• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIX PRINT Makalah Pembangunan Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FIX PRINT Makalah Pembangunan Lokal"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun oleh: Kelompok 6

Guntur Sugira 170410140060

Yuki Adrian 170410140038

Albi Nur Abizar 170410140018

Fajar Ferdian P 170410140016

Yudistira Perbangsa 170410140050 Mushab Umair Al Fatih 170410130044

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Pembangunan Lokal” Dosen: Iyep Saefulrahman, S.IP. M.Si.

Rudiana, S.IP. M.Si.

RUANG PUBLIK

KONSEP & PERKEMBANGANNYA

RUANG PUBLIK & PEMBANGUNAN

2017

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Ruang Publik: Konsep & Perkembangannya” ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas tetapi lebih dari itu makalah ini diharapkan juga dapat menambah pengetahuan pembaca.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB I... 1

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan...2

PEMBAHASAN...3

2.1 Ruang Publik Menurut Habermas...3

2.2 Pandangan lain mengenai Ruang Publik...7

2.3 Perkembangan Ruang Publik...12

2.4 Media Massa...13

2.5 Pembangunan...15

2.6 Konsep Pembangunan...15

2.7 Peran Pemerintah dalam Pembangunan Ruang Publik...17

BAB III... 19

PENUTUP... 19

4.1 Simpulan...19

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia disamping sebagai individu juga menjadi bagian dari masyarakat. Sebuah masyarakat, bagaimanapun membutuhkan suatu “ruang” untuk menopang dan mengarahkan masyarakatnya menuju kemajuan baik itu dari aspek sosial maupun politik. Karena manusia merupakan bagian dari masyarakat, maka nilai dasar kemanusiaan adalah bagaimana ia mampu berinteraksi, bergaul, berkumpul dan berkreasi dalam suatu bangunan emosional (komunal).

Manusia tidak dapat berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia membutuhkan oranglain. Dari sinilah dapat kita distingsikan, ada yang bersifat “privat” dan ada yang “publik”. Jika ditelusuri dari Yunani kuno yakni pada zaman Arkhaik (abad 8-6 SM) dalam penelitian A. Setyo Wibowo, tentang

Kepublikan dan Keprivatan di dalam Polis Yunani Kuno yang dimulai dari penyelidikan tentang asal-usul sebuah negara yang demokratis, ia membedakan bentuk masyarakat menjadi dua. Pertama, oikos yang berarti “rumah”. Pengertian secara reduksional sekumpulan orang yang memiliki harta benda serta tinggal secara berkumpul. Membentuk kesatuan dalam hal menjamin keamanan dan kebutuhan sehari-hari. Bergabung dalam oikos membawa konsekuensi akan terikat pada aturan-aturan sosial. Sementara yang kedua, komunitas masyarakat yang tidak memiliki harta benda (Theses). Theses memiliki eksistensi sebagai orang bebas.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah adalah: 1. Bagaimana sejarah ruang publik muncul?

2. Bagaimana konsep ruang publik menurut Ahli? 3. Bagaimana perkembangan konsep ruang publik? 4. Bagaimana ruang publik di Indonesia?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah “Pembangunan Lokal”

2. Mendeskripsikan mengenai sejarah ruang publik.

3. Mendeskripsikan mengenai konsep ruang publik menurut Ahli. 4. Mendeskripsikan perkembangan konsep ruang publik.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Publik Menurut Habermas

Filsuf Jerman Jurgen Habermas dianggap sebagai pencetus gagasan ruang publik, sekalipun sebagian orang menganggap benih-benih pemikiran ruang publik sudah dikemukakan oleh sosilogis dan ekonomis Jerman Maximilian Carl Emil Weber (1864-1920). Ia Jurgen Habermas mengenalkan gagasan ruang publik melalui bukunya Strukturwandel der Öffentlichkeit; Untersuchungen zu einer Kategorie der Bürgerlichen Gesellschaft. Edisi bahasa Inggris buku ini, The Structural Transformation of the Public Sphere: an Inquiry into a Category of Bourgeois Society, diterbitkan dalam versi bahasa Inggris pada 1989.

