• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Sejak awal dekade 1980-an sampai berbagai macam masalah psikososial dan dengan saat ini, penyakit Acquired etika.

Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah AIDS itu sendiri adalah penyakit yang menjadi fenomena dan masalah baru dalam merupakan kumpulan gejala yang timbul bidang kedokteran maupun ilmu-ilmu sosial karena runtuhnya sistem kekebalan tubuh, (Carroll dalam Tambunan, 2000). Penyakit a k i b a t i n f e k s i H I V (H u m a n yang sejak berhasil diidentifikasi untuk Immunodefiency Virus). HIV adalah sejenis pertama kalinya tersebut sampai saat ini virus perusak sel pusat sistem pertahanan telah menjadi pandemi penyakit menular t u b u h , s e h i n g g a s i s t e m yang paling serius dalam masyartakat pertahanan/kekebalan tubuh menjadi tidak modern, serta menjadi prioritas yang tinggi b e r f u n g s i . B i l a s i s t e m dalam agenda kesehatan dunia. Selain itu pertahanan/kekebalan tubuh menjadi rusak, sebagai masalah kesehatan, kasus-kasus tubuh tidak lagi memiliki “benteng” sebagai dengan penyakit ini juga dimuati oleh pelindung terhadap berbagai macam

Abstract

The research aims to observe the effectiveness of cognitive behavioral therapy to improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users) with HIV infection. The cognitive behavioral therapy is therapy that emphasizing the change of thoughts pattern, emotions or feelings and maladaptive behavior becomes more rational and adaptive. This therapy uses a series of behavior cognitive treatment through cognitive and behavioral combination that consist of: (a) psychoeducation, (b) self-presentation, ( c) home work, (d) thought catching, (e) reality testing, (f) positive thinking, (g) focus group discussions, and (h) relaxation. The research subjects are five IDU (Injection Drug Users s) with HIV infection. The data collection base is conducted using self-acceptance scale, interviews and observations. The research design used is The One Group Pre Test- Post Test Design. The analysis used is visual inspection analysis, quantitative analysis and qualitative analysis. The quantitative analysis with hypothesis test is usingnon-parametric Wilcoxon test to observe the existence or absence of the cognitive behavioral therapy influence to improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users s) whit HIV infection. The qualitative analysis is based on interviews, observations and worksheet given during therapy. The results on the effectiveness of cognitive behavioral therapy to improve self-acceptance in IDU (InjectionDrug Users s) with HIV infection indicated that there is significant improvement. According to the statistical tests results of pre-test and post-test measurement with value of Z= -2.023 and p = 0.043, p <0.05. The value also represents the post-test measurement and follow-up stated that there is significant improvement. The conclusion is the cognitive behavioral therapy can improve self-acceptance in IDU (Injection Drug Users) with HIV infection.

Keywords: cognitive behavioral therapy, self acceptance, IDU (Injection Drug Users), HIV/AIDS

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOURAL THERAPY

UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN DIRI

PADA IDU (INJECTION DRUG USERS) YANG TERINFEKSI HIV

Martina Kusumawati

(2)

penyakit. Akibatnya, berbagai macam tidak berharga, merasa kurang percaya diri, penyakit dapat bersarang di dalam tubuh. muncul perasaan takut dan belum siap Keadaan semacam ini, pada akhirnya akan menerima keadaannya.

menyebabkan kematian dan penderitaan Dari hasil wawancara tersebut, secara psikologis (Tambunan, 2000). kondisi beberapa ODHA menunjukkan HIV (Human Immunodefiency Virus) adanya perasaan dan pikiran bahwa mereka akan diderita seumur hidup oleh penderita tidak yakin mampu menjalani kehidupan, dan sangat mudah menular melalui berbagai perasaan tidak berharga, ada perasaan macam cara yaitu hubungan heteroseksual, bersalah, tidak percaya diri dengan kondisi baik dari laki-laki kepada perempuan atau fisik, pikiran ditolak oleh lingkungan sekitar sebaliknya. Selain hal tersebut penularan dan upaya membatasi bahkan menarik diri HIV melalui jarum suntik biasanya pada dari lingkungan. Kondisi ODHA dengan pengguna narkoba secara bergantian dan p i k i r a n d a n p e r a s a n t e r s e b u t perempuan yang terinfeksi HIV juga dapat menggambarkan bahwa mereka memiliki menularkan pada anaknya selama pandangan negatif dan rendah tentang kehamilan. Pernyataan di atas diperkuat dirinya sendiri. Dimana perasaan bahkan dengan hasil wawancara dengan Bapak K, pikiran negatif akan muncul, karena selain salah satu cara penggunaan narkoba dampak secara fisik pada umumnya ODHA membutuhkan alat bantu berupa jarum merasakan yang lebih berat secara suntik. Maraknya operasi yang dilakukan psikologis. Dapat disimpulkan bahwa oleh pihak kepolisian terhadap peredaran kondisi yang di alami oleh ODHA di atas jarum suntik mengakibatkan jumlah jarum adalah kurangnya penerimaan diri. Menurut suntik menjadi semakin sedikit dan sulit Supratiknya (1995), penerimaan diri adalah diperoleh. Menurut Bapak K yang memiliki penghargaan yang tinggi terhadap merupakan salah satu anggota rapat yang diri sendiri, atau tidak bersikap sinis dilakukan oleh KPAI dan BNN pada tahun terhadap diri sendiri. Penerimaan diri 2003, hal tersebut mendorong perilaku berkaitan dengan kerelaan membuka diri b e r g a n t i a n j a r u m s u n t i k y a n g atau mengungkapkan pikiran, perasaan dan mengakibatkan merebaknya HIV pada IDU reaksi kepada orang lain, kesehatan (Injection Drug Users). psikologis individu serta penerimaan Berdasarkan hasil wawancara dengan terhadap orang lain. Penerimaan diri pada subjek A yang merupakan mantan pengguna O D H A a d a l a h s u a t u p r o s e s y a n g narkoba dengan jarum suntik dan terinfeksi berkelanjutan setelah positif dinyatakan HIV. Menurut subjek A penularan HIV terkena HIV/AIDS.

(3)

penderita (Davison, Neale, Kring, 2006). pengalaman-pengalamannya) adalah Seperti telah dipaparkan di atas dengan memprogram fungsi neuro-nya bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit (otak) dengan menggunakan bahasa yang masih sulit disembuhkan. Selain (linguis). Setelah kedua proses terjadi, maka k a r e n a o b a t y a n g b i s a m e m b u a t selanjutnya seseorang akan berusaha untuk p e n d e r i t a n y a s e m b u h t o t a l b e l u m belajar bereaksi tertentu pada suatu situasi ditemukan hanya terapi obat yang menekan tertentu, dan membangun pola-pola jumlah virus yang tersedia, sementara laju otomatis atau program-program, yang penularan virusnya juga sangat cepat. terjadi di sistem neurologi maupun di sistem Terlepas dari kemajuan terapi obat terdapat bahasa kita (ini yang disebut dengan istilah kesepakatan luas bahwa sejauh ini strategi programming). NLP (Neuro Linguistic terbaik adalah pemberian psikoterapi baik Programming) telah diberikan kepada melalui perubahan perilaku (behavioural penyandang cacat tubuh namun terdapat therapy) maupun terapi psikologi yang kelemahan yaitu tidak mudah untuk berkaitan dengan kognitif (Davison, Neale, melakukan standarisasi dalam terapi NLP

Kring, 2006). (Neuro Linguistic Programming).

