Sejak awal dekade 1980-an sampai berbagai macam masalah psikososial dan dengan saat ini, penyakit Acquired etika.
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah AIDS itu sendiri adalah penyakit yang menjadi fenomena dan masalah baru dalam merupakan kumpulan gejala yang timbul bidang kedokteran maupun ilmu-ilmu sosial karena runtuhnya sistem kekebalan tubuh, (Carroll dalam Tambunan, 2000). Penyakit a k i b a t i n f e k s i H I V (H u m a n yang sejak berhasil diidentifikasi untuk Immunodefiency Virus). HIV adalah sejenis pertama kalinya tersebut sampai saat ini virus perusak sel pusat sistem pertahanan telah menjadi pandemi penyakit menular t u b u h , s e h i n g g a s i s t e m yang paling serius dalam masyartakat pertahanan/kekebalan tubuh menjadi tidak modern, serta menjadi prioritas yang tinggi b e r f u n g s i . B i l a s i s t e m dalam agenda kesehatan dunia. Selain itu pertahanan/kekebalan tubuh menjadi rusak, sebagai masalah kesehatan, kasus-kasus tubuh tidak lagi memiliki “benteng” sebagai dengan penyakit ini juga dimuati oleh pelindung terhadap berbagai macam
Abstract
The research aims to observe the effectiveness of cognitive behavioral therapy to improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users) with HIV infection. The cognitive behavioral therapy is therapy that emphasizing the change of thoughts pattern, emotions or feelings and maladaptive behavior becomes more rational and adaptive. This therapy uses a series of behavior cognitive treatment through cognitive and behavioral combination that consist of: (a) psychoeducation, (b) self-presentation, ( c) home work, (d) thought catching, (e) reality testing, (f) positive thinking, (g) focus group discussions, and (h) relaxation. The research subjects are five IDU (Injection Drug Users s) with HIV infection. The data collection base is conducted using self-acceptance scale, interviews and observations. The research design used is The One Group Pre Test- Post Test Design. The analysis used is visual inspection analysis, quantitative analysis and qualitative analysis. The quantitative analysis with hypothesis test is usingnon-parametric Wilcoxon test to observe the existence or absence of the cognitive behavioral therapy influence to improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users s) whit HIV infection. The qualitative analysis is based on interviews, observations and worksheet given during therapy. The results on the effectiveness of cognitive behavioral therapy to improve self-acceptance in IDU (InjectionDrug Users s) with HIV infection indicated that there is significant improvement. According to the statistical tests results of pre-test and post-test measurement with value of Z= -2.023 and p = 0.043, p <0.05. The value also represents the post-test measurement and follow-up stated that there is significant improvement. The conclusion is the cognitive behavioral therapy can improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users) with HIV infection.
Keywords: cognitive behavioral therapy, self acceptance, IDU (Injection Drug Users), HIV/AIDS
EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY
UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI
PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV
Martina Kusumawati
penyakit. Akibatnya, berbagai macam tidak berharga, merasa kurang percaya diri, penyakit dapat bersarang di dalam tubuh. muncul perasaan takut dan belum siap Keadaan semacam ini, pada akhirnya akan menerima keadaannya.
menyebabkan kematian dan penderitaan Dari hasil wawancara tersebut, secara psikologis (Tambunan, 2000). kondisi beberapa ODHA menunjukkan HIV (Human Immunodefiency Virus) adanya perasaan dan pikiran bahwa mereka akan diderita seumur hidup oleh penderita tidak yakin mampu menjalani kehidupan, dan sangat mudah menular melalui berbagai perasaan tidak berharga, ada perasaan macam cara yaitu hubungan heteroseksual, bersalah, tidak percaya diri dengan kondisi baik dari laki-laki kepada perempuan atau fisik, pikiran ditolak oleh lingkungan sekitar sebaliknya. Selain hal tersebut penularan dan upaya membatasi bahkan menarik diri HIV melalui jarum suntik biasanya pada dari lingkungan. Kondisi ODHA dengan pengguna narkoba secara bergantian dan p i k i r a n d a n p e r a s a n t e r s e b u t perempuan yang terinfeksi HIV juga dapat menggambarkan bahwa mereka memiliki menularkan pada anaknya selama pandangan negatif dan rendah tentang kehamilan. Pernyataan di atas diperkuat dirinya sendiri. Dimana perasaan bahkan dengan hasil wawancara dengan Bapak K, pikiran negatif akan muncul, karena selain salah satu cara penggunaan narkoba dampak secara fisik pada umumnya ODHA membutuhkan alat bantu berupa jarum merasakan yang lebih berat secara suntik. Maraknya operasi yang dilakukan psikologis. Dapat disimpulkan bahwa oleh pihak kepolisian terhadap peredaran kondisi yang di alami oleh ODHA di atas jarum suntik mengakibatkan jumlah jarum adalah kurangnya penerimaan diri. Menurut suntik menjadi semakin sedikit dan sulit Supratiknya (1995), penerimaan diri adalah diperoleh. Menurut Bapak K yang memiliki penghargaan yang tinggi terhadap merupakan salah satu anggota rapat yang diri sendiri, atau tidak bersikap sinis dilakukan oleh KPAI dan BNN pada tahun terhadap diri sendiri. Penerimaan diri 2003, hal tersebut mendorong perilaku berkaitan dengan kerelaan membuka diri b e r g a n t i a n j a r u m s u n t i k y a n g atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan mengakibatkan merebaknya HIV pada IDU reaksi kepada orang lain, kesehatan (Injection Drug Users). psikologis individu serta penerimaan Berdasarkan hasil wawancara dengan terhadap orang lain. Penerimaan diri pada subjek A yang merupakan mantan pengguna O D H A a d a l a h s u a t u p r o s e s y a n g narkoba dengan jarum suntik dan terinfeksi berkelanjutan setelah positif dinyatakan HIV. Menurut subjek A penularan HIV terkena HIV/AIDS.
penderita (Davison, Neale, Kring, 2006). pengalaman-pengalamannya) adalah Seperti telah dipaparkan di atas dengan memprogram fungsi neuro-nya bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit (otak) dengan menggunakan bahasa yang masih sulit disembuhkan. Selain (linguis). Setelah kedua proses terjadi, maka k a r e n a o b a t y a n g b i s a m e m b u a t selanjutnya seseorang akan berusaha untuk p e n d e r i t a n y a s e m b u h t o t a l b e l u m belajar bereaksi tertentu pada suatu situasi ditemukan hanya terapi obat yang menekan tertentu, dan membangun pola-pola jumlah virus yang tersedia, sementara laju otomatis atau program-program, yang penularan virusnya juga sangat cepat. terjadi di sistem neurologi maupun di sistem Terlepas dari kemajuan terapi obat terdapat bahasa kita (ini yang disebut dengan istilah kesepakatan luas bahwa sejauh ini strategi programming). NLP (Neuro Linguistic terbaik adalah pemberian psikoterapi baik Programming) telah diberikan kepada melalui perubahan perilaku (behavioural penyandang cacat tubuh namun terdapat therapy) maupun terapi psikologi yang kelemahan yaitu tidak mudah untuk berkaitan dengan kognitif (Davison, Neale, melakukan standarisasi dalam terapi NLP
Kring, 2006). (Neuro Linguistic Programming).