Melalui buku tersebut dan buku Civil Society and the Political Public Sphere, Jurger Habermas memaparkan bagaimana sejarah dan sosiologis ruang public. Menurutnya, ruang publik di Inggris dan Prancis sudah tercipta sejak abad ke-18. Pada zaman tersebut di Inggris orang biasa berkumpul untuk berdiskusi secara tidak formal di warung-warung kopi (coffee houses). Mereka di sana biasa mendiskusikan persoalan-persoalan karya seni dan tradisi baca tulis. Dan sering pula terjadi diskusi-diskusi ini melebar ke perdebatan ekonomi dan politik. Sementara di Prancis, contoh yang diberikan Jurgen Habermas, perdebatan-perdebatan semacam ini biasa terjadi di salon-salon. Warga-warga Prancis biasa mendiskusikan buku-buku, karya-karya seni baik berupa lukisan atau musik di sana.

(7)

sederhana masyarakat madani bisa dipahami sebagai masyarakat yang berbagi minat, tujuan, dan nilai tanpa paksaan—yang dalam teori dipertentangkan dengan konsep negara yang bersifat memaksa.

Gagasan Habermas di atas memang bisa dibilang sebuah cita-cita ideal dalam konteks historis masa itu yang kalau kita bandingkan dengan konteks zaman sekarang tentunya prosesnya tidak sesederhana itu. Pemikiran Habermas itu bisa kita pahami dalam dua perspektif. Pertama, Habermas mencoba menggambarkan munculnya ruang publik di kalangan calon kaum borjuis dalam spirit kapitalisme liberal di abad 18.Kategori Public Sphere semacam ini dapat ditemui dalam realitas sejarah masyarakat Inggris, Perancis dan Jerman.Pada masa sebelum itu, memang bisa dikatakan tidak ada ruang sosial yang layak disebut “public” sebagai lawan dari “private”. Dengan berkembangnya konsep negara kebangsaan, lembaga perwakilan, perekonomian,dan tidak ketinggalan lahirnya media cetak maka mulailah berkembang akar kemunculan Public Sphere di masyarakat tertentu di Eropa Barat. Dalam Public Sphere ini terdapat kelompok – kelompok sosial tertentu atas dasar pendidikan, kelas kepemilikan (biasanya pada kalangan pria) dan berproses melalui berbagai media seperti Jurnal, pamflet, dan surat kabar termasuk di dalam lingkungan tertentu seperti bar, coffee house

dan berbagai club. Pertukaran informasi aktual, yang berlangsung terus menerus dalam sebuah diskusi dan seringkali dihangatkan dengan perdebatan merupakan gejala baru yang menurut Habermas amatlah berarti.

(8)

politik feodal baru yang makin menggantikan peran-peran yang semula dilakoni masyarakat.

Jadi, Ruang Publik (Public Sphere) yang menurut Habermass ialah suatu realitas kehidupan sosial di dalam mana terdapat suatu proses pertukaran informasi dan berbagai pandangan berkenaan dengan pokok persoalan yang tengah menjadi perhatian umum sehingga dalam proses tadi terciptalah pendapat umum (McQuail, 2002).

 Pada abad ke-17 dan ke-18, cafe-cafe maupun tempat umum lainnya menjadi tempat berkumpul komunitas-komunitas untuk berdiskusi dan berdebat masalah politik.

 Pada teori ini, Habermas merujuk pada konsep “ruang publik borjuis”, dengan fungsi sebagai perantara dari keprihatinan individu dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan keluarga, menghadapi tuntutan-tuntutan dan keprihatinan dari kehidupan sosial dan publik.

 Konsep ruang publik merujuk pada media atau arena dimana masyarakat mampu beropini secara bebas tanpa tekanan dari siapapun.

