BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam berasal dari bahasa Arab, yang artinya “memelihara dalam keadaan
selamat dan sentosa”, atau berarti juga menyerahkan diri, tunduk patuh dan taat
kepada Allah SWT (Razak, 1971:56). Agama Islam merupakan salah satu agama
yang diakui di Indonesia dan merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di
penduduk.1 Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan nama muslim yang berarti “seorang yang tunduk kepada Tuhan”, atau lebih lengkapnya adalah
muslimin bagi laki-laki dan muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa
Allah menurun kan firman-Nya kepada manusia melaluli para Nabi dan Rasul
utusannya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah
Nabi dan Rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT.2
Murodi (1977:113), menjelaskan bahwa Islam yang sudah berkembang di
kawasan Timur Tengah, telah masuk ke Indonesia pada abad ke-1 Hijriah3
1
http://id.wikipedia.org/wiki/islam
(pada
abad ke -7 Masehi). Selanjutnya, agama Islam secara resmi masuk ke Sumatera,
yaitu wilayah Aceh pada abad ke-7 hijriah (pertengahan abad ke-12 Masehi). Hal
2
Ibid.,
3
ini terbukti dengan datangya seorang mubaligh yang bernama Abdul Arief, pada
tahun 1151 masehi ke wilayah itu, untuk menyebarkan agama Islam.
Kesenian adalah satu di antara hal yang sangat berpengaruh terhadap
kebudayaan tertentu. Kesenian erat kaitannya dengan budaya karena kedua hal
tersebut saling berdampingan satu sama lain. Tanpa kebudayaan, kesenian tidak
berjalan dengan lancar. Begitu juga tanpa kesenian, kebudayaan tidak akan
menjadi lengkap. Oleh karena itu, setiap hal yang muncul di dalam wacana
kebudayaan senantiasa erat kaitannya dengan kesenian.
Perkembangan agama pun tidak lepas dari perkembangan kesenian dan
kebudayaan. Tanpa kebudayaan, agama tidak akan bisa menyebar dan menjadi
panutan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, kesenian juga merupakan salah satu
faktor pendukung yang memiliki peranan untuk bisa menyebarluaskan suatu
agama dan kepercayaan. Misalnya saja, kesenian yang hidup dalam suasana
budaya agama tertentu akan senantiasa berkembang searah dengan perkembangan
agama.
Dari berbagai macam kesenian yang berkembang di Islam, diantaranya
yaitu nasyid. Nasyid merupakan salah satu jenis musik yang berasal dari tradisi
Islam yang syair lagunya mengandung kata-kata, nasehat-nasehat, do’a, kisah para
nabi, serta pujian-pujian kepada Allah SWT dan Rasulnya (Muhammad SAW).
Istilah Nasyid berasal dari bahasa Arab, “ansyada-yunsyidu”, artinya
bersenandung. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang
berisi syair-syair keagamaan4
4
Diambil dari tulisan Novi Hardian dalam multiply.com
. Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian
Di versi yang lain mengatakan bahwa nasyid atau anasyid (jamak di dalam
bahasa Arab) artinya bacaan atau lantunan. Ansyadahu asy syira artinya dia
membacakan syairnya kepada seseorang. Munsyid artinya orang yang
membacakan dan melantunkan syairnya kepada seseorang. Pembacaan syair
merupakan aktivitas yang telah lama sekali dilakukan manusia. Sebelum Nabi
Muhammad SAW (sekitar abad ke-6 M) di utus bangsa Arab telah hidup dengan
tradisi syair.5
Pada awalnya nasyid hanya dibawakan dengan musik yang sederhana
sekali, bahkan ada yang tanpa musik sama sekali. Namun pada saat sekarang ini
nasyid terus berkembang baik dari penyajiannya maupun alat-alat musiknya.
Untuk alirannya sendiri, nasyid terus berkembang seiring dengan perkembangan
warna musik di tempat dimana nasyid itu berada. Sehingga, warna aliran dalam
nasyid saat ini berbagai macam. Mulai dari yang murni “acappella” (tanpa iringan
musik) hingga “Full Insrument” (diiringi dengan banyak alat musik). Namun, ada
berapa komunitas yang tidak memilih untuk menggunakan alat musik modern,
dikarenakan banyak ulama Islam yang melarang penggunaan alat musik kecuali
Perkusi.
Sejak jaman Rasulullah SAW (Sekitar abad ke 6 Masehi) nasyid telah ada.