Berdasarkan wawancara lebih lanjut Terapi yang lain adalah cognitive dengan subjek D, upaya-upaya yang telah behavioural therapy. Cognitive behavioural dilakukan oleh ODHA dalam kaitannya therapy merupakan gabungan beberapa untuk meningkatkan penerimaan diri adalah teknik terapeutik yang tidak hanya terfokus m e m b e r i k a n d u k u n g a n k e l o m p o k . pada perilaku tetapi juga kesalahan berpikir Dukungan kelompok ODHA ini berupa dan kognisi (Nevid, Rathus, Greene, 1997). kunjungan rumah, kunjungan rumah sakit Cognitive behavioural therapy memiliki dan pertemuan rutin. Kunjungan rumah dan asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan kunjungan rumah sakit dilakukan ketika ada mempengaruhi perilaku dan perubahan ODHA yang mengalami masalah baik pada kognisi ini dapat menghasilkan kesehatan fisik maupun psikis. perubahan perilaku yang diharapkan. Salah Salah satu psikoterapi yang dapat satu terapi yang dapat dilakukan untuk diberikan kepada ODHA yang IDU adalah mengubah pola pikir, perasaan dan perilaku dukungan sosial. Menurut Jacobson (dalam yang maladaptif menjadi adaptif adalah Orford, 1992) dukungan sosial adalah salah cognitive behavioural therapy. Dimana s a t u b e n t u k t i n g k a h l a k u y a n g cognitive behavioural therapy ini pada menumbuhkan perasaan nyaman dan dasarnya akan mempengaruhi perasaan dan membuat individu percaya bahwa individu perilaku kita, pemikiran yang negatif dan dihormati, dihargai, dicintai dan bahwa tidak realistis akan menyebabkan distres orang lain bersedia memberikan perhatian dan berpengaruh pada pengambilan dan keamanan. Terapi ini dapat berjalan jika k e p u t u s a n terdapat kerjasama yang baik antara (http://wikipedia.org/wiki/cognitivebehavi beberapa pihak antara lain keluarga, oraltherapy, Maret 2013).
berperilaku. Proses kognisi ini akan menjadi terapi dukungan sosial yang hanya faktor penentu dan menjelaskan bagaimana menangani gejala-gejala yang terlihat dari manusia berpikir, merasa dan bertindak. luar saja dan tidak menangani akar Alasan kedua adalah pikiran, perasaan dan permasalahan yang sebenarnya sehingga tingkah laku saling berhubungan secara kondisi tersebut dapat memungkinkan kasual atau saling berpengaruh. Dengan terulang kembali gangguan yang dialami demikian pendekatan yang digunakan harus individu tersebut. Menurut Nevid (1997), dapat mengatasi kecenderungan yang cognitive behavioural therapy merupakan dialami oleh ODHA yang kurang dalam gabungan beberapa teknik terapi yang tidak penerimaan diri dalam hal ini sudah muncul hanya berfokus pada perilaku tetapi juga perilaku seperti marah, membatasi kesalahan berpikir dan kognisi, sehingga pergaulan bahkan menarik diri. peneliti ingin melakukan penelitian Cognitive behavioural therapy mengenai efektivitas terapi kognitif dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk perilaku untuk meningkatkan penerimaan kelompok terapi dengan pertimbangan diri pada IDU (Injection Drug Users) yang bahwa terapi kelompok membantu individu terinfeksi HIV.
mengurangi isolasi sosial, memperoleh Cognitive behavioural therapy d u k u n g a n , m o t i v a s i , m e m b a n g u n merupakan hasil dari evolusi pemikiran dari lingkungan yang aman untuk menguji beberapa tokoh seperti Aaron Beck, Albert pemikiran dan perilaku melalui masukan Ellis dan Donald Meichenbaum secara perspektif dari anggota lain, mencontoh dan bertahap dalam ilmu psikologi yang dimulai mempelajari bagaimana strategi yang sebagai reaksi dari teori psikoanalisa yang diterapkan anggota lain. Sesuai dengan mendominasi psikologi klinis dan psikiatri konsep Yalom (Bieling, Mccabe & Antony, pada tahun 1960an. Teori behavior atau 2006) yang mendeskripsikan sembilan perilaku yang muncul pada tahun 1960an faktor terapeutik yang relevan yang dan awal tahun 1970an memiliki asumsi disediakan oleh kelompok dan bagaimana bahwa perkembangan dan pemeliharaan tiap faktor dapat dikembangkan dalam perilaku mengacu pada prinsip-prinsip lingkungan kelompok untuk menghasilkan belajar.
perubahan. Sembilan faktor tersebut adalah Cognitive behavioural therapy penanaman harapan, universality, memberi berusaha untuk mengintegrasikan teknik-atau menanamkan informasi, altruisme, teknik terapeutik yang berfokus untuk rekapitulasi korektif dari kelompok membantu individu untuk melakukan keluarga utama dan pembelajaran perubahan-perubahan, tidak hanya pada interpersonal, perkembangan teknik-teknik perilaku nyata, tetapi juga dalam pemikiran, sosialisasi, perilaku meniru, kohesi keyakinan dan sikap yang mendasarinya. kelompok, dan katarsis. Te o r i c o g n i t i v e b e h a v i o r y a n g
Cognitive behavioural therapy dikembangkan oleh Aaron Beck yang merupakan kombinasi strategi kognitif dan berfokus pada proses pikir dan emosi klien, perilaku. Konsep dasar terapi ini adalah terapis mengkonfrontasi pikiran dan emosi bahwa pola pemikiran manusia terbentuk yang salah dengan memodifikasi proses melalui proses rangkaian stimulus-kognisi- berpikir klien terhadap masalah yang respon, yang saling terkait dan membentuk dihadapinya. Terapis diharapkan mampu jaringan dalam otak. Terapi lain seperti membantu klien untuk mencari keyakinan terapi kognitif tidak dipilih oleh peneliti yang bersifat dogmatis dalam diri klien dan dikarenakan terapi NLP (Neuro Linguistic secara kuat dicoba untuk menguranginya Programming) hanya menfokuskan pada (Sundberg, 2007).