(9)

Suasana yang santai dan bebas berpendapat menjadi faktor mengapa ruang publik tersebut dapat berjalan.

Ruang Publik yangdiidealkan oleh Habermas kiranya adalah ruang dimana setiap masalah bisa dikomunikasikan tanpa kendala, bukan dimana segalanya boleh dilakukan begitu saja, Komunikasi yang terbentuk adalah bentuk komunikasi demokratis, timbal-balik dan tiap-tiap pihak bisa menerimanya dengan baik tanpa dominasi.

(10)

2.2 Pandangan lain mengenai Ruang Publik

Pandangan Habermas tentang ranah publik itu menggunakan berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat, teori sosial, ekonomi, dan sejarah, dan dengan demikian merintis gaya Institut untuk Riset Sosial, dalam menghasilkan teori sosial supradisiplin.

Aspirasi politik Habermas telah memposisikannya sebagai pengkritik atas kemerosotan demokrasi di masa sekarang, dan imbauan bagi pembaruan demokrasi. Ini adalah tema-tema yang tetap bersifat sentral dalam pemikiran Habermas. Kehidupan publik demokratis hanya berkembang subur, manakala institusi-institusi memungkinkan warga negara, untuk memperdebatkan masalah-masalah yang menjadi kepentingan publik. Habermas menggambarkan jenis ideal dari ‘situasi bicara ideal’ (ideal speech situation), adalah ketika para aktor secara setara dibekali dengan kapasitas wacana, mengakui persamaan sosial dasar antara satu dengan yang lain, dan pembicaraan mereka tidak terdistorsi oleh ideologi atau salah pengenalan (misrecognition).

Habermas optimistis tentang kemungkinan menghidupkan kembali ranah publik. Ia melihat harapan bagi masa depan di era baru komunitas politik, yang melampaui negara-bangsa yang berbasis pada kesamaan etnik dan budaya, menuju ke arah negara yang berdasarkan pada hak-hak setara dan kewajiban warga negara yang melekat secara hukum.

(11)

massa. Sedangkan Michael Schudson dari Universitas California, San Diego, memberi argumen yang lebih umum. Ia menyatakan, ranah publik sebagai tempat perdebatan independen yang murni rasional seperti disebutkan Habermas– adalah tidak pernah ada.

Sejumlah pengeritik menyatakan, Habermas terlalu mengidealisasi ranah publik borjuis di tahap-tahap awal, dengan menjabarkannya sebagai forum diskusi dan debat yang rasional. Padahal, faktanya, kelompok-kelompok tertentu telah disisihkan dari forum tersebut, dan dengan demikian partisipasi juga dibatasi. Habermas sendiri kemudian mengakui bahwa ranah publik yang disebutkannya waktu itu memang lebih sebagai jenis ideal dan bukan ideal normatif yang mau dibangkitkan lagi dari ambang kematian.

Memang, Habermas terkesan agak mengidealisasi ranah publik borjuis sebelumnya. Meskipun konsep ranah publik dan demokrasi mengasumsikan adanya perayaan liberal dan populis tentang keanekaragaman (diversitas), toleransi, perdebatan, dan konsensus, pada kenyataannya ranah publik borjuis didominasi oleh kaum pria, pemilik properti, yang berkulit putih. Ranah publik kelas pekerja, kaum perempuan, dan warga kelas bawah lain, yang berkembang seiring dengan ranah publik borjuis untuk mewakili suara dan kepentingan kelas bawah, disisihkan dari forum ranah publik borjuis tersebut.

(12)

seperti Internet. Sedangkan Mary Ryan mencatat adanya ironi bahwa bukan saja Habermas telah mengabaikan ranah publik kaum perempuan. Namun, Habermas juga menandai kemerosotan ranah publik persis pada momen ketika kaum perempuan mulai mendapatkan kekuasaan politik dan menjadi aktor.

