapan belanja kementerian/lembaga

dengan rata-rata hanya sebesar 88,3 persen dalam 7 tahun terakhir

rendahnya efektivitasbelanja barang bantuan pemerintah dan bantuan sosial dalam mengentaskan kemiskinan

Belum optimalnya sistem monitoring pada K/L

alokasi belanja pegawai lebih besar dibandingkan dengan belanja modal

penyerapan anggaran belum optimal khususnya pada awal tahun anggaran

Ketimpangan layanan publik antar daerah

kesalahan tata kelola keuangan

daerah

(13)

KEMENTERIAN KEUANGAN

PELAKSANAAN PROGRAM JKN DAN

CAPAIANNYA

(14)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Penyelenggaran Jaminan Sosial di Indonesia

1 Program

berdasarkan jenis pekerjaan

Program Kesehatan

Miskin dan tidak

mampu PNS & TNI/Polri

Pekerja formal lainnya

Program Ketenagakerjaan

Pekerja formal

dan informal PNS TNI/Polri

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Program Kesehatan dikelola oleh BPJS Kesehatan

Seluruh warga

Program Ketenagakerjaan

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pensiun (JP) dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan

Seluruh pekerja Sebelum UU 40/2004 (UU SJSN)

(15)

KEMENTERIAN KEUANGAN RI

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

15

Alat untuk mencapai

Universal

Health Coverage

(UHC) in 2019

Program asuransi kesehatan

sosial dengan skema

kontributori

Semua orang membayar iuran

Iuran orang miskin dan tidak mampu dibayar oleh Pemerintah

Dimulai pada 1 Januari 2014

Bersifat

wajib

bagi seluruh Warga

Negara Indonesia (secara

bertahap)

Paket manfaat yang

komprehensif

, sepanjang

terindikasi medis

Untuk kebutuhan dasar kesehatan: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. No limits

Menerapkan layanan berjenjang

Metode pembayaran

:

Kapitasi (pada primary care) dan case payment Diagnostic Related Group (DRG) (INA CBGs) (secondary and tertiary care)

Model bisnis

: dana wali amanat

(16)

Penduduk

Layanan

kesehatan

Biaya yang

terjangkau

Apa itu UHC?

“…menjamin

seluruh penduduk

mendapatkan

layanan kesehatan

yang dibutuhkan dengan kualitas yang memadai dan efektif, tanpa menimbulkan

kesulitan keuangan

(WHO)

Ada 3 dimensi dari UHC

Jenis layanan kesehatan yang dijamin adalah komprehensif

Biaya yang terjangkau untuk mendapatkan layanan kesehatan Seluruh penduduk

(17)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Pencapaian Program JKN

17

JKN meningkatkan jumlah penduduk yang memiliki jaminan

kesehatan

(dimensi kepesertaan dari UHC)

• Per 1 Des 2017, total peserta JKN 186,6 juta jiwa

• Jumlah orang miskin dan tidak mampu yang disubsidi: Jamkesmas

76,4 juta (2013), Penerima Bantuan Iuran JKN 92,4 juta(2017)

• Sektor informal JKN (PBPU)I: 24,7 juta jiwa. Sebagian besar

mereka, sebelum JKN, tidak memiliki jaminan kesehatan

JKN meningkatkan perlindungan atas seluruh penyakit,

khususnya atas penyakit katastropik

(dimensi jenis layanan dari UHC)

• Paket manfaat komprehensif, sepanjang terindikasi medis

JKN meningkatkan akses ke fasillitas kesehatan pada tingkat

biaya yang relatif sangat terjangkau

(dimensi biaya, lebih terjangkau)

• Iuran terendah Rp25.500 (seharga rata-rata 2 bungkus rokok di

Jakarta)

(18)

POKOK BAHASAN

STRATEGI MENJAGA

(19)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Defisit Program JKN (1)

Dari Pengalihan Aset PT Askes

2014 2015 PMN Rp5T PMN

Rp6.8 T

2016 APBNP: Cad

Belanja Rp3,6 T

2017

Defisit Financial Program JKN disebabkan oleh, a.l :

1. insurance effect dan adverse selection

2. Sebagian masyarakat (yang sehat) cenderung menunda atau menghindar untuk menjadi peserta.

Karena hal-hal tersebut, biaya per orang per bulan(popb) yang terjadi saat ini adalah biaya di atas yang semestinya

