• Tidak ada hasil yang ditemukan

ruang lingkup kesehatan mental (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ruang lingkup kesehatan mental (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ruang lingkup kesehatan mental 1. Mental Hygiene dalam Keluarga

Amatlah penting bagi suami istri dalam mengelola keluarga untuk menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah untuk memahami konsep-konsep atau prinsip-pronsip kesehatan mental hygiene ini, yang berfungsi untuk mengembangkan mental yang sehat atau mencegah terjadinya mental yang sakit pada anggota keluarga.

2. Mental Hygiene di Sekolah

Gagasan ini didasarkan pada asumsi bahwa “perkembangan kesehatan mental peserta didik dipengaruhi oleh iklim sosio-emosional di sekolah.” Pemahaman pimpinan sekolah dan guru-guru (terutama guru BK atau konselor) tentang mental hygiene sangatlah penting. Pimpinan dan para guru secara sinerji dapat menciptakan iklim kehidupan sekolah (fisik, emosional, sosial, maupun moral spiritual) untuk perkembangan kesehatan mental para siswa. Di samping itu mereka dapat memantau gejala gangguan mental para siswa sedini mungkin. Mereka dapat memahami masalah mental yang dapat diatasi sendiri dan mana yang seyogianya dirujuk ke para ahli yang lebih profesional.

Para guru di SLTP dan SLTA perlu memahami kesehatan mental siswanya yang berada pada masa transisi, karena tidak sedikit siswanya yang mengalami kesulitan mengembangkan mentalnya karena terhambat oleh masalah-masalahnya, seperti penyesuaian diri, konflik dengan orang tua atau teman, masalah pribadi, masalah akademis yang semuanya dapat menjadi sumber stres.

3. Mental Hygiene di tempat kerja

(2)

memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental bagi semua orang yang berinteraksi di tempat tersebut.

Banyak masalah yang mengakibatkan gangguan mental di tempat kerja yang diakibatkan oleh stres, apabila masalah-masalah tersebut menimpa suatu lembaga atau perusahaan, maka akan terjadi stagnasi produktivitas kerjadi di kalangan pimpinan atau karyawan. Jika hal ini terjadi, amaka tinggal menunggu kebangkrutan lembaga atau perusahaan tersebut.

Berdasarkan hal itu, bagi para pimpinan lembaga pemerintah / swasta yang menginginkan tercapainya keberhasilan. Sangatlah penting untuk memperhatikan mental hygiene ini, agar mereka dapat mengembangkan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya maslaah gangguan emosional, datu memperkecil sumber-sumber terjadinya stres.

4. Mental Hygiene dalam Kehidupan Politik

Tidak sedikit orang yang bergelut dalam bidang politik yang mengidap gangguan mental, seperti : pemalsuan ijazah, money politic, KKN, khianat kepada rakyat dan stres yang menimbulkan perilaku agresif karena gagal menjadi calon legislatif, dll.

5. Mental Hygiene di Bidang Hukum

Seorang hakim perlu memiliki pengetahuan tentang mental hygiene, agar dapat mendeteksi tingkat kesehatan mental terdakwa atau para saksi saat proses pengadilan berlangsung, dimana sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan hukum.

6. Mental Hygiene dalam Kehidupan Beragama

(3)

Semakin kompleks kehidupan, semakin penting penerapan mental hygiene yang bersumber dari agama dalam rangka mengembangkan atau mengatasi kesehatan mental manusia. Ada kecenderungan orang-orang di zaman modern ini semakin rindu atau haus akan nilai-nilai agama, seperti ceramah atau tausiyah. Mereka merindukan hal itu dalam upaya mengembangkan wawasan keagamaannya, atau mengatasi masalah-masalah kehidupan yang sulit diatasinya tanpa nasihat keagamaan tersebut. Ruang Lingkup Kesehatan Mental

a. Tujuan mempelajari kesehatan mental di masyarakat

Mempelajari kesehatan mental pada berbagai bidang ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut.

1. Mempelajari kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.

2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.

3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masyarakat.

4. Memiliki sikap proaktif dan memanfaatkan berbagai sumber daya dalam upaya penanganan kesehatan mental masyarakat.

5. Meningkatskan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.

b. Sasran dalam kesehatan mental masyarakat

Masyarakat adalah sasaran utama dalam kesehatan mental. Dilihat dari aspek kesehatannya, mayarakat yang menjadi sasaran dalam kesehatan mental ini dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan, sebagai berikut.

(4)

2. Masyarakat dalam resiko sakit yaitu masyarakat yang berada dalam situasi atau llingkungan yang kemungkinan mengalami gangguannya relatif tinggi. Kelompok masyarakat dalam resiko ini dapat dikelompokkan atas, lingkungan ekologis, status demografis, atau faktor psikologis.