peran tugas rumah, menempatkan tanggung Helmi (1998) yang menyatakan penerimaan jawab pada klien untuk secara aktif diri yang baik adalah sejauhmana seseorang mengikuti terapi baik selama proses terapi d a p a t m e n y a d a r i d a n m e n g a k u i a t a u p u n d i l u a r t e r a p i , m e m b e r i k a n karakteristik pribadi dan menggunakannya gambaran tentang proses kognitif dan d a l a m m e n j a l a n i k e b e r l a n g s u n g a n strategi perilaku untuk menciptakan h i d u p n y a . S i k a p p e n e r i m a a n d i r i perubahan, sehingga terapi tepat digunakan ditunjukkan oleh pengakuan seseorang untuk social problem solving. Menurut terhadap kelebihan-kelebihannya sekaligus D'Zurilla (dalam Sundberg, 2007) bahwa kelemahannya tanpa menyalahkan orang intervensi dan prevensi klinis berdasarkan lain dan mempunyai keinginan yang terus asumsi bahwa social problem solving menerus untuk mengembangkannya.
berkorelasi positif dengan kompetensi Berdasarkan hasil wawancara sosial dan berkorelasi negatif dengan yang dilakukan pada ODHA mantan psikopatologi atau perilaku maladaptif. Hal p e n g g u n a n a r k o b a j a r u m s u n t i k ini juga diasumsikan bahwa latihan menjelaskan bahwa mereka merasa tidak ketrampilan mengatasi masalah akan mampu menghadapi kehidupan, tidak meningkatkan kompetensi sosial dan berharga, merasa dirinya lebih rendah dari membantu mengurangi perilaku maladaptif orang lain, tidak mampu memikul tanggung serta membantu orang mengatasi stres dan jawabnya dan membatasi pergaulan. Hal ini masalah-masalah baru. menunjukkan bahwa OHDA tersebut tidak M a s a l a h k e s e h a t a n d a l a m memiliki penerimaan diri yang baik. kehidupan kita sangat menarik perhatian, Sarafino (2002) yang telah melakukan setiap hari bahkan setiap saat. Berita-berita penelitian dan wawancara terhadap orang-mengenai timbulnya penyakit baru, yang o r a n g y a n g t e r i n f e k s i H I V / A I D S belum ditemukan penanggulangannya, menjelaskan bahwa mereka mengalami pengobatan, bahkan penyebabnya, sangat beberapa masalah seperti penolakan, marah mencemaskan kita semua Penyakit kronis dan penerimaan diri.
Pre-proses selanjutnya yaitu testing realitas pemahaman dibutuhkan.
yang akan menggugurkan pikiran negatif e. Usia minimal 20 tahun dengan alasan
dan mengubah serta mengganti pikiran jumlah kasus AIDS terbanyak pada
menjadi positif. Komponen lain adalah rentang usia 20-29 tahun dan 30-39
focus group discussion (FGD) dalam bentuk tahun seperti yang telah dipaparkan
terapi kelompok dimana para subjek saling pada bab I.
memberikan motivasi dan dukungan
terhadap langkah-langkah yang akan Rancangan Penelitian
dilakukan dalam situasi tertentu dimana R a n c a n g a n p e n e l i t i a n y a n g
individu harus dapat menentukan sikapnya digunakan dalam penelitian ini adalah The
tanpa menyinggung orang lain. Terakhir One Group Pre-test – Post-test Design yaitu
adalah teknik relaksasi yang bertujuan sebuah rancangan yang digunakan dengan
untuk membuat subjek merasa lebih rileks cara memberikan perlakuan pada jangka
dan mengurangi perasaan tidak nyaman. waktu tertentu serta mengukurnya dengan
Pelaksanaannya akan dilakukan dalam lima tes sebelum (pre-test) dan sesudah
(post-sesi per (post-sesinya 60-150 menit selama empat test) perlakuan dilakukan. Pada paradigma
kali pertemuan dan setiap minggunya akan ini terdapat pra tes sebelum diberi perlakuan
dilakukan dua kali pertemuan. Pertemuan sehingga hasil perlakuan dapat diketahui
pertama sampai dengan ketiga akan lebih akurat, karena dapat membandingkan
dilakukan proses terapi dan pada pertemuan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan
keempat akan dilakukan follow up untuk (Cook & Campbell, 1979). Rancangan ini
mengetahui sejauhmana pengaruh cognitive dipilih karena pada penelitian ini hanya
behavioural therapy dan penerapannya menggunakan satu kelompok yang akan
dalam kehidupan sehari-hari. diberikan perlakukan. Pre-test dilakukan
Oleh karena itu, judul penelitian untuk mengetahui tingkat penerimaan diri
yang akan diangkat dalam penelitian ini sebelum diberikan perlakukan atau terapi.
adalah ”efektivitas cognitive behavioural Post-test digunakan untuk kembali
therapy untuk meningkatkan penerimaan perubahan yang mungkin terjadi pada
diri pada IDU (Injection Drug Users) yang tingkat penerimaan diri ODHA pengguna
terinfeksi HIV”. narkoba jarum suntik setelah mengikuti
seluruh proses cognitive behavioural
METODE PENELITIAN therapy. Berikut rancangan penelitiannya:
Subjek Penelitian Tabel 1. Rancangan Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian pada ODHA dengan beberapa karakteristik tertentu dengan berbagai pertimbangan seperti :
a. Pengguna narkoba jarum suntik
(Injection Drug Users)
b. Subjek pada fase denial sudah mengisi
skala penerimaan diri dengan hasil menunjukkan berada pada kategori
Pengumpulan Data rendah atau sedang.
Menurut Bungin (2007) metode
c. Terdeteksi infeksi HIV antara 6 bulan -
pengumpulan data dilakukan melalui 2 tahun
d. Pendidikan minimal SMU dengan beberapa hal antara lain adalah penentuan
alasan pada cognitive behavior therapy sampel, pembuatan quesioner, dan teknik
akan diberikan psikoedukasi sehingga wawancara. Menurut Gray, Williamson,
data terdiri dari observasi, alat ukur, dan Intervensi
Desain perlakuan yang diberikan rekaman informasi. Ada 3 cara metode
m e n g a c u p a d a k o n s e p c o g n i t i v e pengumpulan data yang digunakan dalam
behavioural therapy, yaitu mengubah pola
penelitian tentang efektifitas cognitive
pikir, emosi atau perasaan dan perilaku yang
behavioural therapy untuk meningkatkan
maladapitif menjadi lebih rasional dan pada ODHA pengguna narkoba jarum
adaptif. Peneliti akan menggunakan suntik :
kombinasi dari beberapa teknik cognitive
a. Observasi dan Wawancara
b e h a v i o u r a l t h e r a p y y a n g b e r i s i Observasi yang digunakan adalah
psikoedukasi, self presentation, self
observasi eksperimental, dimana observer
monitoring, home work, thought catching, melakukan pengamatan pada saat subjek
berpikir positif, FGD (focus group dalam situasi eksperimental atau diberikan
discussion) , testing realitas dan relaksasi
perlakuan. Sedangkan pencatatan observasi
yang akan dilakukan dalam empat kali
menggunakan anecdotal record, yaitu
pertemuan. Dengan keterangan sebagai pencatatan segera semua perilaku yang
berikut ini: ditunjukkan oleh subjek, baik selama proses
a. Perkenalan dan psikoedukasi tentang
eksperimen maupun wawancara.