Biasanya tentara-tentara Islam melantunkan nasyid sebelum berangkat perang,
yang bertujuan untuk meningkatkan semangat perang para mujjahid6
5
Lihat blog Education United (2008). tentang, Pengertian Nasyid dalam situs http://ricoleadvocal-melativoice.blogspot.com
. Selain itu,
Syair Thola’al badru ‘alaina (yang artinya telah muncul rembulan di tengah
6
kami) yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qasidah7
Di Indonesia sendiri nasyid mulai merambah sekitar tahun 80-an yang
dimulai oleh aktivis-aktivis Islam yang berada di kampus-kampus. Aliran nasyid
yang dilantunkan pada umumnya adalah lagu-lagu yang berbahasa Arab, dan terus
berkembang dengan munculnya munsyid-munsyid kreatif yang membuat nasyid
memiliki warna musik yang beragam. Sampai saat tulisan ini dibuat, tema lagu
yang dikandung dalam nasyid di Indonesia tidak hanya berisi tentang jihad, tetapi
banyak juga yang bertema walimahan, cinta kepada makhluk, keimanan dan
banyak lagi.
, adalah syair yang
dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika
pertama kali hijrah ke Madinah. Kemudian nasyid pun mulai berkembang sesuai
dengan kondisi dunia, terbukti dengan perkembangan nasyid di Timur Tengah
yang lebih bermakana tentang jihad dan perlawanan terhadap imperialisme Israel
pada saat itu.
Namun, kini nasyid telah dikembangkan sebagai media dakwah yang
diharapkan dapat diterima oleh masyarakat umum. Dan hal ini juga selalu
dilakukan oleh pemuda muslim yang belajar di Pondok Pesantren. Oleh karena itu
di sebagian pesantren-pesantren di Indonesia ini memasukan nasyid sebagai
pendidikan luar sekolah, atau yang disebut program ekstrakurikuler sekolah.
Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan merupakan institusi
pendidikan Islam yang mengajarkan pendidikan umum, pendidikan agama Islam,
dan akhlak. Para pelajar yang menuntut ilmu disebut santri bagi laki-laki dan
santriwati bagi perempuan. Materi ajaran yang campuran antara pendidikan ilmu
7
formal dan ilmu agama Islam ini para santri belajar seperti di sekolah umum atau
madrasah seperti yang. untuk tingkat
dengan nama
(Sekolah Menengah Atas) dengan nama
perbedaan pesantren da
memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak.Oleh
karana itu pesantren Raudhatul Hasanah ini disebut juga dengan istilah pondok
pesantren modern, Karena telah memasukan pelajaran-pelajaran umum sesuai
dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Namun tetap menekankan
nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.
Nasyid merupakan salah satu program ekstrakurikuler8
Para santri biasanya memainkan lagu-lagu religi yang telah mereka
sepakati bersama. Tergantung dari lagu yang menurut mereka enak dan layak yang terdapat di
pondok pesantren Raudatul Hasanah. Yang tujuannya ialah mendidik siswa agar
bisa mempertunjukan musik nasyid dengan baik, yang dapat menghibur dan
mengandung dakwah islam, dengan menampilkan lagu-lagu dengan syair-syair
yang bertemakan dakwah Islam. Serta diiringi dengan alat-alat musik yang
merupakan cirri khas kebudayaan Islam.Para santri yang mendiami pondok
pesantren tersebut menampilkan lagu yang islami, dengan mengambil
lagu-lagu religus Islam yang komersial. Seperti lagu-lagu-lagu-lagu yang diciptakan oleh
musisi-musisi terkenal saat ini, diantaranya seperti; Raihan, Opick, Snada, Maher Zain,
Yusuf Islam, dan lain-lain.
8
untuk ditampilkan, juga enak di dengar dengan mengandung lirik-lirik yang
mengandung unsur dakwah Islam, sehingga dapat menambah kecintaan mereka
kepada Allah dan Rasulnya.
Nasyid itu sendiri telah banyak menampilkan pertunjukan-pertunjukan
musiknya di berbagai acara, baik di dalam maupun di luar lokasi pesantren itu
sendiri. dilakukan ketika memperingati hari-hari besar Islam, seperti Idul Adha,
Maulid Nabi, Nujulul Qur’an, Isra’ Miraz dan lain-lain. Kemudian nasyid raudhah
juga tampil pada acara-acara pelantikan, penyambutan tamu-tamu penting, dan
acara-acara yang diselenggarakan oleh santri dan santriwati itu sendiri. Dan
kemudian nasyid pesantren juga turut serta dalam berbagai ajang perlombaan
nasyid yang di selenggarakan di dalam dan di luar pesantren. Bahkan nasyid
raudhah itu sendiri sering memperoleh prestasi yang gemilang di berbagai
perlombaan baik dari tinggkat lokal hingga nasional, seperti halnya pada
POSPENAS tahun 2007 di Kalimantan Timur dan tahun 2010 di Jawa Timur
meraih juara I di tingkat Nasional.
