• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aplikasi Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum) Diperkaya Dengan Berbagai Kombinasi Dosis Pupuk N, P, dan K Terhadap Sifat Kimia Inseptisol dan Tanaman Jagung"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

munculnya cabang anakan pada beberapa genotipe dan lingkungan tertentu. Batang

jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu

sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim

terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya

ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotip, lama

penyinaran, dan suhu (Subekti, dkk, 2011).

Tanaman jagung dapat hidup 0-3000 m dpl, temperatur 21-320C, curah hujan

600-1500 mm /3-5 bulan, pH 5,0-8,0 (optimum 6,0-7,0), struktur tanah gembur/remah,

jika kemiringan lahan > 14 % perlu teras-teras dan masa pertumbuhan 110-150 hari

(Lahuddin dan Damanik, 2005).

Pemupukan yang dianjurkan untuk tanaman jagung adalah pupuk organik 20

ton/ha, urea 300-350 kg/ha, TSP 100-200 kg/ha, KCl 50-200 kg/ha. Pupuk dasar

diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah 20 ton/ha pupuk organik, 100

kg/ha urea, 100 kg TSP dan 25 kg/ha KCl dengan membuat larikan atau ditugalkan

kemudian ditutup kembali dengan tanah dengan jarak 10 cm dari garis tanam / lubang

tanam. Pupuk susulan diberikan 28-30 hari setelah tanam berupa urea 200kg/ha, dan 25

kg/ha KCl (Kementerian Pertanian, 2011).

Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval

waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda.

Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1) fase

(2)

dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase

mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum

keluarnya bunga betina (silking), dan (3) fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah

silking sampai masak fisiologis (Subekti, dkk, 2011).

Inseptisol

Inseptisol merupakan tanah yang belum matang dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibandingkan dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Beberapa inseptisol terdapat dalam keseimbangan dengan lingkungan dan tidak akan matang bila lingkungan tidak berubah. Beberapa inseptisol dapat diduga arah perkembangannya ke Ultisol, Alfisol atau tanah-tanah yang lain. Mineral liat yang dominan yaitu kaolinit (tipoe 1:1). Sifat mineral ini yaitu masing-masing unit melekat dengan unit lain oleh ikatan H, sehingga tidak mudah mengembang dan mengkerut. (Hardjowigeno, 1993).

Inseptisol terjadi pada semua jenis iklim dan mudah mengalami pencucian sehingga dapat kehilangan unsur hara dan merosotnya kandungan bahan organik. Kehilangan unsur hara secara berlebihan di daerah perakaran menyebabkan kemerosotan kesuburan tanah sehingga tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan produktivitas menjadi sangat rendah (Sarief, 1985).

Nitrogen (N)

Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan dibutuhkan

tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam dalan bentuk ion NH4+

(amonium) dan ion NO3- (nitrat). Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen merupakan yang

paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat

dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut tanaman dalam bentuk panenan setiap

musim cukup banyak (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Penggunaan pupuk nitrogen dalam tanah sebagian besar akan berpengaruh pada

(3)

-akan melepaskan H+ (persamaan reaksi nitrifikasi) sehingga akan menurunkan pH tanah.

Selain itu, NO3- merupakan faktor utama yang berhubungan dengan pencucian ion-ion

basa seperti Ca2+, Mg2+ dan K+. Ion nitrat dan basa-basa tersebut tercuci secara

bersama-sama, yang akhirnya akan meninggalkan tapak-tapak pertukaran di dalam tanah yang

bermuatan negatif. Selanjutnya tapak-tapak pertukaran tersebut diganti H+ yang dapat

menurunkan pH tanah. (Winarso, 2005)

Tanaman yang tumbuh harus mengandung N untuk membentuk sel-sel baru.

Fotosintesis menghasilkan karbohidrat dari CO2 dan H2O namun proses tersebut tak dapat

berlangsung untuk menghasilkan protein, asam nukleat, dan sebagainya bilamana N tidak

tersedia. Dengan demikian, jika terjadi kekurangan N yang hebat akan menghentikan

proses pertumbuhan dan reproduksi. Kekurangan N adalah salah satu penyebab tanaman

menjadi kerdil. Tanaman dapat menyerap N dalam jumlah berlebihan, terutama bila

beberapa faktor lainnya seperti fosfor, kalium atau suplai air tidak cukup. Pemberian P

dan K dalam dosis tinggi dapat menghindari sukulen dan penundaan pemasakan karena

kelebihan N. (Nyakpa, dkk, 1988)