Berdasarkan wawancara lebih lanjut Terapi yang lain adalah cognitive dengan subjek D, upaya-upaya yang telah behavioural therapy. Cognitive behavioural dilakukan oleh ODHA dalam kaitannya therapy merupakan gabungan beberapa untuk meningkatkan penerimaan diri adalah teknik terapeutik yang tidak hanya terfokus m e m b e r i k a n d u k u n g a n k e l o m p o k . pada perilaku tetapi juga kesalahan berpikir Dukungan kelompok ODHA ini berupa dan kognisi (Nevid, Rathus, Greene, 1997). kunjungan rumah, kunjungan rumah sakit Cognitive behavioural therapy memiliki dan pertemuan rutin. Kunjungan rumah dan asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan kunjungan rumah sakit dilakukan ketika ada mempengaruhi perilaku dan perubahan ODHA yang mengalami masalah baik pada kognisi ini dapat menghasilkan kesehatan fisik maupun psikis. perubahan perilaku yang diharapkan. Salah Salah satu psikoterapi yang dapat satu terapi yang dapat dilakukan untuk diberikan kepada ODHA yang IDU adalah mengubah pola pikir, perasaan dan perilaku dukungan sosial. Menurut Jacobson (dalam yang maladaptif menjadi adaptif adalah Orford, 1992) dukungan sosial adalah salah cognitive behavioural therapy. Dimana s a t u b e n t u k t i n g k a h l a k u y a n g cognitive behavioural therapy ini pada menumbuhkan perasaan nyaman dan dasarnya akan mempengaruhi perasaan dan membuat individu percaya bahwa individu perilaku kita, pemikiran yang negatif dan dihormati, dihargai, dicintai dan bahwa tidak realistis akan menyebabkan distres orang lain bersedia memberikan perhatian dan berpengaruh pada pengambilan dan keamanan. Terapi ini dapat berjalan jika k e p u t u s a n terdapat kerjasama yang baik antara (http://wikipedia.org/wiki/cognitivebehavi beberapa pihak antara lain keluarga, oraltherapy, Maret 2013).

(4)

berperilaku. Proses kognisi ini akan menjadi terapi dukungan sosial yang hanya faktor penentu dan menjelaskan bagaimana menangani gejala-gejala yang terlihat dari manusia berpikir, merasa dan bertindak. luar saja dan tidak menangani akar Alasan kedua adalah pikiran, perasaan dan permasalahan yang sebenarnya sehingga tingkah laku saling berhubungan secara kondisi tersebut dapat memungkinkan kasual atau saling berpengaruh. Dengan terulang kembali gangguan yang dialami demikian pendekatan yang digunakan harus individu tersebut. Menurut Nevid (1997), dapat mengatasi kecenderungan yang cognitive behavioural therapy merupakan dialami oleh ODHA yang kurang dalam gabungan beberapa teknik terapi yang tidak penerimaan diri dalam hal ini sudah muncul hanya berfokus pada perilaku tetapi juga perilaku seperti marah, membatasi kesalahan berpikir dan kognisi, sehingga pergaulan bahkan menarik diri. peneliti ingin melakukan penelitian Cognitive behavioural therapy mengenai efektivitas terapi kognitif dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk perilaku untuk meningkatkan penerimaan kelompok terapi dengan pertimbangan diri pada IDU (Injection Drug Users) yang bahwa terapi kelompok membantu individu terinfeksi HIV.

mengurangi isolasi sosial, memperoleh Cognitive behavioural therapy d u k u n g a n , m o t i v a s i , m e m b a n g u n merupakan hasil dari evolusi pemikiran dari lingkungan yang aman untuk menguji beberapa tokoh seperti Aaron Beck, Albert pemikiran dan perilaku melalui masukan Ellis dan Donald Meichenbaum secara perspektif dari anggota lain, mencontoh dan bertahap dalam ilmu psikologi yang dimulai mempelajari bagaimana strategi yang sebagai reaksi dari teori psikoanalisa yang diterapkan anggota lain. Sesuai dengan mendominasi psikologi klinis dan psikiatri konsep Yalom (Bieling, Mccabe & Antony, pada tahun 1960an. Teori behavior atau 2006) yang mendeskripsikan sembilan perilaku yang muncul pada tahun 1960an faktor terapeutik yang relevan yang dan awal tahun 1970an memiliki asumsi disediakan oleh kelompok dan bagaimana bahwa perkembangan dan pemeliharaan tiap faktor dapat dikembangkan dalam perilaku mengacu pada prinsip-prinsip lingkungan kelompok untuk menghasilkan belajar.

perubahan. Sembilan faktor tersebut adalah Cognitive behavioural therapy penanaman harapan, universality, memberi berusaha untuk mengintegrasikan teknik-atau menanamkan informasi, altruisme, teknik terapeutik yang berfokus untuk rekapitulasi korektif dari kelompok membantu individu untuk melakukan keluarga utama dan pembelajaran perubahan-perubahan, tidak hanya pada interpersonal, perkembangan teknik-teknik perilaku nyata, tetapi juga dalam pemikiran, sosialisasi, perilaku meniru, kohesi keyakinan dan sikap yang mendasarinya. kelompok, dan katarsis. Te o r i c o g n i t i v e b e h a v i o r y a n g

Cognitive behavioural therapy dikembangkan oleh Aaron Beck yang merupakan kombinasi strategi kognitif dan berfokus pada proses pikir dan emosi klien, perilaku. Konsep dasar terapi ini adalah terapis mengkonfrontasi pikiran dan emosi bahwa pola pemikiran manusia terbentuk yang salah dengan memodifikasi proses melalui proses rangkaian stimulus-kognisi- berpikir klien terhadap masalah yang respon, yang saling terkait dan membentuk dihadapinya. Terapis diharapkan mampu jaringan dalam otak. Terapi lain seperti membantu klien untuk mencari keyakinan terapi kognitif tidak dipilih oleh peneliti yang bersifat dogmatis dalam diri klien dan dikarenakan terapi NLP (Neuro Linguistic secara kuat dicoba untuk menguranginya Programming) hanya menfokuskan pada (Sundberg, 2007).

