• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA TODDLER YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG TANJUNG RSUD R.SYAMSUDIN, SH. KOTA SUKABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA TODDLER YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG TANJUNG RSUD R.SYAMSUDIN, SH. KOTA SUKABUMI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

35 PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP REAKSI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA TODDLER

YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG TANJUNG RSUD R.SYAMSUDIN, SH. KOTA SUKABUMI

Iyam Mariam1 , Setiawati2, Siti Dewi3

ABSTRAK

Bermain adalah aktivitas yang sangat penting untuk perkembangan anak dan merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, sehingga dapat menurunkan stress selama dirawat. Bermain di Rumah Sakit adalah media agar anak efektif beradaptasi dengan lingkungan RS dan dapat berfungsi sebagai terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap reaksi hospitalisasi pada anak usia toddler yang mengalami hospitalisasi. Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan tingkat kepercayaan 95% dan menggunakan metoda pre-test dan post-test dengan kontrol group. Sampel penelitian adalah 40 toddler yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Instrumen penelitian adalah lembar observasi. Analisa data menggunakan teknik analisa univariat dan analisa bivariat menggunakan uji paired sample t-test dan independent t-test. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari terapi bermain terhadap reaksi hospitalisasi anak usia toddler, yaitu terdapat perbedaan antara skor-awal dan skor-akhir reaksi hospitalisasi pada kelompok intervensi dengan nilai p = 0,000. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar untuk program terapi bermain pada anak di RS dan perlu adanya pelatihan bagi perawat anak tentang terapi bermain pada anak.

(2)

The Effect of Play Therapy on Hospitalization Reaction in Todler Age Children Who Experiencing Hospitalization

Iyam Mariam1 , Setiawati2, Siti Dewi3

ABSTRACT

Play is a very important activity for the development of children and is a fun activity for children and is also reduce stress during treatment. Playing at the Hospital is an effective medium for children to adapt to the hospital environment and can serve as therapy. The objective of this study is to determine the effect of play therapy on hospitalization reaction in toddler age children who experiencing hospitalization. Methods the design was quasi-experimental with 95% confidence interval and using the method of pre-test and post-test with control group. Forty toddlers were selected as samples with consecutive sampling technique. The research instrument is an observation sheet. Analysis of the data used univariate analysis techniques and bivariate analysis, using paired sample t-test and independent t-test. Statistical test results showed a significant effect of play therapy on hospitalization reaction in toddler age children. There is a great difference between the initial-score and the end-initial-score of hospitalization reaction in the intervention group with p = 0.000. The results of this study are expected to be an underlie reason for using play therapy in hospitalization children and to facilitate a training children play therapy for pediatric nurses.

(3)

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Anak usia toddler adalah anak yang memasuki tahun pertama sampai dengan ketiga

kehidupannya. Dunia anak adalah dunia bermain karena bermain merupakan kebutuhan dasar bagi anak

dan dilakukan demi kesenangan anak. Itulah sebabnya bermain dikatakan sebagai kegiatan inklusif dan

inheren yaitu muncul atas motivasi dari dalam diri dan tak perlu diajarkan lagi (Supartini, 2004).

Anak usia toddler yang dirawat di rumah sakit akan menunjukkan reaksi terhadap hospitalisasi

sesuai dengan sumber stress-nya, yang ditunjukkan anak dalam berbagai perilaku, seperti anak terlihat

cemas, takut, marah, sedih, dan rasa bersalah, yang muncul karena menghadapi suatu hal yang baru atau

pengalaman baru (Wong, 2009). Selain perilaku tersebut anak juga dapat menunjukkan perilaku seperti:

menjerit memanggil orang tuanya, menolak perhatian yang diberikan, anak tidak aktif, kurang

menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis (Supartini, 2004). Dampak negatif dari

efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani

anak. Hasil penelitian Mulyono, E. (2008) menunjukkan data yaitu 60% responden anak usia toddler

yang menjadi sampel penelitian mengalami stres hospitalisasi, dengan menunjukkan perilaku agresif,

seperti menggigit, menendang, dan memukul pada saat dirawat.

Berbagai strategi dapat digunakan untuk menolong anak dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan RS, salah satunya dengan terapi bermain (Ball W. Jane, 2003). Bermain di rumah sakit

selain merupakan media yang efektif untuk beradaptasi juga dapat memberikan beberapa keuntungan,

yaitu dapat meningkatkan hubungan antara anak, keluarga dan perawat, dapat memulihkan perasaan

mandiri pada anak, memberikan perasaan senang, dan membantu anak mengekspresikan perasaan

cemas, takut, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004). Menurut hasil penelitian Mahmoudi (2008), dan

Nazanin (2011) menyimpulkan bahwa intervensi terapi bermain adalah suatu metoda yang efektif untuk

meminimalkan tingkat kecemasan anak karena prosedur tindakan.

