• Tidak ada hasil yang ditemukan

Critical Review Pengembangan Ekonomi Lok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Critical Review Pengembangan Ekonomi Lok"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

1

Pendahuluan

Batik merupakan salah satu budaya ciri khas bangsa Indonesia yang menjadi salah satu warisan dunia tepatnya ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) dan mendapatkan pengakuan dari UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Batik mempunyai keunggulan komparatif di bidang ekonomi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Prasetyo 2010). Pada tahun 2008 industri batik nasional mencapai nilai ekspor US$ 38 juta dan menyerap 603 ribu tenaga kerja, sedangkan unit usaha yang di industri batik ini adalah sebanyak 50.315 unit (Prasetyo 2010).

Salah satu kota penghasil batik yang menjadikan sebagai komoditi andalan adalah Surakarta, dimana ekspor batik terus mengalami peningkatan, dari tahun 2006 sebesar $2,496,539.46 sampai tahun 2010 sebesar $10,196,173.12 (dalam Dollar Amerika). Negara-negara tujuan ekspor produksi Kota Surakarta antara lain Kanada, Cina, Perancis, Jerman, Amerika dan lain-lain. Menurut data dari Disperindag Surakarta terdapat 254 pengusaha batik yang tersebar di lima kecamatan yaitu kecamatan Laweyan terdapat sekitar 200 pengusaha, kecamatan Serengan terdapat empat pengusaha, kecamatan Pasar Kliwon terdapat 47 pengusaha, kecamatan Jebres terdapat tiga pengusaha (Disperindag Surakarta).

Kecamatan Laweyan memiliki kampoeng batik paling tua di Indonesia yaitu kampoeng batik Laweyan. Kampoeng Batik Laweyan adalah salah satu kawasan lanskap budaya di Indonesia yang kaya akan potensi budaya dan sejarah yang telah diwarisi sejak nenek moyang. Salah satu warisan yang tak ternilai yang dimiliki di kampoeng batik laweyan adalah seni batik yang masuk dalam warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage). Seni batik solo yang menjadi daya tarik utama ini diperkaya dengan situs-situs bersejarah seperti makam dan mesjid bersejarah serta situs lainnya (http://kampoengbatiklaweyan.org/)

(3)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

2

temurun. FPKBL bersifat demokratis, bebas, mandiri dan bertanggung jawab, yang mempunyai kegiatan khusus dalam pengembangan disektor Pariwisata dan Industri Batik maupun non batik.

Perkembangan perekonomian global yang semakin berkembang ditambah dibukany apasar bebas dan masuknya program Masyarakat Ekonomi Asean menjadikan sektor ekonomi lokal harus memiliki strategi yang tepat agar tidak tenggelam dalam lautan monopoli bisnis. Hal ini menjadikan penulis jurnal mengamati apa saja strategi yang dilakukan oleh masyarakat kampoeng batik laweyan. Selain itu perlu dikajinya jurnal yang ditulis penulis mengenai konsep pengembangan ekonomi lokal yang ada di Kampoeng Batik Laweyan. Kajian mengenai pengembangan ekonomi lokal ini dilihat dari segi konsep, teori, analisis pengembangan ekonomi lokal, tahap pengembangan ekonomi lokal, strategi pengembangan ekonomi lokal.

Ringkasan Jurnal

Setelah mengalami mati suri selama 30 tahun, pada tahun 2000 beberapa masyarakat Laweyan mulai merintis lagi usahanya. Usaha ini juga mendapat sambutan baik dari pemerintah Surakarta, dimana mereka mulai berbenah dengan ditetapkannya Kampoeng Laweyan sebagai Kampoeng Wisata Batik pada tahun 2004. Dengan wacana yang baru, mereka mulai membuka diri untuk memamerkan proses pembuatan batik baik batik tulis, cap, sablon, tolet, printing serta produk batik dalam ruang pamer yang ditata dengan indah. Perkembangan usaha ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah usaha dagang. Jenis produksi unggulan adalah batik tulis tradisional dengan ciri khas warnanya yang cenderung agak gelap, meliputi perpaduan antara warna coklat maupun kebiruan.

Jaringan usaha hubungan batik di Kampoeng Laweyan sendiri sangat bermacam-macam dengan uraian seperti dibawah.

