• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi. Oleh: Yanto,SE,Ak.,M.Ak.,BKP.,CA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi. Oleh: Yanto,SE,Ak.,M.Ak.,BKP.,CA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Pajak Penghasilan (PPh) Orang

Pribadi

(2)

Dasar Hukum

Pasal 21 UU No. 36/2008

Tentang PPh

PMK No.101/PMK.010/2016

PMK No.102/PMK.010/2016

PMK No.262/PMK.03/2010

Peraturan Dirjen Pajak No. PER

(3)

PPh Ps. 21

Pajak Penghasilan Pasal 21

adalah :

pajak atas penghasilan berupa

gaji, upah, honorarium,

tunjangan dan pembayaran lainnya

sehubungan dengan pekerjaan

atau jabatan, jasa, dan kegiatan lainnya

yang dilakukan oleh WP Orang

(4)

Pemotong PPh Pasal 21

Pemberi kerja yang terdiri dari orang

pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit,

bentuk usaha tetap, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain dengan nama apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan

pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai

(5)

Pemotong PPh Pasal 21(cont..)

Bendaharawan Pemerintah

Dana pensiun, badan penyelenggara

Jamsostek, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua (PT Taspen).

Perusahaan, badan, dan BUT, yang

membayar honorarium atau pembayaran

lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa, yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak Dalam Negeri ataupun Luar Negeri

(6)

Pemotong PPh Pasal 21(cont..)

 Perusahaan, badan, dan BUT, yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan;

Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi

internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan

kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun

kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan

(7)

Dikecualikan dari Pemotong Pajak

:

Kantor Perwakilan Negara Asing

Organisasi Internasional yang

Dikecualikan sebagai Pemotong Pajak

PPh pasal 21

(8)

Objek PPh Pasal 21

penghasilan yang diterima atau diperoleh

pegawai atau penerima pensiun secara teratur

berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah,

honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang

tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan,

tunjangan khusus, tunjangan transpot, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan

pendidikan anak, bea siswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun;

(9)

Objek PPh Pasal 21

penghasilan yang diterima atau

diperoleh secara tidak teratur

berupa

jasa produksi, tantiem, gratifikasi,

tunjangan cuti, tunjangan hari raya,

tunjangan tahun baru, bonus, premi

tahunan,

dan

penghasilan

sejenis

lainnya yang sifatnya tidak tetap;

upah

harian, upah mingguan, upah

(10)

Objek PPh Pasal 21

uang tebusan pensiun, uang pesangon,

uang THT atau JHT, dan pembayaran

lain sejenis

honorarium, uang saku, hadiah atau

penghargaan dengan nama dan dalam

bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan

pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa,

(11)

Objek PPh Pasal 21

Gaji, gaji kehormatan, dan

tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji

yang diterima oleh Pejabat Negara,

Pegawai Negeri Sipil serta uang

pensiun dan tunjangan-tunjangan lain

yang sifatnya terkait dengan uang

pensiun yang diterima oleh pensiunan

termasuk janda atau duda dan atau

anak-anaknya

(12)

Objek PPh Pasal 21

Penerimaan dalam bentuk natura dan

kenikmatan lainnya dengan nama apapun

yang diberikan oleh bukan WP atau WP

yang dikenakan Pajak Penghasilan yang

bersifat final dan yang dikenakan Pajak

Penghasilan

berdasarkan

norma

penghitungan khusus (deemed profit).

(13)

Non Objek PPh Pasal 21

Klaim asuransi, atau asuransi yang diterima dari perusahaan asuransi

kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi bea siswa, dan asuransi

dwiguna. Berdasarkan pasal 4 ayat (3) huruf

e UU PPh

Natura dan kenikmatan (Benefit in Kind : BIK) lainnya yang diterima dari WP (pemberi kerja) yang tidak dikenakan PPh yang

bersifat final dan yang tidak dikenakan PPh berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).

(14)

Non Objek PPh Pasal 21

Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran JHT yang dibayarkan kepada penyelenggara Jamsostek

yang dibayar oleh pemberi kerja

Zakat yang diterima oleh yang berhak dari badan atau amil zakat yang dibentuk atau disahkan Pemerintah

(15)

Tarif Umum PPh Pasal 21

0 – 50 juta

 5%

>50 – 250 juta

 15%

>250 juta – 500 juta  25%

(16)

Kepemilikan NPWP

Bagi wajib pajak tidak memiliki NPWP,

maka untuk setiap lapisan tarif dikenakan

persentase 20% lebih tinggi.

Pengenaan tarif lebih tinggi tidak berlaku

untuk objek PPh 21 yang bersifat final.

ika NPWP diperoleh di pertengahan tahun

berjalan, maka perubahan penghitungan

berlaku untuk periode setelahnya dan tidak

berlaku surut.

(17)

Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP)

 untuk diri pegawai Rp 54.000.000/th  Untuk istri yang penghasilannya digabung

 Dengan suami Rp 54.000.000/th  Tambahan untuk pegawai yang kawin 4.500.000/th  Tambahan untuk setiap anggota keluarga 4.500.000/th

sedarah dan semenda dalam garis

keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (max 3)

Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan

adalah hanya untuk dirinya sendiri.