Nasyid di pondok pesantren ini terdiri dari beberapa pemain yang
membentuk suatu grup, Terdiri dari 10 sampai 14 orang. Alat music yang
digunakan yaitu sejumlah rebana, kencer/kerincing, tamborin, dan di campur
dengan alat music modern seperti gitar, gitar bass, drum, keyboard, vocal. Dan
terkadang mereka juga menambah/memasukan alat-alat musik yang lain sesuai
dengan kesepakatan bersama dalam suatu grup.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah ini, yaitu
mengidentifikasi musiknya. Dengan itu penulis mengambil judul “Studi Deskriptif Nasyid pada Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah di Medan”.
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang tertera diatas maka penulis
menemukan beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas pada tulisan ini,
diantaranya adalah:
1. Bagaimana Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya yang
disajikan oleh santri Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.
2. Bagaimanakah aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid di Pondok
Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.
3. Apakah fungsi Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati di Pondok
Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang harus dicapai
pada ahirnya, Di dalam penulisan ini terdapat beberapa tujuan dan manfaat yang
ingin di capai, disesuaikan dengan latar belakang serta pokok permasalahan yang
sudah ada. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung
2. Untuk mengetahui seluruh aspek musikal dari Pertunjukan Nasyid
di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.
3. Untuk mengetahui fungsi Nasyid tersebut bagi Santri dan santriwati
di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan tersebut.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pengetahuan tentang keberadaan dan proses
Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukung pertunjukan
Nasyid tersebut di Pondok Pesantren Rhaudhatul Hasanah Medan.
2. Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis
selama studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara
3. Untuk menambah wawasan dan menambah referensi di kampus
tentang Pertunjukan Nasyid dan unsur-unsur pendukungnya .
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan
antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris
(Mely, 1990:21). Maka dari itu penulis memberikan pengertian dari beberapa
istilah yang terdapat dalam judul tulisan ini.
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif
merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang,
proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang
kecendrungan yang tengah berlangsung.
Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala
saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak
ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis
sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang
dikemukakan Furchan (2004) bahwa (1) penelitian deskriptif cendrung
menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara
teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan dilakukan secara cermat. (2) tidak adanya
perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan (3) tidak adanya uji hipotesis.
Kata Nasyid berasal dari bahasa Arab, ansyada-yunsyidu, artinya
“bersenandung”. Definisi nasyid sebagai format kesenian adalah senandung yang
berisi syair-syair keagamaan. Akan tetapi, ada banyak versi mengenai pengertian
nasyid itu sendiri. Misalnya dari sebuah artikel disebutkan bahwa arti nasyid atau
anasyid (jamak) itu sendiri adalah lantunan atau bacaan, sementara istilah
nyanyian dalam bahasa Arab adalah Al-Ghina, bukan nasyid.9
Pondok menurut Dhofier (1983:18) ialah rumah atau tempat tinggal
sederhana yang terbuat dari bamboo. Disamping itu kata pondok mungkin berasal
9
dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti “Hotel atau Asrama”. Dengan kata lain
Pondok merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh
dari asalnya, dan merupakan tempat tinggal kyai bersama santrinya, dengan
demikian para santri dapat mengikuti pelajaran yang diberikan kyai dengan baik
dan pondok juga dapat dijadikan tempat training atau latihan bagi santri agar
mampu hidup mandiri dalam masyarakat.
Menurut Mujamil Qamar (2005:2) ia menyimpulkan bahwa “pesantren”
didefenisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan
pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang
bersifat permanen. Maka pesantren kilat atau pesantren ramadhan yang diadakan
di sekolah-sekolah umum misalnya tidak termasuk dalam pengertian ini.
Terdapat pula beberapa defenisi lain mengenai pesantren yang
dikemukakan oleh para ahli, seperti defenisi yang diberikan oleh Mastuhu.
“Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari”.
Defenisi lain yang diberikan oleh Sudjoko Prasodjo, “Pesantren adalah
lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikan,
di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri
berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad
pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren
tersebut.