1. Jaringan Hubungan Pembelian Bahan Baku

Pengusaha batik pemroses atau disebut juragan menjalin hubungan dagang dengan pedagang bahan baku kain berdasarkan ikatan kekerabatan, ketetanggaan dan pertemanan. Pembelian bahan baku kain dilakukan secara ngalap nyaur atau ambil barang dahulu, kemudian dibayar dengan tempo satu, dua atau tiga bulan.

2. Jaringan Hubungan dalam Proses Produksi

(4)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

3

Apabila pengusaha atau juragan batik/saudagar pemroses mendapatkan permintaan pesanan batik yang melebihi kapasitas produksi harian atau stok barang yang dimiliki, maka pengusaha tersebut akan membangun pola hubungan produksi dengan sistem

nempakke atau ndandakke.

b. Jaringan hubungan proses produksi dengan sistem cluster

Jaringan hubungan proses produksi dengan sistem cluster adalah rangkaian hubungan produksi antara pengusaha dengan beberapa carik. Seorang carik sebagai supervisor

bekerja dengan membawahi satu kelompok yang terdiri dari 10-15 pengrajin batik rumahan.

c. Jaringan hubungan proses produksi dengan sistem susukan

Hubungan produksi antara juragan dengan pengrajin batik susukan berdasarkan kontrak borongan lepas. Pengrajin batik susukan menghasilkan produk batik setengah jadi yang telah dicorek pola batik, dibatik dan diterusi namun belum diwarnai dan dilorot.

d. Jaringan hubungan proses produksi dengan sistem pocokan

Istilah pocokan berarti memperkerjakan seseorang berdasarkan kontrak borongan sesuai dengan kebutuhan juragan batik. Pekerjaan ngengreng pola batik, mbatik, nerusi, nglowong dilakukan di rumah pengrajin batik, sedangkan pekerjaan medel, mbironi, nyoga sampai dengan nglorot dikerjakan pada unit usaha juragan.

e. Jaringan hubungan proses produksi dengan sistem pabrikan

Juragan atau pengusaha batik membangun hubungan proses produksi dengan sistem pabrikan secara terpusat dengan tujuan untuk kepentingan ekonomi perusahaan

3. Jaringan Hubungan Dagang Batik

Penjualan batik di Laweyan dilakukan dengan beberapa cara yaitu antara lain:  Jaringan hubungan dagang dengan penjualan langsung

 Jaringan hubungan dagang antara juragan batik dengan saudagar batik di Pasar Klewer

 hubungan langganan tetep ngalap nyaur

Selain itu ada 2 hubungan penting dalam dagang batik ini yaitu hubungan dengan sistem

nitip dan hubungan dagang antara pengusaha batik dengan saudagar batik di luar kota. Hubungan dagang dengan sistem nitip terbentuk dari pengalaman kerjasama yang relatif lama dan panjang. Pengalaman hubungan dagang tersebut terbentuk atas asas saling percaya, berbagi risiko dan saling berbagi keuntungan. Hubungan dagang nitip

(5)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

4

Laweyan dengan saudagar batik di luar kota dengan menggunakan hubungan sistem “korwil” (koordinator wilayah). Juragan batik membangun saluran distribusi batik melalui beberapa saudagar sebagai koordinator wilayah dagang di kotanya masing-masing.

Perubahan-Perubahan Struktur Politik (Kebijakan) yang Memengaruhi Perkembangan Usaha Batik Laweyan

Perkembangan industri batik Laweyan selain dipengaruhi oleh budaya ekonominya juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Berlakunya UU No.22/1999 tentang Otonomi Daerah yang direvisi menjadi UU No.32/2004 serta UU No.25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah yang juga direvisi menjadi UU No.33/2004. Perkembangan batik ini juga didukung dengan adanya pengakuan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 dimana batik merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia yang juga sebagai warisan budaya dunia, dan pemerintah menetapkan pada tanggal 2 Oktober sebagai Hati Batik Nasional.

Kebijakan Pemerintah yang Berdampak Negatif terhadap Industri Batik Laweyan Pada bulan Januari 2010 berlaku perdagangan bebas antara ASEAN dan Cina, sehingga produk-produk Cina menjadi sangat mudah untuk masuk ke Indonesia. Penerapan China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) merupakan mimpi buruk bagi produsen lokal. Walaupun pemerintah telah menyatakan siap terhadap dampak negatif dari CAFTA, namun tidak demikian dengan produsen lokal. Mereka tetap khawatir terhadap ekspansi produk Cina besar-besaran pasca diberlakukannya CAFTA. Dalam kenyataannya, produk tekstil Cina sudah memasuki pasar-pasar tradisional yang akan mengancam produk lokal.