terapi yang akan diberikan, pada sesi Wawancara yang digunakan adalah
ini termasuk pemberian pre-test dan
wawancara bebas terpimpin, dimana
perkenalan terapis serta observer.
terdapat interview guide yang digunakan
b. Psikoedukasi tentang penerimaan diri
oleh peneliti, namun cara penyajiannya
dan HIV/AIDS
d. Evaluasi dan terminasi dimana
diberikan tritmen. Adapun pertanyaan yang
pemberian post-test dan penguatan oleh akan diberikan adalah (a) bagaimana
terapis dengan mengevaluasi semua perasaan subjek saat positif terinfeksi HIV, lingkungan subjek saat positif terinfeksi
e. F o l l o w u p u n t u k m e n g e t a h u i HIV, seperti keluarga, teman, dan
sejauhmana pengaruh sejauh mana lingkungan sekitar, (d) apa pengaruh
pengaruh terapi kognitif perilaku pada penyakit HIV baik secara psikis, fisik, dan
klien dan penerapannya dalam kehidupan sosial, (e) upaya yang telah
kehidupan sehari-hari. dilakukan, (f) harapan subjek.
Pemberian terapi akan dilakukan
b. Pembuatan Quensioner
sebanyak lima sesi dalam empat kali Salah satu metode pengumpulan
pertemuan, dimana setiap pertemuan akan data dilakukan dalam penelitian ini adalah
dilakukan selama 60-150 menit. Follow up dengan menggunakan quesioner yang
akan dilakukan pada pertemuan keempat berupa skala penerimaan diri (Sari, 2002)
dengan jarak satu bulan dari pertemuan yang telah dimodifikasi disesuaikan dengan
ketiga. pada kondisi subjek pada penelitian ini
berdasarkan teori Sheerer yang sudah
Metode Analisis Data memenuhi syarat validitas dan reabilitas.
M e t o d e a n a l i s i s d a t a y a n g Penggunanaan skala penerimaan diri (Sari,
digunakan penelitian dengan menggunakan 2002) adalah untuk mengetahui tingkat
cognitive behavioural therapy untuk
penerimaan diri ODHA pengguna narkoba
pengguna narkoba dengan jarum suntik yang terinfeksi HIV dari suami adalah dengan menggunakan standar skoring skala penerimaan diri telah diciptakan dan diujicobakan oleh Sari (2002) untuk melihat tingkat penerimaan diri yang dialami oleh individu. Analisis kuantitatif untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Non-Parametric Wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sebelum diberikan perlakuan (pre-test), sesudah perlakuan (post-test) dan tindak lanjut (follow up) dalam sebuah
kelompok. Analisis data menggunakan Grafik 1. Hasil Skor Skala Penerimaan
SPSS for Windows versi 16.0 (Santoso, Diri Subjek Penelitian
2008). Peneliti juga akan menggunakan Grafik di atas menunjukkan
analisis data dengan analisa visual atau p e r b a n d i n g a n a d a n y a p e r u b a h a a n
visual inspection yaitu analisis yang penerimaan diri pada tiap-tiap subjek
menginterpretasikan hasil melalui data penelitian pada saat pre-test, post-test, dan
grafik secara akurat dan bermakna dengan follow up. Perubahan penerimaan diri yang
melihat perubahan perilaku yang terjadi dan signifikan dapat dilihat melalui perubahan
melihat hubungan perubahan perilaku skor penerimaan diri yang diperoleh oleh
dengan pemberian intervensi (Coopper, subjek penelitian.
Heron & Heward, 1987). Analisis Kuantitatif
Analisis kualitatif akan dilakukan Data penelitian di bawah ini
dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil yang diperoleh dari 5
melihat reflektif dan menjelaskan dinamika subjek penelitian. Data tersebut merupakan
psikologis proses cognitive behavioural hasil dari pengukuran awal (pre-test),
therapy yang terjadi pada masing-masing p e n g u k u r a n a k h i r (p o s t - t e s t) d a n
subjek yang mendukung hasil standar skala pengukuran ulang (follow-up). Deskripsi
penerimaan diri yang telah didapat dari data subjek penelitian dapat dilihat pada
masing-masing subjek. Analisis data secara tabel berikut:
kualitatif dilakukan berdasarkan hasil
observasi, wawancara, hasil skor skala Tabel 2. Deskripsi Statistik Penerimaan
penerimaan diri, lembar kerja dan tugas Diri
rumah.
HASIL PENELITIAN
Analisis Visual Inspection
Analisa visual inspection adalah
berupa grafik, dimana grafik ini akan Berdasarkan perolehan skor dan
menyajikan data subjek dalam penelitian kategori pada tabel di atas diketahui bahwa
mengenai efektifitas cognitive behavioural subjek penelitian memiliki tingkat
therapy untuk meningkatkan penerimaan penerimaan diri yang tergolong rendah dan
diri pada IDU (Injection Drug Users). sedang. Setelah diberikan cognitive
Berikut adalah data hasil peningkatan behavioural therapy, diketahui adanya
penerimaan diri subjek berdasarkan skala peningkatan penerimaan diri pada subjek,
penerimaan diri yang telah diberikan pada hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh
saat pre-tes, post-test dan follow up : dan peningkatan tingkat penerimaan diri
Skor Total Subjek SH Subjek EA Subjek DI Subjek LD Subjek DA Pre-Test 30 (Rendah) 28 (Rendah) 50 (Sedang) 34 (Rendah) 33 (Rendah) 175
Post-Test 50 (Sedang) 36 (Sedang) 71 (Tinggi) 64 (Sedang) 46 (Sedang) 267
Follow
atas menunjukan adanya peningkatan skor therapy berhasil meningkatkan diri pada post-test penerimaan diri setelah pemberian IDU (Injection Drug Users) yang terinfeksi cognitive behavioural therapy. Pada hasil HIV. Hasil penelitian ini secara umum tindak lanjut (follow Up) atau pengukuran menemukan bahwa cognitive behavioural ulang kepada subjek penelitian setelah satu therapy mampu membantu IDU yang bulan mendapatkan cognitive behavioural terinfeksi HIV dalam meningkatkan therapy diketahui tidak ada penurunan penerimaan diri. Hasil analisa statistik penerimaan diri berdasarkan kategori. Dan terhadap uji hipotesis menyatakan adanya terdapat satu subjek yang mengalami perbedaan yang signifikan pada tingkat peningaktan penerimaan dari tingkat sedang penerimaan diri pada subjek setelah ke tingkat tinggi. mendapat cognitive behavior therapy. Pada Hipotesis dalam penelitian ini saat pengukuran ulang (Follow Up) terlihat adalah cognitive behavioural therapy juga peningkatan penerimaan diri pada memiliki efektivitas dalam meningkatkan subjek.
