• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Tindak Tutur Ilokusi Bahasa Indonesia pada Anak Autistik Hiperaktif : Analisis Psikopragmatik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Produksi Tindak Tutur Ilokusi Bahasa Indonesia pada Anak Autistik Hiperaktif : Analisis Psikopragmatik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Dalam penelitian ini, ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan topik penelitian yang pada intinya dibangun untuk menunjang teori yang diterapkan. Beberapa konsep yang mengacu pada judul dan topik penelitian, diantaranya:

2.1.1 Tindak Tutur

Istilah dan teori tindak tutur pertama kali diperkenalkan oleh J. L. Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard pada tahun 1955. Menurut Austin (dalam Yule, 1966) tindak tutur dilangsungkan dengan tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus, diantaranya tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Sementara itu Searle(dalam Leech, 1993: 163) membagi tindak tutur dalam lima kategori yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif, diantaranya:

1) Asertif (representatif)

Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Misalnya mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan.

2) Direktif

Merupakan tindak tutur yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur. Misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.

(2)

Merupakan tindak tutur yang terikat pada suatu tindakan di masa depan. Misalnya menjanjikan, dan menawarkan. Tindak tutur ini tidak mengacu pada kepentingan penutur tetapi pada kepentingan petutur.

4)Ekspresif

Merupakan tindak tutur yang berfungsi mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, dan memuji. 5) Deklaratif

Berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Misalnya mengundurkan diri, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, dan sebagainya.

2.1.2 Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Karena adanya bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa pendidikan. Ketika kita berada di daerah yang mayoritas menggunakan bahasa daerah maka kita dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat berkomunikasi.

(3)

memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah satu sama lainnya.

2.1.3 Autistik Hiperaktif

ADHDadalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Gangguan Perhatian dan Hiperaktivitas.ADHD pertama kali ditemukan pada tahun 1902 oleh seorang dokter Inggris, Profesor George F. Still. Autisme berbeda dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), namun terdapat persamaan antara keduanya, diantaranya merupakan masalah gangguan kesehatan mental.

Jika diperhatikan penyandang autistik hiperaktif seperti hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik hiperaktif menggunakan bahasa yang tidak normal pada umumnya, bahkan terkadang sama sekali tidak dimengerti oleh anak normal. (Arga Paternotte dan Jan Buitelaar, 2010: 2) mengatakan ADHD adalah sebuah nama untuk gangguan perilaku dengan gejala-gejala:

1. Gangguan pemusatan perhatian dan konsentrasi 2. Implusivitas

3. Hiperaktivitas.

(4)

mempertahankan perhatiannya. Dibutuhkan banyak energi bagi penyandang untuk duduk diam dan tenang dalam hal tersebut.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Psikolinguistik

Secara etimologi kata ‘Psikolinguistik’ adalah gabungan dari dua kata, yaitu: ‘psikologi’ dan ‘linguistik’ yang merupakan dua cabang disiplin ilmu yang berlainan.

Kedua disiplin ilmu ini mengkaji satu perkara yang sama, yaitu bahasasebagai objek formalnya. Psikologi mengkaji perilaku bahasa atau proses berbahasa sedangkan linguistik mengkaji struktur bahasa. Meskipun cara dan tujuannya berbeda, tetapi banyak objek yang dikaji dengan cara yang sama juga dengan tujuan yang sama, namun dengan teori yang berlainan. telah lama dirasakan, bahwa amat perlu dan saling menguntungkan kalau kedua disiplin ini bekerjasama dan saling membantu dalam usaha untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa itu.

(5)

sebagainya, serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

2.2.2 Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning).Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa kedua(dalam Chaer2009: 167).

Menurut Chomsky (dalam Chaer, 2009) pemerolehan bahasa merupakan proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan kemampuan bahasa, menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Ada dua proses yang terjadi ketika seorang anak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Proses kompetensi merupakan proses penguasaan atau pemahaman bahasa yang berlangsung secara alami, dan proses kompetensi ini merupakan syarat untuk terjadinya proses performansi yang terjadi dari dua proses, yakni proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat.

(6)

Anak tidak dilahirkan sebagai piring kosong, seperti dalam teori tabularasa yang dikemukakan oleh Jhon Locke, akan tetapi seorang anak tersebut telah dibekali sebuah alat yang dinamakan Piranti Pemerolehan Bahasa (PPB).

2.2.3 Pragmatik

Menurut Levinson (dalam Tarigan, 1986: 33) pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.

Menurut (Yule, 1996) pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Singkatnya, pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.

Menurut (Pangaribuan, 2008) ilmu pragmatik mengkaji hubungan bahasa dengan konteks dan hubungan pemakaian bahasa dengan pemakai atau penuturnya. Dalam tindak operasionalnya, kajian pragmatik itu berupaya menjelaskan bagaimana bahasa itu melayani penuturnya dalam pemakaian? Apa yang dilakukan penutur dalam tindak tutur itu? Tata tutur apa yang beroperasi sehinga bertutur itu serasi dengan penutur, teman tutur serta konteks dalam tutur itu.