Vitalitas ranah publik kaum perempuan memang terjadi pada abad ke-19 di Amerika. Terlihat dengan adanya usaha-usaha pengorganisasian oleh Susan B. Anthony, Elizabeth Cary Stanton, dan lain-lain dari tahun 1840-an sampai masuk abad ke-20, dalam suatu perjuangan yang berkelanjutan, demi memperoleh hak-hak memberi suara dalam pemilu dan hak-hak-hak-hak kaum perempuan.

Selain kritik-kritik di atas, juga diragukan, apakah politik demokratis pernah disemangati oleh norma rasionalitas atau opini publik, yang dibentuk lewat konsensus dan perdebatan rasional, sampai ke tahapan ciri-ciri (ideal) konsep Habermas tentang ranah publik borjuis. Politik di sepanjang era modern selalu menjadi permainan kepentingan dan kekuasaan, serta diskusi dan perdebatan.

Mungkin hanya sedikit masyarakat borjuis Barat yang telah mengembangkan ranah publik dalam ciri-ciri ideal yang dinyatakan Habermas. Meskipun patut dihargai, usaha mengkonstruksi model masyarakat yang baik, yang bisa membantu mewujudkan nilai-nilai egalitarian dan demokratis yang disepakati, adalah suatu kekeliruan jika kita berlebih-lebihan mengidealisasi dan menguniversalkan suatu ranah publik spesifik, sebagaimana yang dilakukan Habermas.

(13)

diubah atau dipengaruhi, untuk kepentingan demokratis yang harus dilakukan, atau norma-norma tindakan komunikatif.

Dari sudut pandang perumusan teori ranah publik, misalnya, Habermas menyatakan, dari saat pengembangan pembedaan ini, Saya menganggap aparat negara dan ekonomi adalah lahan-lahan tindakan yang terintegrasi secara sistematik, yang tidak bisa lagi ditransformasikan secara demokratis dari dalam, tanpa merusak logika sistem mereka yang ada dan kemampuannya untuk berfungsi.

Douglas Kellner beranggapan, pada masyarakat teknologi-tinggi kontemporer, muncul perumusan ulang dan perluasan ranah publik, yang melampaui konsep Habermas. Ranah publik adalah tempat bagi informasi, diskusi, kontestasi, perjuangan politik, dan organisasi, yang mencakup media siaran dan ruang maya (cyberspace) baru, serta interaksi face-to-face dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan-perkembangan ini, yang terutama berhubungan dengan teknologi multimedia dan komputer, menuntut perumusan ulang dan perluasan konsep ranah publik.

Meski dengan adanya beberapa kekurangan tersebut, analisis Habermas telah berjasa dalam memfokuskan perhatian kita pada hakikat dan transformasi struktural ranah publik, serta fungsi-fungsinya dalam masyarakat kontemporer. Analisis Habermas ini perlu dikembangkan, dengan memperhitungkan revolusi teknologi dan restrukturisasi kapitalisme global, yang terjadi saat ini. Serta, meninjau ulang teori kritis tentang masyarakat dan politik demokratis, dengan melihat perkembangan-perkembangan tersebut di atas.

(14)

perilaku masyarakat pengguna ruang publik satu sama lain mengikuti norma-norma yang berlaku setempat (Roger Scruton, 1984).

Nilai-nilai sosial kemasyarakatan sangat menentukan perwujudan elemen-elemen konseptual yang dapat dikombinasikan dengan fungsi dan kegiatan utama pada suatu kawasan tertentu sehingga akan menimbulkan adanya suatu ruang publik secara konkret (Roger Scruton dalam Beng-Huat dan Edwards, 1992: 2).