(5)

peran tugas rumah, menempatkan tanggung Helmi (1998) yang menyatakan penerimaan jawab pada klien untuk secara aktif diri yang baik adalah sejauhmana seseorang mengikuti terapi baik selama proses terapi d a p a t m e n y a d a r i d a n m e n g a k u i a t a u p u n d i l u a r t e r a p i , m e m b e r i k a n karakteristik pribadi dan menggunakannya gambaran tentang proses kognitif dan d a l a m m e n j a l a n i k e b e r l a n g s u n g a n strategi perilaku untuk menciptakan h i d u p n y a . S i k a p p e n e r i m a a n d i r i perubahan, sehingga terapi tepat digunakan ditunjukkan oleh pengakuan seseorang untuk social problem solving. Menurut terhadap kelebihan-kelebihannya sekaligus D'Zurilla (dalam Sundberg, 2007) bahwa kelemahannya tanpa menyalahkan orang intervensi dan prevensi klinis berdasarkan lain dan mempunyai keinginan yang terus asumsi bahwa social problem solving menerus untuk mengembangkannya.

berkorelasi positif dengan kompetensi Berdasarkan hasil wawancara sosial dan berkorelasi negatif dengan yang dilakukan pada ODHA mantan psikopatologi atau perilaku maladaptif. Hal p e n g g u n a n a r k o b a j a r u m s u n t i k ini juga diasumsikan bahwa latihan menjelaskan bahwa mereka merasa tidak ketrampilan mengatasi masalah akan mampu menghadapi kehidupan, tidak meningkatkan kompetensi sosial dan berharga, merasa dirinya lebih rendah dari membantu mengurangi perilaku maladaptif orang lain, tidak mampu memikul tanggung serta membantu orang mengatasi stres dan jawabnya dan membatasi pergaulan. Hal ini masalah-masalah baru. menunjukkan bahwa OHDA tersebut tidak M a s a l a h k e s e h a t a n d a l a m memiliki penerimaan diri yang baik. kehidupan kita sangat menarik perhatian, Sarafino (2002) yang telah melakukan setiap hari bahkan setiap saat. Berita-berita penelitian dan wawancara terhadap orang-mengenai timbulnya penyakit baru, yang o r a n g y a n g t e r i n f e k s i H I V / A I D S belum ditemukan penanggulangannya, menjelaskan bahwa mereka mengalami pengobatan, bahkan penyebabnya, sangat beberapa masalah seperti penolakan, marah mencemaskan kita semua Penyakit kronis dan penerimaan diri.

(6)

Pre-proses selanjutnya yaitu testing realitas pemahaman dibutuhkan.

yang akan menggugurkan pikiran negatif e. Usia minimal 20 tahun dengan alasan

dan mengubah serta mengganti pikiran jumlah kasus AIDS terbanyak pada

menjadi positif. Komponen lain adalah rentang usia 20-29 tahun dan 30-39

focus group discussion (FGD) dalam bentuk tahun seperti yang telah dipaparkan

terapi kelompok dimana para subjek saling pada bab I.

memberikan motivasi dan dukungan

terhadap langkah-langkah yang akan Rancangan Penelitian

dilakukan dalam situasi tertentu dimana R a n c a n g a n p e n e l i t i a n y a n g

individu harus dapat menentukan sikapnya digunakan dalam penelitian ini adalah The

tanpa menyinggung orang lain. Terakhir One Group Pre-test – Post-test Design yaitu

adalah teknik relaksasi yang bertujuan sebuah rancangan yang digunakan dengan

untuk membuat subjek merasa lebih rileks cara memberikan perlakuan pada jangka

dan mengurangi perasaan tidak nyaman. waktu tertentu serta mengukurnya dengan

Pelaksanaannya akan dilakukan dalam lima tes sebelum (pre-test) dan sesudah

(post-sesi per (post-sesinya 60-150 menit selama empat test) perlakuan dilakukan. Pada paradigma

kali pertemuan dan setiap minggunya akan ini terdapat pra tes sebelum diberi perlakuan

dilakukan dua kali pertemuan. Pertemuan sehingga hasil perlakuan dapat diketahui

pertama sampai dengan ketiga akan lebih akurat, karena dapat membandingkan

dilakukan proses terapi dan pada pertemuan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan

keempat akan dilakukan follow up untuk (Cook & Campbell, 1979). Rancangan ini

mengetahui sejauhmana pengaruh cognitive dipilih karena pada penelitian ini hanya

behavioural therapy dan penerapannya menggunakan satu kelompok yang akan

dalam kehidupan sehari-hari. diberikan perlakukan. Pre-test dilakukan

Oleh karena itu, judul penelitian untuk mengetahui tingkat penerimaan diri

yang akan diangkat dalam penelitian ini sebelum diberikan perlakukan atau terapi.

adalah ”efektivitas cognitive behavioural Post-test digunakan untuk kembali

therapy untuk meningkatkan penerimaan perubahan yang mungkin terjadi pada

diri pada IDU (Injection Drug Users) yang tingkat penerimaan diri ODHA pengguna

terinfeksi HIV”. narkoba jarum suntik setelah mengikuti

seluruh proses cognitive behavioural

METODE PENELITIAN therapy. Berikut rancangan penelitiannya:

Subjek Penelitian Tabel 1. Rancangan Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian pada ODHA dengan beberapa karakteristik tertentu dengan berbagai pertimbangan seperti :

a. Pengguna narkoba jarum suntik

(Injection Drug Users)

b. Subjek pada fase denial sudah mengisi

skala penerimaan diri dengan hasil menunjukkan berada pada kategori

Pengumpulan Data rendah atau sedang.

Menurut Bungin (2007) metode

c. Terdeteksi infeksi HIV antara 6 bulan -

pengumpulan data dilakukan melalui 2 tahun

d. Pendidikan minimal SMU dengan beberapa hal antara lain adalah penentuan

alasan pada cognitive behavior therapy sampel, pembuatan quesioner, dan teknik

akan diberikan psikoedukasi sehingga wawancara. Menurut Gray, Williamson,

(7)

data terdiri dari observasi, alat ukur, dan Intervensi

Desain perlakuan yang diberikan rekaman informasi. Ada 3 cara metode

m e n g a c u p a d a k o n s e p c o g n i t i v e pengumpulan data yang digunakan dalam

behavioural therapy, yaitu mengubah pola

penelitian tentang efektifitas cognitive

pikir, emosi atau perasaan dan perilaku yang

behavioural therapy untuk meningkatkan

maladapitif menjadi lebih rasional dan pada ODHA pengguna narkoba jarum

adaptif. Peneliti akan menggunakan suntik :

kombinasi dari beberapa teknik cognitive

a. Observasi dan Wawancara

b e h a v i o u r a l t h e r a p y y a n g b e r i s i Observasi yang digunakan adalah

psikoedukasi, self presentation, self

observasi eksperimental, dimana observer

monitoring, home work, thought catching, melakukan pengamatan pada saat subjek

berpikir positif, FGD (focus group dalam situasi eksperimental atau diberikan

discussion) , testing realitas dan relaksasi

perlakuan. Sedangkan pencatatan observasi

yang akan dilakukan dalam empat kali

menggunakan anecdotal record, yaitu

pertemuan. Dengan keterangan sebagai pencatatan segera semua perilaku yang

berikut ini: ditunjukkan oleh subjek, baik selama proses

a. Perkenalan dan psikoedukasi tentang

eksperimen maupun wawancara.

terapi yang akan diberikan, pada sesi Wawancara yang digunakan adalah

ini termasuk pemberian pre-test dan

wawancara bebas terpimpin, dimana

perkenalan terapis serta observer.

terdapat interview guide yang digunakan

b. Psikoedukasi tentang penerimaan diri

oleh peneliti, namun cara penyajiannya

dan HIV/AIDS

d. Evaluasi dan terminasi dimana

diberikan tritmen. Adapun pertanyaan yang

pemberian post-test dan penguatan oleh akan diberikan adalah (a) bagaimana

terapis dengan mengevaluasi semua perasaan subjek saat positif terinfeksi HIV, lingkungan subjek saat positif terinfeksi

e. F o l l o w u p u n t u k m e n g e t a h u i HIV, seperti keluarga, teman, dan

sejauhmana pengaruh sejauh mana lingkungan sekitar, (d) apa pengaruh

pengaruh terapi kognitif perilaku pada penyakit HIV baik secara psikis, fisik, dan

klien dan penerapannya dalam kehidupan sosial, (e) upaya yang telah

kehidupan sehari-hari. dilakukan, (f) harapan subjek.