Bermain juga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk perkembangan anak, dan

merupakan kegiatan yang paling menyenangkan bagi anak (Andriana, 2013). Permainan menyusun

kubus atau membangun menara dari kubus, dapat menurunkan stres hospitalisasi pada anak usia toddler,

berfungsi terapeutik, dapat menghibur anak, suasana yang membahagiakan dan menyenangkan pada

anak, dapat menurunkan kecemasan dan dapat melepaskan stress dan ketegangan pada anak (Saraswati,

(4)

Populasi anak yang dirawat di rumah sakit menurut Wong (2001) dalam Supartini (2004)

mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi

(Sumaryoko, 2008 dalam Katinawati, 2011). Perawatan pada pasen anak berbeda dengan pasen dewasa.

Perawatan anak memerlukan pendekatan khusus karena anak mempunyai keistimewaan dan

karakteristik tersendiri, anak bukan dewasa kecil, dan merupakan individu yang masih bergantung pada

orang dewasa dan lingkungannya. Reaksi anak dalam mengatasi krisis akibat dirawat di pengaruhi oleh

tingkat perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, sistem dukungan

serta keterampilan koping dalam menangani stres (Nursalam, 2005).

Hasil studi pendahuluan melalui observasi terhadap 15 anak usia toddler yang dirawat di Ruang

anak Tanjung, hasilnya menunjukkan seluruh anak yang dirawat memperlihatkan perilaku adanya stress

hospitalisasi, dan hasil wawancara dengan perawat menyebutkan umumnya anak yang dirawat di Ruang

Tanjung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R. Syamsudin, S.H., mengalami stress hospitalisasi yang

merupakan tanda adanya reaksi hospitalisasi, yaitu berupa perilaku kecemasan karena perpisahan,

kehilangan kontrol diri, dan ketakutan terhadap rasa sakit, yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk

perilaku seperti menangis, menjerit, anak rewel, anak tidak kooperatif atau menolak setiap didekati

perawat atau petugas kesehatan dan juga orang asing. Terapi bermain di ruangan anak belum

dilaksanakan, dan fasilitas untuk bermain juga belum tersedia.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu meneliti tentang Pengaruh Terapi

Bermain terhadap Reaksi Hospitalisasi pada Anak Usia Toddler, dengan rumusan masalahnya adalah “ Bagaimanakah Pengaruh Terapi Bermain terhadap Reaksi Hospitalisasi pada Anak Usia Toddler yang

Mengalami Hospitalisasi di Ruang Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi” ?

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh terapi bermain terhadap reaksi hospitalisasi

pada anak usia toddler yang mengalami hospitalisasi di Ruang Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota

Sukabumi.Sedangkan tujuan khususnya adalah: Pertama mengetahui gambaran rerata reaksi hospitalisasi

pada anak usia toddler kelompok intervensi, pada sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi

bermain. Kedua mengetahui gambaran rerata reaksi hospitalisasi pada anak usia toddler kelompok

kontrol, pada hasil pengukuran ke satu di hari rawat pertama (skor awal) dan hasil pengukuran ke dua di

hari rawat ke tiga (skor akhir). Ketiga mengetahui pengaruh terapi bermain sebelum dan sesudah

intervensi terapi bermain terhadap reaksi hospitalisasi anak usia toddler yang mengalami hospitalisasi

pada kelompok intervensi. Keempat mengetahui perbedaan selisih skor awal dan skor akhir (Beda skor)

reaksi hospitalisasi anak usia toddler pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Tanjung

(5)

B. METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi experimental design). Adapun

jenis design eksperimen semu yang diambil dalam penelitian ini adalah pre-test and post-test with

Control group. Rancangan ini menggunakan randomisasi, sehingga kedua kelompok diharapkan

mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan intervensi (perlakuan), karena kedua kelompok

diharapkan akan sama pada awalnya, maka perbedaan hasil posttest pada kedua kelompok tersebut dapat

disebut sebagai pengaruh dari intervensi atau perlakuan (Notoatmodjo, 2012).

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien anak usia toddler (1-3 tahun) yang dirawat di

kelas dua dan tiga ruang anak Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi. Pada tiga bulan

terakhir ini jumlah anak usia toddler yang dirawat di ruangan tersebut sebanyak 218 anak, jadi rata-rata

tiap bulannya adalah 73 anak.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian anak usia toddler yang dirawat di Ruang Tanjung

RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi, dengan kriteria inklusi sebagai berikut: Ke satu, anak usia

toddler (1-3 tahun) yang dirawat di Ruang Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi dan

mengalami reaksi hospitalisasi. Ke dua, anak hari pertama dirawat dan sudah mendapatkan tindakan

keperawatan. Ke tiga, anak baru pertama kali menjalani rawat inap di rumah sakit. Ke empat, anak yang

dapat diajak berkomunikasi atau berbicara. Ke lima, anak yang sadar, dapat duduk, suhu tubuh normal,

dan memungkinkan untuk dapat diajak bermain bersama. Ke enam, anak yang diizinkan orang tuanya

untuk menjadi responden. Ke tujuh, anak yang ditunggui keluarganya. Ke delapan, anak yang dirawat di

ruang Tanjung kelas dua dan tiga RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi. Sedangkan kriteria

eksklusinya adalah: Pertama, anak dengan retardasi mental atau dengan gangguan pemusatan perhatian

dan hiperaktivitas (GPPH). Ke dua, anak yang dirawat di ruang isolasi.

