• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalam (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalam (1)"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT.Adira Quantum Multifinance Cabang Makassar

Ardiansyah1,Herman Sjahruddin2,Muh. Hamzah Idris3

1,2,3(Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar, STIE YPBUP Bongaya)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Adira Quantum Multifinance Cabang makassar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 51 karyawan. Hasil analisis regresi simultan, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Pengaruh dominan ditunjukkan pada tingkat pendidikan.

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, Prestasi Kerja I. Latar Belakang

Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan dalam melaksanakan tugas - tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Seorang karyawan yang memiliki prestasi yang baik dan mampu mencapai target yang ditetapkan perusahaan pasti akan memperoleh imbalan yang sesuai dari perusahaan. Adapun imbalan yang akan diperoleh karyawan dari hasil kerja yang mampu mencapai target adalah berupa gaji dan insentif. Bagi perusahaan, prestasi kerja karyawan merupakan salah satu penentu keberhasilan organisasi dalam menjalankan bisnisnya. (Mangkunegara, 2004).

Pengukuran/Indikator yang digunakan dalam mengukur prestasi kerja meliputi; (1) Kecepatan dalam pekerjaan, (2) Keberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan, 3) Kualitas kerja yang dihasilkan (4) Bekerja dengan rekan kerja, (5) Kecekatan mental. (Rofi,2012). Upaya untuk memaksimalkan kualitas SDM dapat

dimulai dari pemilihan tenaga kerja yang berpengalaman dengan tingkat pendidikan yang sesuai dalam bekerja, penjabaran fungsi pengembangan tenaga kerja, dan sumber daya manusia yang dimiliki organisasi harus memperhatikan tingkat pendidikan dan pengalaman kerja dengan sebaik-baiknya, dengan adanya SDM yang baik maka akan terciptalah kinerja yang tinggi. (Nitisemito, 2006 : 62).

Tingkat pendidikan pada dasarnya mengulas hal tingkat-tingkat atau jenjang-jenjang pendidikan yang terdapat pada pendidikan formal. Tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman pengajaran. (UU RI No. 20, 2003;

dalam Tarigan, 2006).

(2)

individu, (3) pengetahuan, sehingga dapat dinyatakan bahwa tinggi rendahnya kinerja karyawan sangat dipengaruhi tingkat pendidikan yang dimilikinya,selain tingkat pendidikan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah pengalaman kerja. Pengalaman kerja adalah suatu dasar atau acuan seorang karyawan dapat menempatkan diri secara tepat kondisi, berani mengambil resiko, mampu menghadapi tantangan dengan penuh tanggung jawab serta mampu berkomunikasi dengan baik terhadap berbagai pihak untuk tetap menjaga produktivitas, kinerja dan menghasilkan individu yang kompeten dalam bidangnya (Sutrisno, 2009:158). Pengukuran yang digunakan untuk mengukur pengalaman kerja, diukur melalui : (1) Lama waktu/ masa kerja, (2)Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, dan (3) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. (Foster, 2001 : 43; dalam Lamia,2013).

Bukti empiris yang menunjukkan adanya pengaruh antara variable tingkat pendidikan terhadap prestasi kerja ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan Ninggrum (2013) memberikan bukti bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, bukti penelitian tersebut didukung penelitian yang dilakukan Mahamit (2013) yang menyatakan bahwa

Tingkat Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pegawai. Hasil penelitian yang dikemukakan kedua peneliti tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Putra (2013) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap prestasi kerja karyawan. Kausalitas lainnya berdasarkan penelitian terdahulu di tunjukkan dalam penelitian yang dilakukan Rofi (2012) bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan

PT. Adira Quantum Multifinance Cabang makassar merupakan salah satu perusahaan pembiayaan, berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui bagwa persentase pendapatan perusahaan pada bulan maret-april perubahan pendapatan perusahaan menurun sebesar 0,4%, kemudian untuk bulan april-mei terjadi penurunan yang signifikan,perubahan sebesar 6,82%, dan di bulan mei-juni sebesar 0,34%, dan pada bulan juni-juli presentase kenaikan rendah sebesar 2,49%. Berdasarkan data tersebut maka dapat dinyatakan bahwa pendapatan perusahaan (kinerja) mengalami perubahan yang berarti, kondisi tersebut mendasari penelitian ini untuk menganalisis kinerja karyawan sebagai cerminan dari kinerja perusahaan

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Konsep Prestasi Kerja Karyawan

Prestasi kerja berperan sebagai umpan balik dari berbagai hal seperti kemampuan, keletihan,

