• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Perkoperasian Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kondisi Perkoperasian Di Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kondisi Perkoperasian Di Indonesia

Perkembangan dunia saat ini telah memasuki sebuah era baru dalam berbagai bidang dan sendi kehidupan masyarakat dunia. Perkembangan yang bisa kita sebut sebagai era globalisasi, pada era ini semakin hilanglah batasan dan semakin terbukanya masyarakat untuk mendapatkan informasi. Salah satu ciri dari era globalisasi ini adalah munculnya istilah perdagangan bebas, dimana masing-masing individu dipermudah dalam hal melakukan hubungan dagang antara satu sama lain tanpa adanya batasan atau halangan yang berarti. Berbagai kesepakatan, jalinan kerjasama, perjanjian multilateral berbagai kelompok negara maju dan berkembang, penyatuan mata uang dan lain-lain merupakan suatu wujud dari lintas batas geografis-regional menuju pada kepentingan ekonomi internasional yang tak terhindarkan. Hal ini bisa kita lihat bahwa saat ini tidak ada satu negara pun yang dapat berdiri sendiri dan tidak menerima imbas dari era globalisasi, baik imbas positif ataupun negatif. Disini kita bisa mellihat bagaimana negara kita menghadapi tantangan kedepan dari imbas globalisasi.

(2)

A. Perkembangan Koperasi Di Indonesia Sebelum kemerdekaan

Pada awal 1896, seorang patih praja bernama R.Aria Atmadja di Purwekerto merintis pendirian suatu bank simpanan (hulp end spaarbank) untuk menolong para pegawai negeri (kaum priyayi) yang terjerat hutang dari kaum lintah darat. Bank tidak hanya membantu pegawai negeri saja, tetapi juga petani dan pedagang kecil.

Bersamaan dengan lahirnya kebangkitan nasional, antara tahun 1908-1913, Boedi Utomo mencoba memajukan koperasi-koperasi rumah tangga, koperasi toko yang kemudian menjadi koperasi konsumsi yang dalam perkembangannya kemudian menjadi koperasi batik. Gerakan Boedi Utomo pada tahun 1908 dan dibantu oleh serikat islam melahirkan koperasi pertama kali di Indonesia.

Pada tahun 1915 itulah lahir Undang-Undang Koperasi yang pertama kali di negara jajahan Hindia Belanda, yang disebut sebagai verordening op de cooperative verenegingen. Undang-Undang ini korkondan dengan Undang-Undang Koperasi Belanda tahun 1876 dan Undang-Undang Koperasi Tahun 1915, ini berlaku bagi semua golongan rakyat pada waktu itu.

Undang-Undang Koperasi Tahun 1915 kemudian mendapat tantangan keras dari pemuka masyarakat Indonesia, khususnya dari kaum gerakan nasional. Akhirnya pada tahun 1920, pemerintah Belanda membentuk suatu komisi atau panitia koperasi atas desakan pemuka masyarakat. Komisi ini bertugas untuk;

 Mempelajari apakah bentuk koperasi itu sesuai dengan kondisi Indonesia atau tidak  Mempelajari dan menyiapkan cara-cara mengembangkan koperasi, jika koperasi

dipandang cocok untuk rakyat Indonesia

 Menyiapkan Undang_undang Koperasi yang sesuai dengan kondisi Indonesia

(3)

Dengan keluarnya UU Koperasi tahun 1927, koperasi di Indonesia mulai bangkit dan berkembang lagi. Adapun yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan koperasi pada waktu itu adalah sebagai berikut.

 Adanya UU Koperasi tahun 1927 yang diperuntukkan khusus bagi golongan boemi poetra

 Adanya jawatan koperasi yang dibentuk sejak tahun 1930 pimpinan Prof. H.J Boeke di lingkungan Departemen Dalam Negeri

Pada tahun 1935 jawatan koperasi dipindahkan dari Departemen Dalam Negeri ke Departemen Ekonomi karena banyaknya kegiatan dibidang ekonomi dan dirasa bahwa koperasi lebih sesuai berada di bawah Departemen Ekonomi.

Pada tahun 1937 dibentuk koperasi-koperasi simpan pinjam dengan bantuan modal dari pemerintah.koperasi ini, bertugas untuk membantu petani agar lepas dari hutang, terutama kaum tani yang tidak dapat lepas dari cengkeraman kaum pengijon dan lintah darat.

Pada tahun 1939 jawatan koperasi diperluas ruang lingkupnya menjadi jawatan koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri. Ini disebabkan karena koperasi belum mampu untuk mandiri, sehingga pemerintah penjajah menaruh perhatian dengan memberikan bimbingan, penyuluhan dan pengarahan tentang bagaimana cara koperasi dapat memperoleh barang dan memasarkan hasilnya. Perhatian tersebut dimaksudkan agar koperasi mampu bangkit dan berkembang serta mampu mengatasi dirinya sendiri.