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini digunakan rumus penelitian analitis kategorik

numerik berpasangan. Dikatakan berpasangan karena data diukur dua kali pada individu yang sama.

Jumlah keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan perhitungan rumus

tersebut adalah 40 anak usia toddler, yang dibagi dalam 2 kelompok sampel yaitu kelompok intervensi

(6)

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan Consecutive Sampling, Penentuan pasen masuk dalam

kedua kelompok tersebut dilakukan secara acak.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat anak Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota

Sukabumi. Waktu penelitian mulai dari bulan Nopember 2013 sampai Juni 2014.

Alat Pengumpulan Data / Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa lembar observasi

pengukuran reaksi hospitalisasi pada anak toddler yang mengalami hospitalisasi dengan nomor soal 1- 28

(terlampir). Masing-masing soal diberi score satu sehingga jumlah score tiap responden adalah antara 0-28,

kemudian dihitung Rerata score pada kelompok intervensi dan Rerata score pada kelompok kontrol.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian disusun sendiri oleh peneliti dan

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada seorang tenaga ahli yaitu psikolog yang banyak bergerak dalam

berbagai penanganan masalah anak. Instrumen ini tidak dilakukan uji validitas karena dianggap sudah

mengukur apa yang seharusnya diukur, yaitu dalam instrument sudah berisi pertanyaan tentang beberapa

perilaku yang menunjukkan adanya reaksi hospitalisasi pada anak usia toddler sesuai sumber teori.

(Nursalam, 2005; Andriana, 2013; Wong, 2009).

Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti melakukan sendiri

intervensi terapi bermain dan melakukan pengukuran terhadap reaksi hospitalisasi sebelum dan sesudah

diberikan terapi bermain pada kelompok intervensi. Instrumen penelitian tidak diberikan kepada responden

dan tidak dijawab langsung oleh responden, tetapi diisi sendiri oleh peneliti. Selain itu peneliti juga

(7)

Pengolahan dan Analisis Data

Sebelum analisis data, dilakukan Editing, Coding, Entry, dan Cleaning. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis data univariat (analisis deskriptif) dan analisis data

bivariat. Analisis Univariat atau Analisis deskriptif untuk variabel penelitian dilakukan dengan

menggunakan nilai rerata dan simpangan baku, sedangkan Analisis Bivariat dalam penelitian ini

menggunakan Uji-t 2 sampel berpasangan (paired sample t-test) dan uji-t 2 sampel independen

(independent t-test). Sebelum menggunakan kedua uji statistika tersebut dilakukan uji normalitas data

sebagai syarat penggunaan uji-t tersebut dan uji homogenitas varians untuk memilih nilai t yang didapat.

Uji Normalitas Data dilakukan dengan melihat Rasio Skewness, untuk mengetahui apakah

data-data pengamatan yang dihasilkan mengikuti sebaran distribusi normal atau tidak normal. Dikatakan

normal bila data tersebut memiliki nilai Rasio Skewness antara -2 sampai dengan 2.

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel

yang diambil dari populasi yang sama dalam penelitian. Uji homogenitas varians dilakukan dengan

Levene’s test menggunakan program komputer. Bila nilai signifikasi lebih besar dari tingkat kesalahan

0.05, dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh homogen.

Selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk menguji pengaruh intervensi terapi bermain terhadap

reaksi hospitalisasi pada anak usia toddler yang mengalami hospitalisasi, dengan menggunakan

Uji-t 2 sampel berpasangan (paired sample t-test). Uji ini mengukur skor reaksi hospitalisasi dengan

membandingkan hasil pengukuran (skor) sebelum intervensi dan sesudah intervensi.

Kriteria uji hipotesis ini adalah Tolak H0 (Terima H1 atau hipotesis penelitian diterima) jika

p-value uji-t 2 sampel berpasangan lebih kecil dari 0,05. Sedangkan untuk mengukur perbedaan skor

kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan uji-t 2 sampel independen

(independent sample t-test). Kriteria uji hipotesis ini adalah Tolak H0 (Terima H1 atau Hipotesis penelitian

(8)

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan komputer dengan perangkat lunak statistik. Sedangkan derajat kemaknaan yang digunakan adalah 95% atau nilai α = 0,05.