Pemberian terapi akan dilakukan

b. Pembuatan Quensioner

sebanyak lima sesi dalam empat kali Salah satu metode pengumpulan

pertemuan, dimana setiap pertemuan akan data dilakukan dalam penelitian ini adalah

dilakukan selama 60-150 menit. Follow up dengan menggunakan quesioner yang

akan dilakukan pada pertemuan keempat berupa skala penerimaan diri (Sari, 2002)

dengan jarak satu bulan dari pertemuan yang telah dimodifikasi disesuaikan dengan

ketiga. pada kondisi subjek pada penelitian ini

berdasarkan teori Sheerer yang sudah

Metode Analisis Data memenuhi syarat validitas dan reabilitas.

M e t o d e a n a l i s i s d a t a y a n g Penggunanaan skala penerimaan diri (Sari,

digunakan penelitian dengan menggunakan 2002) adalah untuk mengetahui tingkat

cognitive behavioural therapy untuk

penerimaan diri ODHA pengguna narkoba

(8)

pengguna narkoba dengan jarum suntik yang terinfeksi HIV dari suami adalah dengan menggunakan standar skoring skala penerimaan diri telah diciptakan dan diujicobakan oleh Sari (2002) untuk melihat tingkat penerimaan diri yang dialami oleh individu. Analisis kuantitatif untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis statistik Non-Parametric Wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sebelum diberikan perlakuan (pre-test), sesudah perlakuan (post-test) dan tindak lanjut (follow up) dalam sebuah

kelompok. Analisis data menggunakan Grafik 1. Hasil Skor Skala Penerimaan

SPSS for Windows versi 16.0 (Santoso, Diri Subjek Penelitian

2008). Peneliti juga akan menggunakan Grafik di atas menunjukkan

analisis data dengan analisa visual atau p e r b a n d i n g a n a d a n y a p e r u b a h a a n

visual inspection yaitu analisis yang penerimaan diri pada tiap-tiap subjek

menginterpretasikan hasil melalui data penelitian pada saat pre-test, post-test, dan

grafik secara akurat dan bermakna dengan follow up. Perubahan penerimaan diri yang

melihat perubahan perilaku yang terjadi dan signifikan dapat dilihat melalui perubahan

melihat hubungan perubahan perilaku skor penerimaan diri yang diperoleh oleh

dengan pemberian intervensi (Coopper, subjek penelitian.

Heron & Heward, 1987). Analisis Kuantitatif

Analisis kualitatif akan dilakukan Data penelitian di bawah ini

dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil yang diperoleh dari 5

melihat reflektif dan menjelaskan dinamika subjek penelitian. Data tersebut merupakan

psikologis proses cognitive behavioural hasil dari pengukuran awal (pre-test),

therapy yang terjadi pada masing-masing p e n g u k u r a n a k h i r (p o s t - t e s t) d a n

subjek yang mendukung hasil standar skala pengukuran ulang (follow-up). Deskripsi

penerimaan diri yang telah didapat dari data subjek penelitian dapat dilihat pada

masing-masing subjek. Analisis data secara tabel berikut:

kualitatif dilakukan berdasarkan hasil

observasi, wawancara, hasil skor skala Tabel 2. Deskripsi Statistik Penerimaan

penerimaan diri, lembar kerja dan tugas Diri

rumah.

HASIL PENELITIAN

Analisis Visual Inspection

Analisa visual inspection adalah

berupa grafik, dimana grafik ini akan Berdasarkan perolehan skor dan

menyajikan data subjek dalam penelitian kategori pada tabel di atas diketahui bahwa

mengenai efektifitas cognitive behavioural subjek penelitian memiliki tingkat

therapy untuk meningkatkan penerimaan penerimaan diri yang tergolong rendah dan

diri pada IDU (Injection Drug Users). sedang. Setelah diberikan cognitive

Berikut adalah data hasil peningkatan behavioural therapy, diketahui adanya

penerimaan diri subjek berdasarkan skala peningkatan penerimaan diri pada subjek,

penerimaan diri yang telah diberikan pada hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh

saat pre-tes, post-test dan follow up : dan peningkatan tingkat penerimaan diri

Skor Total Subjek SH Subjek EA Subjek DI Subjek LD Subjek DA Pre-Test 30 (Rendah) 28 (Rendah) 50 (Sedang) 34 (Rendah) 33 (Rendah) 175

Post-Test 50 (Sedang) 36 (Sedang) 71 (Tinggi) 64 (Sedang) 46 (Sedang) 267

Follow

(9)

atas menunjukan adanya peningkatan skor therapy berhasil meningkatkan diri pada post-test penerimaan diri setelah pemberian IDU (Injection Drug Users) yang terinfeksi cognitive behavioural therapy. Pada hasil HIV. Hasil penelitian ini secara umum tindak lanjut (follow Up) atau pengukuran menemukan bahwa cognitive behavioural ulang kepada subjek penelitian setelah satu therapy mampu membantu IDU yang bulan mendapatkan cognitive behavioural terinfeksi HIV dalam meningkatkan therapy diketahui tidak ada penurunan penerimaan diri. Hasil analisa statistik penerimaan diri berdasarkan kategori. Dan terhadap uji hipotesis menyatakan adanya terdapat satu subjek yang mengalami perbedaan yang signifikan pada tingkat peningaktan penerimaan dari tingkat sedang penerimaan diri pada subjek setelah ke tingkat tinggi. mendapat cognitive behavior therapy. Pada Hipotesis dalam penelitian ini saat pengukuran ulang (Follow Up) terlihat adalah cognitive behavioural therapy juga peningkatan penerimaan diri pada memiliki efektivitas dalam meningkatkan subjek.

penerimaan diri pada IDU (Injection Drug Berdasarkan hasil dari berbagai U s e r s) y a n g t e r i n f e k s i H I V. A d a analisa yang dilakukan, secara analisa peningkatan penerimaan diri pada subjek visual inspection, analisa kuantitatif dan penelitian antara sebelum dan sesudah analisa kualitiatif ditemukan adanya diberikan terapi kognitif perilaku. peningkatan penerimaan diri pada IDU yang Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji terinfeksi HIV. Peningkatan penerimaan diri statistik Non-Parametric Wilcoxon. Hasil tidak terjadi secara dramatis namun secara analisis data dengan uji 2 related sample bertahap, karena adanya insight dan proses Wilcoxon terdapat pada tabel di bawah ini : pengenalan serta pembelajaran mengenai k e t r a m p i l a n b a r u s e l a m a t e r a p i . Rangkuman Uji statistik Non- Peningkatan yang dialami oleh subjek

Parametric Wilcoxon penelitian dipantau melalui pre-test,

post-test dan follow up. Banyak proses yang dialami oleh subjek penelitian sehingga di awal terapi, baik terapis dan subjek berusaha menjalin rapport yang baik untuk memberikan rasa nyaman dan aman selama terapi berlangsung.