Kemudian dimensi yang kedua mengenai Term "public sphere" atau ruang publik lahir dari karya Jurgen Habermas padatahun 1962 yang kemudian diterjemahkan dalam bahas Inggris pada tahun 1989 Melaluibuku yang betjudul

The Structural Transformatian of the Public Sphere: An Inquiry into a Category of Gourgeois society sebagaimana telah dibahas diatas.Ruang publik tersebut padadasarnya merupakanruangyang tercipta dari kumpulan orang-orang tertentu (private people)dalam konteks sebagai kalangan borjuisyangdiciptakan seolah-olah sebagai bentuk penyikapanterhadap otoritas publik.

Berdasarkan pelingkupannya (Carmona, et al : 2003, p.111), ruang publik (Public Space) dapat dibagi menjadi beberapa tipologi antara lain :

1. External public space. Ruang publik jenis ini biasanya berbentuk ruang luar yang dapat diakses oleh semua orang (publik) seperti taman kota, alun-alun, jalur pejalan kaki, dan lain sebagainya.

2. Internal public space. Ruang publik jenis ini berupa fasilitas umum yang dikelola pemerintah dan dapat diakses oleh warga secara bebas tanpa ada batasan tertentu, seperti kantor pos, kantor polisi, rumah sakit dan pusat pelayanan warga lainnya.

(15)

Berdasarkan fungsinya secara umum dapat dibagi menjadi beberapa tipologi (Carmona, et al: 2008,p.62), antara lain :

a) Positive space. Ruang ini berupa ruang publik yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatanyang sifatnya positif dan biasanya dikelola oleh pemerintah. Bentuk dari ruang ini antara lainruang alami/semi alami, ruang publik dan ruang terbuka publik.

b) Negative space. Ruang ini berupa ruang publik yang tidak dapat dimanfaatkan bagi kegiatanpublik secara optimal karena memiliki fungsi yang tidak sesuai dengan kenyamanan dankeamanan aktivitas sosial serta kondisinya yang tidak dikelola dengan baik. Bentuk dari ruang iniantara lain ruang pergerakan, ruang servis dan ruang-ruang yang ditinggalkan karena kurangbaiknya proses perencanaan.

c) Ambiguous space. Ruang ini adalah ruang yang dipergunakan untuk aktivitas peralihan darikegiatan utama warga yang biasanya berbentuk seperti ruang bersantai di pertokoan, café,rumah peribadatan, ruang rekreasi, dan lain sebagainya.

d) Private space. Ruang ini berupa ruang yang dimiliki secara privat oleh warga yang biasanyaberbentuk ruang terbuka privat, halaman rumah dan ruang di dalam bangunan.

Sekitar pertengahan abad ke 18 ruang public diwakili oleh raja atau bangsawan, dikenal sebagai representative publicity. Reprentasi Publicity merupakan representasi dari kegiatan publisitas raja dan bangsawan, dimana pada masa itu kedudukan mereka adalah sebagai public person sedangkan kelompok masyarakat lainnya hanyalah sebagai penonton. Pada masa ini ruang public dan ruang private tidak dibedakan.

(16)

2.3 Perkembangan Ruang Publik

Pada perkembangan selanjutnya teori Habermas, ruang publik juga menyangkut ruang yang tidak saja bersifat fisik, seperti lapangan, warung-warung kopi dan salon, tetapi juga ruang di mana proses komunikasi bisa berlangsung. Misal dari ruang publik yang tidak bersifat fisik ini adalah media massa, media sosial dan lain-lain. Di media massa maupun sosial masyarakat membicarakan kasus-kasus yang terjadi di lingkungannya. Penguasa yang tidak menerima dikritik dan media massa yang menolak memuat sebuah artikel karena takut kepada penguasa juga sebagai tanda bahwa sebuah ruang publik belum tercipta.

Keberadaan internet telah memperluas sekaligus mengfragmentasikan konteks komunikasi. Meski dalam kasus tertentu ia memiliki pengaruh terhadap kehidupan intelektual, namun di sisi lain keberadaan internet membangun komunikasi yang nonformal, saluran komunikasi yang terhubung secara horizontal antar entitas, dan bahkan menjadi alternatif dalam memperoleh informasi selain media tradisional. Yang menjadi persoalan adalah informasi yang lalu lalang di dalam jaringan terkadang menjadi informasi yang kurang fokus, tanpa edit, dan dalam kondisi tertentu kita tidak bisa mengetahuimana informasi yang asli dan mana yang palsu.

