BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka
panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar
sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui
pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan
yang sudah go public (Retno dan Priantinah, 2012:85). Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran
investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan (Hasnawati, 2005:117).
Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang sering disebut agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan
dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan
antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang
biasa disebut agency conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan
pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah
biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan
dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan
(Jensen dan Meckling, 1976:44). Misalnya dalam kasus skandal manipulasi laporan
pelanggaran terhadap prinsip pengungkapan yang akurat (accurate disclosure) dan transparansi (transparency) yang jelas sangat merugikan para investor karena keuntungan yang overstated ini tentu telah dijadikan dasar transaksi oleh para investor, namun ketika kesalahan diumumkan, harga saham akan turun, dan
investor dirugikan (Tjager dkk, 2003:55).
Tidak ada pilihan lain bahwa korporasi-korporasi di Indonesia baik
perusahaan-perusahaan publik maupun perusahaan-perusahaan terbuka di pasar
modal harus melihat corporate governance bukan sebagai aksesoris belaka, tetapi suatu sistem nilai dan best practices yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai perusahaan dan menuntut pendekatan holistik dalam penerapannya. Kasus PT
Kimia Farma, Tbk tersebut menjadi salah satu bukti masih kurangnya kesadaran
perusahaan untuk menerapkan sistem corporate governance yang baik di Indonesia, khususnya sektor manufaktur. Manufaktur merupakan sektor terbesar
dari seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga penelitian
ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur. Selain merupakan sektor
terbesar, perusahaan manufaktur juga berbeda dengan jenis perusahaan lain
khususnya dalam aktivitas operasional perusahaan. Pada perusahaan manufaktur
terdapat aktivitas produksi sehingga dibutuhkan modal yang besar untuk proses
produksinya. Oleh karena itu perusahaan ini membutuhkan dana dari investor yang
lebih melalui pasar modal. Dana dari investor tersebut harus dikelola dengan baik
agar aktivitas operasional perusahaan berjalan lancar dan dapat meningkatkan nilai
perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya.
Menurut Simanjuntak dalam Indonesian Institute for Corporate
Directorship (2014) atas hasil penilaian tatakelola korporasi
signifikan namun kinerja secara keseluruhan masih kurang memuaskan dengan
skor rata-rata 54,55. Pada tahun 2013 Indonesian Institute for Corporate
Directorship (IICD) melakukan penelitian menggunakan acuan ASEAN corporate governance scorecard dalam menilai praktik corporate governanve terhadap 97 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian sebanyak
30 perusahaan diumumkan sebagai top 30 emiten dengan skor corporate governance tertinggi 2013. Dalam penelitian tersebut skor corporate governance
tertinggi didominasi oleh sektor perbankan dan BUMN.
Corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji pelaku bisnis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain sebagainya.
Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari waktu ke waktu. Corporate governance merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk diteliti sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan
(fraud) maupun keterpurukan bisnis yang terjadi sebagai akibat kesalahan yang dilakukan oleh para eksekutif manajemen. Hal tersebut memicu adanya pertanyaan
tentang kecukupan (eduquacy) corporate governance yang diterapkan perusahaan. Demikian pula halnya tentang kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan
perusahaan juga dipertanyakan (Juanda, 2009:3).
Namun merupakan suatu kenyataan bahwa konsep corporate
governance masih belum dipahami dengan baik oleh sebagian besar pelaku
telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun sektor swasta. Upaya-upaya
tersebut diantaranya adalah pembentukan Komnas Good Corporate
Governance oleh Kantor Menko Perekonomian dan disusunnya National
Code of Good Corporate Governance atau pedoman Nasional Good
Corporate Governance. Disamping itu peraturan-peraturan yang telah
diterbitkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Bursa Efek
Indonesia (BEI), serta keputusan-keputusan Menteri Negara BUMN juga
telah turut mendorong pelaksanaan
Good Corporate Governance oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia baik itu perusahaan publik maupun
BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
Tjager,
et al (2003:4) menyatakan bahwa secara teoritis praktek
good corporate governance dapat meningkatkan nilai (valuation)
perusahaan diantaranya meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko
yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan
diri sendiri dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan
kepercayaan investor. Atas dasar penjelasan tersebut maka tujuan penelitian
ini adalah untuk menggali konsep dasar sebagai bahan untuk menjelaskan
fenomena
corporate governance. Menurut Kaihatu (2006:2) teori utama
yang terkait dengan coporate governance adalah
agency theory.
Agency
theory memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agents bagi para
Penelitian tentang pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.