penerimaan diri pada IDU (Injection Drug Berdasarkan hasil dari berbagai U s e r s) y a n g t e r i n f e k s i H I V. A d a analisa yang dilakukan, secara analisa peningkatan penerimaan diri pada subjek visual inspection, analisa kuantitatif dan penelitian antara sebelum dan sesudah analisa kualitiatif ditemukan adanya diberikan terapi kognitif perilaku. peningkatan penerimaan diri pada IDU yang Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji terinfeksi HIV. Peningkatan penerimaan diri statistik Non-Parametric Wilcoxon. Hasil tidak terjadi secara dramatis namun secara analisis data dengan uji 2 related sample bertahap, karena adanya insight dan proses Wilcoxon terdapat pada tabel di bawah ini : pengenalan serta pembelajaran mengenai k e t r a m p i l a n b a r u s e l a m a t e r a p i . Rangkuman Uji statistik Non- Peningkatan yang dialami oleh subjek
Parametric Wilcoxon penelitian dipantau melalui pre-test,
post-test dan follow up. Banyak proses yang dialami oleh subjek penelitian sehingga di awal terapi, baik terapis dan subjek berusaha menjalin rapport yang baik untuk memberikan rasa nyaman dan aman selama terapi berlangsung.
Pada tabel 11 menunjukkan bahwa Secara analisa visual inspection pada pre-test dan post-test ada perbedaan yang didapatkan dari hasil pre-test, post-test penerimaan diri yang signifikan pada subjek dan follow up menunjukkan adanya penelitian, hal ini ditunjukkam dengan nilai peningkatan penerimaan diri dengan hasil Z= -2,023, p=0,043 (p<0,05). Pada post test yang beragam. Pada pre-test, terdapat empat dan follow up ada perbedaan penerimaan dari lima subjek yang berada pada kategori diri pada subjek penelitian, hal ini penerimaan diri rendah dan satu subjek ditunjukkan dengan Z= -2,023, p=0,043. berada pada kategori penerimaan diri Dari hasil uji hipotesis dapat sedang. Subjek dengan kategori penerimaan disimpulkan bahwa terdapat perbedaan diri sedang adalah DI, diketahui dari hasil penerimaan diri yang signifikan setelah wawancara yang telah dilakukan DI diberikan terapi pada subjek penelitian dab mengaku bahwa dirinya mempunyai ada perbedaan penerimaan diri pada subjek kesadaran akan resiko sebagai IDU setelah dilakukan follow up. (Injection Drug Users), yaitu dapat dengan mudah terinfeksi HIV. Berbeda dengan Analisis Kualitatif subjek-subjek yang lain, kurang adanya Penelitian ini bertujuan untuk kesadaran tentang resiko menjadi IDU. melihat apakah cognitive behavioural Faktor lain yang berkaitan adalah dukungan
Pengukuran Z p Keterangan
Pre test-Post test
-2,023
0,043 Signifikan
Post test-Follow up
-2,023
orang terdekat, DI mengaku bahwa dirinya berusaha untuk membuka diri terhadap mendapatkan dukungan dari orang terdekat lingkungan dan mau bersosialisasi seperti yaitu pacar. DI mempunyai keberanian orang pada umumnya.
untuk “open status” dengan pacarnya dan Dari beberapa keberhasilan subjek mendapatkan respon yang baik, berbeda yang mengikuti terapi, yaitu SH dan LD dengan kondisi yang dialami oleh DA yang adalah dua orang subjek yang terlihat secara berada pada kategori penerimaan diri sungguh-sungguh mengikuti apa yang telah rendah. DA menceritakan bahwa dirinya diajarkan selama terapi. Peningakatan mengalami penolakan bahkan perceraian perilaku yang dialami, dibuktikan dengan dengan orang terdekatnya (isteri) ketika DA berkurangnya perasaan gelisah, cemas dan berusaha untuk “open status”. Sehingga pola tidur yang membaik. Di awal terapi
dapat dikatakan bahwa dukungan dari orang semua subjek penelitian mengaku
terdekat juga memberikan pengaruh mengalami kekhawatiran, kecemasan,
terhadap penerimaan diri pada subjek gelisah dan ada masalah pola tidur, tetapi
penelitian. yang berhasil mengalami peningkatkan
Temuan lain pada analisa visual hanya SH dan LD. Mereka berdua melatih
inspection adalah terdapat dua subjek yang (melakukan di rumah) apa yang diajarkan berada pada kategori penerimaan diri tinggi dalam hal ini adalah relaksasi selama terapi setelah mengikuti cognitive behavioural s e d a n g k a n t i g a s u b j e k l a i n t i d a k
therapy, dua subjek tersebut adalah DI dan melakukannya.
LD. Dari data yang ada diketahui bahwa Keberhasilan terapi ini sangat kedua subjek ini memiliki latar belakang didukung oleh kemauan dan keseriusan para pendidikan yang lebih tinggi (mahasiswa subjek selama mengikuti terapi. Selain dari strata-1) dibandingan dengan tiga subjek faktor internal, terdapat pula faktor lain yang lain (lulusan SMA). Dengan ini dapat yang berpengaruh selama proses terapi yaitu
disimpulkan bahwa latar belakang kegiatan yang dilakukan melibatkan subjek
pendidikan ikut berpengaruh terhadap secara aktif dengan mengerjakan lembar
peningkatan penerimaan diri. kerja dan tugas rumah. Walaupun selama
Secara analisa kualitatif ditemukan mengerjakan lembar kerja menimbulkan bahwa masalah-masalah yang seringkali kebosanan, namun subjek diajak secara dialami oleh subjek penelitian mulai langsung untuk berpikir dan mengenali
menemukan cara penyelesaiannya. dirinya sendiri, sehingga mereka tidak
Permasalahan seperti perasaan tidak berperan pasif selama proses terapi. Latar mampu menjalani masa depan, perasaan belakang pendidikan, dukungan orang tidak berharga, tidak percaya diri, menarik t e r d e k a t d a n p e n g e t a h u a n y a n g diri dari lingkungan dan stigma negatif dari berhubungan dengan penyakit yang diderita masyarakat terhadap IDU yang terinfeksi m e r u p a k a n f a k t o r e k s t e r n a l y a n g HIV. Permasalahan tersebut diatasi dengan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan cara berpikir positif, subjek LD dan SH penerimaan diri.
mengaku ketika mereka berpikir secara Faktor ekternal lainnya adalah
positif maka harapan-harapan akan tercapai. proses terapi ini dilakukan secara Menurut SH, berpikir positif juga berkelompok, yaitu dengan lima orang yang m e m b e r i k a n p e n g a r u h t e r h a d a p positif terinfeksi HIV yang tertular melalui kesehatannya dan aktivitasnya. DI dan LD narkoba dengan jarum suntik. Hal ini mengutarakan mampu menumbuhkan b e r p e n g a r u h d a l a m p e n i n g k a t a n kepercayaan diri dan mereka yakin mampu penerimaan diri pada subjek karena mereka untuk melanjutkan kuliahnya lagi yang t i d a k m e r a s a s e n d i r i m e n g a l a m i
sempat tertunda. Ada keinginan dari permasalahan yang dihadapi dalam
dilakukan. Adanya keterbukaan sangat dapat mengatasi masalah yang mereka membantu dalam proses terapi, karena alami baik dari segi kognisi, afeksi maupun subjek dapat saling belajar dan memiliki perilaku.