Grup-grup diskusi maupun forum perbincangan politik maupun aksi-aksi sebagai respon dari realitas politik merupakan salah satu perwujudan ruang publik di era internet saat ini sebagai pengganti ruang baca, perpustakaan, kafe, dan tempat-tempat sebagimana disebutkan Habermas sebagai fasilitas dalam diskusi intelektual telah menjelma menjadi apa yang sebagai virtual sphere atau ruang virtual. Ruang virtual yang memfasilitasi publik untuk melakukaninteraksi melalui beragam jenis komunikasi internet, mulai dari satu kebanyak entitas atau dari banyak ke banyak hingga penggunaan fasilitas beragam interaksi.

(17)

topik perdebatan (Jordan, 1999:1 1 5). Juga, ini merupakan efek yang tidak bisa terelakkan, ruang virtual menyuburkan gerakan yang beragam, mulai dari gerakan akar rumput hingga aktivitas terorisme yang menggunakan internet sebagai ruang bebas untuk menyebarkan paham dan keyakinan tentang kekuasaan pemerintah saat ini, termasuk di Indonesia (Lim, 2002; Castells, 1997, 2001; Harlon & Johnson, 2011).

2.4 Media Massa

Menurut Fuad Abbas Saleh Pasallo dalam jurnal ilmiahnya yang mengutip pendapat Burhan Bungin, yang mengatakan bahwa Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara missal dan dapat diakses oleh masyarakat secara missal pula. Informasi massa adalah informasi yang diperuntuktukkan kepada masyarakat secara missal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi (Burhan Bungin, 2007:72). Jenis-Jenis Media Massa

Masih dalam jurnal ilmiah yang sama, Fuad mengelompokkan jenis-jenis media massa ke dalam beberapa bagian, yaitu:

a. Media Massa Tradisional

Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa digolongkan sebagai berikut: surat kabar, majalah, radio, televisi, film(layar lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:

 Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan.

 Mediamassa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu.

 Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima.

(18)

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Dalamjenis media ini terdapat ciri-ciri seperti:

 Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya).

 Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual.

 Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu.  Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam.  Penerima yang menentukan waktu interaksi.

2.5 Pembangunan

Oos M. Anwas dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat di Era Global, menyatakan bahwa Pembangunan (development) secara umum identik dengan proses perubahan yang direncanakan, atau perbaikan kondisi menuju kearah yang lebih baik. Pembangunan adalah sebuah upaya mencapai kemajuan bagi umat manusia. Secara umum pembangunan seringkali dikaitkan dengan pencapaian dan peningkatan kesejahteraan secara ekonomis. Masih dalam buku yang sama, Dr. Oos mengutip pendapat (Susanto, 2008), yang menyatakan bahwa Pembangunan merupakan perubahan dalam pemenuhan kebutuhan dalam peningkatan kualitas hidup. Kata kunci dari konsep pembangunan adalah perubahan, pertumbuhan, pemenuhan kebutuhan (Oos, 2013: 41-42).

Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato dalam bukunya yang berjudul

(19)

masyarakat dari suatu bangsa yang merencanakan dan melaksanakan pembangunan tersebut(Totok & Poerwoko, 2015: 6).

Masih dalam buku yang sama mengutip pendapat Riyadi (1981), Pembangunan adalah suatu uasah atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutuh hidup suatu masyarakat serta individu-individu di dalamnya yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan itu (Totok & Poerwoko, 2015: 3).

2.6 Konsep Pembangunan

Muhi et. Al (1993) mengemukakan beberapa pendekatan teoritis, sebagai berikut : (Totok & Poerwoko, 2015: 9-10).