Dalam hal karyawati tidak kawin PTKP untuk

dirinya sendiri dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya

(18)

Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP)

Bagi karyawati yang menunjukan keterangan tertulis dari Pemda setempat

(serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan,

ditambahkan PTKP sejumlah Rp 4.500.000 setahun dan PTKP untuk keluarganya.

Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun takwim.

Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun takwim, besarnya PTKP tersebut dihitung berdasarkan keadaan

pada awal bulan dari bagian tahun takwim yang bersangkutan

(19)

Tata Cara Penghitungan (1)

Penghasilan Bruto

• Dikurangi Biaya Jabatan

• Dikurangi Iuran Dana Pensiun, JHT, THT Dibayar Sendiri • Diperoleh Penghasilan Netto 19

Senilai 5% dari penghasilan bruto. Maksimal senilai Rp 500.000,00 per bulan atau Rp 6.000.000,00

(20)

Tata Cara Penghitungan (2)

Penghasilan Netto • Dikurangi PTKP • Diperoleh Penghasilan Kena Pajak

• Dikalikan Tarif Pajak Terutang

(21)

Bentuk Penghasilan

Gaji Pokok Tunjangan

Berkesinambungan Uang Rapel

Imbalan Tahunan Natura

(22)

Perspektif Pemberi Kerja

Pemotongan PPh 21 oleh pemberi kerja Diakui sebagai “Beban Gaji” di Laporan Laba Rugi Memunculkan “Utang PPh 21” di Laporan Posisi Keuangan 22

(23)

Cara Menghitung PPh Pasal

21-pegawai tetap

 Gaji dan tunjangan sebulan

+Tunjangan, bonus, imbalan bulanan lain + Premi Asuransi

+ Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) + Premi Jaminan Kematian (JK)

+ Premi Jaminan Pemeliharaan Kecelakaan (JPK) Penghasilan Bruto

- Biaya jabatan (5% x penghasilan bruto) max Rp 500.000/bulan (Rp 6.000.000/th)

- Iuran pensiun yang dibayar oleh pegawai - Iuran JHT, THT, yang dibayar oleh pegawai

(24)

Cara Menghitung PPh Pasal

21-pegawai tetap

Lanjutan…

 Penghasilan neto sebulan xxxx  Penghasilan neto setahun( x 12) xxxx

- PTKP (xxx)

Penghasilan Kena Pajak setahun xxxx (dibulatkan ke ribuan ke bawah)

X Tarif umum

=PPh Pasal 21 setahun :12

(25)

PPh 21 Terkait APBN/

APBD

Penggunaan APBN/ APBD, PPh 21 Dipotong Bendaharawan Penggajian PNS Berstatus Tetap. Penggajian Tenaga Honorer, Wiyata Bakti, dan Pegawai Tidak Tetap Lain. Remunerasi kepada bukan pegawai yang dimanfaatkan jasanya. Kompensasi bagi peserta kegiatan, perlombaan, dan sejenisnya. 25

(26)

Pola Pembayaran

Penghasilan Dibebankan ke APBN/ APBD Bersifat Tetap dan Teratur DPP = Penghasilan Netto - PTKP Berlaku tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a)

Bersifat Tidak Tetap dan Tidak

Teratur DPP = Penghasilan Bruto Berlaku tarif khusus, bersifat final. 26

Biaya perjalanan dinas bukan merupakan penghasilan.

(27)

Tarif Penghasilan Tidak Tetap dan Tidak Teratur (PMK No. 262/ PMK.03/ 2010)

15% dari Penghasilan bruto, atas:

Penghasilan bagi PNS Gol. IV, Perwira Menengah & Tinggi TNI/ Polri, berikut pensiunannya.

5

% dari Penghasilan bruto, atas:

Penghasilan bagi PNS Gol. III, Perwira Pertama TNI/ Polri, berikut pensiunannya.

0% dari Penghasilan bruto, atas:

Penghasilan bagi PNS Gol. I & II, Tamtama & Bintara TNI/ Polri, berikut pensiunannya.

(28)

Penghitungan PPh 21 Karyawan yang

Bekerja Pada Sebagian Tahun Pajak

 Untuk Wajib Pajak dalam negeri yang merupakan

pendatang dari luar negeri :

Penghitungan PPh Pasal 21 didasarkan pada jumlah penghasilan yang sebenarnya diperoleh dalam bagian tahun pajak yang bersangkutan disetahunkan;

 Untuk pegawai tetap yang meninggal dunia atau

meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya : Penghitungan PPh Pasal 21 didasarkan pada jumlah penghasilan yang sebenarnya diterima atau diperoleh dalam bagian tahun pajak yang bersangkutan

(29)

Kewajiban Pembayaran

dan Pelaporan

Pembayaran:

 SPT Masa : paling lambat tanggal 10

bulan berikutnya.

 SPT Tahunan: paling lambat tanggal 25

Maret tahun pajak berikutnya

Pelaporan:

 SPT Masa : paling lambat tanggal 20

bulan berikutnya.