(apabila seluruh warga menjadi peserta)

Karena itu, selama 4 tahun pertama, Pemerintah Pusat menetapkan besaran iuran pada tingkat yang dinilai terjangkau (affordable) oleh warga yang non-miskin

2014 2015 2016

(20)

Dukungan Pemerintah terhadap Pelaksanaan JKN

triliun rupiah

4,5 4,8 5,2 5,6

19,9 19,9

24,8 25,5

-2014 2015 2016 APBNP 2017

PPU Pemerintah (PNS/TNI/Polri) Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Penyertaan Modal Negara (PMN) Total

Dukungan Pemerintah tersebut berupa: 1. Pemerintah sebagai pemberi kerja

melakukan kewajibannya dengan membayar 3% dari gaji per bulan untuk iuran kepesertaan BPJS Kesehatan bagi PNS/TNI dan Polri 2. Pemerintah secara konsisten

mendukung pelaksanaan Program JKN dengan terus mengalokasikan bantuan premi bagi 92,4 juta jiwa pada segmen PBI dengan premi Rp23.000,-per jiwa per bulan.

(21)

KEMENTERIAN KEUANGAN

Beberapa

hal yang telah dan sedang dilaksanakan terkait

pengendalian Defisit

BPJS Kesehatan Tahun 2017 dan 2018

1. Pencairan iuran PBI dimuka

untuk Bulan November dan Desember 2017

(Rp4,2 T) telah dilaksanakan pada tanggal 6 Nov 2017

2. Pencairan dana Cadangan Program Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN)

sebesar Rp3,6 T telah cair ke Rekening BPJS Kesehatan pada tanggal 30 Nov

2017

3. PMK tentang Tata Cara Pemotongan DAU/DBH atas Tunggakan Iuran Jaminan

Kesehatan Pemerintah Daerah sebagai tindak lanjut UU APBN 2018 (selesai

tanggal 30 Nov 2017)

4. Proses penyusunan Permenkeu tentang Biaya Operasional BPJS Kesehatan

a. Rakor Menkeu,Menkes, Ketua DJSN membahas kelayakan besaran biaya

Operasional BPJS Kesehatan tahun 2018 (undangan Kemenkeu c.q DJA PIC Dit HPP) b. Penetapan Permenkeu tentang Biaya Operasional BPJS Kesehatan paling lambat 1

bulan sebelum tahun anggaran berjalan

c. Sudah dilakukan rapat teknis internal DJA pada tanggal 29 November 2017, dan diusulkan batas maksimal 4,8% sebagaimana hasil RTM di Kemenko PMK

21

(22)

5. Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dalam

mendukung program JKN

a. Dukungan tidak secara langsung menutup defisit BPJS Kesehatan, melainkan melalui perbaikan supply side JKN (kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan)

b. Besaran dukungan adalah 50% dari DBH CHT

c. PMK mengenai penggunaan DBH CHT ini ditargetkan selesai pada akhir Desember 2017

6. Proses revisi Perpres 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan

a. Revisi substansi yang akan diatur, antara lain:

i. Perbaikan manajemen klaim faskes (mitigasi fraud) ii. Penyesuaian batas atas pengenaan iuran

iii. Perbaikan sistem rujukan dan rujuk balik (optimalisasi Dana kapitasi)

iv. Cost sharing penyakit dengan potensi moral hazard (10%)

v. Strategic purchasing

vi. Dukungan Pemda melalui dana hasil Pajak Rokok

b. Dukungan Pemda pada poin vi tersebut, dilakukan melalui pemotongan di depan

sebesar 75% dari 50% (35%) dari penerimaan Pajak Rokok setiap Daerah sebagai bantuan untuk mendukung keberlangsungan program JKN. PMK tentang Tata Cara Pemotongan-nya dilakukan setelah diterbitkan Revisi Perpres tersebut.

(23)

KEMENTERIAN KEUANGAN

c.

Substansi lebih detail akan dibahas bersama antara Kemenkeu dengan

DJSN, Kemenkes, dan BPJS Kesehatan

d.

Unit Eselon I Kemenkeu yang terkait DJA (Dit HPP), DJPB (Dit. SP), BKF

(PKSK dan PKAPBN), DJPPR (Dit PRKN), DJPK (Dit PKKD), DJBC (Dit. TF

Cukai), Setjen (Biro Hukum) dan akan dikoordinasi oleh Staf Ahli KRJKPM

7.