Pupuk urea (CO(NH2)2) memiliki beberapa sifat penting, yaitu mudah larut dalam

air, kandungan N yang tinggi (46%), sangat higroskopis dan bekerjanya lambat. Bila

pupuk urea ditambahkan ke dalam tanah yang lembab, maka urea mengalami hidrolisis

dan berubah menjadi ammonium karbonat. Ammonium karbonat ini tidak seluruhnya

akan berubah menjadi ammonium, namun akan terurai menjadi amoniak dan akan

menguap ke udara. Pupuk N yang ditambahkan ke dalam tanah akan diserap akar dan

sebagian lagi akan dipakai jasad-jasad renik sebagai sumber makanannya. Namun N yang

dipakai jasad renik ini akan dibebaskan kembali ke dalam larutan tanah setelah

jasad-jasad renik ini mati dan mengalami dekomposisi. Peristiwa pengikatan N oleh jasad-jasad renik

(4)

Fosfor (P)

Fosfor (P) merupakan unsur hara esensial tanaman. Fungsi penting fosfor di

dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpangan

energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya.

Fosfor dapat meningkatkan kualitas buah, sayuran dan biji-bijian dan sangat penting

dalam pembentukan biji. Selain itu P sangat penting dalam transfer sifat-sifat menurun

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu mempercepat perkembangan

akar dan perkecambahan, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan

daya tahan terhadap penyakit yang akhirnya meningkatkan kualitas hasil panen

(Winarso, 2005).

Pada umumnya fosfor dalam tanah kebanyakan terdapat dalam bentuk yang tidak

tersedia bagi tanaman. Tanaman menyerap hara fosfor dalam bentuk ion orthofosfat yakni

H2PO4-, HPO42-, dan PO43- dimana jumlah dari masing-masing bentuk sangat bergantung

pada pH tanah. Pada tanah-tanah yang bereaksi masam lebih banyak dijumpai bentuk

H2PO4- dan pada tanah alkalis adalah bentuk PO43-. Pada tanah masam kelarutan daripada

unsur Al, Fe dan Mn sangat tinggi sehingga mereka cenderung mengikat ion-ion fosfat

menjadi fosfat tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Sedangkan pada tanah alkalis,

fosfat yang larut dapat berubah menjadi fosfat yang tidak larut, karena diikat oleh ion

kalsium. Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam organik seperti asam

sitrat, oksalat, tartarat, malat dan asam malonat. Asam organik tersebut menghasilkan

anion yang akan mengikat Al, Fe dan Ca. Dengan demikian diharapkan konsentrasi Al,,

Fe, dan Ca yang bebas dalam larutan tanah berkurang jumlahnya. (Nyakpa, dkk, 1988).

Salah satu pupuk fosfat adalah Superfosfat Triple (TSP). Pupuk ini dibuat dari

pengasaman batuan fosfat dengan H3PO4. Pupuk ini mempunyai rumus kimia

Ca(H2PO4)2, pupuk padat yang berbentuk butiran kasar, berwarna abu-abu dan termasuk

pupuk yang mudah larut dalam air. Kandungan hara pupuk ini sekitar 46-48% P2O5, tidak

(5)

P2O5 nya lebih rendah yakni 36% yang dikenal dengan nama SP 6 atau Superfosfat 36.

Sifat fisik dan kimiawi dari SP 36 tidak jauh berbeda dengan pupuk TSP

(Damanik, dkk, 2011).

Kalium (K)

Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor yang diserap

tanaman dalam bentuk ion K+. Ketersediaan kalium di dalam tanah sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu tipe koloid tanah, suhu, pH tanah dan pelapukan. Hubungan

antara pH tanah dengan jumlah K-dd adalah berlawanan. Ini dimaksud bahwa fiksasi

kalium terjadi pada pH tanah tinggi, sehingga pada pH tanah tersebut kalium dapat

dipertukarkan menjadi rendah. Ini dapat disebabkan dengan menambah pH tanah atau

menambah kalsium menyebabkan komplek adsorpsi jenuh dengan kalsium. Dengan

demikian, kalium akan lebih banyak diikat karena kalsium akan berikatan dengan Cl, jika

pupuk yang diberikan KCl, sehingga K-dd akan berkurang dalam tanah. Sebaliknya pada

pH rendah K-dd cukup tinggi karena fiksasi kalium relatif rendah. Atau mungkin

dikarenakan adanya montmorilonit yang membebaskan aluminium dari kisinya, sehingga

menyebabkan ruang antar lapisan akan merekah yang memungkinkan kalium bebas

keluar masuk (Nyakpa, dkk, 1988).

Fungsi utama dari kalium adalah kalium sangat vital dalam proses fotosintesis.