3. Kelompok masyarakat yang mengalami gangguan, yaitu kelompok masyarakat yang sedang terganggu kesehatan mentalnya.

4. Kelompok masyarakat yang mengalami kecacatan atau hendaya, agar mereka dapat berfungsi secara normal dalam masyarakat.

Keempat kelompok masyarakat itulah yang menjadi sasaran dalam kesehatan mental, dengan spesifikasi-spesifikasi dalam penanganannya, sejalan dengan tujuannya.

c. Hubungan kesehatan mental dengan bidang lain

Kesehatan mental bukanlah satu displin ilmu yang berdiri sendiri. Dia dibangun oleh berbagai bidang ilmu, baik yang secara lanngsung membidangi kesehatan maupun tidak. Bahkan Wallace Allin menyebutkan sejumlah bidang ilmu yang terkait dan membangun kesehatan mental adalah: psikologi, studi anak, pendidikan, sosiologi, psikiatri, medis, biologi, dan sosio-antroppologi (Crow, 1986). Tentunya, juga disadari bahwa bidang ilmu lain seperti studi agama, ekonomi, dan politik memiliki kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan kesehatan mental. Berbagai ilmu yang memberi kontribusi bagi kesehatan mental sebagian diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Ilmu Kedokteran

Ilmu kedokteran mempelajari tentang penyakit dan cara pengobatannya. Selain menekuni bidang pengobatan, ilmu kedokteran, termasuk kedokteran jiwa, juga mengembangkan ilmu kedokteran pencegahan.khususnya bidang yang ditekuni dalam bidang kedokteran jiwa ini memberikan sumbangan yang sangat bermakna bagi kesehatan mental masyarakat.

(5)

Psikologi merupakan disipin ilmu di bidang perilaku manusia, yang diantaranya mempelajari dimensi psikis manusia dengan segenap dinamikanya. Perilaku manusia, termasuk perilaku yang normal dan yang abnormal atau patologis juga dipelajari. Memahami kesehatan mental masyarakat tentunya membutuhkan pemahaman terhadap proses psikis yang turut mempengaruhi perilaku yan sehat dan tidak sehat sebagaimana yang dipelajari di bidang psikologis.

3. Sosio-Antroppologi

Perilaku dan sistem masyarakat, termasuk nilai social budayanya menjadi pokok perhatian dalam sosio-antropologi. Dalam berbagai studi dimengerti bahwa aspek sosio-antropologi itu menjadi bagian penting dalam kehidupan umat manusia, baik fisik maupun mental. Dalam kesehatan mental, dimensi sosio-antropologi ini prlu deprhatikan untuk keperluan pemahaman maupun strategi intervensinya. Intervensi kesehatan mental akan berhasil jika mempertimbangkan dimensi social dan budayanya.

4. Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan mempelajari perubahan prilaku manusia secara lebih efektif. Selain mempelajari materi yang diberikan, juga strategi yang harus ditempuh agar perubahan prilaku itu lebih efektif. Ilmu pendidikan tentunya memberikan kontribusi dalam bidang kesehatan mental, khususnya dalam pengembangan intervensi-intervensi kepada masyarakat. Prinsip-prinsip pendidikan dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan masyarakat.

5. Displin Ilmu lain

Displin ilmu lain seperti ekonomi, ekologi, biologi, dan studi agama secara bermakna juga memberikan kontribusinya bagi pemahaman dan penanganan kesehatan mental masyarakat.

(6)

d. Kesalahan pemahaman

Sampai saat ini banyak pihak yang memiliki pengertian yang kurang tepat terhadap kesehatan mental. Kesalahan pengertian ini diantaranya bahwa kesehatan mentak difahami untuk penanganan problem-problem kejiwaan yang bersifat individual, padahal sebenarnya lebih menekankan pada kesehatan mental masyarakat sehingga secara lengkap biasanya disebut kesehatan mental masyarakat (community mental health).

Kesehatan mental secara individual jelas tidak bisa dilepaskan begitu saja, tetap penanganan utamanya adalah sekelompok masyarakat. Pendekatan komunitas kemyarakatan dan kelompok lebih diprioritaskan dalam kesehatan mental dari pada pendekatan individual. Kesehatan mental memerlukan pemahaman dan penanganan dari berbagai bidang keilmuan. Sebagian pihak beranggapan bahwa kesehatan mental ‘’cukup’’ dipahami dari satu disiplin keilmuan saja. Meskipun bidang-bidang ilmu itu memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pemahaman tentang kesehatan mental masyarakat, tetapi harus disadari bahwa kesadaran mental masyarakat itu berdimensi multidisipliner.