Pada tabel 11 menunjukkan bahwa Secara analisa visual inspection pada pre-test dan post-test ada perbedaan yang didapatkan dari hasil pre-test, post-test penerimaan diri yang signifikan pada subjek dan follow up menunjukkan adanya penelitian, hal ini ditunjukkam dengan nilai peningkatan penerimaan diri dengan hasil Z= -2,023, p=0,043 (p<0,05). Pada post test yang beragam. Pada pre-test, terdapat empat dan follow up ada perbedaan penerimaan dari lima subjek yang berada pada kategori diri pada subjek penelitian, hal ini penerimaan diri rendah dan satu subjek ditunjukkan dengan Z= -2,023, p=0,043. berada pada kategori penerimaan diri Dari hasil uji hipotesis dapat sedang. Subjek dengan kategori penerimaan disimpulkan bahwa terdapat perbedaan diri sedang adalah DI, diketahui dari hasil penerimaan diri yang signifikan setelah wawancara yang telah dilakukan DI diberikan terapi pada subjek penelitian dab mengaku bahwa dirinya mempunyai ada perbedaan penerimaan diri pada subjek kesadaran akan resiko sebagai IDU setelah dilakukan follow up. (Injection Drug Users), yaitu dapat dengan mudah terinfeksi HIV. Berbeda dengan Analisis Kualitatif subjek-subjek yang lain, kurang adanya Penelitian ini bertujuan untuk kesadaran tentang resiko menjadi IDU. melihat apakah cognitive behavioural Faktor lain yang berkaitan adalah dukungan

Pengukuran Z p Keterangan

Pre test-Post test

-2,023

0,043 Signifikan

Post test-Follow up

-2,023

(10)

orang terdekat, DI mengaku bahwa dirinya berusaha untuk membuka diri terhadap mendapatkan dukungan dari orang terdekat lingkungan dan mau bersosialisasi seperti yaitu pacar. DI mempunyai keberanian orang pada umumnya.

untuk “open status” dengan pacarnya dan Dari beberapa keberhasilan subjek mendapatkan respon yang baik, berbeda yang mengikuti terapi, yaitu SH dan LD dengan kondisi yang dialami oleh DA yang adalah dua orang subjek yang terlihat secara berada pada kategori penerimaan diri sungguh-sungguh mengikuti apa yang telah rendah. DA menceritakan bahwa dirinya diajarkan selama terapi. Peningakatan mengalami penolakan bahkan perceraian perilaku yang dialami, dibuktikan dengan dengan orang terdekatnya (isteri) ketika DA berkurangnya perasaan gelisah, cemas dan berusaha untuk “open status”. Sehingga pola tidur yang membaik. Di awal terapi

dapat dikatakan bahwa dukungan dari orang semua subjek penelitian mengaku

terdekat juga memberikan pengaruh mengalami kekhawatiran, kecemasan,

terhadap penerimaan diri pada subjek gelisah dan ada masalah pola tidur, tetapi

penelitian. yang berhasil mengalami peningkatkan

Temuan lain pada analisa visual hanya SH dan LD. Mereka berdua melatih

inspection adalah terdapat dua subjek yang (melakukan di rumah) apa yang diajarkan berada pada kategori penerimaan diri tinggi dalam hal ini adalah relaksasi selama terapi setelah mengikuti cognitive behavioural s e d a n g k a n t i g a s u b j e k l a i n t i d a k

therapy, dua subjek tersebut adalah DI dan melakukannya.

LD. Dari data yang ada diketahui bahwa Keberhasilan terapi ini sangat kedua subjek ini memiliki latar belakang didukung oleh kemauan dan keseriusan para pendidikan yang lebih tinggi (mahasiswa subjek selama mengikuti terapi. Selain dari strata-1) dibandingan dengan tiga subjek faktor internal, terdapat pula faktor lain yang lain (lulusan SMA). Dengan ini dapat yang berpengaruh selama proses terapi yaitu

disimpulkan bahwa latar belakang kegiatan yang dilakukan melibatkan subjek

pendidikan ikut berpengaruh terhadap secara aktif dengan mengerjakan lembar

peningkatan penerimaan diri. kerja dan tugas rumah. Walaupun selama

Secara analisa kualitatif ditemukan mengerjakan lembar kerja menimbulkan bahwa masalah-masalah yang seringkali kebosanan, namun subjek diajak secara dialami oleh subjek penelitian mulai langsung untuk berpikir dan mengenali

menemukan cara penyelesaiannya. dirinya sendiri, sehingga mereka tidak

Permasalahan seperti perasaan tidak berperan pasif selama proses terapi. Latar mampu menjalani masa depan, perasaan belakang pendidikan, dukungan orang tidak berharga, tidak percaya diri, menarik t e r d e k a t d a n p e n g e t a h u a n y a n g diri dari lingkungan dan stigma negatif dari berhubungan dengan penyakit yang diderita masyarakat terhadap IDU yang terinfeksi m e r u p a k a n f a k t o r e k s t e r n a l y a n g HIV. Permasalahan tersebut diatasi dengan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan cara berpikir positif, subjek LD dan SH penerimaan diri.

mengaku ketika mereka berpikir secara Faktor ekternal lainnya adalah

positif maka harapan-harapan akan tercapai. proses terapi ini dilakukan secara Menurut SH, berpikir positif juga berkelompok, yaitu dengan lima orang yang m e m b e r i k a n p e n g a r u h t e r h a d a p positif terinfeksi HIV yang tertular melalui kesehatannya dan aktivitasnya. DI dan LD narkoba dengan jarum suntik. Hal ini mengutarakan mampu menumbuhkan b e r p e n g a r u h d a l a m p e n i n g k a t a n kepercayaan diri dan mereka yakin mampu penerimaan diri pada subjek karena mereka untuk melanjutkan kuliahnya lagi yang t i d a k m e r a s a s e n d i r i m e n g a l a m i

sempat tertunda. Ada keinginan dari permasalahan yang dihadapi dalam

(11)

dilakukan. Adanya keterbukaan sangat dapat mengatasi masalah yang mereka membantu dalam proses terapi, karena alami baik dari segi kognisi, afeksi maupun subjek dapat saling belajar dan memiliki perilaku.

