• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 1. Hutang - Pengaruh Hutang Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 1. Hutang - Pengaruh Hutang Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 1. Hutang

Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana

dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

kepada pihak lain. Hutang digunakan perusahaan untuk membiayai berbagai

macam kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan, misalnya untuk membeli

aktiva, bahan baku, dan lain-lain.

Barang dan jasa yang diperoleh perusahaan merupakan transaksi yang dapat

menimbulkan kewajiban untuk membayar kepada pihak lain, untuk menentukan

suatu transaksi sebagai hutang atau bukan sangat tergantung pada kemampuan

untuk menafsirkan transaksi atau kejadian yang menimbulkannya, seperti yang

dikemukakan oleh FASB berikut ini dalam Statement of Financial Accounting Concept No.6 yang terdapat pada buku Chariri dan Ghozali (2005 : 157), yaitu “hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa

yang mendatang yang mungkin timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas

untuk menyerahkan aktiva atau memberikan ke entitas lain di masa mendatang

sebagai akibat transaksi di masa lalu”.

(2)

a. Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di

masa mendatang dari penyerahan barang atau jasa.

b. Berasal dari transaksi atau peristiwa masa yang lalu (telah terjadi).

Dua karakteristik yang penting dari hutang adalah kewajiban tersebut sudah

ada pada saat itu dan harus merupakan hasil transaksi masa lalu, serta timbulnya

hutang tergantung pada terjadinya suatu transaksi atau kejadian yang bersifat

eksternal. Transaksi tersebut dapat berupa transaksi keuangan atau kejadian non

keuangan, seperti timbulnya kecelakaan yang menimbulkan kewajiban untuk

mengganti suatu kerusakan.

Munawir (2004 : 18) berpendapat bahwa “hutang adalah semua kewajiban

keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, di mana hutang ini

merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”,

sedangkan dalam hal ini Hongren, et al. (2006 : 505) menyatakan bahwa “hutang

merupakan suatu kewajiban untuk memindahkan harta atau memberikan jasa di

masa yang akan datang”. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang

harus dibayar dengan uang, barang, atau jasa pada saat jatuh tempo.

Kohler menyatakan pendapatnya yang terdapat di dalam buku Chariri dan

Gozali (2005 : 160) bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam

bentuk uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai

berikut :

(3)

b. terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang, misalnya hutang untuk pembiayaan (funded debt) dan hutang yang masih harus dibayar (accrued liability),

c. terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang, misalnya pendapatan yang ditangguhkan dan hutang bersyarat (contingent liability).

Berdasarkan kriteria tersebut, Chariri dan Gozali (2005 : 160) merumuskan

bahwa hutang dapat terjadi karena beberapa faktor berikut ini.

a. Kewajiban Legal/Kontrak (Contractual Liabilities)

Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal

berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang atau

jasa kepada entitas tertentu, misalnya hutang dagang dan hutang bank.

b. Kewajiban Konstrukif (Constructive Liabilities)

Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan

untuk tujuan atau kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan

melalui perjanjian tertulis untuk mebayar sejumlah tertentu di masa yang akan

datang, contoh jenis kewajiban ini adalah bonus yang akan diberikan kepada

karyawan.

c. Kewajiban Ekuitabel

Kewajiban ekuitabel adalah kewajiban yang timbul karena adanya kebijakan

yang diambil oleh perusahaan karena alasan moral atau etika dan

perlakuannya diterima oleh praktik secara umum, contohnya hutang garansi

yang muncul karena alasan moral dimana perusahaan diharapkan tidak

merugikan konsumen, sehingga perlu memberikan garansi atas setiap produk

(4)

Hutang atau kewajiban yang dicatat dalam laporan keuangan tidak harus

berasal dari hutang atau kewajiban yang sah menurut aturan hukum saja, tapi

hutang atau kewajiban yang timbul karena tujuan tertentu atau untuk alasan moral

atau etika juga harus dicatat ke dalam laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan

jangka waktu pelunasan atau penyelesaian hutang atau kewajiban perusahaan

dapat dibedakan menjadi 2, yaitu hutang jangka pendek (lancar) dan hutang

jangka panjang (tidak lancar). Hutang dianggap selesai atau lunas apabila suatu

perusahaan telah melakukan kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa

kepada pihak lain.