Gambaran Rerata Reaksi Hospitalisasi Responden Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah

Intervensi Terapi Bermain

Analisis ini menjelaskan atau menjabarkan data reaksi hospitalisasi pada kelompok intervensi,

sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain. Hasil analisis rerata reaksi hospitalisasi responden

kelompok intervensi sebelum terapi bermain adalah 21,70 (95% CI: 20,81 - 22,59), dengan standar

deviasi 1,895. Skor terkecil 18 dan terbesar 25. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan 95%

diyakini bahwa rerata reaksi hospitalisasi responden kelompok intervensi sebelum terapi bermain adalah

antara 20,81 sampai dengan 22,59. Sedangkan hasil analisis rerata reaksi hospitalisasi responden

kelompok intervensi sesudah terapi bermain adalah 17,50 (95% CI: 16,81 – 18,19), dengan standar deviasi 1,469. Skor terkecil 15 dan terbesar 20. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan 95%

diyakini bahwa rerata reaksi hospitalisasi responden kelompok intervensi sesudah terapi bermain adalah

antara 16,81 sampai 18,19 (tabel 4.1)

Gambaran Rerata Reaksi Hospitalisasi Responden pada Kelompok Kontrol pada Hasil

Pengukuran kesatu di Hari Rawat Pertama (Skor-awal) dan Hasil Pengukuran ke Dua di Hari

Rawat ke Tiga (Skor-akhir)

Hasil analisis rerata skor-awal reaksi hospitalisasi responden pada kelompok kontrol adalah 21,50

(95% CI: 20,75 - 22,25), dengan standar deviasi 1,606. Skor terkecil 19 dan terbesar 24. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan 95% diyakini bahwa rerata skor awal reaksi hospitalisasi responden

pada kelompok kontrol adalah antara 20,75 sampai dengan 22,25. Sedangkan hasil analisis rerata

skor-akhir reaksi hospitalisasi responden pada kelompok kontrol adalah 18,75 (95% CI: 18,04 – 19,46), dengan standar deviasi 1,517. Skor terkecil 16 dan terbesar 21. Dari hasil estimasi interval dapat

disimpulkan 95% diyakini bahwa rerata skor-akhir reaksi hospitalisasi responden pada kelompok kontrol

(9)

Pengaruh Terapi Bermain Sebelum dan Sesudah Intervensi Terapi Bermain terhadap Reaksi

Hospitalisasi Responden yang Mengalami Hospitalisasi pada Kelompok Intervensi.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara skor reaksi hospitalisasi

hasil pengukuran sebelum diberikan terapi bermain dan skor sesudah diberikan terapi bermain pada

kelompok intervensi. Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test dengan derajat kemaknaan 95% atau α = 0,05.

Hasil analisis diketahui rerata skor reaksi hospitalisasi pada pengukuran sebelum diberikan terapi

bermain (skor-awal) adalah 21,70 + 0,424 dengan standar deviasi 1,895. Sedangkan pada pengukuran

sesudah diberikan terapi bermain (skor-akhir) didapatkan rerata skor reaksi hospitalisasi adalah 17,50 +

0,328 dengan standar deviasi 1,469. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan skor yang sangat signifikan antara skor reaksi hospitalisasi hasil

pengukuran ke satu pada hari rawat pertama sebelum diberikan terapi bermain (skor-awal) dan hasil

pengukuran ke dua pada hari rawat ke tiga sesudah diberikan terapi bermain (skor-akhir) (tabel 4.5).

Perbedaan Selisih Skor-Awal dan Skor-Akhir Reaksi Hospitalisasi Responden pada Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol

Untuk menguji perbedaan selisih skor-awal dan skor-akhir (beda-skor) reaksi hospitalisasi

responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, digunakan independent t-test.

Hasil analisis diketahui bahwa rerata beda-skor reaksi hospitalisasi pada kelompok intervensi

adalah 4,20 + 0,296 dengan standar deviasi 1,322. Sedangkan untuk kelompok kontrol rerata beda-skor

reaksi hospitalisasi adalah 2,75 + 0,270 dengan standar deviasi 1,209. Hasil uji statistik didapatkan nilai p

= 0,001 yang berarti bahwa pada alpha 5% terdapat perbedaan yang signifikan antara beda-skor reaksi

hospitalisasi pada kelompok intervensi dengan pada kelompok kontrol (tabel 4.6). Perbedaan pada

penurunan skor-awal reaksi hospitalisasi hasil pengukuran kesatu pada hari rawat pertama dengan

skor-akhir reaksi hospitalisasi hasil pengukuran pada hari rawat ketiga, yaitu skor-awal 21,7 dan

skor-akhir 17,5 pada kelompok intervensi serta skor-awal 21,5 dan skor-akhir 18,75 pada kelompok

kontrol.