Kesalahan ketiga, kesehatan mental dipandang sama dengan “ketangan batin” yang dimaknakan sebagai tidak ada konflik, tidak ada tekanan hidup, hidup tanpa ambisi, pasrah, sejenisnya. Konsep-konsep itu memahami pengertian kesehatan mental tidaklah tepat. Sasaran kesehatan mental adalah optimalisasi segenap potensi fisik dan mental, yang realitasnya kemungkinan juga mengahadapi tekanan-tekanan tertentu dan bahkan kegagalan. Kesehatan mental bukan untuk membuat masyarakat menjadi “tenang” tetapi mereka dapat menangani masalah secara tepat dan mencegahnya agar tidak menimbulkan masalah yang lebih berat.

Atas dasar telaah ini maka kita harus memahami bahwa sasaran dalam kesehatan mental itu sangat luas, dan diperlukan pemahaman yang lebih utuh, sehingga dalam penanganan bidang kesehatan mental masyarakat lebih efektif.

(7)

dan berkembang luas di masyarakat, terutama di kalangan pejabat / politis atau orang – orang dengan tingkat ekonomi tinggi.

e. Pihak yang dilibatkan dalam kesehatan mental

Pihak – pihak yang dapat dilibatkan menangani kesehatan mental juga dari berbagai bidang keilmuaan, misalnya: Untuk penanganan drop-out sekolah akibat krisis ekonomi. Untuk mengurangi angka drop-out sekolah tidak cukup dilakukan dengan pemberian motivasi dikelas oleh guru, tetapi kenyataan juga perlu intervensi lain yang dipandang sangat strategis, misalnya intervensi dalam bentuk beasiswa, perbaikan sistem pembelajaran, dan intervensi pemenuhan kebutuhan pokok bagi keluarganya. Untuk ini membutuhkan keterlibatan banyak pihak diantaranya kalangan pendidik, para ekonom, birokrat, ahli pangan, dan pihak – pihak lain yang dipandang relevan untuk menangani persoalan yang dihadapi.

f. Ruang lingkup kesehatan mental

Kalangan ahli – ahli kesehatan mental (mental hygienist) memberikan batasan bahwa ruang lingkup kesehatan mental itu adalah pemeliharaan dan promosi kesehatan mental individu dan masyarakat, dan prevensi danperawatan dan penyakit dan kerusakan mental. Secara garis besar ruang lingkup kerja kesehatan mental itu mencakup hal – hal berikut:

1. Promosi kesehatan mental, yaitu usaha – usaha peningkatan kesehatan mental. Usaha ini dilakukan berangkat dari pandangan bahwa kesehatan mental bersifat kualitatif dan kontinum dan dapat ditingkatkan sampai batas optimal.

2. Prevensi primer, adalah usaha kesehatan mental untuk mencegah timbulnya gangguan dan sakit mental. Usaha ini dilakuan sebagai proteksi terhadap kesehatan mental masyarakat agar gangguan dan sakit mental itu tidak terjadi.

3. Prevensi sekunder, adalah usaha kesehatan mentalmenemukan kasus dini (early case ditection) dan penyembuhan secara tepat (prompt reatment) terhadap ganguan dan sakit mental. Usaha ini di lakukan untuk mengurangi durasi gangguan dan mencegah jangan sampai terjadi cacat pada seseorang atau masyarakat.

(8)

mencegah diasabilitas atau ketidakmampuan, jangan sampai mengalami kecacatan yaitu kecacatan menetap

Atas dasar ini maka ruang lingkup mempelajari kesehatan mental tidak saja berhubungan dengan perawatan kesehatan individual (individual health care) tetapi juga pelayanan kesehatan kemasyarakatan (community health care), dan justru pelayanan kesehatan masyarakat ini menjadi focus utama dalam kesehatn mental. g. Kesehatan mental, psikisatri komunitas, psikologi komunitas

Psikiatri komunitas maupun psikologi komunitas berkembang atas pengaruh bidang ilmu kesehatan masyarakat, khususnya ilmu kesehatan mental masyarakat. Psikologi komunitas dan psikologi komunitas, sama – sama menggunakan pendekatan kelompok dengan sasarannya adalah masyarakat untuk mencegah terhadap berbagai masalah atau gangguan yang ada dimasyarakat sesuai dengan focus perhatian bidang ilmu itu. Perbedaannya terletak pada focus perhatian yang dipelajari. Psikiatri komunitas lebih menkankan pada promosi kesehatan mental dan upaya pencegahan terhadap timbulnya ganguan – gangguan psikiatri, dengan basis keilmuaan yang digunakan adalah psikiatri. Psikologi komunitas lebih menekankan pada promosi potensi psikologis masyarakat serta upaya – upaya pencegahan terhadap munculnya prilaku yang tidak tepat termasuk bidang kesehatan mental, dan basis keilmuan yang digunakan adalah psikologi (Kaplan dan Sadock, 1994; Heller, 1984; Crow, 1968).