IAI (2004 : 62) menyebutkan bahwa “penyelesaian kewajiban masa kini

bisanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki

manfaat masa depan demi memenuhi tuntutan pihak lain”. Penyelesaian

kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya

dengan:

a. pembayaran kas, b. penyerahan aktiva, c. pemberian jasa,

d. penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau, e. konversi kewajiban ekuitas.

2. Hutang Jangka Pendek

Kadang kala perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek untuk

kegiatan operasi perusahaan yang biasa disebut dengan hutang (kewajiban) jangka

pendek atau lancar. IAI (2004 : 44) mengatakan bahwa suatu kewajiban

(5)

a. diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi

perusahaan, atau

b. jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca.

Yusuf (2005 : 230) mendefinisikannya sebagai berikut “kewajiban lancar

adalah hutang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka waktu satu tahun

atau siklus akuntansi operasi normal perusahaan, (2) dengan menggunakan aktiva

lancar atau hasil pembentukan kewajiban lancar yang lain”. Lebih jelas lagi

Niswonger, et al. (2000 : 441) berpendapat bahwa “kewajiban lancar adalah

kewajiban yang harus dibayar dengan aktiva lancar serta jatuh tempo dalam

jangka pendek, biasanya satu tahun”. Sebagian besar kewajiban lancar berasal

dari dua transaksi dasar berikut ini :

a. barang atau jasa yang telah diterima tetapi belum dibayarkan,

b. pembayaran yang telah diterima tetapi barang atau jasa tersebut belum

dikirimkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hutang

jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun

atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi dengan menggunakan

aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi yang telah terjadi.

Husnan (1998 : 499) mengelompokkan dana jangka pendek menjadi dua tipe,

yaitu pendanaan spontan dan pendanaan tidak spontan.

a. Pendanaan Spontan

Sumber dana yang ikut berubah apabila aktivitas perusahaan berubah,

(6)

b. Pendanaan Tidak Spontan atau Pendanaan yang Memerlukan Negosiasi

Pendanaan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan negosiasi agar

dapat menambah atau mengurangi dana yang dipergunakan oleh perusahaan.

Sumber pendanaan ini biasanya berasal dari bank dalam bentuk kredit jangka

pendek.

Horngren, et al. (2006 : 506) mengelompokkan hutang jangka pendek atau

kewajiban lancar menjadi dua bagian, yaitu kewajiban lancar dengan jumlah yang

diketahui dan kewajiban lancar yang harus diestimasi.

a. Kewajiban Lancar dengan Jumlah yang Diketahui

1) Hutang Usaha

Hutang usaha adalah jumlah yang dipinjam untuk pembelian produk atau

pemakaian jasa atas akun (utang) yang terbuka.

2) Wesel Bayar Jangka Pendek

Wesel bayar jangka pendek merupakan bentuk umum dalam pembiayaan

yang memiliki jatuh tempo satu tahun.

3) Hutang Pajak Penjualan

Hampir semua negara membebankan pajak untuk penjualan eceran. Para

pengecer mengumpulkan pajak penjualan sebagai tambahan pada harga

beli barang yang dijual, maka pengecer akan berutang pada negara atas

(7)

4) Bagian Lancar dari Hutang Jangka Panjang

Beberapa wesel bayar jangka panjang dan utang obligasi dibayar secara

angsuran. Bagian lancar dari utang jangka panjang merupakan jumlah

pokok utang dengan jangka waktu kurang dari satu tahun kewajiban

lancar. Bagian sisi dari pinjaman jangka panjang itu adalah kewajiban

jangka panjang.