Berbagai poin penting hasil penelitian mereka dapat dijadikan acuan atau
perbandingan hasil mengenai pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap nilai perusahaan untuk mengetahui tingkat kekonsistenan
penelitian tersebut. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Susanto dan
Subekti (2013) meneliti tentang pengaruh Corporate Social Responsibility
dan Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini
mekanisme
corporate governance
terdiri dari kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, komisaris independen dan komite audit. Hasil
penelitian membuktikan bahwa pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Komisaris independen dan kepemilikan manajerial berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Komite audit dan kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) yang meneliti peran
praktek
corporate governance sebagai
moderating variabel dari pengaruh
earning management terhadap nilai perusahaan menemukan bahwa
corporate governance yang diproksikan terhadap komisaris independen,
Disamping itu ada sebagian besar penelitian terdahulu yang
menyebutkan bahwa Good Corporate Governance tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Diantaranya penelitian Che Haat, Rahman, dan
Mahenthiran (2008) yang menyimpulkan antara independensi dewan
komisaris,
cross-directorship
dewan, kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap nilai perusahaan
yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Lalu penelitian oleh Meryaty
(2011) meneliti pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa corporate governance
yang diproksikan dengan
komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
kepemilikan asing dan kualitas auditor tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan. Lebih lanjut Pratiwi (2013) melakukan
penelitian terhadap mekanisme Good Corporate Governance, kinerja
keuangan, Corporate Social Responsibility dan ukuran perusahaan terhadap
nilai perusahaan perbankan dan menemukan hasil bahwa secara simultan
tidak ada pengaruh yang signifikan antara kepemilikan institusional,
komisaris independen, ROA, ROE, CSR, dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
pengembangan dari penelitian Herawaty (2008), Susanto dan Subekti
(2013), dan Pratiwi (2013). Peneliti melakukan penelitian berdasarkan
keterbatasan dari penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008) dan
Susanto dan Subekti (2013) yang menggunakan periode penelitian selama 2
(dua) tahun dan berdasarkan penelitian Pratiwi (2013) yang menganalisis
perusahaan perbankan serta memaparkan bahwa Good Corporate
Governance, kinerja keuangan, Corporate Social Responsibility dan ukuran
perusahaan terhadap nilai perusahaan. Tetapi peneliti berfokus pada analisis
pengaruh
Good Corporate Governance yang diproksikan dengan ukuran
Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris, proporsi Komisaris
Independen, ukuran Komite Audit dan kompetensi anggota Komite Audit.
Penulis menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang
untuk mendapatkan daya komparabilitas yang lebih baik. Berdasarkan
alasan tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul
“
Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011-2013
”.
1. 2. Perumusan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut, maka diajukan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap nilai
2. Apakah jumlah rapat Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial terhadap
Nilai Perusahaan?
3. Apakah proporsi Komisaris Independen berpengaruh secara parsial terhadap
Nilai Perusahaan?
4. Apakah ukuran Komite Audit berpengaruh secara parsial terhadap Nilai
Perusahaan?
5. Apakah kompetensi anggota Komite Audit berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan?
6. Apakah corporate governance yang diproksikan pada ukuran Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris, proporsi Komisaris Independen,
ukuran Komite Audit dan kompetensi anggota Komite Audit berpengaruh
secara simultan terhadap Nilai Perusahaan?
1. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ukuran Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan.
2. Untuk mengetahui jumlah rapat Dewan Komisaris berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan.
3. Untuk mengetahui proporsi Komisaris Independen berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan.
4. Untuk mengetahui ukuran Komite Audit berpengaruh secara parsial terhadap
5. Untuk mengetahui kompetensi anggota Komite Audit berpengaruh secara
parsial terhadap Nilai Perusahaan.
6. Untuk mengetahui corporate governance yang diproksikan pada ukuran Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris, proporsi Komisaris
Independen, ukuran Komite Audit dan kompetensi anggota Komite Audit
berpengaruh secara simultan terhadap Nilai Perusahaan.
1. 4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
sebagai berikut:
1. Bagi manajemen, dapat memberikan kontribusi praktis tentang manfaat
penerapan dan mekanisme corporate governance dalam meningkatkan nilai perusahaan.
2. Bagi peneliti, dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti
pembelajaran terutama tentang corporate governance dan nilai perusahaan. 3. Bagi Akademis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan
dengan corporate governance dan nilai perusahaan.
4. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan
dalam melanjutkan penelitian terkait dengan pengaruh corporate governance
terhadap nilai perusahaan.
5. Bagi investor, calon investor dan badan otoritas pasar modal, diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai relevansi dari corporate governance
dalam laporan tahunan perusahaan dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian
pengambilan keputusan investasi yang akan dilakukan dalam memilih