BAB 3
SEJARAH PERUSAHAAN
3.1 Sejarah Singkat Karantina Pertanian
Pada tahun 1877 sudah dicetuskan peraturan perundang undangan yang berkait dengan karantina (tumbuhan), yakni Ordonansi 19 Desember 1877 (Staatsblad No.262) tentang larangan pemasukan tanaman kopi dan biji dari Srilanka. Pada tahun 1914 sebagai tindak lanjut dari Ordonansi 28 Januari 1914 (Staatsblad No.161) penyelenggaraan kegiatan perkarantinaan secara institusional di Indonesia secara nyata baru dimulai oleh sebuah organisasi pemerintah bernama Instituut voor Plantenzekten en Cultures (Balai Penyelidikkan Penyakit Tanaman dan Budidaya).
Pada tahun 1930 pelaksanaan kegiatan operasional karantina di pelabuhan-pelabuhan diawasi secara sentral oleh Direktur Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan Budidaya, serta ditetapkan seorang pegawai Balai yang kemudian diberi pangkat sebagai Plantenziektenkundigeambtenaar (pegawai ahli penyakit tanaman). Pada tahun 1939 Dinas karantina tumbuh-tumbuhan (Planttenquarantine Diest) menjadi salah satu dari 3 seksi dari Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman (Instituut voor Plantenziekten).
dalam Biro Hubungan Luar Negeri Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian. Pada tahun 1969, status organisasi karantina tumbuhan diubah kembali dengan ditetapkannya Direktorat Karntina Tumbuh-tumbuhan yang secara operasional berada dibawah Menteri Pertanian dan secara administratif dibawah Sekretariat Jenderal. Dengan status Direktorat tersebut, status organisasi Karantina tumbuh meningkat dari elson III menjadi elson II. Pada tahun 1974, organisasi karantina diintegrasikan dalam wadah Pusat Karantina Pertanian dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Tahun 1980 berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 453 dan No. 861 tahun 1980, organisasi Pusat Karantina Pertanian (yang notabene baru diisi karatina tumbuhan ex Direktorat Karantina Tumbuhan), mempunyai rentang kendali manajemen yang luas. Pusat Karantina Pertanian pada masa itu terdiri dari 5 Balai (eselon III), 14 Stasiun (eselon IV), 38 Pos (eselon V)dan 105 Wilayah Kerja (non structural)yang tersebar diseluruh Indonesia. Pada tahun 1983 Pusat Karantina Pertanian dialihkan kembali dari Badan Litbang Pertanian ke Sekretariat Jenderal dengan pembinaan operasional langsung dibawah Menteri Pertanian .
3.2 Organisasi Karantina
Karantina Pertanian di Indonesia merupakan tanggung jawab Departemen Pertanian yang pelaksanaannya oleh Badan Karantina Pertanian, Organisasi Eselon I lingkup Departemen Pertanian. Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh seorang Kepala Badan.
Di tingkat Pusat, Kepala Badan Karantina Peratanian dibantu oleh 4 pejabat eselon II, 10 pejabat elson III, 24 pejabat elson IV. Ditingkat lapangan Kepala Barantan dibantu oleh Kepala UPT terdiri atas 39 UPT Karantina Hewan, 43 UPT Karantina Tumbuhandan 1 Balai Uji standar.
3.3 Arti dan Makna Logo
Dasar Hukum : Surat Keputusan Kepala Badan Nomor 91.Kpts.PL.030.F.IV.2003
tanggal 1 April 2003 tentang Pakaian Dinas dan Atribut Pegawai Lingkup Badan
Pertanian, maka logo Badan Karantina Pertanian mengacu pada lambang
Kementerian Pertanian. Adapun makna logo Badan Karantina Pertanian sebagai
berikut :
Tunas menggambarkan pengertian biologis daripada seluruh kegiatan yang
dikelola oleh Kementerian Pertanian, kecuali manusia
1. sebagai benda hidup. Tunas berwarna putih dengan dasar berwarna hijau
melambangkan kehidupan
2. Lingkaran berbentuk huruf Q, yang berakar dari bahasa latin kuno
“Quadraqinta” yang berarti empat puluh, menunjukan lamanya masa
penahanan terhadap kapal yang diduga mebawa penyakit menular
3. Lingkaran luar dengan tulisan Badan Karantina Pertanian melingkar
menandakan kesatuan perlindungan Badan Karantina Pertanian sebagai salah
unit di lingkungan Kementerian Pertanian
4. Lingkaran huruf Q dan lingkaran luar berwarna kuning yang
melambangkan kemegahan dan kewaspadaan
5. Tulisan Badan Karantina Pertanian berwarna hijau daun, sinergi dengan
warna dasar Tunas yang melambangkan kehidupan
6. Logo type dengan tipe huruf Candara yang memancarkan nuansa modern
klasik, di tuliskan dibawah lambang masing-masing Badan Karantina
3.4 VISI dan MISI
Visi
Terwujudnya Karantina Tumbuhan Yang Tangguh, Profesional dan Terpercaya
pada Balai Karantina Pertanian Belawan.