banyak referensi untuk bisa mengenal Dalam tahapan self presentation,

pikiran dan perasaan dari suatu perilaku subjek diajak untuk menggambarkan atau yang mereka lakukan. Sejalan dengan mempresentasikan dirinya baik kelebihan Yalom (Bieling, Mccabe & Antony, 2006) maupun kekurangnya kemudian dilakukan yang menyatakan bahwa dalam terapi testing realita. Di awal terapi masih kelompok, memungkinkan individu untuk ditemuakan perasaan dan pikiran negatif memperoleh dukungan, motivasi dan dapat yang dialami oleh subjek penelitian, membangun lingkungan yang aman untuk sehingga diminta untuk menemukan bukti-menguji pemikiran dan perilaku melalui bukti nyata tentang apa yang mereka alami. masukan perspektif dari anggota lain, serta Testing realita disini dimaksudkan untuk

untuk mencontoh dan mempelajari menggugurkan perasaan dan pikiran negatif

bagaimana strategi yang diterapkan anggota dengan bukti-bukti nyata dan menggantinya lain. Dinamika kelompok yang terjadi dengan pikiran yang positif. Peale (1977) dimana terdapat saran langsung dari terapis menjelaskan bahwa berpikir positif adalah maupun dari anggota kelompok lain dapat memandang segala persoalan yang muncul membangun informasi baru dan berguna dari sudut pandang yang positif karena bagi partisipan, baik untuk menemukan dengan berpikir positif individu mempunyai distorsi kognitif yang dialami maupun untuk pandangan bahwa setiap hasil pasti ada mencari strategi kompensasi sehingga dapat pemecahannya dan suatu pemecahan yang meningkatkan regulasi diri partisipan. tepat diperoleh melalui proses intelektual Adanya pengaruh dari tahapan- yang sehat. Tahapan ini dapat mengubah tahapan terapi yang diberikan kepada cara pandang ODHA agar mendapatkan subjek saling terkait memberikan menyikapi masalah dengan cara positif guna kemudahan para subjek penelitian untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih lebih memahami maksud atau tujuan dari baik.

cognitive behavioural therapy. Sehingga Ada perasaan tidak berharga yang manfaat dari cognitive behavioural therapy muncul pada subjek penelitian, biasanya dapat dirasakan subjek penelitian secara individu yang merasa dirinya tidak berharga langsung. Adapun masalah yang selama ini atau dengan harga diri rendah mempunyai

dirasakan oleh subjek seperti merasa tidak kecenderungan memandang dirinya

mampu menjalani masa depannya, merasa maupun lingkungan secara negatif. Hal ini tidak percaya diri, menarik diri dari dialami oleh subjek penelitian, efek dari lingkungan, mengalami kecemasan, harga diri yang rendah adalah subjek merasa mengalami gangguan tidur, hal-hal yang berbeda dengan individu lain, merasa

bersifat negatif tersebut apa akhirnya lingkungan tidak dapat menerima

menghilang dan berganti dengan hal-hal kondisinya dan merasa tidak percaya diri. yang positif. Penelitian yang di lakukan oleh Sulit untuk menjalin hubungan dengan Leake, dkk (1999) menyatakan self l i n g k u n g a n k a r e n a s u d a h m e r a s a p re s e n t a t i o n c u k u p e f e k t i f d a l a m terdiskriminasi dengan perasaan dan meningkatkan penyesuaian diri, belajar pikirannya sendiri sehingga mempengaruhi

untuk menerima pendapat, belajar penerimaan diri individu tersebut.

mendengar, dan membeikan umpan balik Dikuatkan dengan pendapat Afiatin (2008) yang tidak lain merupakan relfeksi dari yang menjelaskan bahwa individu yang masalah yang sedang dihadapi. Penelitian dapat menilai dirinya secara baik pada

tesebut memperkuat bahwa cognitive umumnya akan bahagia, sukses, menerima

(12)

menilai dirinya buruk atau memiliki harga melalui psikoedukasi, dan relaksasi dirasa diri rendah akan merasa dirinya terasing, m e m b e r i k a n p e n g a r u h t e r h a d a p tertekan dan kurang berani melakukan peningkatan penerimaan diri. Sejalan

sesuatu. dengan Safren, dkk (2004) yang telah

Menurut Sheeres (dalam Machdan terlebih dahulu melakukan penelitian pada & Hartini, 2012) adapun faktor yang penderita HIV yang mengalami depresi menghambat penerimaan diri adalah sikap dengan memberikan cognitive behavioural a n g g o t a m a s y a r a k a t y a n g t i d a k therapy. Dalam terapinya terdapat beberapa menyenangkan atau kurang terbuka, ada tahapan seperti cognitive restructuring, hambatan dalam lingkungan, memiliki pemberian keterampilan problem solving, hambatan emosional yang berat, selalu pemantauan aktivitas sehari-hari dan berpikir dengan masa depan. Beberapa relaksasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor penghambat tersebut dialami oleh cognitive behavior therapy efektif diberikan subjek penelitian, subjek merasa bahwa kepada ODHA

dirinya tidak mampu menjalin hidup dan

merasa tidak mempunyai masa depan. SIMPULAN DAN SARAN

U p a y a y a n g d i l a k u k a n u n t u k

menumbuhkan kembali harapan dan Simpulan

semangat subjek penelitian, dalam terapi ini H a s i l p e n e l i t i a n m e n g e n a i mengajarkan untuk membuat goal setting. efektivitas cognitive behavioural therapy G o a l s e t t i n g m e m b a n t u untuk meningkatkan penerimaan diri pada mengidentifikasikan tujuan hidup yang IDU (Injection Drug Users) yang terinfeksi jelas, sehingga subjek termotivasi untuk H I V i n i m e n u n j u k a n b a h w a a d a

menjalani hidup lebih baik. peningkatan tingkat penerimaan diri yang

Untuk mengatasi masalah lain yang signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil dirasakan oleh subjek seperti perasaan analisis data dan pembahasan yang telah cemas dan gangguan tidur (subjek susah dijelaskan pada bab sebelumnya sehingga tidur), terapis mengajarkan relaksasi. kesimpulan dari penelitian ini adalah R e l a k s a s i d i s i n i b e r t u j u a n u n t u k cognitive behavioural therapy dapat mengurangi kecemasan, membuat subjek meningkatkan penerimaan diri pada IDU lebih tenang, dan mampu menghindari yang terinfeksi HIV.

reaksi yang berlebihan karena adanya stress. Secara analisis kuantitif, ada Goldfried dan Trier (dalam Subandi, 2003) peningkatan penerimaan diri pada IDU yang menjelaskan relaksasi dapat digunakan positif terinfeksi HIV. Dibuktikan hasil sebagai ketrampilan coping yang aktif jika dengan analisis statistik Non Parametric digunakan untuk mengajar individu kapan Wilcoxon dengan nilai p= 0,043 < (p= 0,05) dan bagaimana menerapkan relaksasi di yang artinya ada perbedaan yang signifikan

bawah kondisi yang menimbulkan sebelum dan sesudah diberikan terapi atau

kecemasan. Dalam cognitive behavioural perlakuan.