Ar-Raudhatul hasanah diambil dari bahasa arab yang ,artinya “taman
para pendiri pesantren tersebut. Dan dicetuskan pada tahun 1982, yaitu ketika
pesantren itu berdiri.10
1.4.2 Teori
Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk
menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain
teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Pengetahuan tersebut diperoleh
dari buku-buku dan dokumen-dokumen. Menurut Snelbecker (1974:31) teori
adalah sebagai seperangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu
yang memiliki aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan
yang lainya dengan data dasar yang diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk
meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati (baca Lexi J.Moleong
dalam buku yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif 2000:34).
Dengan ini maka penulis akan menggunakan beberapa teori yang berkaitan
dengan masalah penelitian, diantaranya sebagai berikut: Pertama, dalam
menganalisi aspek musikologis, penulis menggunakan teori Weighted Scale yang
dikemukakan oleh William P. Malm (1977:8) bahwa terdapat 8 unsur yang harus
diperhatikan: (1) tangga nada, (2) nada dasar, (3) wilayah nada, (4) jumlah
masing-masing nada, (5) interval yang dipakai, (6) pola-pola kadensa, (7) formula
melodi, (8) kontur.
Kedua, untuk melihat perkembangan yang terjadi dalam nasyid sebagai
suatu kebudayaan, penulis menggunakan teori perubahan oleh Kingsley David; ia
berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bgian dari perubahan-perubahan
10
kebudayaan. Perubahan kebudayaan mencakup bagian kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan filsafat. Pengertian kebudayaan mencakup bagian
kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan filsafat. Pengertian kebudayaan itu
mencakup segenap cara berfikir, tingkah laku yang timbul karena interaksi yang
bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pirikan atau ide secara simbolis.
Salah satu faktor yang mendorong jalanya proses perubahan adalah kontak dengan
kebudayaan lain (baca Shin Nagawa, dalam bukunya “music dan Kosmos :
Sebuah Pengantar Etnomusikologi 2000).
Ketiga, Menurut Koentjaraningrat (1996 : 142) semua konsep yang kita
perlukan untuk menganalisa proses-proses pergeseran masyarakat dan
kebudayaan disebut sebagai dinamika sosial. Beberapa konsep tersebut antara lain
adalah: (1) proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari internalisasi,
sosialisasi, dan enkulturasi, (2) Evolusi kebudayaan dan difusi, (3) Proses
pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing, yang meliputi: akulturasi dan
asimilasi; dan, (4) proses pembaruan atau inovasi atau penemuan baru.
Untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan dan fungsi
musik tersebut penulis mengacu kepada teori penggunaan dan fungsi musik. Teori
ini seperti yang dikemukakan oleh Merriam, (1964:219-222) mengatakan secara
implisit bahwa penggunaan (uses) dilakukan dalam konteks upacara, yang dapat
dilihat saat itu juga, sedangkan fungsi (function) mempunyai dampak yang lebih
jauh dan dalam. Merriam menawarkan ada sepuluh fungsi musik antara lain : (1)
fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3) fungsi
komunikasi, (7) fungsi kesinambungan kebudayaan, (8) fungsi yang berkaitan
dengan norma sosial, (9) fungsi pengesahan
Untuk menganalisis hubungan musik dengan teksnya, penulis
menggunakan teori dari Alan P Merriam. Penulis mengacu pada teorinya yang
mengatakan salah satu sumber pokok yang dapat kita pakai untuk memperdalam
pengertian perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah pada teks
nyanyian. Teks merupakan bahasa, bukan musik. Tetapi teks merupakan bagian
integral dari musik. Bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa yang
digunakan sehari-hari. Unsur teks yang akan dianalisis adalah makna denotatif
(sebenarnya), konotatif (kiasan), dan gaya bahasanya.
Untuk melihat hubungan antara teks dengan melodi, penulis
menggunakan teori Malm, (1977:8) mengatakan apabila setiap nada dipakai
untuk setiap silabel (suku kata), gaya ini disebut silabis, sebaliknya bila suatu
silabel dinyanyikan dengan nada-nada yang berjumlah banyak disebut melismatis.
Kedua teori ini penulis gunakan untuk menganalisis melodi musik nasyid.