Strategi-Strategi yang Diterapkan oleh Pengusaha Batik Laweyan dalam Menghadapi Perdagangan Bebas

(6)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

5

Dapat dilihat bahwa budaya ekonomi batik Laweyan mempunyai ciri tersendiri yaitu budaya ekonomi bazaar dengan hubungan sosial mereka yang lebih bersifat resiprokal. Hubungan sosial tetangga, kekerabatan dan keagamaan mengikat tindakan ekonomi. Hubungan tolong-menolong berbasis ikatan sosial dan trust mengikat dalam tindakan ekonomi juragan batik. Juragan, saudagar pemroses dan pengrajin batik mengembangkan jaringan hubungan dagang nitip. Menurut pandangan para aktor ekonomi usaha batik nitip mempunyai makna antara hubungan di antara para pelaku usaha batik yang saling melekat atau saling mengikat dan saling menguntungkan satu sama lain (mutual sided embedded).

Penelitian ini menunjukkan konsep keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan-hubungan sosial. Kecenderungan berbagai pola jaringan hubungan-hubungan produksi dan hubungan-hubungan dagang mengarah pada struktur jaringan sosial personal. Dalam penelitian ini struktur jaringan hubungan dagang cenderung horizontal dengan perbedaan akses ekonomi pasar lokal. Sebaliknya struktur jaringan produksi cenderung vertikal, di mana posisi pusat cenderung mengendalikan hubungan-hubungan produksi. Jaringan yang kuat baik secara horizontal dan vertikal yang dilakukan oleh pengusaha batik Laweyan membuat ikatan yang kuat antar pengusaha maupun pengusaha dengan buruhnya. Selain adanya ikatan yang kuat serta trust

antar pengusaha maupun pekerja batik ini, keberadaan pengusaha batik Laweyan juga didukung oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya, seperti kebijakan pemerintah yang tertuang dalam UU No. 25 Tahun 1999 dan UU No.33 tahun 2004 Tentang Dana Perimbangan dengan diikuti kebijakan pemerintah daerah berupa perda tentang APBD dan kebijakan lainnya. Salah satu kebijakan pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah adalah dengan mengharuskan pegawainya untuk berseragam batik pada hari-hari tertentu.

Analisis dan Pembahasan

(7)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

6

Gambar 1. Hasil pengolahan batik di Kampoeng Batik Laweyan

Sumber : www.google.com diakses tanggal 13 Oktober 2016 pukul 19.05

Jika dianalisis lebih lanjut, dalam jurnal ini dijelaskan secara tersirat bahwa Kampoeng Batik Laweyan ini menganut teori pengembangan ekonomi lokal yang disampaikan oleh A.H.J. Helmings yaitu PEL (Pengembangan Ekonomi Lokal) adalah suatu proses dimana kemitraan yang mapan antara pemerintah daerah, kelompok berbasis masyarakat, dan dunia usaha mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang (pertumbuhan) ekonomi pada suatu wilayah tertentu. Menekankan pada kontrol lokal, dan penggunaan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik. Jika digambarkan dalam tabel akan muncul hasil seperti dibawah ini.

Stakeholders a. Komunitas kampoeng batik Laweyan

(Kelompok masyarakat)

b. Pemerintah Surakarta (Pemerintah daerah)

c. Saudagar batik di luar kota (kemitraan)

Sumber daya Lokal Kerajinan batik, Sumber Daya Manusia yang

(8)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

7

Merangsang pertumbuhan ekonomi Iya, pendapatan daerah dan masyarakat yang

meningkat serta membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat

Kerjasama antar stakeholders pendanaan, branding dan kerjasama profit

Tabel 1. Implikasi PEL pada Kampoeng Batik Laweyan

Sumber : hasil analisis penulis

Selain itu pada jurnal ini juga tidak diterangkan bahwa PEL di kampoeng batik Laweyan tersebut apakah sudah menganut prinsip dalam PEL atau belum. Padahal dalam hal analisis strategi yang digunakan perlu adanya analisis sebelumnya. Prinsip dari pengembangan ekonomi lokal ini terdiri dari tiga prinsip yaitu prinsip ekonomi, prinsip kelembagaan, prinsip kemitraan.