Proses penyelesaian Revisi PP Perubahan kedua atas PP 87/2013 tentang

pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan

a. Menkeu telah menyampaikan izin prakarsa kepada Presiden pada tanggal 19

September 2017

b. Substansi telah dibahas antar Kementerian

(Kemenkes,Kemenkumham,Setneg, dan Kemenkeu.

c. Tindak Lanjut hasil pembahasan akan dilakukan oleh Staf Ahli KRJKPM

dengan dibantu Dirjen KN (izin prakarsa dari Presiden telah diterima)

23

(24)

TANTANGAN DAN UPAYA PERBAIKAN PROGRAM JKN

1. Belum terbentuknya

risk pool yang ideal 2. Tingkat kolektibilitas

iuran yang belum optimal

3. Peran Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebagai gatekeeper

belum optimal

4. Kualitas layanan perlu ditingkatkan

5. Keterbatasan jumlah

serta tidak

meratanya distribusi faskes dan tenaga kesehatan

1. Mendorong percepatan kepesertaan khususnya pada sektor formal dan PBPU & BP (informal) dan peningkatan kepatuhan peserta dalam membayar iuran antara lain dengan mengkaitkan kewajiban kepesertaan dengan layanan publik

Enforcement kepada seluruh Badan Usaha untuk mendaftarkan seluruh pegawainya sebagai peserta JKN

• Bekerja sama dengan PLN sehingga kelompok pelanggan golongan rumah tangga dengan daya 1300-2.200 watt didorong untuk menjadi peserta JKN 2. Meningkatkan supply side,ketersediaan dan pemerataan distribusi faskes

serta tenaga kesehatan dengan mendorong partisipasi faskes swasta

3. Memperkuat peran FKTP sebagai gat keeper untuk memastikan sistem rujukan berjenjang berjalan optimal dengan memperbaiki sistem kapitasi

4. Meningkatkan kualitas layanan kesehatanuntuk meningkatkan kepuasan peserta atas layanan kesehatan, mengurangi antrian panjang dan waktu tunggu yang lama

5. Meningkatkan akses ke faskes khususnya bagi PBI JKN melalui edukasi masyarakat dan mendirikan faskes yang mudah dijangkau oleh masyarakat

6. Penerapan waiting period secara wajar, khususnya bagi peserta reinstatement(yang pernah menunggak dan ingin aktif kembali)

7. Peningkatan kualitas verifikasi melalui penerapan IT based verification systemdan peningkatan kualitas verifikator BPJS Kesehatan

8. Penerapan strategic purchasing dengan memperkuat peran BPJS

Kesehaan dalam bernegosiasi dengan penyedia jasa layanan terkait

layanan yang diberikan

9. Penerapanco-payment ataudeductible cost

10. Peningkatan efisiensi dana operasional

(25)

KEMENTERIAN KEUANGAN 25

PENUTUP

Pemerintah mempunyai komitmen untuk menjaga kelangsungan JKN, melalui supply-demand side, dan upaya kesehatan promotif-preventif

Dukungan pemerintah dengan tetap menjaga keseimbangan antara kesinambungan program JKN, kesinambungan pelaksaan program, dan kesinambungan fiskal

(26)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu indikator kinerja pegawai negeri di kalangan pemerintahan dalam hal ini di Dinas Peternakan Jawa Barat sebagai pelaksana birokrasi pemerintahan

Hasil analisis pada tabel 11 di atas menunjukkan besarnya sumbangan atau kontribusi yang diberikan oleh variabel kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di Badan

Proses pemindahan masyarakat korban Dam Koto Panjang ini dibawah tekanan dan paksaan, tanah diganti rugi dengan tidak layak, sebagian besar belum diganti rugi, yang paling

Menurut NCTM (Siregar, 2009) kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari geometri adalah: 1) kemampuan menganalisis karakter dan sifat dari bentuk geometri

Karena indera peraba tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu dengan tepat maka dibuat alat yang diberi nama termometer.. Termometer yang paling banyak digunakan adalah termometer

baik bagi guru maupun bagi lembaga, yaitu SLTP Negeri 50 Bandung, sehingga dari penelitian ini diharapkan pula dapat ditemukan kondisi nyata yang dihadapi oleh guru-guru sehingga

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari

Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan biaya per-m 2 antara di lapangan dan sesuai RKS pada bekesting semi modern tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan bekisting