B. Perkembangan Koperasi Di Indonesia Setelah kemerdekaan

Sejak diproklamirkan kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian UUD 1945 disahkan, maka timbul semangat baru untuk menggerakkan koperasi. Koperasi sudah mnedapat landasan hukum yang kuat di dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya.

(4)

Dengan keluarnya UU No. 12 athun 1967 ini, koperasi-koperasi yang ada pada waktu itu mulai diterbitkan. Pada akhir tahun 1967 jumlah koperasi telah mencapai 64.000 buah, di mana dari jumlah tersebut hanya 45.000 yang berbadan hukum. Dengan adanya penertiban, maka pada akhir tahun 1968 jumlah koperasi yang ada tinggal 15.000 buah dan koperasi ini telah sesuai dengan ketentuan UU No.12 Tahun 1967.

Dalam tahap pembangunan lima tahun pertama, pemerintah telah mendirikan

Pusat latihan penataran koperasi (pulatpenkop) di Jakarta

Balai latihan perkoperasian (balatkop) di setiap propinsi, sebagai tempat pendidikan dan latihan keterampilan bagi para anggota koperasi, pengurus, badan pemeriksa, manajer koperasi, karyawan dan bahkan terhadap calon-calon anggota koperasi

Lembaga jaminan kredit koperasi (LJKK) di Jakarta, dengan kegiatan tiap-tiap propinsi dalam membantu permodalan koperasi dengan cara menjadi penjamin koperasi-koperasi atas pinjaman yang diperoleh koperasi-koperasi tersebut dari bank pemerintah, LJKK dalam memberikan jaminan kepada koperasi didasarkan atas penelitian dan penilaian tentang hal-hal berikut ini.

- Bonafiditas koperasi yang bersangkutan termasuk hal-hal yang menyangkut manajemen

- Organisasi koperasi yang bersangkutan

- Prospek usaha yang dibiayi dengan modal pinjaman

Badan usaha unit desa/koperasi unit desa (BUUD/KUD)

Pada awalnya, BUUD / KUD ini merupakan pernyatuan (amalgamasi) dari koperasi-koperasi kecil yang demikian banyaknya pada akhir tahun 1967, menjadi koperasi-koperasi yang dapat bekerja dalam skala yang lebih besar.

(5)

koperasi-koperasi pertanian, koperasi-koperasi yang terdapat di dalam wilayah unit desa tersebut.

Selanjutnya pada tahun 1978 pemerintah mengeluarkan Inpres No. 2 Tahun 1978 tentang BUUD / KUD. Maka sejak saat itu, BUUD yang semula merupakan bentuk antara dilebur menjadi KUD, dipisahkan dari struktur BUUD. BUUD tidak lagi merupakan lembaga ekonomi yang berbentuk koperasi seperti diatur dalam Inpres No. 4 Tahun 1973, tetapi berfungsi sebagai lembaga pembimbing, pendorong dan pelopor pengembangan serta pembinaan KUD. BUUD dibentuk berdasarkan adanya KUD, mempunyai wilayah kerja yang sama juga dengan wilayah KUD yaitu meliputi beberapa desa dalam satu kecamatan.

C. Kondisi Koperasi Di Indonesia

Pada dasarnya lembaga koperasi sejak pertama kali diperkenalkan di Indonesia memang sudah diarahkan untuk berpihak kepeda kepentingan ekonomi rakyat yang dikenal sebagai golongan ekonomi lemah. Strata ini biasanya berasal dari kelompok masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong) dan beberapa esensi moral lainnya. Banyak orang yang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi hanya sebagian kecil dari populasi bangsa Indonesia yang mampu berkoperasi secara benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu memperoleh tempat tersendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.

(6)

jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 2010 mengalami peningkatan. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per-Desember 2010, sebanyak 124.855 unit. Hingga tahun 2013 tercatat 203.701 koperasi, tetapi yang aktif mencapai 143.117, sedangkan yang mengikuti rapat tahunan anggota (RAT) hanya 67.672 koperasi saja. Data terakhir tahun 2014 ada 200.458 koperasi dengan jumlah anggota 36.443.953 orang akan tetapi yang aktif 147.249 unit dan yang tidak aktif sebesar 62.239 unit.

Namun uniknya, kualitas perkembangan koperasi selalu menjadi bahan perdebatan, karena tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan generiknya. Begitu pula secara makro, pertanyaan yang paling mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Sedangkan secara mikro pertanyaan yang mendasar berkaitan dengan kontribusi koperasi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya. Menurut Merza (2006), dari segi kualitas, keberadaan koperasi masih perlu upaya yang sungguh-sungguh untuk ditingkatkan, mengikuti tuntutan lingkungan dunia usaha dan lingkungan kehidupan dan kesejahteraan para anggotanya. Pangsa koperasi dalam berbagai kegiatan ekonomi masih relatif kecil dan ketergantungan koperasi terhadap bantuan dari pihak luar terutama pemerintah, masih sangat besar dan juga lembaga gerakan ekonomi rakyat ternyata tidak berkembang baik seperti di negara-negara maju. Jadi dalam kata lain, di Indonesia setelah lebih dari 50 tahun keberadaannya, lembaga yang namanya koperasi diharapkan menjadi pilar atau soko guru perekonomian nasional. Oleh karena itu tidak heran kenapa peran koperasi di dalam perekonomian Indonesia masih sering dipertanyakan dan selalu menjadi bahan perdebatan karena tidak jarang koperasi dimanfaatkan di luar kepentingan generiknya.