Respon anak terhadap hospitalisasi sangat variatif. Anak menunjukkan penurunan tanda-tanda

reaksi hospitalisasi. Bentuk perilaku yang diperlihatkan pada pengukuran awal, tapi tidak ditunjukkan

pada pengukuran akhir, diantaranya perilaku anak tidak komunikatif, anak tidak berminat bermain, tidak

(10)

mengatakan “pergi” pada perawat yang mendekatinya. Hal ini terjadi juga pada kelompok kontrol, namun jumlahnya lebih sedikit.

Tabel 4.1 Distribusi Reaksi Hospitalisasi Responden Kelompok Intervensi, Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Bermain di Ruang Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi. Bulan Maret–April 2014

Variabel Mean Standar

(11)

Tabel 4.5 Distribusi Reaksi Hospitalisasi Responden Kelompok Intervensi pada Hasil Pengukuran Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Bermain di Ruang Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi.

Bulan Maret – April 2014

Variabel Mean SD SE N

p-value

Reaksi Hospitalisasi:

Sebelum Terapi Bermain

(Skor Awal)

21,70 1,895 0,424 20 0,000

Sesudah Terapi Bermain

(Skor Akhir) 17,50 1,469 0,328 20

Sumber: Data Primer tahun 2014

Tabel 4.6 Distribusi Beda-Skor Reaksi Hospitalisasi Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi. Bulan Maret – April 2014

Beda-Skor Reaksi

Hospitalisasi Mean SD SE N p-value

Kelompok

Intervensi

4,20 1,322

0,296 20 0,001

Kelompok Kontrol 2,75 1,209 0,270 20

(12)

Interpretasi dan Diskusi Hasil

Gambaran Rerata Reaksi Hospitalisasi Pada Responden Kelompok Intervensi Sebelum dan

Sesudah Dilakukan Terapi Bermain

Hasil analisis gambaran rerata reaksi hospitalisasi responden pada kelompok intervensi sebelum

diberikan terapi bermain (skor-awal) yaitu 21,70 + 0,424 (95% CI: 20,81 - 22,59), dengan skor terkecil 18

dan terbesar 25. Dan rerata reaksi hospitalisasi sesudah diberikan terapi bermain (skor-akhir) yaitu 17,50

+ 0,328 (95% CI: 16,81-18,19) dengan skor terkecil 15 dan terbesar 20.

Data tersebut diatas menunjukkan bahwa pada responden kelompok intervensi didapatkan

penurunan skor reaksi hospitalisasi hasil pengukuran pertama pada hari rawat ke satu sebelum diberikan

terapi bermain (skor-awal) dan hasil pengukuran ke dua pada hari rawat ke tiga sesudah diberikan terapi

bermain (skor-akhir).

Reaksi hospitalisasi berupa stress hospitalisasi dapat dialami oleh sebagian besar anak yang

dirawat di rumah sakit dalam berbagai tingkat usia termasuk anak usia toddler. Berbagai bentuk perilaku

adanya reaksi hospitalisasi, umumnya ditunjukkan oleh anak usia toddler yang mengalami perawatan di

rumah sakit, seperti perilaku kecemasan, kehilangan kendali, perasaan tidak aman yang diperlihatkan

dalam perilaku ketakutan pada anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Nursalam (2003) yang menyatakan

bahwa ada beberapa situasi yang menjadi sumber stressor pada anak yang dirawat di rumah sakit, yaitu

cemas karena perpisahan, kehilangan kontrol diri, serta rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa sakit

atau nyeri. Kondisi stress hospitalisasi ini dapat mengganggu kesejahteraan anak serta dapat menghambat

pertumbuhan dan perkembangan anak, oleh sebab itu perlu adanya upaya meminimalkan efek

hospitalisasi ini.

Berbagai macam intervensi dapat dilakukan untuk mengatasi efek hospitalisasi, salah satunya

adalah dengan cara memberikan terapi bermain pada anak selama hospitalisasi (Nursalam, 2005).

Intervensi terapi bermain sangat bermakna dalam mengurangi reaksi hospitalisasi berupa ketegangan dan

stres akibat hospitalisasi pada anak usia toddler. Bermain merupakan aktivitas sehat yang diperlukan

dalam pertumbuhan dan perkembangan anak serta merupakan media bagi anak untuk membantu

mengekspresikan perasaan cemas, takut, sedih, tegang, nyeri, perasaan yang tidak nyaman serta dapat

(13)