5) Beban yang Terutang (Kewajiban Terutang)

Semua beban yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun.

6) Pendapatan Diterima Dimuka

Pendapatan diterima dimuka disebut juga pendapatan tangguhan, dimana

perusahaan sudah menerima kas dari pelanggan sebelum mengakui

pendapatannya, karenanya perusahaan memiliki kewajiban untuk

menyediakan produk atau jasa kepada pelanggan.

b. Kewajiban Lancar yang Harus Diestimasi

Perusahaan sering mengetahui bahwa mereka mempunyai kewajiban, tetapi

mereka tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah kewajiban tersebut.

Kewajiban ini tidak bisa diabaikan begitu saja, karena itu kewajiban ini harus

diperkirakan jumlahnya dan dilaporkan dalam neraca. Hutang Garansi adalah

salah satu contoh dari kewajiban lancar yang harus diestimasikan. Banyak

perusahaan yang mengeluarkan garansi terhadap barang yang dijualnya.

Periode garansi biasanya bermacam-macam, tetapi biasanya berkisar antara 90

(8)

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis-jenis hutang jangka

pendek dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) hutang jangka pendek yang

jumlahnya sudah pasti dan (2) hutang jangka pendek yang jumlahnya harus

diperkirakan.

3. Hutang Jangka Panjang

Hutang jangka panjang menurut Kieso (2002 : 242) “terdiri dari pengorbanan

manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang

yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi perusahaaan, mana

yang lebih lama”. Pengertian hutang jangka panjang oleh Dyckman, et al. (2000 :

218) adalah “kewajiban dengan jangka waktu yang melebihi satu tahun dari

tanggal neraca atau siklus operasi, mana yang lebih lama”.

Baridwan (2000 : 365) mengatakan bahwa “hutang jangka panjang digunakan

untuk menunjukkan hutang-hutang yang pelunasannya akan dilakukan dalam

waktu lebih dari satu tahun atau akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan

dari kelompok aktiva lancar”. Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Gunadi (2005 : 83) bahwa “kewajiban jangka panjang merupakan hutang yang

tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau yang pengeluarannya tidak

menggunakan sumber aktiva lancar”. Sementara itu Agus (2002 : 45) memberikan

definisi hutang jangka panjang, yaitu “kewajiban perusahaan kepada pihak ketiga,

yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun yang akan

(9)

Hutang jangka panjang biasanya timbul karena adanya kebutuhan dana untuk

pembelian tambahan aktiva tetap, menaikkan jumlah modal kerja permanen,

membeli perusahaan lain atau mungkin juga untuk melunasi hutang-hutang yang

lain, dengan kata lain, hutang jangka panjang diperlukan oleh setiap perusahaan

untuk mengembangkan usahanya sehingga kehidupan perusahaannya dapat terus

berlanjut, tetapi hutang yang dimiliki perusahaan harus lebih kecil dari aktiva

perusahaan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Kohler dalam buku Chariri

dan Gozali (2005 : 162) yaitu :

aturan struktur modal yang optimum menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimanapun juga jangan mempunyai jumlah hutang yang lebih besar dari jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain “debt ratio” jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal yang dijamin (hutang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri)

Berdasarkan definisi dan penjelasan para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa hutang jangka panjang merupakan pinjaman yang diperoleh

perusahaan dari pihak ketiga atau kreditor, yang jatuh temponya lebih dari satu

tahun, dan dilunasi dengan sumber-sumber yang bukan dari aktiva lancar, serta

jumlah hutang jangka panjang tersebut tidak boleh melebihi jumlah modal

sendiri.

Ditinjau dari jangka waktu pembayarannya, hutang jangka panjang dapat

berubah menjadi hutang jangka pendek atau hutang lancar, dengan ketentuan

apabila hutang jangka panjang tersebut akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun

(10)

melainkan diperbaharui atau diperpanjang, maka kewajiban tersebut tetap

termasuk ke dalam hutang jangka panjang.