Prinsip Ekonomi : Memenuhi kebutuhan pasar dan menghubungkan produsen kecil dengan supplier

Prinsip Kemitraan : Stakeholders berperan aktif dalam pengadaan kegiatan Prinsip Kelembagaan : Dibentuk Forum Pengembangan Kampoeng Batik

Laweyan (FPKBL) yang mengelola kluster Kampoeng Batik Prinsip Ekspor : Melakukan ekspansi dengan ekspor ke Kanada, Cina, Perancis,

Jerman, Amerika dan lain-lain

Prinsip Pemasaran : Adanya hubungkan produsen skala kecil dengan yang lebih besar.

Prinsip Kluster : Kegiatan ekonomi sejenis yaitu kluster Batik

(9)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

8

mebel, tempe, batik, dop, dan sangkar burung. Negara-negara tujuan ekspor produksi Kota Surakarta antara lain Kanada, Cina, Perancis, Jerman, Amerika dan lain-lain.

Menurut data dari Disperindag Surakarta terdapat 254 pengusaha batik yang tersebar di lima kecamatan yaitu kecamatan Laweyan terdapat sekitar 200 pengusaha, kecamatan Serengan terdapat empat pengusaha, kecamatan Pasar Kliwon terdapat 47 pengusaha, kecamatan Jebres terdapat tiga pengusaha (Disperindag Surakarta). Dengan adanya indikasi semakin bertambahnya jumlah pengusaha, ruang panjang serta peredaran usaha mereka maka dapat diartikan bahwa perekonomian lokalnya berkembang. Seiring dengan perubahan tatanan perekonomian dunia, maka perkembangan industri batik Laweyan diharapkan dapat mengantisipasi perubahan ini, ditandai dengan adanya globalisasi dan perdagangan bebas yang tidak lagi mengenal batas wilayah atau negara. Keadaan ini juga berdampak nyata kehidupan sosial dan budaya masyarakat.

Yang perlu dikaji selanjutnya adalah langkah-langkah dalam PEL, dalam jurnal memang tidak membahas langkah PEL secara mendetail tapi ada beberapa langkah PEL ini yang telah dijelaskan. Secara garis besr ada enam langkah PEL sendiri terdiri dari ciptakan iklim usaha, memilih cluster, kemitraan stakeholderss, penguatan kemitraan, promosi cluster, replikasi cluster.

Gambar 2. Enam langkah Pengembangan Ekonomi Lokal

Sumber :

http://www.slideshare.net/visualbeeNetwork/konseppengembangan-ekonomi-lokal-10175987 diakses tanggal 13 Oktober 2016 pukul 19.01

(10)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

9

Ciptakan Iklim Usaha : Iklim usaha di Kampoeng Batik Laweyan memiliki iklim yang kondusif hal ini dikarenakan daerah Laweyan sudah terkenal dari dahulu kerajinan batiknya dan usaha membatik telah dilakukan saat jauh hari walaupun sempat terganggu dan mengalami mati suri selama 30 tahun

Memilih Cluster : Pemilihan Cluster didasarkan pada komoditi unggulan masyarakat yaitu batik

Kemitraan Stakeholderss : Komunitas Kampoeng Batik (masyarakat), Pemerintah Surakarta (Pemerintah daerah), Saudagar batik di luar kota (kemitraan)

Penguatan Kemitraan : Selalu ada komunikasi antar semua mitra

Promosi Cluster : Promosi cluster ini paling banyak dipengaruhi oleh pemerintah daerah Surakarta

Replikasi Cluster : Evaluasi terutama dilakukan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)

Pada jurnal menjelaskan tentang strategi apa saja beserta saran penulisa bagi Pengembangan Ekonomi Lokal oleh Kampoeng Batik Laweyan dalam rangka menghadapi tantangan yang akan dialami yaitu penguatan kerja sama, penguatan pasar, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan penguatan modal sosial. Kerja sama yang kuat antar pelaku-pelaku yang terkait dalam pengembangan industri batik memerlukan satu visi bersama. Pelaku-pelaku yang terkait diantaranya pengusaha industri batik Laweyan yang terdiri dari perwakilan industri batik skala kecil, menengah dan besar; industri pendukung (pembeli, pemasok bahan baku, bahan penolong); serta pemerintah yaitu Bappeda, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi, Dinas Pariwisata, lembaga keuangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, asosiasi usaha, lembaga bantuan pengembangan bisnis.