Dalam hal transkripsi terhadap nasyid, penulis berpedoman kepada teori
Nettl, (1964:98) yang memberikan dua pendekatan yaitu :
1. Kita dapat menguraikan dan menganalisis apa yang kita dengar.
2. Kita dapat menulis apa yang kita dengar tersebut di atas kertas, dan kita
mendeskripsikan apa yang kita lihat tersebut. Dalam hal notasi musik,
penulis mengacu kepada tulisan Charles Seeger, (1971:24-34), yang
mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut
Pertama adalah notasi preskriptif, yaitu notasi untuk seorang penyaji
(bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik), selanjutnya dikatakan
notasi ini merupakan pedoman tentang bagaimana musik tertentu itu dapat
diwujudkan oleh pemain musik.
Kedua adalah notasi deskriptif, yaitu suatu laporan yang disertai notasi
secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu
pertunjukan diwujudkan. Transkripsi ini digunakan untuk analisis. Untuk
pendekatan analisis, penulis menggunakan dan membuat transkripsi yang
deskriptif.
Untuk mendukung pembahasan dari segi musikologis tersebut diperlukan
suatu transkripsi. Menurut Nettl, (1964:99) bahwa pengertian transkripsi adalah
proses menotasikan bunyi, membuat bunyi menjadi sumber visual. Dalam
membicarakan pendeskripsian dari ritem, analisis bentuk, frase dan motif-motif.
Selanjutnya, Nettl, (1964:148-150) menyarankan bahwa untuk
mendeskripsikan ritem sebaiknya dimulai dengan membentuk harga-harga not
yang dipakai dalam sebuah komposisi dan menerangkan fungsi dan konteks
masing-masing nada. Selanjutnya pola ritem yang sering diulang, sebaiknya
dicatat.
Merriam membagi penggunaan musik kedalam 5 (lima) kategori, yaitu: 1)
Hubungan musik dengan kebudayaan material, 2) Hubungan musik dengan
kelembagaan sosial, 3) Hubungan musik dengan manusia dan alam, 4) Hubungan
musik dengan nilai-nilai estetika, 5) hubungan musik dengan bahasa. Penggunaan
(uses) musik berhubungan dengan kebiasaan-kebiasaan (folkways) memainkan
musik tersebut, baik sebagai aktifitas yang berdiri sendiri atau dalam aktifitas
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti pertunjukan Musik
Nasyid ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sesuai dengan apa
yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong, (1990:3) yang mengatakan:
“Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan
peristilahannya”.
Penelitian dilakukan mengacu pada pengetahuan tentang musik nasyid di
pondok pesantren Raudatul Hasanah yang menjadi studi kasus penelitian ini.
Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa tahapan penelitian; (1) melihat
tulsan-tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian. (2) mengumpulkan
data-data di lapangan yang diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi.
(3) penelitian di laboratium, yaitu menganalisis data yang diperoleh di lapangan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Maksud dari studi kepustakaan ialah studi yang dilakukan untuk
memperoleh data berupa tulisan-tulisan yang berasal dari buku-buku, jurnal,
majalah, skripsi-skripsi sarjana yang berbubungan dengan objek penelitian. Di
sini penulis akan membaca dan mencari istilah-istilah penting yang berkaitan
dengan tulisan tersebut, dan mengambil data-data yang sesuai untuk melengkapi
tulisan. Diantaranya yaitu buku yang di tulis oleh Oemar Amin Housin denga
dalam Dunia Internasional. Buku ini menjelaskan tentang
kebudayaan-kebudayaan Islam yang berpengaruh terhadap dunia internasional, baik berupa
ilmu filsafat, ilmu kedokteran, ilmu perbintangan dan matematika, arsitektur, seni
sastra, seni ukiran dan tenun, dan seni musik, yang di produksi oleh umat Islam,
H. Abuddin Nata dengan judul, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Buku ini menjelaskan tentang
sejarah perkembangan pendidikan islam di Indonesia yaitu dari awal masuknya
Islam di Indonesia dan ketika itu lembaga-lembaga pendidikan islam yang
didirikan masih sederhana hingga munculnya lembaga-lembaga pendidikan islam
modrn, baik berupa pesantren dan kampus-kampus Islam.
Mujamil Qomar dengan judul, Manajemen Pendidikan Islam. Buku ini
membahas tentang hal-hal seputar karakter, prinsip, dan mekanisme manajemen
pendidikan Islam, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (Setingkat dengan Sekolah
Dasar) hingga perguruan tinggi dan pesantren.
Kemudian buku ini menguraikan tentang;
- manajemen komponen-komponen dasar pendidikan Islam, termasuk
personalia, kesiswaan, kurikulum, keuangan, serta sarana da prasarana.