Lebih lanjut Kieso, et al. (2002 : 242) dalam bukunya mengatakan bahwa :

pada umumnya, hutang jangka panjang memiliki berbagai ketentuan atau

pembatasan (covenants or restrictions ) untuk melindungi baik peminjam maupun pemberi pinjaman. Ketentuan dan persyaratan persetujuan lainnya antara

peminjam dan pemberi pinjaman dinyatakan dalam indenture obligasi atau perjanjian wesel. Item-item yang seringkali dinyatakan dalam indenture atau

perjanjian meliputi, jumlah yang diotorisasi untuk diterbitkan, suku bunga,

tanggal jatuh tempo, provisi penarikan, properti yang digadaikan sebagai jaminan,

persyaratan dana pelunasan, modal kerja, dan pembatasan dividen, serta

pembatasn yang berhubungan dengan asumsi hutang tambahan. Karena ketetapan

ini penting untuk memahami secara menyeluruh posisi keuangan dan hasil

operasi, maka semua ini harus dijelaskan dalam laporan keuangan atau catatan

yang menyertainya

Jenis-jenis hutang jangka panjang, antara lain hutang obligasi, wesel bayar

jangka panjang, hutang hipotik, hutang sewa guna usaha (leasing), hutang bank jangka panjang, hutang bunga.

a. Hutang Obligasi

Obligasi merupakan jenis hutang jangka panjang yang paling umum

dilaporkan pada neraca perusahaan. Tujuan utama dari obligasi adalah

untuk meminjam uang dalam jangka panjang, apabila jumlah modal yang

(11)

obligasi merupakan surat pengakuan hutang pihak yang mengeluarkan

(perusahaan) kepada pihak yang membeli (investor). Di dalam surat tersebut disebutkan jumlah nominal, bunga dan tanggal jatuh tempo,

sehingga dapat dikatakan bahwa obligasi merupakan surat janji tertulis

untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa

yang akan datang dan juga bunga peiodik pada tingkat tertentu. Surat

obligasi dapat diperdagangkan seperti halnya saham-saham perusahaan.

b. Wesel Bayar Jangka Panjang

Pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar

sejumlah tertentu, pada tanggal tertentu dengan memperhitungkan tingkat

bunga tertentu. Wesel tidak dapat langsung dijual seperti obligasi di pasar

sekuritas publik yang terorganisasi.

c. Hutang Hipotik

Hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu atau hutang jangka

panjang dimana pihak pemberi pinjaman (kreditor) diberi hak terhadap

suatu barang tidak bergerak, agar bila pihak debitur tidak memenuhi

kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan hasil dari penjualan

tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihan.

d. Hutang Sewa Guna Usaha (Leasing)

Hutang yang diperoleh dari perusahaan leasing untuk pembelian aktiva

tetap (dalam bentuk capital lease) dan biasanya dicicil dalam jangka panjang. Bagian dari hutang leasing yang diperoleh yang jatuh tempo

(12)

jangka pendek, sedangkan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun

dikelompokkan sebagai kewajiban jangka panjang.

e. Hutang Bank Jangka Panjang

Pinjaman yang diterima perusahaan dari sebuah bank dalam jumlah yang

besar dan jangka waktu pelunasan lebih dari satu tahun.

f. Hutang Bunga

Jumlah bunga yang harus dibayar perusahaan atas pinjaman jangka

panjangnya.

4. Laba Usaha

Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk memperoleh

laba semaksimal mungkin. Proses untuk memperoleh laba tergantung dari jenis

kegiatan perusahaan tersebut. Pada perusahaan manufaktur upaya yang dilakukan

untuk mendapatkan laba adalah dengan membeli bahan baku dan bahan

pendukung lainnya yang kemudian diolah lebih lanjut dalam proses produksi,

sehingga menghasilkan suatu produk, kemudian dari produk yang dihasilkan

tersebut nantinya akan dijual, dan hasil dari penjualan tersebut akan diperoleh

laba, seperti yang diharapkan perusahaan. Laba tersebut diperoleh apabila jumlah

pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang terjadi.