banyak referensi untuk bisa mengenal Dalam tahapan self presentation,
pikiran dan perasaan dari suatu perilaku subjek diajak untuk menggambarkan atau yang mereka lakukan. Sejalan dengan mempresentasikan dirinya baik kelebihan Yalom (Bieling, Mccabe & Antony, 2006) maupun kekurangnya kemudian dilakukan yang menyatakan bahwa dalam terapi testing realita. Di awal terapi masih kelompok, memungkinkan individu untuk ditemuakan perasaan dan pikiran negatif memperoleh dukungan, motivasi dan dapat yang dialami oleh subjek penelitian, membangun lingkungan yang aman untuk sehingga diminta untuk menemukan bukti-menguji pemikiran dan perilaku melalui bukti nyata tentang apa yang mereka alami. masukan perspektif dari anggota lain, serta Testing realita disini dimaksudkan untuk
untuk mencontoh dan mempelajari menggugurkan perasaan dan pikiran negatif
bagaimana strategi yang diterapkan anggota dengan bukti-bukti nyata dan menggantinya lain. Dinamika kelompok yang terjadi dengan pikiran yang positif. Peale (1977) dimana terdapat saran langsung dari terapis menjelaskan bahwa berpikir positif adalah maupun dari anggota kelompok lain dapat memandang segala persoalan yang muncul membangun informasi baru dan berguna dari sudut pandang yang positif karena bagi partisipan, baik untuk menemukan dengan berpikir positif individu mempunyai distorsi kognitif yang dialami maupun untuk pandangan bahwa setiap hasil pasti ada mencari strategi kompensasi sehingga dapat pemecahannya dan suatu pemecahan yang meningkatkan regulasi diri partisipan. tepat diperoleh melalui proses intelektual Adanya pengaruh dari tahapan- yang sehat. Tahapan ini dapat mengubah tahapan terapi yang diberikan kepada cara pandang ODHA agar mendapatkan subjek saling terkait memberikan menyikapi masalah dengan cara positif guna kemudahan para subjek penelitian untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih lebih memahami maksud atau tujuan dari baik.
cognitive behavioural therapy. Sehingga Ada perasaan tidak berharga yang manfaat dari cognitive behavioural therapy muncul pada subjek penelitian, biasanya dapat dirasakan subjek penelitian secara individu yang merasa dirinya tidak berharga langsung. Adapun masalah yang selama ini atau dengan harga diri rendah mempunyai
dirasakan oleh subjek seperti merasa tidak kecenderungan memandang dirinya
mampu menjalani masa depannya, merasa maupun lingkungan secara negatif. Hal ini tidak percaya diri, menarik diri dari dialami oleh subjek penelitian, efek dari lingkungan, mengalami kecemasan, harga diri yang rendah adalah subjek merasa mengalami gangguan tidur, hal-hal yang berbeda dengan individu lain, merasa
bersifat negatif tersebut apa akhirnya lingkungan tidak dapat menerima
menghilang dan berganti dengan hal-hal kondisinya dan merasa tidak percaya diri. yang positif. Penelitian yang di lakukan oleh Sulit untuk menjalin hubungan dengan Leake, dkk (1999) menyatakan self l i n g k u n g a n k a r e n a s u d a h m e r a s a p re s e n t a t i o n c u k u p e f e k t i f d a l a m terdiskriminasi dengan perasaan dan meningkatkan penyesuaian diri, belajar pikirannya sendiri sehingga mempengaruhi
untuk menerima pendapat, belajar penerimaan diri individu tersebut.
mendengar, dan membeikan umpan balik Dikuatkan dengan pendapat Afiatin (2008) yang tidak lain merupakan relfeksi dari yang menjelaskan bahwa individu yang masalah yang sedang dihadapi. Penelitian dapat menilai dirinya secara baik pada
tesebut memperkuat bahwa cognitive umumnya akan bahagia, sukses, menerima
menilai dirinya buruk atau memiliki harga melalui psikoedukasi, dan relaksasi dirasa diri rendah akan merasa dirinya terasing, m e m b e r i k a n p e n g a r u h t e r h a d a p tertekan dan kurang berani melakukan peningkatan penerimaan diri. Sejalan
sesuatu. dengan Safren, dkk (2004) yang telah
Menurut Sheeres (dalam Machdan terlebih dahulu melakukan penelitian pada & Hartini, 2012) adapun faktor yang penderita HIV yang mengalami depresi menghambat penerimaan diri adalah sikap dengan memberikan cognitive behavioural a n g g o t a m a s y a r a k a t y a n g t i d a k therapy. Dalam terapinya terdapat beberapa menyenangkan atau kurang terbuka, ada tahapan seperti cognitive restructuring, hambatan dalam lingkungan, memiliki pemberian keterampilan problem solving, hambatan emosional yang berat, selalu pemantauan aktivitas sehari-hari dan berpikir dengan masa depan. Beberapa relaksasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor penghambat tersebut dialami oleh cognitive behavior therapy efektif diberikan subjek penelitian, subjek merasa bahwa kepada ODHA
dirinya tidak mampu menjalin hidup dan
merasa tidak mempunyai masa depan. SIMPULAN DAN SARAN
U p a y a y a n g d i l a k u k a n u n t u k
menumbuhkan kembali harapan dan Simpulan
semangat subjek penelitian, dalam terapi ini H a s i l p e n e l i t i a n m e n g e n a i mengajarkan untuk membuat goal setting. efektivitas cognitive behavioural therapy G o a l s e t t i n g m e m b a n t u untuk meningkatkan penerimaan diri pada mengidentifikasikan tujuan hidup yang IDU (Injection Drug Users) yang terinfeksi jelas, sehingga subjek termotivasi untuk H I V i n i m e n u n j u k a n b a h w a a d a
menjalani hidup lebih baik. peningkatan tingkat penerimaan diri yang
Untuk mengatasi masalah lain yang signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil dirasakan oleh subjek seperti perasaan analisis data dan pembahasan yang telah cemas dan gangguan tidur (subjek susah dijelaskan pada bab sebelumnya sehingga tidur), terapis mengajarkan relaksasi. kesimpulan dari penelitian ini adalah R e l a k s a s i d i s i n i b e r t u j u a n u n t u k cognitive behavioural therapy dapat mengurangi kecemasan, membuat subjek meningkatkan penerimaan diri pada IDU lebih tenang, dan mampu menghindari yang terinfeksi HIV.
reaksi yang berlebihan karena adanya stress. Secara analisis kuantitif, ada Goldfried dan Trier (dalam Subandi, 2003) peningkatan penerimaan diri pada IDU yang menjelaskan relaksasi dapat digunakan positif terinfeksi HIV. Dibuktikan hasil sebagai ketrampilan coping yang aktif jika dengan analisis statistik Non Parametric digunakan untuk mengajar individu kapan Wilcoxon dengan nilai p= 0,043 < (p= 0,05) dan bagaimana menerapkan relaksasi di yang artinya ada perbedaan yang signifikan
bawah kondisi yang menimbulkan sebelum dan sesudah diberikan terapi atau
kecemasan. Dalam cognitive behavioural perlakuan.