(3)

penting arti dan perananannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan, dan berbagai aspek lain dari keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia secara efektif (Rofi,2012)

Berdasarkan prestasi kerja pegawai, maka dapat mengetahui dengan lebih jelas tentang kemampuan dari pegawai tersebut dan dapat digunakan untuk penentuan kebijaksanaan manajemen di masa yang akan datang baik mengenai masalah promosi, alih tugas, alih wilayah dan lain – lainya (Rofi, 2012). Umumnya orang percaya, bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor (Steers, 1984; dalam Sutrisno, 2009 : 165), yaitu : Kemampuan, perangai, dan minat seorang pekerja, Kejelasan dan Penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja, dan Tingkat Motivasi kerja (Sutrisno, 2009 : 165 dalam Rofi,2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja, yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. (Byrs dan Rue, 1984; dalam Sutrisno, 2009 : 165). Faktor-faktor Individu yang dimaksud adalah : (1) Usaha (effort), yang menunjukkan sejumlah sinergi fisik dan mental yang digunakan dalam menyelenggarakan gerkan tugas, (2) Abilities, yaitu sifatsifat personal yang diperlukan untuk melaksankan suatu tugas, dan (3) Role /Task Perception,yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa perlu oleh individu untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan. Sedangkan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi kerja adalah; Kondisi fisik, Peralatan, Waktu, Material, Pendidikan, Supervisi, Desain organisasi, Pelatihan, dan Keberuntungan. Faktor-faktor lingkungan ini tidak langsung menentukan prestasi kerja seseorang, tetapi memengaruhi faktor-faktor individu. Prestasi kerja merupakan hasil dari gabungan variabel individual dan variabel fisik dan pekerjaan serta variabel organisasi dan social. (Cormick dan Tiffin, 1974; dalam Rofi, 2012 ).

2.2. Konsep Tingkat Pendidikan Undang-Undang Dasar 1945 dengan tegas telah mengatur pentingnya pendidikan bagi warga negara Republik Indonesia. UUD 1945 Pasal 31 a berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran” sedangkan Pasal 31 b

berbunyi: “Pemerintah

mengusahakan dan

(4)

pengetahuan atau wawasan, atau mengem-bangkan sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan. (b) Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis, dan intensional, di-bantu oleh metode dan teknik ilmiah, diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu.

Pendidikan bertujuan untuk menciptakan integritas atau kesempurnaan pribadi. Integritas itu menyangkut jasmaniah, intelektual, emosional, dan etis (Djumramsjah, 2004, dalam Tarigan,2006). Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini berarti tujuan pendidikan itu sangat luas karena menyangkut perbaikan sikap dan perilaku anak didik. Manfaatnya terkait dengan seluruh kehidupan manusia itu sendiri baik sebagai pribadi mau-pun sebagai anggota masyarakat. Namun salah satu manfaat yang tidak dapat diabaikan adalah adanya harapan bahwa peningkatan pendidikan akan menghasilkan peningkatan pendapatan di kemudian hari (Sagir, 1989, dalam Tarigan,2006).

2.3. Konsep Pengalaman Kerja Pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis, perlu mendapatkan pertimbangan dalam penempatan tenaga kerja. Kenyataan menunjukkan makin lama tenaga kerja bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan. Sebaliknya, makin singkat masa kerja, makin sedikit pengalaman yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja. Sebaliknya, terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki makin rendah. Pengalaman bekerja yang dimiliki seseorang, kadang – kadang lebih dihargai dari pada tingkat pendidikan yang menjulang tinggi. Pengalaman kerja adalah sesuatu kemampuan yang dimiliki para karyawan dalam menjalankan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya (Nitisemito, 2000: 86; dalam Rofi, 2012). Terdapat berbagai macam tujuan seseorang dalam memperoleh pengalaman kerja. Adapun tujuan dari pengalaman kerja adalah sebagai beriku (Nitisemito, 2000: 65; dalam Rofi, 2012) : (1) Mendapat rekan kerja sebanyak mungkin dan menambah pengalaman kerja dalam berbagai bidang. (2) Mencegah dan mengurangi persaingan kerja yang sering muncul dikalangan tenaga kerja

III. Metode Penelitian

Unit analisis yang digunakan dalam studi ini adalah karyawan yang memberikan tanggapanya dalam bentuk persepsi yang kemudian di kuantitatifkan sehingga data yang diolah adalah data

(5)