1. Teori Evolusi

Mengacu pada evolusi peradaban yang dikemukakan oleh Charles Darwin yang menyebutkan bahwa setiap komunitas akan mengalami perubahan dari kehidupan yang sangat sederhana kea rah semakin kompleks, sebagai akibat dari perubahan-perubahan sosial, ekonomi, kependudukan, geografi, rasial, teknologi maupun ideology.

2. Teori Perubahan Sosial dari Emile Durkheim (1964)

Pembangunan terjadi sebagai akibat adanya perubahan struktur sosial dlaam bentuk “pembagian pekerjaan”. Sedang Redfield (1947) menyatakan bahwa pembangunan terjadi karena terjadinya perubahan masyarakat tradisional kea rah masyarakat perkotaan.

3. Teori Struktural Fungsional dari Parsons (1851)

Pembangunan terjadi karena adanya perubahan status dari suatu interaksi sosial yang terjadi dalam :

a. Adaptasi terhadap kebutuhan situasional; b. Pencapaian tujuan-tujuan;

c. Integrasi atau pengaturan tata-hubungan;

(20)

4. Teori Ekonomi

Gunal Mirdal (1970) mengemukakan bahwa pembanguna terjadi karena beberapa kondisi ekonomi yang mencakup:

a. Hasil dan pendapatan; b. Tingkat Produktivitas; c. Tingkat kehidupan; d. Sikap dan pranata; e. Rasionalitas.

Terkait dengan teori ini, Rostow (1962) mengemukakan adanya tahapan pertumbuhan ekonomi dari masyarakat tradisional, yaitu persiapan tinggal landas, tinggal landas, dorongan menuju kematangan, serta konsumsi masal yang sangat tinggi.

5. Teori Konflik yang dicetuskan oleh Karl Marx (1919-1883)

Pembangunan terjadi karena adanya konflik atau pertentangan kepentingan ekonomi antar kelas antar kelas pemodal (yang berkuasa) dan kelas yang tertindas (buruh).

6. Teori Ekologi yang dikemukakan oleh Odum (1971) tentang hubungan antar manusia dengan lingkungannya (fisik dan sosial).

Menurutnya, pembangunan terjadi sebagai akibat pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah, maupun optimasi pemanfaatan sumber daya alam yang semakin terbatas.

7. Teori Ketergantungan

(21)

2.7 Peran Pemerintah dalam Pembangunan Ruang Publik

Dalam Public Sphere, negara melalui pemerintah tidak memiliki kontrol terhadap setiap warga negara yang terlibat dalam pertukaran pikiran dan berdiskusi bersamauntuk membicarakan urusan publik.

Sedangkan dalam Public Space pemerintah berperan dalam menyediakan ruang publik yang aman, nyaman, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat dapat melakukan interaksi.

Oleh karena itu pemerintah perlu memberikan fasilitas umum seperti ruang publik di setiap daerah. Semakin banyaknya ruang publik, maka bisa semakin menguntungkan masyarakat indonesia. Terbentuknya ruang publik masih belum sesuai dengan harapan. Karena meningkatnya kuantitas bangunan pemukiman atau gedung-gedung tinggi yang tidak di imbangkan dengan adanya ruang publik. Penataan kota akan lebih baik jika memiliki banyak ruang publik, sebagai terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan.Pembangunan Ruang Publik "bukan" serta merta menilai Pemerintahan tersebut sudah berhasil menyeimbangkan antara membangun kota dengan ruang publik, bukan hanya dinilai dari indeks peningkatan ekonomi atau indeks pembangunan daerah, tetapi juga bisa dilihat dari indeks kebahagian masyarakat. karena dengan adanya ruang publik akan membuat masyarakat sebuah kota lebih sehat dan bahagia.

(22)
(23)

BAB III

PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik simpulan bahwa ruang publik adalah teori yang membahas tentang kebebasan publik untuk mengungkapkan pendapat mengenai masalah atau isu-isu terkini yang berkembang saat ini dalam suatu tempatdimana publik berkumpul.Pada awalnya ruang publik hanya untuk kaum-kaum borjuis, seakan perkembangan ruang publik makin terbuka luas untuk semua orang dari kalangan.