Ruang anak Tanjung RSUD R. Syamsudin, S.H. pada saat ini belum melaksanakan program

kegiatan terapi bermain pada penanganan anak yang mengalami reaksi hospitalisasi dan juga belum

memiliki standar operasional (SOP) terapi bermain pada anak, namun RS tersebut sudah melakukan

berbagai upaya untuk mengurangi stress akibat hospitalisasi pada anak, dan agar anak dapat beradaptasi

dengan stressor yang dialaminya diantaranya perawat melakukan pendekatan yang terapeutik berdasarkan

pada usia anak, penggunaan pakaian seragam yang berwarna-warni dari perawat yang bertugas diruangan

tersebut, dan memodifikasi ruangan perawatan melalui penggunaan cat dinding yang berwarna-warni, dan

pemasangan gambar-gambar yang menarik bagi anak diruangan tersebut. Bermain menyusun kubus

selain dapat memberikan kesenangan pada anak, juga dapat memberikan pembelajaran pada anak dalam

mengenali bentuk, warna, ukuran, tekstur dan fungsi objek-objek (Wong, 2009).

Gambaran Reaksi Hospitalisasi Responden Kelompok Kontrol pada Hasil Pengukuran ke satu di

Hari Rawat Pertama (Skor-awal) dan Hasil Pengukuran ke dua di Hari Rawat ke Tiga (Skor–

akhir)

Hasil analisis gambaran reaksi hospitalisasi responden pada kelompok kontrol menunjukkan

bahwa hasil rerata skor-awal yaitu 21,50 + 0,359 (95% CI: 20,75 - 22,25), dengan skor terkecil 19 dan

terbesar 24. Dan rerata skor-akhir yaitu 18,75 + 0,339 (95% CI: 18,04-19,46) dengan skor terkecil 16 dan

skor terbesar 21.

Pada data tersebut menunjukkan bahwa pada responden kelompok kontrol terjadi penurunan skor

reaksi hospitalisasi hasil pengukuran pertama pada hari rawat ke satu dan hasil pengukuran ke dua pada

hari rawat ke tiga.

Terjadinya stress pada anak yang hospitalisasi atau yang dirawat di rumah sakit tidak dapat

dihindarkan. Pada hasil penelitian ini diketahui adanya penurunan skor reaksi hospitalisasi pada

kelompok responden yang tidak diberikan terapi bermain atau kelompok kontrol. Kondisi ini dapat terjadi

karena penurunan stress hospitalisasi tidak hanya dapat diupayakan dengan terapi bermain, tetapi banyak

upaya lain dan kondisi yang dapat mempengaruhi anak dalam penurunan reaksi hospitalisasi, seperti:

kemampuan anak dalam beradaptasi dengan lingkungan, dan kemampuan koping anak dalam menghadapi

stress hospitalisasi. Perawat anak mempunyai peran penting dalam mengatasi stress hospitalisasi pada

(14)

Pengaruh Terapi Bermain Sebelum dan Sesudah Intervensi Terapi Bermain terhadap Reaksi

Hospitalisasi Responden yang Mengalami Hospitalisasi pada Kelompok Intervensi

Berdasarkan hasil uji statistik paired t-test antara skor-awal dan skor-akhir reaksi hospitalisasi

pada responden kelompok intervensi didapatkan nilai p = 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada

kelompok intervensi didapatkan pengaruh yang sangat signifikan antara skor reaksi hospitalisasi sebelum

diberikan terapi bermain (skor-awal) dengan skor sesudah diberikan terapi bermain (skor-akhir). Hal ini

berarti bahwa hipotesis-minor (a) terbukti, yaitu terdapat pengaruh terapi bermain terhadap reaksi

hospitalisasi pada anak usia toddler kelompok intervensi yang mengalami hospitalisasi di ruang Tanjung

Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, S.H. Kota Sukabumi.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pada kelompok intervensi terjadi penurunan yang

signifikan pada pada skor reaksi hospitalisasi setelah diberikan terapi bermain. Hasil analisis statistik

dalam penelitian ini juga memperlihatkan bahwa skor-awal kedua kelompok yaitu pada kelompok

intervensi dan pada kelompok kontrol adalah homogen, sedangkan skor-akhir kedua kelompok

berdasarkan hasil t-test adalah berbeda secara signifikan. Perbedaan yang bermakna antara skor-akhir

pada kelompok intervensi dengan skor-akhir pada kelompok kontrol adalah karena pengaruh dari

intervensi terapi bermain. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2012) yang menyatakan bahwa

dengan randomisasi, maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama sebelum dilakukan intervensi

(perlakuan), sehingga karena kedua kelompok sama pada awalnya maka perbedaan hasil posttest pada

kedua kelompok tersebut dapat disebut sebagai pengaruh dari intervensi atau perlakuan.

Terapi bermain yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis permainan menyusun kubus

yang merupakan salah satu jenis permainan yang sesuai dengan anak usia toddler (1-3 tahun). Permainan

ini sangat menarik untuk anak-anak, menciptakan rasa senang bagi anak yang memainkannya,

menumbuhkan kreativitas dan rasa percaya diri anak.