Misi
1. Melindungi dan menyelamatkan kelestarian sumber daya alam hayati
tumbuhan
2. Mendukung keberhasilan Program Agribisnis dan Ketahanan Pangan Nasional
3. Meningkatkan daya saing melalui sistem standarisasi, sanitasi, sertifikasi
karantina
4. Memfasilitasi kelancaran perdagangan/pemasaran produk Agribisnis
5. Meningkatkan pelayanan publik melalui sumber daya manusia yang
profesional
6. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan
Tugas pokok dan Fungsi
Balai dan Stasiun Karantina Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
operasional perkarantinaan tumbuhan tanaman pangan, hortikultura dan tanaman
perkebunan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai dan Stasiun karantina
1. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,
penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan.
2. Pemantauan Daerah Sebar Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.
3. Pembuatan Koleksi Organisme Pengganggu Tumbuhan.
4. Pengelolaan laboratorium karantina tumbuhan.
5. Pengumpulan dan pengolahan data, informasi serta operasional tindakan
karantina.
6. Pemberian pelayanan teknis kegiatan operasional
7. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga
BAB 4
ANALISA DAN EVALUASI
4.1 Studi Kasus
Dalam penyelesaian suatu masalah diperlukan suatu data sebagai bahan penunjang dan diharapkan mendekati masalah. Data yang diambil merupakan data historis dari nilai ekspor dan impor pertanian belawan dari tahun 2008 sampai 2012 yang disajikan dalam bentuk tabel. Data tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.1 Data Bulanan Nilai Ekspor Pertanian Belawan Tahun 2008-2012
4.2 Analisis Plot Data Awal
Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk menganalisis data time series adalah membuat plot data terhadap waktu dan melakukan interpretasi secara visual. Dengan membuat plot data mentah, yaitu data yang akan diolah dan dianalisis, dapat dideteksi apakah pola data mengandung unsur trend, siklik, musiman atau tidak mengandung pola tertentu.
Des
Time Series Plot of Ekspor; I mpor
Gambar 4.2.2 Autokorelasi Nilai Ekspor Pertanian Belawan Tahun 2008-2012
Gambar 4.2.3 Autokorelasi Nilai Impor Pertanian Belawan Tahun 2008-2012
Gambar 4.2.5 Autokorelasi Parsial Nilai Impor Pertanian Belawan Tahun 2008-2012
ACF dan PACF diduga order ARIMA yang bisa digunakan adalah ARIMA (0,1,1) atau ARIMA (0,0,1); ARIMA (1,1,1) atau ARIMA (1,0,1); ARIMA (1,1,0) atau ARIMA (1,0,0). Dengan menggunakan cara mencoba-coba
(trial and error) pada model ARIMA yang mungkin berdasarkan pada plot ACF
Plot data diatas memperlihatkan deret data yang tidak stasioner, maka perlu diadakan pembedaan pertama dengan persamaan:
Nilai Ekspor Nilai Impor
Xt = xt – xt-1 Xt = xt – xt-1
X2 = x2 – x2-1 X2 = x2 – x2-1
= 602 – 509 = 504 – 425
= 93 = 79
Tabel 4.2.1 Nilai-nilai Pembedaan Pertama Ekspor
Dari plot korelasi diatas terlihat bahwa ada satu koefisien korelasi diri
Tabel 4.2.3 Nilai-nilai Pembedaan Kedua Ekspor
No. Wt No. Wt No. Wt No. Wt
Tabel 4.2.4 Nilai-nilai Pembedaan Kedua Impor
Gambar 4.3.3 Autokorelasi Parsial Nilai Impor dengan Menggunakan Pembedaan Kedua
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian data sekunder Karantina Pertanian Belawan yang dianalisa dari Bulan Januari 2008 s/d Desember 2010, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian plot data aktual, menunjukkan bahwa nilai ekspor dan impor tidak stasioner. Fluktuasi nilai ekspor dan impor sangat signifikan, sehingga dilakukan pembedaan (difference) agar diperoleh data yang stasioner.
2. Dengan menggunakan Plot, Autokorelasi dan Autokorelasi Parsil dapat
dilihat perbedaan nilai ekspor dan impor.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian dan dari beberapa hasil kesimpulan dapat diambil saran sebagai berikut:
1. Untuk melakukan prediksi, sebaiknya menggunakan data times series yang panjang agar dapat mengetahui pola dari data tersebut, sehingga dapat diketahui apakah datanya stasioner atau tidak.
2. Perlu dilakukan pengujian ordo ARIMA dengan metode try and error
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.