(Sugiyono, 2011:15). Teknik Penarikan sampel menggunakan penentuan ukuran sampel berdasarkan rumus Solvin (Umar,2004) dengan jumlah populasi sebesar 103 karyawan, pada

tingkat presisi sebesar 10%, maka diperoleh besaran sampel sebanyak 51 orang karyawan

IV. Hasil Penelitian

4.1. Karakteristik Responden Tabel I. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Frekuensi

(Orang) Presentase

Jenis Kelamin

1. laki-laki 30 59%

2. perempuan 21 41%

Jumlah 51 100%

Pendidikan terakhir

1. D1-D3 15 29%

2. S1 35 69%

3. S2 1 2%

4. S3 -

-Jumlah 51 100%

Usia

1.≤20 Thn 1 2%

2. 21-25 Thn 14 28%

3. 26-30 Thn 26 51%

4.≥30 Thn 10 19%

Jumlah 51 100%

Masa Kerja

1.≤1 Thn 20 40%

2. ± 5 Thn 17 33%

3. ± 10 Thn 13 25%

4.≥15 Thn 1 2%

Jumlah 51 100%

Sumber: Data Primer (diolah, 2014) Tabel tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin yang lebih dominan menjadi responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin pria sebanyak 30 orang dengan presentase sebesar 59% dan sisanya adalah responden wanita sebanyak 21 orang dengan presentase sebesar 41%. Jumlah responden pria yang lebih banyak dibandingkan responden wanita

(6)

orang dengan presentase 29%. Karyawan dengan tingkat pendidikan strata dua berjumlah 1 orang dengan presentase 2%. Karyawan dengan umur 26-30 lebih dominan, yaitu sebanyak 26 orang dengan presentase sebanyak 51% hal ini disebabkan karena memiliki lebih banyak pengalaman kerja dan dapat bekerja lebih efektif. Sedangkan karyawan dengan umur dibawah 20 tahun hanya 1 orang dengan presentase 2%, umur 21-25 sebanyak

14 orang denga presentase 28%, karyawan dengan umur di atas 30 tahun sebanyak 10 orang dengan presentase 19%. Karyawan dengan masa kerja di bawah 1 tahun lebih dominan yaitu sebanyak 20 orang dengan presentase 40% hal ini disebabkan karena banyaknya karyawan yang sering keluar dan masuk, sedangkan karyawan dengan masa kerja 15 tahun hanya 1 orang, hal ini disebabkan karena kurangnya minat karyawan untuk bertahan. 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Tabel II. Hasil uji Instrumen

Indikator Penelitian Koefisien

Korelasi (r)

Cronbach's

Alpha Sig.

Hasil dari pendidikan 0.711

0.653

0,000

Karakteristik individu 0.771 0,000

Pengetahuan 0.827 0,000

Lama waktu/masa kerja 0.626

0.867

0,000 Tingkat pengetahuan dan

keterampilan 0.486

0,000

Penguasaan terhadap

pekerjaan dan peralatan 0.580

0,000

Kecepatan dalam

pekerjaan 0.747

0.804

0,000

Keberhasilan dalam

menyelesaikan pekerjaan 0.607

0,000

Kualitas kerja yang

dihasilkan 0.508

0,000

Bekerja dengan rekan

kerja 0.565

0,000

Kecekatan mental 0.518 0,000

Sumber: Output SPSS (diolah, 2014) Tabel tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan variabel dinyatakan valid, nilai korelasi product moment pearson ditiap indikator pernyataan yang lebih besar dari koefisien korelasi (r-hitung) yaitu 0,30 (Sugiyono, 2009), selanjutnya seluruh variabel menunjukkan nilai Cronbach Alpha

(7)

4.3. Uji Asumsi Klasik 4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakanOne

Sample Kolmogorov-Smirnov Test, pada taraf signifikan 0,05 atau 5%. Jika signifikan yang di-hasilkan > 0,05 maka distribusi datanya dikatakan normal.

Tabel III. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 51

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .11171044

Most Extreme Differences

Absolute .100

Positive .100

Negative -.060

Kolmogorov-Smirnov Z .714

Asymp. Sig. (2-tailed) .687

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS (diolah, 2014) Tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil uji normalitas menyatakan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,714 dengan nilai signifikan 0,687. Berdasarkan hasil tersebut maka data yang digunakan dalam penelitian dinyatakan berdistribusi normal.

4.3.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang digunakan memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance lebih dari 10% (0,1). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas pada variabel yang digunakan.