- Manajemen komponen penyempurnaan pendidikan Islam, termasuk ,
layanan, mutu, struktur, konflik, hingga komunikasi.
- Kepempinan pendidika Islam, pengambilan keputusan, dan
peningkatan produktivitas.
Selain itu penulis juga mengambil bahan-bahan lain, yaitu berupa literatur,
makalah, tulisan ilmiah, dan berbagai catatan-catatan yang berkaitan dengan judul
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan
1.5.2.1 observasi
Dalam pengumpulan data di lapangan penulisan meilhat langsung
kejadian-kejadian di lapangan yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh santri dan santriwati di dalam pesantren dan juga melihat
pertunjukan nasyid tersebut. Baik disaat mereka latihan maupun di saat
berlangsungya pertunjukan nasyid tersebut yang dilakukan oleh para
santri. Kemudian penulis juga akan melihat bagaimana proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam pesantren tersebut.
1.5.2.2. wawancara
Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi
secara lisan dari para informan. Dalam melakukan wawancara tersebut,
penulis berpedoman pada metode wawancara yang dikemukankan oleh
Lin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani (2004:73) dalam bukunya yang
berjudul “Observasi dan Wawancara” dimana disebutkan bahwa metode
wawancara memiliki empat jenis yaitu wawancara tidak terstruktur
(wawancara tidak terpimpin), wawancara terstruktur (wawancara
terpimpin), wawancara bebas terpimpin dan wawancara pribadi dan
kelompok.
Sesuai dengan pendapat di atas, sebelum penulis melakukan
wawancara terlebih dahulu penulis membuat daftar-daftar pertanyaan. Hal
tersebut dilakukan guna memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
tentang masalah-masalah yang menyangkut pokok permasalahan yang
dibahas. Dalam hal ini penulis langsung melakukan wawancara dengan
santri dan ia merupakan pelatih atau instruktur nasyid di pondok pesantren
tersebut. Namun selain hal itu penulis juga melakukan wawancara dengan
informan-informan lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
diantaranya ialah para santri selaku pemain nasyid dan para pengasuh
pesantren itu sendiri yang membimbing dan mendukung kegiatan nasyid
tersebut.
1.5.2.3 Rekaman
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrument
pendukung diantaranya yaitu berupa Handycam merk Sony tipe
DCR-SX20. Melalui alat-alat tersebut penulis akan mengambil data-data yang
diperlukan baik berupa audio (rekaman suara), visual (gambar), dan audio
visual (rekaman video) sebagai bukti penelitan yang kemudian dianalisis
di laboratorium.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah
didapat dari lapangan. Pada tahap kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang
telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari hasil penelitian di lapangan di
olah, diseleksi, disaring untuk dijadikan data dalam penulisan skripsi ini. Data
yang dipergunakan dalam penulisan ini merupakan data-data yang bersangkutan
dengan penelitian yang dilakukan.
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto dalam Metode-Metode Penelitian
Masyarakat oleh Koentjaraningrat, (1981:328), setelah data selesai dikumpulkan
adalah tahap analisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan
disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan.
Analisis hasil penelitian yang digunakan untuk mengerjakan penelitian ini
ialah analisis kualitatif dan yang menjadi teknik penyajian dalam bentuk tulisan
ialah deskriptif. Dengan menggunakan teknik analisis ini, hasil penelitian akan
dijelaskan dan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh. Analisis
kualitatif yang digunakan oleh penulis selanjutnya dipakai untuk membahas
komponen pendukung pertunjukan nasyid oleh para santri pondok pesantren
Ar-Raudhatul Hasanah Medan.
Dan juga penulisan akan menyusun kembali data-data yang merupakan
hasil penelitian sehingga dapat tersusun dengan baik.
1.6 Lokasi Penelitian
Penulis menentukan objek dan lokasi penelitian yang tidak jauh dari
kediaman peniliti, yang berada di Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Simpang
Selayang Medan, Jl. Letjend. Djamin Ginting Km. 11 / Jl. Setia Budi Simpang
Selayang 20135 Medan - Sumatera Utara - Indonesia. Sedangkan kediaman
peneliti sendiri berada di Pandang Bulan Medan. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pelaksanaan penelitian jika jarak lokasi dengan peneliti dekat.
Sehingga penulis dapat sesering mungkin melakukan observasi dilapangan,
sehingga memperoleh data yang lebih akurat dan juga dapat mengumpulkan
data-data sebanyak-banyaknya yang kiranya untuk dikumpulkan dan kemudian disusun