(7)

Avram Noam Chomsky merupakan seorang ahli psikolinguistik Amerika Serikat yang memperkenalkan teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa secara khusus. Chomsky telah mengubah secara drastis perkembangan mengenai psikolinguistik, dari hasil yang diubah olehnya maka satu teori mengenai pemerolehan dan pembelajaran bahasa dapat disimpulkan dari teori genetif yang kini dikenal dengan nama teori genetikkognitif. Chomsky membahas mengenai masalah-masalah bahasa dan psikologi, lalu membingkainya menjadi satu bingkai dengan bentuk bahasa kognitif.

Chomsky (dalam Siagian 2014: 16) menelurkan pendapat bahwa kemampuan berbahasa manusia itu dipengaruhi juga oleh kemampuan kognitifnya, teorinya mengatakan bahwa ada intervensi dan kemampuan yang menyangkut ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang sangat berpegaruh ke dalam jiwa manusia. Ketika seseorang membicarakan masalah kognitif dalam hal ini kognitif berbahasa, maka seseorang tersebut tidak akan bisa mengelak bahwa terkadang ada campur tangan faktor genetik yang mempengaruhi kognitif seseorang.

(8)

manusia sejak lahir.Otak manusia telah dipersiapkan secara genetikuntuk berbahasa.Oleh karena itu, otak manusia telah dilengkapi dengan struktur bahasa universalatau yang dimaksud dengan LAD (Language Acquisition Device).

Dalam proses pemerolehan bahasa pada kanak-kanak dengan alat yang dimilikinya yaitu LAD kanak-kanak menentukan bahasa masyarakat manakah masukan kalimat-kalimat yang didengarnya itu akan dimasukkan. Struktur awal skema nurani yang dimilikinya semakin diperkaya setelah “bertemu” dengan

masukan dari bahasa masyarakat (bahasa ibunya) dan kanak-kanak akan terus membentuk teori tata bahasanya berdasarkan masukan yang semakin banyak dan sesuai dengan proses pematangan otaknya.

(9)

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian di bidang psikolinguistik bukanlah baru pertama kali dilakukan, sudah ada penelitian terdahulu mengenai masalah tersebut.Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, maka ada beberapa sumber yang relevan untuk dikaji dalam penelitian ini. Adapun sumber tersebut yaitu:

Gustianingsih (2002) dalam tesisnya yang berjudul “Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak” menjelaskan

kemampuan anak memperoleh kalimat majemuk pada usia taman kanak -kanak sudah cukup sempurna. Beliau menggunakan teori kognitif Chomsky yang mengatakan untuk penelitian kompetensi anak, bahwa dalam tuturan anak terdapat penggunaan kaidah yang berulang-ulang muncul dan tetap, maka gejala itu dapat dijadikan bukti sebagai kompetensi bahasa anak pada tiap-tiap tahap perkembangan bahasa anak tersebut.

Gustianingsih (2009) dalam disertasinya yang berjudul “Produksi dan

Komprehensi Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia pada Anak Penyandang Autistik

Spectrum Disorder” menyimpulkan bahwa anak autistik sering melakukan

(10)

Gultom (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Deklaratif

Bahasa Batak Toba Anak Usia 4–5 Tahun” ia bertujuan untuk mengidentifikasi

realisasi bentuk pemahaman anak usia prasekolah terhadap tuturan deklaratif serta menghubungkannya dengan kesantunan berbahasa. Dalam penelitian skripsinya ia menggunakan pendekatan psikolinguistik interaksionis. Hasil penelitiannya, dalam mengiyakan atau menyetujui tuturan deklaratif anak melakukannya dalam dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Demikian pula ketika melakukan penolakan terhadap tuturan deklaratif.

Aritonang (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Kosakata Kerja Bahasa

Indonesia dalam Bahasa Lisan Anak Autistik”. Dalam skripsinya ia menganalisis

berdasarkan psikolinguistik behaviorisme yang menyimpulkan bahwa anak autistik yang berusia 3–15 tahun telah mampu mengucapkan kosakata kerja tindakan, proses, dan keadaan.

Siagian (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Gangguan Berbahasa Gagap

pada Anak Usia Dua Belas sampai Delapan Belas Tahun di Kecamatan Medan Helvetia” ia mengemukakan pola persukuan pada gangguan berbahasa gagap dan

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan

Lokasi keduanya yang berada di zona utara Kabupaten Bekasi memang diamanatkan dikelilingi oleh kawasan penyangga (buffer zone) oleh RTRW sehingga kelestarian

Based on the results of preliminary observations on teaching high school physics class X, there are several factors causing low learning achievement, one of which is the students

Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa H 3 tidak didukung karena bystander effect dan whistleblowing tidak berpengaruh simultan terhadap terjadinya kecurangan

Hasil uji simultan dengan F-Test (Anova b ) digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, apakah variabel komitmen organisasi (X 1 ) dan

Semua materi iklan yang menyebutkan berbagai fitur atau menggunakan perangkat lunak ini harus menampilkan pengakuan berikut: Produk ini berisi perangkat lunak kriptografik yang

Teknologi ini mampu meneruskan garis kelongsoran ke tanah yang lebih baik kuat gesernya, akan tetapi kelemahan teknologi ini tidak memiliki kekakuan yang baik sehingga

Stadium tidur NREM yang terakhir adalah stadium 4 yang berlangsung selama 20-40 menit dan mewakili 10-15% tidur, yakni ditandai dengan ambang bangun paling tinggi dibanding