Secara analisis visual inspection, ada
therapy, proses relaksasi yang dilakukan
peningakatan penerimaan diri pada IDU yang
subjek telah terbukti menggurangi
positif terinfeksi HIV setelah mengikuti
kecemasan dan subjek merasa lebih tenang
cognitive behavioural therapy. Latar
serta lebih mudah untuk tidur. Relaksasi
belakang pendidikan, pengetahuan yang
dapat dilakukan kapan saja, ketika subjek
berkaitan dengan penyakit yang diderita dan
merasa tidak nyaman dan membutuhkan
dukungan orang terdekat merupakan faktor
ketenangan.
y a n g m e m p e n g a r u h i p e n i n g k a t a n
Tahapan-tahapan dalam cognitive
penerimaan diri. Cognitive behavioural
behavioural therapy pada penelitian ini
therapy efektif diberikan kepada subjek seperti self presentation, testing realita,
Secara kualitatif, setelah diberikan keluarga dapat lebih memahami
terapi kognitif perilaku diketahui adanya kondisi ODHA bahkan diharapkan
peningkatan penerimaan diri pada subjek. dapat memberikan dukungan terhadap
Secara perasaan, subjek penelitian merasa ODHA.
lebih tenang, dapat menumbuhkan harapan c. Bagi LSM yang terkait
baru untuk hidupnya, dan optimis Dengan keberhasilan yang
menghadapi masa depannya. Secara d i c a p a i d a l a m p e n e l i t i a n i n i ,
perilaku, subjek penelitian mulai untuk diharapkan LSM yang terkait perlu
membuka diri dan bersosialisasi dengan mengawasi atau mendamping para
l i n g k u n g a n s e k i t a r , m e n g h a d a p i ODHA untuk terus melakukan terapi
permasalahan yang muncul dengan berpikir yang telah diberikan pada subjek
positif, beberapa subjek yang mengalami penelitian. Agar kondisi subjek
gangguan tidur menjadi lebih mudah tidur, penelitian tetapi stabil baik secara
dan tumbuh rasa percaya diri pada diri psikis maupun fisik, karena keduanya
subjek. Hal ini dipengaruhi oleh perubahaan saling berpengaruh
subjek yang saat ini memiliki kemampuan d. Bagi Peneliti Selanjutnya
atau ketrampilan dalam memahami masalah Mengingat adanya kekurangan
d a n m e n g e n a l i p e r a s a a n . A d a n y a dan kelemahan pada penelitian ini,
peningkatan penerimaan diri pada subjek, diharapkan penelitian selanjutnya lebih
mendorong munculnya perilaku yang mampu meminimalisir kelemahan
adaptif seperti menjadi mampu mengatasi yang ada. Untuk meningkatkan
masalah dengan lebih positif. k e e f e k t i f a n t e r a p i i n i p e r l u
memperhatikan kriteria subjek
Saran penelitian, dalam penelitian ini adalah
Dengan ditemukannya kelemahan latar belakang pendidikan subjek
dalam penelitian ini, peneliti memberikan p e n e l i t i a n . P e r l u m e m b e r i k a n
saran kepada pihak-pihak yang terkait agar psikoedukasi yang lebih mendalam
menyempurnakan dengan penelitian agar supaya subjek mendapatka
selanjutnya sehingga memberikan hasil informasi yang lebih lengkap dan
yang lebih optimal. Adapun saran-saran menambah pengetahuan tentang apa
tersebut adalah: yang sebenarnya dialami oleh subjek
a. Bagi Subjek Penelitian p e n e l i t i a n . U n t u k m e n g e t a h u i
Agar dapat memanfaatkan perubahan perilaku secara lebih cermat
secara maksimal terapi yang pernah perlu diberikan behavioral check list
diikuti, dapat mengaplikasikan apa yang selama proses terapi yang kemudian
telah dipelajari dalam kehidupan sehari. dituangkan kedalam analisis visual
Membagi pengetahuan tentang terapi ini inspection. Selain itu, ada beberapa
kepada teman lain yang membutuhkan, yang dapat ditindaklanjuti yang antara
selain itu subjek penelitian harus terus lain tentang dukungan orang terdekat
meningkatkan kualitas hidupnya dan kepercayaan diri karena dirasa
dengan cara tetap berpikir positif dalam sebagai salah satu masalah yang sering
menjalani kehidupan sehingga dapat kali dihadapi oleh ODHA
mencapai kondisi kesehatan yang lebih baik.
b. Bagi Keluarga dan Lingkungan DAFTAR PUSTAKA
ODHA
K e p a d a k e l u a r g a d a n A f i t i n , T. ( 2 0 0 8 ) . P e n c e g a h a n
lingkungan ODHA diharapkan untuk Penyalahgunaan Narkoba Dengan
menambah wawasan pengetahuan Program AJI. Yogyakarta: Gadjah
Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Press. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cronbach, L. J. (1963). Educational
Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psychology, second edition. New
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka York: Harcourt, Brace and World
Pelajar. Inc.
Bieling, P. J., McCabe, R. E. & Antony, M. Davison, G. C., Neale. & Kring. (2006).
M. (2006). Cognitive Behavioural Psikologi Abnormal. Edisi
Ke-Therapy in Groups. New York: The Sembilan. Jakarta: Raja Grafindo
Guilford. Persada.
Bungin, B. (2007). Metodelogi Penelitian Gray, P. S., Williamson, J. B., Karp, D. A. &
Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Dalphin, J. R. (2007). The
Persada. Research Imagination : An
Introduction To Qualitative And
Burns, D. D. (1988). Terapi Kognitif. Quantitative Methods. New York :
Pendekatan baru Bagi Penanganan Cambridge University Press.
D e p r e s i . J a k a r t a : P e n e r b i t
Airlangga Haeba, N., Moordiningsih. (2009). Terapi
K o g n i t i f P e r i l a k u a n u n t u k Calhoun, J. F & Acocella, J. R. (1990). P e n a n g a n a n D e p r e s i P a s c a
Psychology of Adjustment and Melahirkan. Jurnal Intervensi
Human Relatioonships. New York: Psikologi. Vol. 1. No. 1. Hal 41-68.
McGrow Hill. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia. Campbell, D. T & Cook, D. T. (1979).