 SPT Tahunan: paling lambat tanggal 31

(30)

Tata Cara Penghitungan

Penghasilan Bukan Pegawai Bersifat Berkesinam bungan Memiliki NPWP dan berpenghasila n hanya dari satu pemberi kerja. DPP = 50% x Penghasilan bruto – PTKP Bulanan Berpenghasila n lebih dari satu pemberi kerja. DPP = 50% x Penghasilan bruto Bersifat Tidak Berkesinam bungan DPP = 50% x Penghasilan bruto 30

Tarif yang berlaku adalah tarif umum Pasal 17 Ayat (1) Huruf (a) UU PPh. WP yang tidak memiliki NPWP dikenai tarif 20% lebih tinggi.

(31)

Penghasilan pegawai tetap Rumah Sakit Kasus-1

 Zulkarnain (K/0) bekerja sebagai Perawat merangkap kepala Perawat pada RS Trilogi memperoleh gaji sebulan Rp 5.500.000,00. Tunjangan Jabatan sebagai kepala Perawat Rp.3.000.000,00 per bulan.

 Setiap bulan RS Trilogi membayarkan premi jaminan kematian sebesar Rp 100.000,00 dan zulkarnain sendiri juga membayar iuran pensiun sebesar Rp 150.000,00 per bulan

hitung PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh RS

(32)

Gaji sebulan Rp. 5.500.000,00 Tunj Jabatan Rp 3.000.000,00 Premi jkk Rp 100.000,00 Penghasilan Bruto Rp 8.600.000,00 Pengurang: 1. Biaya jabatan 5% x Rp 8.600.000 =Rp 430.000 2. Iuran pensiun =Rp 150.000 Rp 580.000,00 Penghasilan netto sebulan Rp 8.020.000,00 Penghasilan netto setahun Rp 96.240.000,00

(33)

jawab

PTKP Setahun

-untuk WP Rp 54.000.000,00 -tambahan menikah Rp 4.500.000,00

Rp 58.500.000,00 Penghasilan kena pajak Rp 37.740.000,00 PPh Pasal 21 terhutang:

5% x Rp 37.740.000,00 = Rp 1.887.000,00 PPh Pasal 21 per tahun Rp 1.887.000,00 PPh Pasal 21 per bulan = Rp 1.887.000,00 : 12

(34)

Kasus-2

 Ny.Sinta (k/2) adalah Perawat di Rumah Sakit Wira Husada

dan merangkap Dosen tetap pada Yayasan STIKES Wira Husada dari tahun 2008. pada bulan Januari 2020 memperoleh penghasilan sbb: Gaji Pokok Rp 5.000.000,00 Tunjangan kesehatan Rp 500.000,00 per bulan.

 Pada bulan Januari Ny.Sinta mengajar 20 sks dengan honor

mengajar Rp 80.000/sks sehingga pada bulan Januari Ny Sinta memperoleh honor mengajar Rp 1.600.000,00

Hitung besarnya PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh

(35)

jawab

Gaji sebulan Rp 5.000.000,00 T.Kesehatan Rp 500.000,00 Honor mengajar Rp 1.600.000,00 Penghasilan bruto Rp 7.100.000,00 Pengurang: 1. Biaya jabatan 5% x Rp 7.100.000 Rp 355.000 ,00 Penghasilan Netto sebulan Rp 6.745.000,00 Penghasilan netto setahun Rp 80.940.000,00 PTKP

-UNTUK wp Rp 54.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 26.940.000,00

(36)

jawab

Penghasilan kena pajak setahun Rp 26.940.000,00 PPh Pasal 21:

5% x Rp 26.940.000 = Rp 1.347.000,00

PPh Pasal 21 sebulan:

Referensi

Dokumen terkait

Pajak Penghasilan (PPh) diartikan sebagai pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi maupun badan berdasarkan jumlah penghasilan yang diterima selama satu tahun

Ikan Sapu-sapu (Hypostomus plecostomus) yang terdapat di sungai Pabelan Kartasura tahun 2012 diambil 3 lokasi untuk sampling yaitu bagian batas awal sungai, area tengah

Supervisor pengawasan proses produksi antara lain bertanggung jawab dalam pemeriksaan line clearance, dan pengawasan dalam kegiatan produksi untuk memastikan

Pengadilan Negeri Cianjur yang mengadili perkara pidana pelanggaran Lalu Lintas dengan Acara Pemeriksaan Pelanggaran Lalu Lintas Jalan, telah menjatuhkan putusan terhadap

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Luas. Atas limpahan nikmat-Nya, peneliti bisa menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”Peningkatan

b) Faktor psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Namun, terkait dalam penelitian ini, faktor yang ingin diungkap atau dijadikan

Hasil perhitungan rataan bobot lahir sapih pedet pada tahun 2008 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0,05) dalam penggunaan bangsa sapi pejantan yang

Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Abadi, dkk (2013) bahwa 68% subjek melaporkan motivasinya menggunakan media sosial adalah untuk mengembangkan hubungan