(7)

dalam penjelasan Undang-Undang Dasar. Dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran bagaimana harus mengembangkan koperasi (Soetrisno, 2003).

Koperasi sebagai salah satu unit ekonomi yang didasarkan atas asa kekeluargaan dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, di Indonesia maupun dunia. Eksistensi koperasi sejak zaman dahulu telah banyak berperan dalam pembangunan Indonesia.

Di Indonesia koperasi menjadi salah satu unit ekonomi yang mempunyai peran besar dalam memakmurkan negara sejak zaman penjajahan hingga sekarang. Walaupun di Indonesia perkembangan koperasi maju, namun tidak sepesat perkembangan koperasi di negara-negara maju. Ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu;

1. Gambaran koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak masyarakat Indonesia sehingga menjadi salah satu penghambat dalam pengenbangan koperasi menjadi unit ekonomi yang lebih besar, maju dan memiliki daya saing dngan perusahaan-perusahaan yang besar.

2. Perkembangan koperasi Indonesia yang berkembang bukan dari kesadaran masyarakat namun berasal dari dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke masyarakat, berbeda dari Negara-negara maju, koperasi berkembang berdasarkan kesadaran masyarakat untuk saling membantu dan mensejahterakan yang merupakan dari tujuan koperasi. Sehingga pemerintah tinggal menjadi pendukung dan pelindung saja, berbeda dengan Indonesia, pemerintah bekerja double, yaitu sebagai mendukung dan mensosialisasikan kepada masyarakat.

(8)

4. Manajemen koperasi yang belum professional, ini banyak terjadi pada koperasi-koperasi yang anggota dan pengurusnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. 5. Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan mengapa koperasi

Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah melalui dana-dana segar tanpa pengawasan terhadap bantuan tersebut, sifat bantuannya tidak wajib dikembalikan, sehingga koperasi bersifat mannja dan tidak mandiri.

Oleh karena itu kita harus berperan aktif dalam pengembangan koperasi di negara ini, salah satunya dengan ikut serta dalam koperasi. Dalam proses pembangunan ekonomi, kita menyadari kerap terjadi sektor-sektor yang terpinggirkan atau terlupakan, baik oleh para pelaku ekonomi maupun para pengambil kebijakan. Biasanya yang terpinggirkan ini adalah mereka yang bergerak di usaha kecil, mikro, menengah, dan beberapa jenis badan usaha yng kurang mendapat arah, seperi koperasi. Padahal, usaha kecil tidak pernah mempersoalkan kenapa mereka menjadi kecil. Mereka memahami adanya perbedaan kemakmuran, besar-kecil, sebagai bagian yan tidak terhindarkan dalam sistem ekonomi seperti yang kita alami saat ini. Namun persoalannya bukanlah pada lebih atau kurang, tapi lebih kepada sebuah etos; jangan mengambil segalanya sehingga tidak tertinggal apapun bagi orang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Dan untuk larutan baking powder yang dicampur dengan air limbah tahu jumlah kap yang diperlukan untuk menghidupkan untuk menghidupkan lampu led yaitu lebi dari 10 kap hal

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang baik dengan pelanggan tidak dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan

4. Teatralizuoti pasakojimai apie Adventą­ Kūčias - Kalėdas senojoje Lietuvoje ir dabar. Įgyvendindami „Rėdos rato" tradicijas, bū­ simi pedagogai peržengia savo

“Om Swastyastu.” Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat dan anugrah-Nya sehingga

Oleh karena itu, ruang semadi yang berada di ruang belakang dalam kelenteng merupakan pusat kegiatan sembahyang dan merupakan bagian ruang yang terpenting, sedangkan ruang depan –

Maka dari itu alasan Peneliti memilih judul tentang Nasi Boran dan identitas masyarakat yang mengambil tentang studi tradisi jualan di Dusun Kautan, Desa Sumberejo, Kecamatan

Dari skala 1 sampai 4, hasil persepsi ; responden pada indikator Transparansi Biaya ini menunjukkan hasil pada index 3,23; Indeks dapat diartikan bahwa kinerja Satuan

Pengetahuan produk sangat penting, namun pengetahuan akan berkomunikasi yang baik juga tidak kalah penting yang harus dimiliki oleh EBC Manulife Indonesia yang