Informasi mengenai laba sebuah perusahaan dapat diperoleh dalam laporan

keuangan yaitu, laporan laba/rugi. Laporan laba/rugi menyajikan laporan

mengenai pengasilan yang diperoleh, biaya-biaya yang terjadi, serta laba atau rugi

sebagai hasil dari kegiatan perusahaan selama periode tertentu. Informasi tersebut

(13)

keputusan. Hal ini dinyatakan oleh IAI (2004 : 5) yaitu, “tujuan laporan keuangan

untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,

kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi”.

Suatu perusahaan dikatakan akan berhasil apabila dalam kegiatan

operasionalnya memperoleh laba. Laba yang diperoleh perusahaan tersebut dapat

dijadikan patokan dalam menilai keberhasilan manajemen atas keputusan yang

dibuatnya. Pengertian laba secara konsep yang terdapat di dalam buku Harnanto

(2002 : 91), “laba adalah suatu pengembalian dari dan dalam jumlah di atas

investasinya”.

Secara umum laba diperoleh setelah pendapatan dikurangi biaya, seperti yang

dikemukakan oleh Soemarso (2005 : 230), “laba adalah selisih lebih pendapatan

atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha”. Apabila pendapatan melebihi

biaya yang dikeluarkan berarti perusahaan mendapatkan laba dan sebaliknya jika

biaya melebihi pendapatan berarti perusahaan menderita rugi. Oleh karena itu,

laba adalah hasil pengurangan antara pendapatan dengan biaya, maka manajemen

perusahaan harus dapat menentukan jumlah pendapatan yang akan dihasilkan dan

jumlah biaya yang akan terjadi dalam periode yang bersangkutan.

Lebih luas lagi Stice, et al. (2004 : 226) mengemukakan bahwa “laba adalah

jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil investasi) dan kondisi perusahaan di akhir periode masih sama baiknya atau kayanya (well off) dengan di awal periode”. Laba merupakan jumlah yang diperoleh dari pengurangan

(14)

kepada investor sebagai hasil investasinya, dimana kondisi perusahaan di akhir periode sama dengan di awal periode.

Pengertian laba yang umum digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan

adalah laba usaha atau laba operasi, karena laba ini merupakan keuntungan yang

benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan. Menurut Harnanto (2002 :

97), “laba usaha (laba operasi) meliputi, semua pendapatan dan beban, serta

untung dan rugi yang berasal dari on going operations atau transaksi-transaksi terkait dengan usaha pokok dan di luar usaha pokok perusahaan”.

Warren, et al. (2006 : 303) berpendapat bahwa “laba operasi (operating income), sering disebut dengan income from operations, ditentukan dengan mengurangkan beban operasi dari laba kotor”. Senada dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Dyckman, et al. (2000 : 115), yaitu “laba operasi atau hasil

operasi dihitung dengan mengurangkan beban-beban operasi dari pendapatan atau

marjin kotor”, dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laba usaha

adalah laba yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan, dimana laba usaha

tersebut diperoleh dari selisih laba kotor dengan beban operasi (beban usaha).