Secara analisis visual inspection, ada

therapy, proses relaksasi yang dilakukan

peningakatan penerimaan diri pada IDU yang

subjek telah terbukti menggurangi

positif terinfeksi HIV setelah mengikuti

kecemasan dan subjek merasa lebih tenang

cognitive behavioural therapy. Latar

serta lebih mudah untuk tidur. Relaksasi

belakang pendidikan, pengetahuan yang

dapat dilakukan kapan saja, ketika subjek

berkaitan dengan penyakit yang diderita dan

merasa tidak nyaman dan membutuhkan

dukungan orang terdekat merupakan faktor

ketenangan.

y a n g m e m p e n g a r u h i p e n i n g k a t a n

Tahapan-tahapan dalam cognitive

penerimaan diri. Cognitive behavioural

behavioural therapy pada penelitian ini

therapy efektif diberikan kepada subjek seperti self presentation, testing realita,

(13)

Secara kualitatif, setelah diberikan keluarga dapat lebih memahami

terapi kognitif perilaku diketahui adanya kondisi ODHA bahkan diharapkan

peningkatan penerimaan diri pada subjek. dapat memberikan dukungan terhadap

Secara perasaan, subjek penelitian merasa ODHA.

lebih tenang, dapat menumbuhkan harapan c. Bagi LSM yang terkait

baru untuk hidupnya, dan optimis Dengan keberhasilan yang

menghadapi masa depannya. Secara d i c a p a i d a l a m p e n e l i t i a n i n i ,

perilaku, subjek penelitian mulai untuk diharapkan LSM yang terkait perlu

membuka diri dan bersosialisasi dengan mengawasi atau mendamping para

l i n g k u n g a n s e k i t a r , m e n g h a d a p i ODHA untuk terus melakukan terapi

permasalahan yang muncul dengan berpikir yang telah diberikan pada subjek

positif, beberapa subjek yang mengalami penelitian. Agar kondisi subjek

gangguan tidur menjadi lebih mudah tidur, penelitian tetapi stabil baik secara

dan tumbuh rasa percaya diri pada diri psikis maupun fisik, karena keduanya

subjek. Hal ini dipengaruhi oleh perubahaan saling berpengaruh

subjek yang saat ini memiliki kemampuan d. Bagi Peneliti Selanjutnya

atau ketrampilan dalam memahami masalah Mengingat adanya kekurangan

d a n m e n g e n a l i p e r a s a a n . A d a n y a dan kelemahan pada penelitian ini,

peningkatan penerimaan diri pada subjek, diharapkan penelitian selanjutnya lebih

mendorong munculnya perilaku yang mampu meminimalisir kelemahan

adaptif seperti menjadi mampu mengatasi yang ada. Untuk meningkatkan

masalah dengan lebih positif. k e e f e k t i f a n t e r a p i i n i p e r l u

memperhatikan kriteria subjek

Saran penelitian, dalam penelitian ini adalah

Dengan ditemukannya kelemahan latar belakang pendidikan subjek

dalam penelitian ini, peneliti memberikan p e n e l i t i a n . P e r l u m e m b e r i k a n

saran kepada pihak-pihak yang terkait agar psikoedukasi yang lebih mendalam

menyempurnakan dengan penelitian agar supaya subjek mendapatka

selanjutnya sehingga memberikan hasil informasi yang lebih lengkap dan

yang lebih optimal. Adapun saran-saran menambah pengetahuan tentang apa

tersebut adalah: yang sebenarnya dialami oleh subjek

a. Bagi Subjek Penelitian p e n e l i t i a n . U n t u k m e n g e t a h u i

Agar dapat memanfaatkan perubahan perilaku secara lebih cermat

secara maksimal terapi yang pernah perlu diberikan behavioral check list

diikuti, dapat mengaplikasikan apa yang selama proses terapi yang kemudian

telah dipelajari dalam kehidupan sehari. dituangkan kedalam analisis visual

Membagi pengetahuan tentang terapi ini inspection. Selain itu, ada beberapa

kepada teman lain yang membutuhkan, yang dapat ditindaklanjuti yang antara

selain itu subjek penelitian harus terus lain tentang dukungan orang terdekat

meningkatkan kualitas hidupnya dan kepercayaan diri karena dirasa

dengan cara tetap berpikir positif dalam sebagai salah satu masalah yang sering

menjalani kehidupan sehingga dapat kali dihadapi oleh ODHA

mencapai kondisi kesehatan yang lebih baik.

b. Bagi Keluarga dan Lingkungan DAFTAR PUSTAKA

ODHA

K e p a d a k e l u a r g a d a n A f i t i n , T. ( 2 0 0 8 ) . P e n c e g a h a n

lingkungan ODHA diharapkan untuk Penyalahgunaan Narkoba Dengan

menambah wawasan pengetahuan Program AJI. Yogyakarta: Gadjah

(14)

Azwar, S. (2004). Metode Penelitian. Press. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cronbach, L. J. (1963). Educational

Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psychology, second edition. New

Psikologi. Yogyakarta: Pustaka York: Harcourt, Brace and World

Pelajar. Inc.

Bieling, P. J., McCabe, R. E. & Antony, M. Davison, G. C., Neale. & Kring. (2006).

M. (2006). Cognitive Behavioural Psikologi Abnormal. Edisi

Ke-Therapy in Groups. New York: The Sembilan. Jakarta: Raja Grafindo

Guilford. Persada.

Bungin, B. (2007). Metodelogi Penelitian Gray, P. S., Williamson, J. B., Karp, D. A. &

Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Dalphin, J. R. (2007). The

Persada. Research Imagination : An

Introduction To Qualitative And

Burns, D. D. (1988). Terapi Kognitif. Quantitative Methods. New York :

Pendekatan baru Bagi Penanganan Cambridge University Press.

D e p r e s i . J a k a r t a : P e n e r b i t

Airlangga Haeba, N., Moordiningsih. (2009). Terapi

K o g n i t i f P e r i l a k u a n u n t u k Calhoun, J. F & Acocella, J. R. (1990). P e n a n g a n a n D e p r e s i P a s c a

Psychology of Adjustment and Melahirkan. Jurnal Intervensi

Human Relatioonships. New York: Psikologi. Vol. 1. No. 1. Hal 41-68.

McGrow Hill. Yogyakarta: Universitas Islam

Indonesia. Campbell, D. T & Cook, D. T. (1979).

Quasi-Experimentation, Design Helmi, A. F., Handayani, M. M. &

And Analysis Issues For Field Ratnawati, S. (1998). Efektivitas

Setting. Boston : Houghton Mifflin P e l a t i h a n P e n g e n a l a n D i r i

Company. Terhadap Peningkatan Penerimaan

Diri dan Harga Diri. Jurnal

Campbell, D. T & Stanley, J. C. (1966). Psikologi No.2. Hal.47-55.

E x p e r i m e n t a l A n d Q u a s i Yogyakarta: Universitas Gajah

E x p e r i m e n t a l D e s i g n F o r Mada.

Research. Chicago : Rand Mcnally

College Publishing Company. Hjelle, L. A & Ziegler, D. J. (1997).

Personality Theories: Basic

Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Assumptions, Research and

Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Applications. Tokyo: Mc Graw

Persada. Hill.

Citron, K., Brouillette, M. J. & Beckett. A. Hurlock, E. B. (1973). Adolescent

(2005). HIV and Psychiatry Development, fourth edition.

Training and Resource Manual. Tokyo: McGraw Hill Kogakusha.

Second Edition. United Kingdoms

: Cambridge University Press Hurlock, E. B. (1974). Personality

D e v e l o p m e n t. N e w D e l h i :

Cooper, Z., Fairburn, C. G. & Hawker, D. M. McGraw Hill

(2004). Cognitive Behavioral

Treatment of Obesity (A Clinical's Hurlock, E. B. (1999). Psikologi

(15)

Pendekatan Sepanjang Rentang Intervention for HIV-Positive Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Injection Drug Users. Health Psychology. Vol. 22. No. 2. Hal

Kaplan. (1993). Health and Human 223-228. University School of

Behavior. New York: Mc Grow Medicine. Hill, Inc.