(11)

Critical Review jurnal Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang Pengusaha Batik Laweyan Surakarta)oleh Emma Setiawati| Nurul Selen Azizah ASP 3615100073

10

Laweyan karena manusia merupakan penggerak, pemberi keputusan dan pelaku dari setiap kegiatan. Usaha akan berkembang dengan baik jika pelaku tersebut memiliki motivasi, serta memiliki pendidikan dan pengetahuan akan manajemen usaha dan teknologi.

Kesimpulan dan Saran

Perkembangan ekonomi lokal yang dijelaskan oleh jurnal dengan studi kasus Kampoeng Batik Laweyan sudah cukup runtut dibahas mungkin hanya beberapa analisis yang belum terbahas. Selain itu dari Kampoeng Batik Laweyan kegiatan ekonomi lokalnya cukup kondusif dengan pembentukan kluster yang jelas dan kerja sama antar stakeholders cukup baik dengan penanganan pemasaran menjadi prioritas karena jika produk batik Laweyan mempunyai pasar yang jelas, maka akan terjadi kesinambungan proses produksi. Masyarakat juga sadar akan tantangan global yang akan terjadi dan sudh menyiapkan beberapa strategi yaitu penguatan kerja sama, penguatan pasar, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan penguatan modal sosial.

Pengaruh komoditas batik ini terhadap ekonomi lokal sangat menonjol. Bukan hanya untuk pemasaran batik saja tapi juga sebagai tempat wisata bagi turis baik dalam negeri maupun mancanegara. Selain ekspansi pasar dari batik Laweyan ini bukan hanya untuk ranah dalam negeri tapi juga untuk ranah luar negeri, dimana ekspor batik terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa tujuan PEL sendiri yang berguna untuk menciptakan lapangan pekerjaan terpenuhi.

Daftar Pustaka

http://kampoengbatiklaweyan.org/ diakses pada tanggal 13 Oktober pukul 17.00

Permana, Fian (2013) Perkembangan dan Pengaruh Keberadaan Industri Kampoeng Batik Laweyan Terhadap Kondisi Perekonomian Wilayah Kelurahan Laweyan di Kota Surakarta.Yogyakarta.

Universitas Gadjah Mada

Setiawati, Erma (2015) Pengembangan Komoditas Batik: Determinasi Budaya Ekonomi dan Perubahan Struktur Kebijakan Terhadap Perkembangan Usaha Ekonomi Lokal (Studi Tentang

Gambar

Gambar 1. Hasil pengolahan batik di Kampoeng Batik Laweyan
Tabel 1. Implikasi PEL pada Kampoeng Batik Laweyan
Gambar 2. Enam langkah Pengembangan Ekonomi Lokal

Referensi

Dokumen terkait

Setelah data primer atau data utama pada riset dilakukan, sebagai sarana pendukungnya adalah data bersifat sekunder atau yang kedua, maksudnya adalah bahwa selain data utama,

Para pelaku melarikan diri saat petugas keamanan apartemen dan pilisi yang dihubungi dari Polsek sukmajaya datang ke lokasi.. “dug- aan sementara karena salah paham akibat

oleh faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya//Pendidikan tidak dapat

SCADA bekerja dengan memanfaatkan konektifitas dari modul ethernet yang terdapat pada PLC yang terhubung dalam suatu jaringan komputer, maka dari itu saat ini tidak menutup

Kedua , Anda perlu menentukan semua masukan dan keluaran yang akan dihubungkan ke PLC; Piranti masukan dapat berupa saklar, sensor dan

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai permainan dan atau olahraga

Dynamic contact resistance limit, Higher insulation resistance, Special release limits, Gold plates leads. Please refer to our reed switch

Tanggal Pembayaran atas Pembelian Saham Publik 30 Juni 2012 Tanggal Efektif Penggabungan Usaha 01 Juli 2012 Tanggal Awal Perdagangan Saham Hasil Penggabungan di Bursa 01 Juli