Soemarso (2005 : 226) juga berpendapat bahwa “selisih antara laba bruto

dan biaya usaha disebut laba usaha (income from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan”. Oleh karena itu, akun-akun pendapatan dan beban

dipergunakan untuk mencari besarnya laba. Akun-akun tersebut dikelompokkan

(15)

a. laba kotor, yaitu merupakan selisih antara pendapatan dari penjualan

dikurangi dengan HPP (Harga Pokok Penjualan),

b. laba usaha, yaitu merupakan selisih antara laba kotor dengan beban

operasi (beban penjualan dan beban administrasi & umum),

c. laba sebelum pajak adalah hasil pengurangan atau penambahan laba usaha

dengan beban dan pendapatan lain-lain, pos luar biasa dengan pengaruh

kumulatif perubahan prinsip akuntansi,

d. laba bersih adalah laba yang diterima perusahaan setelah dikurangi pajak

panghasilan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Proborini (2012) menganalisis pengaruh hutang jangka panjang terhadap laba

usaha pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data yang

digunakan adalah laporan keuangan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar

di BEI pada tahun 2009. Berdasarkan pengujian hipotesis, hasil penelitian

menyimpulkan bahwa dari analisis koefisien korelasi terdapat hubungan antara

hutang jangka panjang dengan laba usaha dan hasil analisis koefisien regresi

terdapat pengaruh hutang jangka panjang terhadap laba usaha.

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Hubungan antara hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang terhadap

(16)

Laba Usaha (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Semua perusahaan membutuhkan modal pada saat pendiriannya dan juga

memerlukan dana setelah perusahaan itu berdiri untuk pengoperasiannya serta

untuk mengembangkan usahanya. Dana tersebut ada yang berasal dari pemilik

atau modal sendiri ataupun yang berasal dari pihak luar atau modal asing yang

disebut dengan hutang, apabila manajemen memilih hutang sebagai alternatif

sumber modal, maka manajemen perusahaan dituntut untuk bekerja keras agar

penggunaan modal tersebut dapat memberikan keuntungan yang besar bagi

perusahaan, sehingga perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu

membayar hutang tersebut kepada kreditor, baik pokok maupun bunganya.

Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya laba usaha yang diterima

perusahaan adalah modal. Modal bagi perusahaan merupakan sumber dana yang

mendukung dan menjamin kelangsungan kegiatan perusahaan, dengan

tersedianya modal yang cukup, diharapkan dapat menjamin kelancaran aktivitas

perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengembangkan kegiatan usahanya dan

meningkatkan jumlah pendapatan yang akhirnya akan meningkatkan laba. Hutang Jangka Pendek

(X1)

(17)

Hutang digunakan untuk menjalankan kegiatan perusahaan, atau dengan kata

lain telah memberikan jaminan keamanan bagi perusahaan dalam jangka waktu

yang cukup lama. Laba usaha adalah laba yang diperoleh perusahaan dari

kegiatan pokoknya dan didapat dari hasil pengurangan laba kotor dengan beban

operasi perusahaan dalam periode tertentu.

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan,

berdasarkan kerangka konseptual yang dibuat. Hipotesisnya adalah Hutang

Jangka Pendek dan Hutang Jangka Panjang berpengaruh signifikan terhadap

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa servicescape yang terdiri dari ambient condition, spatial layout, and functionality, dan sign, symbol and artifacts mempunyai

Pengaruh motivasi dalam suatu pekerjaan memang sangat penting untuk dilakukan oleh perusahaan kepada karyawannya, supaya karyawan terbut akan lebih semangat dan

TASIKMALAYA – CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo siap mendirikan sebuah yayasan yang fokus bagi pendidikan para santri di pondok pesantren seluruh Indonesia.. Yayasan yang diberi

Hasil penulisaan artikel ini adalah Penerapan metode jigsaw pada pelajaran IPA materi suhu dan energi panas di MI Muhammadiyah Kedung Banteng membuat siswa dapat aktif dan

Hipotcsis merupakan jawaban terhadap masalah pcnclitian yang secara tcoritis d-ap pdmg mungkin clan paling tinggi tingk~t kcbcm~1mya.. Secara statistik,

Instrumen dalam penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk. mengumpulkan data dan informasi yang

pojok laktasi pada ruang publik di Kota Pangkalpinang serta faktor yang. mempengaruhi ketersediaan

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan preeklampsia berat