SKRIPSI
PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI
KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT
DI ERA KEPEMIMPINAN RAUL CASTRO
Changes in Cuba Economic and Communication Policy Towards
United States in Raul Castro’s era
Nurinayah
20130510293
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI
KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT
DI ERA KEPEMIMPINAN RAUL CASTRO
Changes in Cuba Economic and Communication Policy Towards
United States in Raul Castro’s era
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
NURINAYAH
20130510293
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di Perguruan Tinggi lain.
Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta, 24 Desember 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat,
hidayah dan karunianya. Setelah berjuang beberpa waktu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana Strata Satu (S-1) pada program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Skripsi yang berjudul “ Perubahan Kebijakan Ekonomi dan Komunikasi Kuba Terhadap Kuba di Era Kepemimpinan Raul Castro “
dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa ini semua tidak terlepas dari bimbingan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang begitu besar kepada :
1. Allah SWT, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penulisan skripsi tanpa suatu halangan besar yang berarti.
2. Kepada kedua orangtua penulis yang senantiasa menyayangi, mendukung dan memberi masukan serta bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yoyakarta, yang memimpin seluruh kegiatan civitas akademik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
5. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si., selaku Ketua Jurusan HI Universitas
7. Ibu Siti Muslikati, S. IP, M.Si., yang senantiasa dengan kebaikan hatinya memberikan masukan dan bimbingan bagi penulis dalam proses penyelesaian skripsi.
8. Bapak Takdir Ali Mukti S. Sos, M.Si., yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan bimbingan bagi penulis dalam proses penyelesaian skripsi.
9. Seluruh staf pengajar Jurusan HI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah berjasa dalam pengembangan keilmuan penulis.
10. Seluruh staf TU Fisipol dan Jurusan HI, Pak Waluyo, Pak Djumari dan Pak Ayub.
11. Tim februari movement yang selalu berusaha bersama, melewati suka dan duka dengan penulis dalam proses pembuatan skripsi.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Akhir kata, dengan segala upaya dan kemampuan yang ada, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Kampus Tercinta UMY. Apabila ada kesalahan dalam penulisan kata atau nama mohon maaf atas segala kekurangan.
Yogyakarta, 24 Desember 2016
MOTTO
“Build your own dreams, or someone else will hire”
you to build theirs
Farrah Gray
“Dreams will never work unless you do”
“Always do your best, and let God do next”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:
1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Allah SWT penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
2. Bapak dan Ibu saya, Bapak Suparman, S.Sos dan ibu Siti Hairunnas, S.Sos yang telah memberikan dukungan moral maupun materi serta do’a
yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta anakmu ini untuk kalian bapak ibuku
3. Saudari - saudari saya, Siti Wardatun Warrahmah dan Naila Putri Munawarah yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum
dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.
dan dukungan tersebut telah berhasil mendorong saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.
6. Teman-teman saya, GG (Ana, Ina , Yani , Uby , Ima) yang selalu memberikan dukungan dan mememani saya dalam proses pembuatan skripsi.
7. The Qiran ( Amel, Radiyah , Nur , Iin ) yang selalu memberikan dukungan dan bantuan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi.
8. Kelompok KKN 48, yang selalu berhasil membantu saya melepas stress ketika menyusun skripsi ini.
9. Teman – teman Fantastic F, mba jos, ana, muti, putri, untari dan yang lainnya yang telah mendukung saya untuk mengerjakan skripsi ini.
Yogyakarta , 24 Desember 2016
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL……….i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii
KATA PENGANTAR...iv
MOTTO...vi
HALAMAN PERSEMBAHAN...vii
ABSTRACT...ix
Daftar Isi...x
Daftar Gambar...xii
Daftar Tabel...xiii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...4
C. Kerangka Pemikiran...4
D. Hipotesis...10
E. Jangkauan Penelitian...11
F. Metode Penelitian...11
G. Tujuan Penelitian...12
H. Sistematika Penulisan...12
BAB II DINAMIKA POLITIK LUAR NEGERI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT...15
A. Hubungan Luar Negeri Kuba-Amerika Serikat 1902-1959...15
B. Revolusi dan Karakter Politik Luar Negeri Kuba...18
BAB III PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI KUBA TERHADAP
AMERIKA SERIKAT ERA RAUL CASTRO...34
A. Perubahan Orientasi Politik Luar Negeri Raul Castro...34
B. Kebijakan Luar Negeri Kuba era Raul Castro...40
C. Normalisasi Hubungan Luar Negeri Kuba – Amerika Serikat...44
BAB IV FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT...53
A. Faktor Eksternal...53
1. Kebijakan Ekonomi dan Komunikasi Amerika Serikat Terhadap Kuba...54
2. Dukungan Uni Eropa terhadap Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba...64
B. Faktor Struktural ( Internal )...68
1. Kondisi Ekonomi Dalam Negeri Kuba...68
2. Perubahan Pandangan dan Kepentingan Rakyat Kuba Terhadap Amerika Serikat...78
C. Karakter leadership Raul Castro yang lebih terbuka dan pragmatis dalam menentukan Kebijakan Luar Negeri Kuba...86
BAB V KESIMPULAN...90
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Pertumbuhan Gross Domestic Product Kuba 1990-2014……….70
Tabel 1.2 Hutang Luar Negeri Kuba 2011-2014………72
Tabel 1.3 Pendapatan Per Kapita Rakyat Kuba 2011-2014………..73
Tabel 1.4 Nilai Ekspor-Impor Kuba 2010-2014………74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahDalam membahas mengenai prinsip politik luar negeri, sejarah ideologi
dan kepentingan nasional menjadi elemen-elemen penting yang harus
dipertimbangkan. Setiap negara memiliki tujuan nasional masing-masing yang
dimanifestasikan dalam kebijakan luar negeri, untuk kemudian menjadi dasar
dalam menjalin kerjasama dengan negara lainnya. Oleh karena itu setiap negara
harus merumuskan politik luar negeri untuk mencapai tujuan nasionalnya dalam
ranah kerjasama internasional. Kuba merupakan negara kecil jika dilihat dari segi
luas wilayah negara, namun akan berbeda halnya jika membahas mengenai
pengaruh dan kebijakan luar negerinya. Kuba menjadi salah satu negara yang
berani untuk memutuskan hubungan luar negerinya dengan Amerika Serikat dan
menjadi salah satu negara komunis dengan porsentase pengaruh tertinggi
dikawasan Amerika Latin, hal ini menjadikan setiap aktifitas dalam dan luar
negerinya menjadi menarik untuk diikuti dan dianalisa.