Sementara kesehatan mental masyarakat pada prinsipnya tidak membatasi basis keilmuan tertentu untuk memahami, dan memahami intervensi dalam bidang kesehatan menal masyarakat. Psikiatri komunitas dan pskologi komunitas turut membantu dalam penanganan kesehatan mental masyarakat. Karena itu dari sisi pendekatan masyarakat pada dasarnya tidak berbeda antara kesehatan mental masyarakat, psikiatri komunitas, dan psikologi komunitas.

 Pembahasan Phenomena

(9)

fenomena kejadian dimana adanya pihak – pihak tertentu yang melakukan perseteruan dan berakibat pada merugikan suatu pihak bahkan terhadap semua masyarakat. Dibalik semua itu, korupsi sebenarnya juga memiliki keterkaitan terhadap fakor – factor dalam “ pelaku “ korupsi yang dalam hal ini adalah kesehatan mental.

Korupsi dalam sudut pandang psikologis

1. Korupsi dalam pandangan cognitive dissonance theory

Pada dasarnya manusia menghindari informasi yang dapat menimbulkan disonan

dan menambah ketidakcocokan, karenanya orang lebih suka untuk mendengar opini dan membaca sesuatu yang sesuai dengan pendapatnya, dan juga memilih untuk bergaul dengan orang -orang yang sejalan dan sepikiran dengannya. Teori yang di pertama kali dikemukakakn oleh festinger ini menyatakan disonansi kognitif merupakan suatu keadaan stress yang diakibatkan karena tidak adanya keseimbangan antara perilaku dan kepercayaan seseorang yang kemudian terjadi disonansi untuk menyeimbangkan antara perilaku dan kepercayaan nya tersebut dengan cara memasukkan informasi atau persepsi untuk membenarkan tindakan / prilakunya. Pada dasarnya manusia menghindari informasi yang dapat menimbulkan disonan dan menambah ketidakcocokan, karenanya orang lebih suka untuk mendengar opini dan membaca sesuatu yang sesuai dengan pendapatnya, dan juga memilih untuk bergaul dengan orang -orang yang sejalan dan sepikiran dengannya. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Festinger terhadap perokokok di amerika yang fokus kepada perubahan belief dan attitude yang terjadi diakibatkan cognitive dissonance Festinger menentukan 3 hipotesis yang menyatakan cara untuk mengurangi ketidakcocokan antara aksi dan sikap, yaitu:

Hipotesis 1:

Selective Exposure Prevents Dissonance

(10)

yang dapat menambah ketidak - cocokan. Tidak hanya orang suka untuk mendengar opini dan membaca sesuatu yang sesuai dengan pendapatnya, tapi kita juga memilih untuk bergaul dengan orang-orang yang sejalan dan sepikiran dengan kita.

Hipotesis 2: Postdecission Dissonance Creates a Need for Reassurance

Menurut Festinger, keputusan yang dibuat secara tiba-tiba dapat menimbulkan ketegangan dan keraguan dalam diri setelah semua keputusan itu dibuat. Tiga keadaan

yang menimbulkan post-decission dissonance diantaranya: 1.Semakin pentingnya isu itu.

2.Semakin lamanya seseorang menunda untuk mengambil keputusan diantara dua pilihan.

3.Semakin besarnya kesulitan dalam melawan keputusan yang telah dibuat.

Kondisiini membuat kita menyesal akan keputusan yang telah kita ambil atas suatu pilihan.

Hipotesis 3: Minimal Justification for Action Induces a Shift in Attitude

Referensi

Dokumen terkait

Dalam jurnal ini membahas tentang bagaimana memodelkan pada klaim keberapa perusahaan asuransi mengalami kebangkrutan untuk pertama kalinya, dengan frekuensi klaim

Klasifikasi tingkat status sosial ekonomi menurut Suhardi p (2009, hlm. Dapat dilihat hasil penggolongan pendapatan penduduk tersebut dapat menunjukkan pemenuhan kebutuhan

Bersama ini kami kirimkan Laporan Bulanan untuk bulan April 2017, tentang keadaan perkara-perkara Perdata dan perkara-perkara Pidana pada Pengadilan Negeri Metro

Volume, densitas, sudut angle of repose dan densitas bulk  , serta sifat fisik lainnya pada suatu bahan pangan berperan penting dalam kegiatan sortasi dan grading

Suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan dengan baik, obyektif, menyita waktu yang cukup lama dan menghabiskan biaya yang sangat besar, tidak

3) Interaktif, dalam proses pengembangan kreativitas anak usia dini, perlu di pikirkan pendekatan pembelajaran yang paling tepat bagi anak. 4) Memadukan pembelajaran

oleh RS Wijaya pada tahun 2019 dikenai Pajak Penghasilan bersifat final sebesar 0.5% (nol koma lima persen), karena peredaran bruto pada Tahun Pajak 2019 tidak melebihi Rp

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh Salmonella Typi atau