Pengantar Pajak Penghasilan
(PPh) Badan
Oleh:
Dasar hukum
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang
Perubahan ke empat atas Undang-undang (UU)
No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
PP No.23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan
(PPh) atas Penghasilan dari usaha yang diterima
atau
diperoleh
Wajib
Pajak
yang
memiliki
peredaran bruto tertentu
PMK.No.80/PMK.03/2009 Tentang sisa lebih yang diterima
atau diperoleh Badan atau lembaga nir laba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan
No.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak
1
0 s/d Rp 50.000.00,00
5%
2
Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp
250.000.000,00
15%
3
Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp
500.000.000,00
25%
4
Di atas Rp 500.000.000,00
30%
3Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)Tarif pajak progresif berlaku bagi WP orang pribadi.
Tarif pajak bagi WP badan adalah 28% untuk penghasilan sebelum tahun 2010 dan 25% untuk penghasilan setelah tahun 2010.
PT. Wira Medika melaporkan kinerja tahunan dalam laporan
keuangan, dengan keterangan terkait laba rugi akuntansi
sebagai berikut.
Pendapatan Operasional Rp 62.425.000.000,00
Biaya 3M operasional Rp 10.000.000.000,00
Penghasilan lain Rp3.250.000.000,00
Pendapatan operasio Rp 62.425.000.000,00
Pendapatan lain-lain
Rp 3.250.000.000,00
Pendapatan bruto
Rp 65.675.000.000,00
Biaya 3M operasional Rp 10.000.000.000,00
PKP
Rp 55.675.000.000,00
PPh badan (25%)
Rp 13.918.750.000,00
6
Wajib pajak badan yang memiliki nilai
peredaran bruto kurang dari Rp
50.000.000.000,00
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E
Memperoleh pengurangan tarif sebesar
50% dari tarif Pasal 17 (tarif flat 25%).
untuk bagian Penghasilan Kena Pajak dari
Berlaku untuk bagian Penghasilan Kena
Pajak dari bagian penghasilan bruto
sampai dengan Rp 4.800.000.000,00.
PT Wira Medika Sepanjang tahun 2019, mencatatkan nilai penghasilan
bruto senilai Rp 48.000.000.000,00 dan mencatatkan nilai biaya yang dapat
dikurangkan sesuai ketentuan perpajakan sebesar Rp 36.000.000.000,00.
a. Berapakah nilai pajak terutang oleh PT Wira Medika di tahun 2019?
b. Bagaimana jika di tahun 2020 PT Wira Medika memperoleh penghasilan
bruto yang tetap namun mencatatkan biaya Rp 10.000.000.000,00 lebih
tinggi?
c. Bagaimana jika di tahun 2021 PT Wira Medika mencatatkan biaya yang
serupa dengan tahun 2019, namun dapat memperoleh tambahan
peredaran bruto senilai Rp 8.000.000.000,00?
7
Ilustrasi
Fasilitas Perpajakan
a) PT Wira Medika memperoleh fasilitas pengurangan tarif sebab memiliki nilai peredaran bruto kurang dari Rp 50.000.000.000,00
Bagian PKP yang memperoleh pengurangan tarif
= 4.800.000.000,00 x (48 M – 36 M) 48.000.000.000,00
= 10% X 12.000.000.000,00 = 1.200.000.000,00
Beban Pajak Terutang Tahun 2019
= 50% x 25% x 1.200.000.000,00 + 25% x ( 12 miliar – 1,2 miliar) = Rp 150.000.000,00 + Rp 2.700.000.000,00
Fasilitas perpajakan
b) PT Wira Medika memperoleh fasilitas pengurangan tarif sebab memiliki peredaran bruto kurang dari Rp 50.000.000.000,00
Bagian PKP yang memperoleh pengurangan tarif
= 4.800.000.000,00 x ( 48 miliar – 46 miliar) 48.000.000.000,00
= 10% x 2.000.000.000,00 = 200.000.000,00
Beban pajak terutang tahun 2020
= 50% x 22% x Rp 200.000.000,00 + 22% x ( 2 miliar – 200 jt) = Rp 22.000.000,00 + Rp 396.000.000,00
Jawaban :
c. Peredaran bruto 2021
= 48.000.000.000
+ 8.000.000.000
= Rp 56.000.000.000,00
PT Wira Medika tidak memperoleh fasilitas pengurangan tarif, sebab
memiliki nilai peredaran bruto lebih dari Rp 50.000.000.000,00.