Supartini (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa

lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stress bagi anak, seperti sikap perawat, pakaian

yang digunakan perawat, dan lainnya. terapi bermain dilakukan dengan melibatkan orang tua anak secara

aktif. Pada hasil penelitian ini menyimpukan bahwa terdapat pengaruh terapi bermain terhadap reaksi

(15)

Perbedaan Selisih Skor-Awal dan Skor-Akhir (Beda-Skor) pada Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol

Hasil penelitian reaksi hospitalisasi responden menunjukkan adanya perbedaan selisih skor pada

hasil test-awal dan test-akhir, baik pada kelompok Intervensi maupun pada kelompok Kontrol.

Berdasarkan hasil uji statistik independent t-test antara nilai beda-skor pada responden kelompok

intervensi dengan pada kelompok kontrol didapatkan nilai p= 0,001 (p < 0,05), sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai beda-skor reaksi hospitalisasi pada

kelompok intervensi dengan pada kelompok kontrol. Hal ini berarti bahwa hipotesis-minor (b) terbukti,

yaitu terdapat perbedaan reaksi hospitalisasi (selisih skor-awal dan skor-akhir) pada anak usia toddler

kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Umum Daerah R. Syamsudin, S.H Kota

Sukabumi.

Pada hasil analisis data diketahui bahwa penurunan skor reaksi hospitalisasi pada responden

kelompok intervensi lebih banyak dibandingkan dengan pada kelompok kontrol. Keadaan ini

menunjukkan bahwa intervensi terapi bermain pada anak dirawat, memberikan efek dalam penurunan

stress hospitalisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nursalam yang menyebutkan bahwa bermain di

Rumah Sakit salah satunya bertujuan agar anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stress.

Selain itu Andriana (2013) juga menyebutkan bahwa fungsi bermain di Rumah Sakit adalah memfasilitasi

anak untuk beradaptasi dengan lingkungan asing, membantu mengurangi stress terhadap perpisahan,

membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing, mengurangi tekanan, dan dapat

mengexplorasi perasaan sehingga tujuan terapeutik dapat tercapai. Wong (2009) juga berpendapat bahwa

bermain bersifat terapeutik karena bermain dapat menjadi sarana bagi anak untuk melepaskan diri dari

ketegangan dan stres yang dihadapi di lingkungan.

D. KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: Pertama, terdapat penurunan pada rerata skor reaksi

hospitalisasi sesudah diberikan intervensi terapi bermain dibandingkan dengan sebelum diberikan

intervensi. Rerata skor reaksi hospitalisasi pada kelompok intervensi sebelum dilakukan terapi bermain

yaitu 21,70 dan sesudah dilakukan terapi bermain yaitu 17,50. Ke dua, terdapat penurunan pada rerata

skor-akhir reaksi hospitalisasi dibandingkan dengan skor-awal pada kelompok yang tidak diberikan terapi

bermain atau kelompok kontrol, yaitu sebesar 21,50 pada skor-awal dan 18,75 pada skor-akhir. Ke tiga,

terdapat pengaruh terapi bermain terhadap reaksi hospitalisasi pada anak usia toddler kelompok intervensi

(16)

bermain dan skor sesudah diberikan terapi bermain. Keempat, terdapat perbedaan nilai pada beda-skor,

yaitu selisih skor-awal dan skor-akhir reaksi hospitalisasi pada kelompok intervensi dengan pada

kelompok kontrol. Nilai beda-skor antara skor-awal dengan skor-akhir sangat signifikan lebih besar pada

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika

Aziz, A. (2003). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

---, (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Buku 1, Cetakan ketiga, Jakarta: Salemba Medika.

Azwar A. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Batam: Bina Rupa Aksara.

Bowden V.R.,(2010). Children and Their Families: The Continum Of Care. Second Edition.Wolters Kluwer Health.Lippincott Williams & Wilkins.

Budiman (2011). Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Bandung: Refika Aditama. Burn E., Dunn A., Brady M. (2009). Pediatric Primary Care. Saunders Elsevier.

Dahlan S. (2013). Besar Sampel Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Cetakan kedua. Jakarta: Salemba Medika.

--- (2011). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika. Dharma (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Engel J. (2009). Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Gordon T. (2013). Statistik Kedokteran, Edisi Kedua,Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. Hawari (2001). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Fakultas Kedokteran, Jakarta.

Hockenberry, M. (2004). Wong’s clinical manual of pediatric nursing. Sixth edition. St.Louis: Mosby.

Hockenberry M., Wilson D. Wong's (2011). Nursing Care of Infants and Children. Edition 9.St Louis, MO: Mosby.

Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jilid 1 dan II.Jakarta: Salemba Medika.

Jane W., Ruth C.B. (2003). Pediatric Nursing: Caring For Children, 3rd Ed. Pearson Education, Inc, New Jersey. Muscari E. (2005). Keperawatan Pediatrik, Jakarta: EGC

Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

(18)

Potter dan Perry. (2005).Fundamental Keperawatan Volume 1 Edisi 4, EGC, Jakarta.