Quasi-Experimentation, Design Helmi, A. F., Handayani, M. M. &
And Analysis Issues For Field Ratnawati, S. (1998). Efektivitas
Setting. Boston : Houghton Mifflin P e l a t i h a n P e n g e n a l a n D i r i
Company. Terhadap Peningkatan Penerimaan
Diri dan Harga Diri. Jurnal
Campbell, D. T & Stanley, J. C. (1966). Psikologi No.2. Hal.47-55.
E x p e r i m e n t a l A n d Q u a s i Yogyakarta: Universitas Gajah
E x p e r i m e n t a l D e s i g n F o r Mada.
Research. Chicago : Rand Mcnally
College Publishing Company. Hjelle, L. A & Ziegler, D. J. (1997).
Personality Theories: Basic
Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Assumptions, Research and
Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Applications. Tokyo: Mc Graw
Persada. Hill.
Citron, K., Brouillette, M. J. & Beckett. A. Hurlock, E. B. (1973). Adolescent
(2005). HIV and Psychiatry Development, fourth edition.
Training and Resource Manual. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha.
Second Edition. United Kingdoms
: Cambridge University Press Hurlock, E. B. (1974). Personality
D e v e l o p m e n t. N e w D e l h i :
Cooper, Z., Fairburn, C. G. & Hawker, D. M. McGraw Hill
(2004). Cognitive Behavioral
Treatment of Obesity (A Clinical's Hurlock, E. B. (1999). Psikologi
Pendekatan Sepanjang Rentang Intervention for HIV-Positive Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Injection Drug Users. Health Psychology. Vol. 22. No. 2. Hal
Kaplan. (1993). Health and Human 223-228. University School of
Behavior. New York: Mc Grow Medicine. Hill, Inc.
Marlatt, G. A & Range, B. P. (2008). Kaplan. (1993). Sinopsis Psikiatri: Ilmu Cognitive Behavioral Therapy for Pengetahuan Perilaku Psikiatri Alcohol and Drug User Disoder. Klinis. Jilid satu. Jakarta: Binarupa Rev Bras Psiquiatr, hal 588-595.
Aksara Brazil: Universidade Federal do
Rio de Jeniro Koentjoro. (2008). Materi Kuliah
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Mawandha, H. G & Ekowarni, E. (2009).
Universitas Islam Indonesia. Terapi Kognitif Perilaku dan
Kecemasan Menghadapi Prosedur
Komalasari, A. D. (2011). Metode Medis Pada Anak Penderita
Cognitive Behavior Therapy untuk Leukemia. Jurnal Intervensi
Meningkatkan Penerimaan Diri Psikologi. Vol. 1. No. 1. Hal 75-91. Pada Penderita Kanker Payudara. Yogyakarta: Universitas Islam Tesis. Yogyakarta: Universitas Indonesia.
Islam Indonesia
Nazir. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Leake, R. Friend, R., & Wadhwa, N. (1999). Ghalia Indonesia.
Improving Adjustment to Chronic
Illmess Through Strategic Self Nevid, J. S. (1997). Abnormal Psychology Presentation: An Experimental in a Changing World, third edition. Study on A Renal Dyalisis. Health New Jersey: Prentice Hall
Psychology. Vol. 18 No.1. Hal 5-62
Oemarjoedi, A. K. (2004). Pendekatan Listyawati. (2004). Penelitian Kepustakaan C o g n i t i v e B e h a v i o r d a l a m T e n t a n g F a k t o r - F a k t o r Psikoterapi. Jakarta: Creative M e n i n g k a t n y a P e n g i d a p Media.
HIV/AIDS. Jurnal Penelitian
Kesejahteraan Sosial. Vol. III. Orford, J. (1992). Community Psychology: M a r e t 2 0 0 4 . H a l 2 0 - 3 5. Theory and Practicel. New York: Yogyakarta: Balai Besar Penelitian John Wiley and Sons, Ltd
dan Pengembangan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial. Partosuwido, S. R. (1995). Psikologi
Kesehatan: Sumbangan Psikologi Machdan, D.M., & Hartini, N. (2012). Di Bidang Kesehatan, Prevensi Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Intervensi. Anima, Vol.X. No.
dengan Kecemasan menghadpi 40. Juli- September
Dunia Kerja Pada Tunadaksa Di
UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Peale, N. V. (1997). Cara Hidup dan
Tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Berpikir Positif: The Amazing
Klinis Dan Kesehatan Mental. Vol. Result of Positive Thinking.
1 No.2. Hal. 79-85 Jakarta: Gunung Jati.
Margolin, A & Lara, A. K. (2003). A Safren, S. A., Hendriksen, E. S., Mayer, K. Randomized Clinical Trial of a H., Otto, M. W., & Mimiaga, M. J.
Therapy for HIV Medication Tambunan, R. A. (2000). Gambaran Nilai
Adherence and Depression. Pengemudi Truk yang Bertingkah
http://www.fenwayhealth.org/site/ Laku Beresiko dan yang Tidak
DocServer/depression_cbp_case_ Bertingkah Laku Beresiko Tertular
series.pdf?docID=162. Diunduh HIV. Anima. Vol. 15. No. 4. Hal.
12 Maret 2013 332-345. Jakarta: Unika Atma
Jaya.
Santoso, S. (2008). Panduan Lengkap
Menguasi SPSS 16. Jakarta: PT. Taylor, S. E. (1995). Health Psychology,
Elek Media Komputindo. third edition. New York: McGrow
Hill. Sari, E. P & Nuryoto, S. ( 2002). Penerimaan
Diri pada Lanjut Usia Ditinjau dari Utami, M. S. (2009). Materi Kuliah
Kematangan Emosi. Jurnal Intervensi Psikologi: Cognitive
Psikologi, No.2, Hal 73-88. Behavior Therapy. Yogyakarta:
Yogyakarta: Universitas Gajah Universitas Islam Indonesia.
Mada.
W u l a n d a r i , L . H . ( 2 0 0 4 ) .
Sarafino. E. P. (2006). Health Psychology: EfektivitasModifikasi Perilaku
Biopsuchosocial Interactions. Kognitif untuk Mengurangi
New York: John Wiley and Sons, Kecemasan Komunikasi Antar
Inc. Pribadi. Universitas Sumatera
Utara.
Sheridan & Radmacher. (1992). Health
Psychology: Challenging The Wrastari, A. T & Hadadari, W. (2003).
Biomedical Model. New York: Pengaruh Pemberian Pelatihan
John Wiley and Sons.Inc Neuro Linguistic Programing
(NPL) Terhadap penerimaan Diri
Subandi, M. A. (2003). Psikoterapi : Penyandang Cacat Tubuh Di Pusat
Pendekatan Konvensional dan Rehabilitasi Panti Sosial Bina
Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka D a k s a ” S u r y a t a m a ” B a n g i
Pelajar. Pasuruan. Insan. Vol.5. No 1, Hal
1 7 - 3 5. S u r a b a y a : F a k u l t a s
Sundberg, N. D., Winebarger, A. A & Taplin, Psikologi Universitas Airlangga.
J. R. (2007). Psikologi Klinis. Edisi