Beban pajak terutang
= 22% x (56.000.000.000 – 36.000.000.000)
= 22% x 20.000.000.000
= Rp 4.400.000.000,00
10Ilustrasi
(Fasilitas Perpajakan)
RS Negeri yang berstatus BLU
Karena Status RS sebagai BLU atau
BLUD maka tidak terutang PPh
Badan, karena pendapatan RS akan
menjadi penerimaan APBN/APBD
Tetapi kewajiban Potong Pungut Tetap
PP 23 2018: Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai PPh yang bersifat final
Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah
Wajib Pajak yang memenuhi kreteria:
o Wajib Pajak Orang Pribadi atau badan tidak termasuk bentuk
usaha tetap (BUT)
o Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 400.000.000,00 per bulan atau Rp 4.800.000.000,00 dalam satu tahun pajak
Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebagaimana dimaksud adalah 0.5% (Nol koma persen)
Contoh penentuan pengenaan Pajak Penghasilan yang
bersifat final:
RS Wijaya yang berdasarkan pembukuan atau catatan pada
Tahun Pajak 2010 (Januari 2019 sampai dengan Desember 2019), memiliki peredaran bruto sebesar Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Dengan demikian, atas penghasilan dari usaha yang diterima
oleh RS Wijaya pada tahun 2019 dikenai Pajak Penghasilan bersifat final sebesar 0.5% (nol koma lima persen), karena peredaran bruto pada Tahun Pajak 2019 tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratusjuta rupiah).
Pendapatan RS
Penerimaan RS atau organisasi yang sejenis dapat
dibedakan
antara
penerimaan
yang
bukan
merupakan objek pajak, dan penerimaan yang
merupakan objek pajak.
Penerimaan
atau
penghasilan
yang
bukan
merupakan objek pajak:
o
Bantuan atau sumbangan
o
Harta hibahan yang diterima oleh Universitas/ RS
atau organisasi yang sejenis sebagai badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan
sosial
Sepanjang
tidak
ada
hubungannya
dengan
pekerjaan, usaha, kepemilikan atau kepenguasaan
antara pihak yang memberi dengan pihak yang
menerima.
o
Divident atau bagian laba yang diterima atau
diperoleh universitas/ yayasan atau organisasi
yang sejenis dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia
Penghasilan Rumah Sakit yang merupakan
objek Pajak Penghasilan (PPh)
Penghasilan yang merupakan objek pajak adalah
semua penghasilan yang diterima atau diperoleh
Rumah Sakit atau organisasi yang sejenis sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 4 (1) UU PPh
antara lain:
Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
usaha, pekerjaan, kegiatan atau jasa
Bunga deposito,bunga obligasi, diskonto SBI dan
bunga lainnya
Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan
Bagi universitas atau organisasi yang sejenis yang
bergerak
dibidang
pendidikan,
termasuk
penghasilan pada butir di atas adalah:
Uang pendaftaran dan uang pangkal
Uang
seleksi
penerimaan
siswa/
mahasiswa/peserta pendidikan
Uang
pembangunan
gedung,
pengadaan
prasarana,atau pembayaran lainnya dengan nama
apapun yang berkaitan dengan keberadaan siswa/
mahasiswa/ peserta pendidikan.
Uang spp, uang sks, uang ujian,uang kursus, dll
Penghasilan dalam kontrak kerja dalam bidang
penelitian.
Penghasilan lainnya yang dikaitkan dengan jasa
penyelenggaraan pengajaran, pendidikan, pelatihan
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Aspek PPh atas Penghasilan
dari sumbangan
Penghasilan yang di dapat Universitas dari
Sumbangan selama tidak ada hubungan
istimewa dengan pemilik atau pengurus
yayasan bukan merupakan objek pajak.
Penghasilan Universitas akan menjadi objek
pajak mana kala berasal dari kegiatan
penjualan baik barang maupun jasa
Contoh
PT.Asoka Group (asoka group mempunyai anak perusahaan dan perusahaan yang terafiliasi) ingin mendirikan Akademi Kebidanan bernama Akademi Kebidanan Permata Bunda. dimana Akbid Permata Bunda tersebut beranggotakan direksi dan beberapa karyawan dari PT.Asoka Group
Akbid Permata Bunda menerima sumbangan:
• Dari perusahaan afiliasi dan anak perusahaan • Sumbangan dari anggota
• Sumbangan dari pihak ke tiga (tidak mempunyai hubungan
Jawab
a.
Merupakan objek pajak (karena ada
hubungan istimewa)
b.
Poin ke dua objek pajak, karena ada
hubunan dengan pengurus
Fasilitas bebas Pajak atas Surplus Yayasan
pendidikan
PMK No.80/PMK.03/2009 Tentang sisa lebih yang diterima
atau diperoleh Badan atau lembaga nir laba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan yang dikecualikan dari objek pajak
penghasilan
Fasilitas pembebasan pajak (PPh Badan) atas surplus
Yayasan pendidikan sepanjang surplus tersebut
diinvestasikan pada sarana dan prasarana pendidikan selama 4 tahun ke deapan
Contoh:
Bisa dibebaskan dari pengenaan pajak jika di
investasikan ke pendidikan selama 4 Tahun
Tahun 2020
: Rp 700 jt
Tahun 2021
: Rp 800 jt
Tahun 2022
: Rp 1 miliar
Tahun 2023
: Rp 500 jt