Tabel IV. Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Output SPSS (diolah, 2014)

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

.687 1.456

(8)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena memiliki nilai VIF sebesar 1,000 < 10, dan nilai tolerance

sebesar 1,000 > 0,1, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas pada variabel yang digunakan.

4.4. Hasil Analisis Regresi Partial

Tabel V. Hasil Analisis Regresi Linier Partial

Variabel Penelitian Koefisien Regresi thitung Sig.

Konstanta 0.035 0.170 0.866

tingkat pendidikan 0.159 3.452 0.001

pengalaman kerja 0.807 13.897 0.000

Tabel V. Hasil Analisis Regresi Linier Partial (Lanjutan)

Adjusted R Square = 0.882 F Sig = 0,000

hitung = 188.381 Sumber : Output SPSS (diolah, 2014)

4.4.1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Tingkat pendidikan (X1) menurut tanggapan responden merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan karyawan, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pendidikan yaitu (1) hasil dari pendidikan ,(2) Karakteristik individu dan (3) pengetahuan. Hasil uji t (uji parsial) pada Tabel 4.15 menunjukkan bahwa t-hitung t-tabel dimana nilai t-hitung untuk variabel tingkat pendidikan (X1) sebesar 3.452 sedangkan nilai t-tabel sebesar 2.407, maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha bahwa tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan.

Faktor yang mendukung signifikannya hasil penelitian tersebut ditunjukkan pada Berdasarkan Tabel 4.2 dapat

(9)

penyuluhan maupun pelatihan (diklat) kepada para karyawan yang bersangkutan. Bukti tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan Mahamit (2013) bahwa faktor yang mendasari signifikannya variabel tingkat pendidikan terhadap prestasi kerja karyawan yang di teliti Mahamit (2013) disebabkan karena kesesuaian tingkat pendidikan terhadap

pekerjaan mempunyai

pertimbangan yang sama yaitu : (1) hasil dari pendidikan, (2) Karakteristik individu dan (3) pengetahuan.

4.4.2. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

Pengalaman kerja (X2) menurut tanggapan responden merupakan tingkat penguasaan terhadap pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman kerja yaitu (1) Lama waktu/ masa kerja, (2) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, dan (3) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Hasil uji t (uji parsial) menunjukkan bahwat-hitungt-tabel, dimana nilai t-hitung variable pengalaman kerja (X2) sebesar 13.897 sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,682 maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha bahwa secara parsial pengalaman kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Faktor yang mendukung signifikannya kausalitas tersebut, dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki (X22) memiliki nilai rata-rata tertinggi (4,24), dalam menjelaskan

variabel pengalaman kerja (X), dan indikator yang memiliki nilai rata-rata terendah adalah indikator penguasaan terhadap pekerjaan dan keterampilan yang dimiliki (X23) nilai rata-rata sebesar (4.08).

Nilai rata-rata tertinggi (4,24) indikator tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki disebabkan karena semakin tinggi tingkat pengetahuan dan keterampilan seorang karyawan maka dia mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan perusahaan. Sedangkan untuk nilai rata-rata terendah indikator penguasaan terhadap pekerjaan dan keterampilan yang dimiliki yaitu sebesar (4.00) disebabkan karena tidak semua karyawan mampu menguasai pekerjaan dan peralatan yang seorang karyawan kerjakan. berdasarkan temuan tersebut disarankan untuk perusahaan tersebut perlu meningkatkan pengalaman kerja untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Untuk meningkatkan pengalaman kerja Karyawan maka jalan keluar yang baik yaitu memberikan penyuluhan maupun pelatihan (diklat) kepada para karyawan yang bersangkutan.

Bukti tersebut mendukung temuan Rofi (2012) yang membuktikan bahwa pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena nilai r-hitung lebih besar dari r -tabelyaitu 5,278 > 1,684.

(10)

pekerjaan yang diberikan kepadanya. Tinggi rendahnya prestasi kerja karyawan dipengaruhi: (1) Kecepatan dalam pekerjaan, (2) Keberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan, 3) Kualitas kerja yang dihasilkan (4) Bekerja dengan rekan kerja, (5) Kecekatan mental. Penentuan variabel yang dominan pengaruhnya terhadap prestasi kerja karyawan (Y) dapat dilihat berdasarkan besarnya nilai t-hitung dari setiap variabel tingkat pendidikan (X1) dan pengalaman kerja (X2). Dimana t-hitung variable tingkat pendidikan (X1) sebesar 3.452 dengan tingkat signifikan sebesar 0.001, sedangkan t-hitung variable pengalaman kerja (X2) sebesar 13.897 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000, yang artinya bahwa variable pengalaman kerja (X2) lebih dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan (Y).