Potts N.L., Mandleco B.L.(2007). Pediatric Nursing Caring For Children And Their Families. Secon Edition.Thomson cooperation and Delmar Learning.Clipton Park.

Riyadi S. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak.Cetakan I, Yogyakarta: Graha Ilmu. Saraswati S. (2009). Aneka Permainan Bayi & Anak. Katahati. Jogjakarta.

Sulistyawati A. (2014). Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Salemba Medika. Jakarta.

Supartini Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Cetakan I. EGC. Jakarta. Suriadi,Yuliani R. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Penebar Swadaya. Jakarta. Soetjiningsih. 2003. Tumbuh Kembang Anak: EGC, Jakarta.

Thobroni M. ( 2011). Mendongkrak Kecerdasan Anak. Cetakan 1.Katahati. Jogjakarta.

Whaley, L.F. (2001). Nursing Care Of Infan and Children, Secon Edition. St.Louis: Mosby Year. Wong (2002). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC.

Wong, et al, (2009). Essentials of Pediatric Nursing, St.Louis: Mosby Year Book. ---, (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 1 dan 2.EGC. Jakarta. Wong (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Rosdakarya, Bandung.

Anonim (2013). Perubahan Psikologis Pada Anak yang dirawat di Rumah Sakit. http://www,psychologymania.com/8/2012/hospitalisasi-pd-anak.html, diperoleh tanggal 13 Mei 2013.

Bratton S., Ray D., Rhine T. (2005). The Efficacy of Play Therapy With Children: A Meta-Analytic Review Of Treatment Outcomes. University of North Texas. Professional Psychology: Reserch and Practice, Vol. 36, No. 4, 376-390.

Burn E.S., Nader (2011). The Effects of Medical Play on Reducing Anxiety, Fear and Procedure Distress in School Age Children Going to Visit The Doctor. The University of Alabama Tuscaloosa, Alabama.

Coyne (2006).Children’s experiences of hospitalization.Journal of Child Health Care. SAGE Publications, London. Vol.10 (4), 326 – 336.

Handayani, Puspitasari, N. (2010). Pengaruh terapi bermain terhadap Tingkat Kooperatif Selama Menjalani Perawatan Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) di Panti Rapih Yogyakarta.

Koller, et.al. (2008). Therapeutic Play In Pediatric Health Care: The Essence Of Child Life Practice. The child life Council. Toronto, Ontario, Canada.

(19)

Mulyono, Eko (2008). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap tingkat stress Hospitalisasi Pada Anak Usia Toddler di Irna Empu Tantular RSUD Kepanjen.

Nurani Y. (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Permata Puri Media. Jakarta

Rahmani P., Moheb N. (2010). The Effetiveness of Clay Therapy and Narrative therapy on Anxiety of Pre-School Children: a Comparative Study. Islamic Azad University- Tabriz Branch, Iran.Procedia Social and Behavioral Sciences 5.23-27.

Suryanti, Sodikin, Yulistiani M. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat kecemasan sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD dr.R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga.

Gambar

Tabel 4.2  Distribusi Reaksi Hospitalisasi Responden Kelompok Kontrol di Ruang Tanjung RSUD R
Tabel 4.5 Distribusi Reaksi Hospitalisasi Responden Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pada saat pembelajaran di kelas berlangsung, klitik tak- ini digunakan oleh salah satu siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia. Hal

Oleh karena itu, berdasarkan grafik yang ada pada gambar 4.3, dapat disimpulkan bahwa kondisi stabilitas arah sepeda motor yang paling baik adalah ketika sepeda motor berbelok

Di hari ketigapuluh ini tugas penulis adalah melakukan integrasi atau hosting website yang sudah penulis develop ke dalam domain yang sudah dimiliki oleh

And at the same time as Ace and Benny started to question why he needed them – why, why did people need to be told about things like love, when it was always too late, always no good

Data Kadar Gula Darah dan Berat Badan Tikus Treatment Sonde Sorbet Buah Naga Merah dengan Penambahan Isolat Protein 50

Untuk mendapatkan jawaban yang jelas dan tepat sesuai kondisi pasien, maka pertanyaan tersebut harus disusun dengan baik, sehingga pertanyaan klinis tersebut

Ki Sabdhosutedjo dari Surabaya, Jawa Timur Ki Sabdhosutedjo atau yang dikenal dengan nama Tee Boen Liong adalah seorang dalang wayang Jawa asli Surabaya.. Ia telah mendalami

Tanggapan dari masyarakat terhadap pertunjukan WKCB menjadi tanda- tanda bahwa wacana pada tokoh punakawan yang dihadirkan oleh Dalang Nardayana pada pertunjukan WKCB