Apabila K defisiensi maka proses fotosintesis akan turun, tetapi respirasi tanaman akan

meningkat. Kejadian ini akan menyebabkan banyak karbohidrat yang ada dalam jaringan

tanaman tersebut digunakan untuk mendapatkan energi untuk aktifitasnya sehingga

pembentukan bagian-bagian tanaman akan berkurang sehingga pertumbuhan dan

produksi tanaman berkurang. Fungsi kalium yang lainnya adalah esensil dalam sintesis

protein, penting dalam pemecahan karbohidrat yaitu dalam proses pemberian energi bagi

tanaman, membantu dalam kesetimbangan ion tanaman, penting dalam translokasi

logam-logam berat seperti Fe, membantu dalam ketahanan terhadap penyakit dan iklim yang

(6)

60 sistem enzim yang mengatur reaksi-reaksi kecepatan pertumbuhan tanaman, dan

berpengaruh dalam efisiensi penggunaan air (Winarso, 2005).

Salah satu pupuk kalium adalah Muriate of Potash (MOP) dengan rumus kimia

KCl. Berbentuk kristal merah dan adapula yang berwarna putih kotor. Pupuk ini larut

dalam air. Bila dimasukkan dalam tanah pupuk ini akan terionisasi menjadi ion K+ dan

ion Cl-. Pupuk ini bereaksi asam lemah dan sedikit higroskopis Pemupukan hara nitrogen

dan fosfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah

(Damanik, dkk, 2011).

Kompos Ganggang Cokelat (Sargassum polycystum)

Indonesia yang memiliki garis pantai yang cukup panjang sehingga memiliki

potensi persebaran jenis ganggang cokelat. Salah satu jenis ganggang cokelat yang

banyak tumbuh di Indonesia adalah marga sargasum. Menurut Kadi (2005) di

perairan Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis algae sargassum dan yang

telah dikenal mencapai 12 jenis dan tumbuh sepanjang tahun.

Kompos rumput laut tampaknya menjadi teknologi yang memungkinkan, selain

itu juga mampu mengatasi masalah penting bagi lingkungan sekitar pantai, ini juga

memberi kontribusi dalam meningkatkan kesuburan tanah pada lahan pertanian yang

miskin mikroorganisme dan unsur hara. Di daerah yang kekurangan air seperti Patagonia,

penambahan kompos pada tanah lempung berpasir yang digunakan secara intensif untuk

pertanaman hortikultura terbukti baik sebagai amandemen yang meningkatkan sifat fisik

dan unsur hara tanah. Selain meningkatkan produksi tanaman kompos rumput laut juga

meningkatkan kapasitas tanah mengikat air dan ketahanan tanaman terhadap stress air

(Eyras, dkk, 1998).

Pada penelitian Mageswaran dan Sivasubramaniam (1984), analisis menunjukan

(7)

mg/kg bobot kering, hara K sekitar 39,3 g/kg bobot kering serta kandungan Ca dan Mg

yang masing – masing sekitar 3,15 dan 0,35 g/100g bobot.

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia

agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Yang perlu diperhatikan

dalam pembuatan kompos adalah:

1. Kelembaban timbunan bahan kompos: Kegiatan dan kehidupan mikroorganisme

sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering atau basah.

2. Aerasi timbunan: Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu

anaerob, maka mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja. Sedangkan, bila

terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunan bahan yang dikomposkan

sehingga menyebabkan hilangnya nitrogen relative banyak karena menguap berupa

NH3.

3. Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 60oC). Pada suhu yang

terlalu tinggi, mikrobia mati atau sedikit yang hidup. Untuk menurunkan temperatur,

umumnya dilakukan pembalikan timbunan bakal kompos.

4. Suasana: Proses pengomposan kebanyakan menghasilkan asam-asam organik,

sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan timbunan mempunyai dampak

netralisasi kemasaman atau dengan menambah bahan pengapuran yang sekaligus

menambah hara Ca, K, dan Mg.

5. Kualitas kompos: Untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas kompos, timbunan

diberi pupuk yang mengandung hara, terutama P. Perkembangan mikrobia yang

Referensi

Dokumen terkait

Program ini merupakan program yang bersifat terminal dalam rangka peningkatan wawasan dan keterampilan guru-guru PKn yang mengajar di SMP dan SMA di Kecamaan Kintamani

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu program Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yang memberikan rangsangan awal di- mulai pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara dini,

Selain dari soal takaran kualitas demokrasi tadi, yang lebih penting didalami adalah soal keindonesiaan seperti apa yang terbayang dalam partisipasi politik menggunakan meme

TARGET KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF.. DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI KABUPATEN

dengan masyarakat. 1) Komunikasi level atas ( Rabtah pejabat pemerintah) Kunjungan jemaat Ahmadiyah kepada pejabat pemerintah sebagai level atas dilakukan untuk dua

4) Nilai budaya merupakan sesuatu yang menjadi sebuah kebiasaan dilingkungan masyarakat tertentu yang dilakukan sejak dahulu kala dan masih dipertahankan hingga saat ini. Sama

12 Berpijak pada pengertian tentang pelanggaran dan pengertian lalu lintas diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja secara simultan dan