V. Kesimpulan

Tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Artinya, semakin tinggi nilai tingkat pendidikan karyawan, semakin tinggi pula nilai prestasi kerja karyawan. Hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa nilai ℎ untuk variabel tingkat pendidikan (X1) sebesar 2.444 sedangkan nilai t-tabel sebesar 2.407, maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini menolak Ho dan

menerima Ha bahwa tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Pengalaman kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Artinya semakin tinggi nilai pengalaman kerja, semakin tinggi pula nilai prestasi kerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dimana nilai t-hitungpengalaman kerja (X2) sebesar 4.482 sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,682 maka dapat dinyatakan bahwa penelitian ini menolak Ho dan menerima Ha bahwa secara parsial pengalaman kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Variabel dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja ditunjukkan pada pengalaman kerja (X2). Untuk meningkatkan pendidikan karyawan dapat dilakukan dengan penguasan pekerjaan pada suatu bidang tugas/pekerjaan tertentu, dengan memperhatikan faktor hasil dari pendidikannya, karakteristik individu dan, pengetahuannya, sehingga karyawan dapat lebih

mudah melaksanakan

tugas/pekerjaannya guna mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Kemudian untuk meningkatkan pengalaman kerja dapat dilakukan

dengan mengoptimalkan

penyelesaian pekerjaan/tugas yang diberikan.

Daftar Pustaka

Lamia, Karof Alfentino. (2013), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Nelayan

(11)

Mahamit, Rendry. (2013). Tingkat Pendidikan, Pelatihan Dan

Kepuasan Kerja

Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pegawai Di Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA Vol.1 No.4,pp. 936 – 945

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia, Perusahaan.

Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ningrum Widhayu, dkk, (2013). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Joint Operating Body Pertamina-PertoChina East Java. Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). 6 (2). 1-8

Nitisemito, Alex. S. (2006). Manajemen sumber daya manusia dan Organisasi, Jakarta. Bumi Aksara

Putra Gede, Gandi Pratama. (2010). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Prestasi

Kerja Karyawan Bagian Fixed Phone pada PT. Tekom Tbk. Denpasar. Jurnal Ekonomi Universitas Udayana, Bali. 751.

Rofi, Ahmad Nur. (2012). Pengaruh Disiplin Kerja Dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Departemen Produksi Pt. Leo Agung Raya Semarang. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan. 3 (1). 1 – 21.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV Alfabeta.

Sutrisno Edy, (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta.Kencana,

Tarigan, Robinson. (2004). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta. Bumi Aksara

Gambar

Tabel tersebut menunjukkanjeniskelaminyanglebih
Tabel tersebut menunjukkankeseluruhanvalid,nilai
Tabel IV. Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel tersebut menunjukkanbahwa tidak terjadi multikolinearitas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 3 menunjukkan bahwa t hitung kualitas pelayanan (X1) sebesar 2,787, nilai t tabel sebesar 1,984 sehingga hasil yang didapatkan t

Apabila mahasiswa tsb ditetapkan dalam status Orang Dalam Pengawasan (ODP) oleh fasyankes dan diminta untuk kembali ke kampus, maka mahasiswa tersebut kembali ke kamar

Laporan tesis yang berjudul : “Uji performansi gasifikasi biomassa pada proses sterilisasi berbahan bakar limbah media tanam jamur merang” ini disusun sebagai

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka pemberian kombinasi metformin dan ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata) pada mencit jantan (Mus musculus)

Prosedur permodelan sistem dinamik diperlukan dalam mengabstraksikan dunia nyata dalam model analisis pengkajian resiko (APR) yang lebih sederhana, sehingga model yang

a) Nama pekerjaan : pembuatan terumbu karang buatan (TKB) sebanyak 20 unit untuk rehabilitasi sumberdaya kelautan dan perikanan. b) Lokasi pekerjaan di kawasan

Berdasarkan data dari 14 probandus laki-laki warga Desa Adat Panglipuran didapatkan karakteristik land- mark wajah rata-rata bidang frontal berbentuk ellips,

Uji T diperoleh nilai t hitung untuk variabel Brand image (X1) dengan t hitung sebesar 10,378 &gt; t tabel 1,966 dengan tingkat signifkansi sebesar 0,000 &lt; 0,05 Hasil