Ruang Publik tidak hanya diasosiasikan pada keberadaan ruang sosial secara fisik, namun juga menyangkut institusi sosial beserta saluran komunikasi yang memungkinkan publik untuk dapat menyalurkan opini atau pendapatnya secara bebas tanpa tekanan dari negara.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Mardikanto, Totok & Poerwoko Soebiato. 2015. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Persepektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

M. Anwas, Oos. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Ilmiah:

Nasrullah, Rulli. Internet dan Ruang Publik Virtual, Sebuah Refleksi atas Teori Ruang Publik Habermas. Diakses dari: journal.umy.ac.id/index.php/jkm/article/view/188 Pada Tanggal: 8 April 2017 Pukul: 19.34 WIB.

Munandar, Haris & Maman Suherman. Aktivitas Komunikasi Pemerintahan Ridwan Kamil di Media Sosial. Diakses dari: karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/ humas/article/viewFile/3270/pd. Pada Tanggal: 31 April 2017 Pukul: 15.45 WIB. Abbas Saleh Pasallo, Fuad. 2013. PERAN MEDIA MASSA CETAK (KORAN) DALAM MENINGKATKAN PARIWISATA DANAU DUA RASA (LABUAN CERMIN), BERAU. Diakses dari: http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/11/Jurnal%200902055122%20(11-14-13-01-10-56).pdf. Pada Tanggal: 9 April 2017 Pukul: 17.12 WIB

Internet:

Thesis. Fitri Astuti, Retno. 2003. Perubahan Karakter Ruang Publik Kawasan Alun-alun Utara Keraton Kasunanan Surakarta. Dikutip dari : http://eprints.undip.ac.id/12171/1/2003MTA1190.pdf Pada tanggal : 16 April 2017. Pukul : 10.28 WIB.

Teori Ruang Publik. Disadur dari:

https://www.academia.edu/11695186/Teori_Ruang_Publik (diakses pada hari Jumat, 14 April 2017)

Pentingnya Ruang Publik Untuk Masyarakat Indonesia. Disadur dari:

(25)

Teori Ruang Publik Habermas. Disadur dari:

https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/12/03/belajar-the-public-sphere-nya-habermas/(diakses pada hari Jumat, 14 April 2017)

Teori Ruang Publik Habermas. Disadur dari:

https://jurnalismekapurung.wordpress.com/2010/07/07/teori-ruang-publik-1-ruang-publik-habermas/ (diakses pada hari Kamis, 13 April 2017)

Kritik Teori Habermas. Disadur dari:

Referensi

Dokumen terkait

Eleni Palama( Christos Golias( Iosif. Illiadis an& Konstantinos

Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratification telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja Amerika, tetapi juga di Inggris, Finlandia,

pendaki gunung dan para penelitian dibidang klimatologi, pada umumnya setiap parameter cuaca seperti suhu, kelembaban dan tekanan udara diukur menggunakan alat yang

Dari Tabel 14, rata-rata rate of return to assets Arsenal adalah yang paling besar diantara yang lain, diikuti Tottenham Hotspurs dan terkecil adalah Everton, ini berarti

Banyak penelitian terhadap hati sapi dibeberapa kota menemukan bahwa hati sapi sudah tercemar timbal (Pb) pada saat pemeliharaan maka peneliti tertarik untuk

Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan

Karena proses pendataan yang dipakai di PT.Kharisma Prima Abadi sela ma ini masih menggunakan proses manual dan menggunakan Microsoft Office Excel, maka penulis ingin membuat

Balai Konservasi Sumber Daya Alam sangat terbantu dengan keberadaan Borneo Orangutan Survival Foundation yang sangat membantu dapal upaya pelestarian Orangutan