Marlatt, G. A & Range, B. P. (2008). Kaplan. (1993). Sinopsis Psikiatri: Ilmu Cognitive Behavioral Therapy for Pengetahuan Perilaku Psikiatri Alcohol and Drug User Disoder. Klinis. Jilid satu. Jakarta: Binarupa Rev Bras Psiquiatr, hal 588-595.

Aksara Brazil: Universidade Federal do

Rio de Jeniro Koentjoro. (2008). Materi Kuliah

Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Mawandha, H. G & Ekowarni, E. (2009).

Universitas Islam Indonesia. Terapi Kognitif Perilaku dan

Kecemasan Menghadapi Prosedur

Komalasari, A. D. (2011). Metode Medis Pada Anak Penderita

Cognitive Behavior Therapy untuk Leukemia. Jurnal Intervensi

Meningkatkan Penerimaan Diri Psikologi. Vol. 1. No. 1. Hal 75-91. Pada Penderita Kanker Payudara. Yogyakarta: Universitas Islam Tesis. Yogyakarta: Universitas Indonesia.

Islam Indonesia

Nazir. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Leake, R. Friend, R., & Wadhwa, N. (1999). Ghalia Indonesia.

Improving Adjustment to Chronic

Illmess Through Strategic Self Nevid, J. S. (1997). Abnormal Psychology Presentation: An Experimental in a Changing World, third edition. Study on A Renal Dyalisis. Health New Jersey: Prentice Hall

Psychology. Vol. 18 No.1. Hal 5-62

Oemarjoedi, A. K. (2004). Pendekatan Listyawati. (2004). Penelitian Kepustakaan C o g n i t i v e B e h a v i o r d a l a m T e n t a n g F a k t o r - F a k t o r Psikoterapi. Jakarta: Creative M e n i n g k a t n y a P e n g i d a p Media.

HIV/AIDS. Jurnal Penelitian

Kesejahteraan Sosial. Vol. III. Orford, J. (1992). Community Psychology: M a r e t 2 0 0 4 . H a l 2 0 - 3 5. Theory and Practicel. New York: Yogyakarta: Balai Besar Penelitian John Wiley and Sons, Ltd

dan Pengembangan Pelayanan

Kesejahteraan Sosial. Partosuwido, S. R. (1995). Psikologi

Kesehatan: Sumbangan Psikologi Machdan, D.M., & Hartini, N. (2012). Di Bidang Kesehatan, Prevensi Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Intervensi. Anima, Vol.X. No.

dengan Kecemasan menghadpi 40. Juli- September

Dunia Kerja Pada Tunadaksa Di

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Peale, N. V. (1997). Cara Hidup dan

Tubuh Pasuruan. Jurnal Psikologi Berpikir Positif: The Amazing

Klinis Dan Kesehatan Mental. Vol. Result of Positive Thinking.

1 No.2. Hal. 79-85 Jakarta: Gunung Jati.

Margolin, A & Lara, A. K. (2003). A Safren, S. A., Hendriksen, E. S., Mayer, K. Randomized Clinical Trial of a H., Otto, M. W., & Mimiaga, M. J.

(16)

Therapy for HIV Medication Tambunan, R. A. (2000). Gambaran Nilai

Adherence and Depression. Pengemudi Truk yang Bertingkah

http://www.fenwayhealth.org/site/ Laku Beresiko dan yang Tidak

DocServer/depression_cbp_case_ Bertingkah Laku Beresiko Tertular

series.pdf?docID=162. Diunduh HIV. Anima. Vol. 15. No. 4. Hal.

12 Maret 2013 332-345. Jakarta: Unika Atma

Jaya.

Santoso, S. (2008). Panduan Lengkap

Menguasi SPSS 16. Jakarta: PT. Taylor, S. E. (1995). Health Psychology,

Elek Media Komputindo. third edition. New York: McGrow

Hill. Sari, E. P & Nuryoto, S. ( 2002). Penerimaan

Diri pada Lanjut Usia Ditinjau dari Utami, M. S. (2009). Materi Kuliah

Kematangan Emosi. Jurnal Intervensi Psikologi: Cognitive

Psikologi, No.2, Hal 73-88. Behavior Therapy. Yogyakarta:

Yogyakarta: Universitas Gajah Universitas Islam Indonesia.

Mada.

W u l a n d a r i , L . H . ( 2 0 0 4 ) .

Sarafino. E. P. (2006). Health Psychology: EfektivitasModifikasi Perilaku

Biopsuchosocial Interactions. Kognitif untuk Mengurangi

New York: John Wiley and Sons, Kecemasan Komunikasi Antar

Inc. Pribadi. Universitas Sumatera

Utara.

Sheridan & Radmacher. (1992). Health

Psychology: Challenging The Wrastari, A. T & Hadadari, W. (2003).

Biomedical Model. New York: Pengaruh Pemberian Pelatihan

John Wiley and Sons.Inc Neuro Linguistic Programing

(NPL) Terhadap penerimaan Diri

Subandi, M. A. (2003). Psikoterapi : Penyandang Cacat Tubuh Di Pusat

Pendekatan Konvensional dan Rehabilitasi Panti Sosial Bina

Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka D a k s a ” S u r y a t a m a ” B a n g i

Pelajar. Pasuruan. Insan. Vol.5. No 1, Hal

1 7 - 3 5. S u r a b a y a : F a k u l t a s

Sundberg, N. D., Winebarger, A. A & Taplin, Psikologi Universitas Airlangga.

J. R. (2007). Psikologi Klinis. Edisi

Gambar

Tabel 1. Rancangan Penelitian
Grafik 1. Hasil Skor Skala Penerimaan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengeliminasi kehilangan prategang akibat kekangan kolom dan menghindari momen komulatif yang terjadi pada dasar kolom lantai dasar, maka pada saat jacking, dasar

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai.. Bercerita pendek yang berisi

Judul : Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami dari Daun Jati (Tectona grandis Linn. F.) sebagai Pengganti Pewarna Sintetik Pada Produk Minuman1. Pewarna alami sebagai

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh model problem based learning terhadap kemampuan berfikir kritis siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS, kemudian

Dalam merepresentasikan hubungan antara volume, kecepatan dan kepadatan lalu lintas digunakan perbandingan metode Greenshield dan metode Greenberg untuk mengetahui metode

Metode produksi polisakarida konjac manan atau glukomanan meliputi prinsip dari kandungan tepung konjac, tepung konjac yang belum murni dihilangkan senyawa yang tidak

memiliki seorang apoteker. Dengan adanya apoteker lebih dari satu maka kegiatan pelayanan kefarmasian berjalan sesuai dengan ketentuan karena saat pelayanan kefarmasian

Karena tingkat perputaran persediaan berpengaruh terhadap tingkat rentabilitas ekonomi, maka bagi pengurus KPRI di Kabupaten Jepara sebaiknya lebih aktif dalam menyediakan