Hubungan luar negeri antara Kuba-Amerika Serikat telah terjadi sejak
abad 19 (Spin, 2015). Pada saat itu, Kuba masih merupakan negara koloni
Spanyol. Didukung oleh letak geografis kedua negara yang berdekatan semakin
memudahkan proses terjadinya perdagangan dan kerjasama ekonomi. Amerika
Serikat terus melakukan upaya pendekatan terhadap Pemerintah Kuba, sejak saat
itu segala usaha yang dilakukan oleh Kuba untuk melepaskan diri dari penguasaan
Spanyol dilakukan dan didukung penuh oleh Amerika Serikat. Sebelum berhasil
telah membuat kesepakatan yaitu Amandemen Teller. Senator Henry M. Teller
yang mengusulkan Amandemen ini ingin memastikan terhadap Rakyat Kuba,
bahwa Amerika Serikat tidak akan mengambil kontrol permanen atas Kuba dan
akan menarik seluruh pasukan mereka setelah perang melawan Spanyol berakhir.
Namun, setelah Koloni Spanyol meninggalkan Kuba, Amerika Serikat melanggar
kesepakatan tersebut (Arfia, 2014, p. 4).
Berbagai kontroversi dan isu-isu krusial seperti pemberontakan,
pelanggaran HAM dan kesenjangan sosial terus terjadi dalam hubungan Kuba –
Amerika Serikat. Sepanjang sejarah hubungan kedua negara, Rakyat Kuba sering
melakukan pemberontakan demi mencari kedaulatan dan hak atas kemerdekaan
negara mereka tanpa adanya campur tangan lagi dari pemerintahan Amerika
Serikat atau negara lain. Pada tahun 1959, terjadi Revolusi Kuba di bawah
pimpinan Fidel Castro Ruz yang berhasil menjatuhkan rezim kediktatoran
Fulgencio Batista yang dianggap terlalu berpihak kepada Pemerintahan Amerika
Serikat. Pasca revolusi, Fidel Castro menjadi Presiden Kuba (Jr., 1960, pp.
44-45), dibawah pemerintahannya hubungan Amerika – Kuba semakin memburuk.
Fidel Castro menginginkan Amerika Serikat untuk tidak lagi mengintervensi
urusan dalam negeri Kuba. Keputusan revolusioner yang diambil oleh Fidel
Castro mendapat dukungan dari Rakyat Kuba secara keseluruhan, hal ini
disebabkan oleh kebencian dari Rakyat Kuba akan tindakan Amerika Serikat yang
terlalu ikut campur dan mengeksploitasi negara mereka (Maharani, 2012).
Tepat pada tahun 1961 Amerika Serikat melakukan embargo ekonomi
terhadap Kuba berupa larangan perdagangan serta denda bagi perusahaan dari
(Diamond, 2015). Kebijakan ini menjadi titik awal putusnya hubungan antara
Amerika dengan Kuba. Kebijakan embargo ekonomi oleh Amerika Serikat telah
merugikan Kuba, selama 55 tahun terakhir Kuba menderita kerugian sebesar US$
116,8 milliar (Armandhanu, 2014). Dibawah pemerintahan Fidel Castro, Kuba
menerapkan Politik Luar Negeri yang sarat akan nilai – nilai paham komunis
dalam semua sektor. Kemudian, memutuskan hubungan luar negeri dengan Amerika Serikat dan negara-negara yang memiliki hubungan kemitraan dengan
negara tersebut. Fidel Castro menasionalisasi perusahaan swasta yang berada di
Kuba serta meminimalisir porsentasi kepemilikan pribadi bagi Rakyat Kuba state-owned (Kawilarang, 2011). Kebijakan ini berlangsung selama 32 tahun sejak terpilihnya Presiden Fidel Castro sebagai Presiden Kuba.
Pada tahun 2008, Raul Castro resmi menjadi Presiden Kuba menggantikan
saudaranya yaitu Fidel Castro. Dalam pidatonya Raul Castro mengatakan bahwa
dia akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan Fidel Castro yaitu lebih
terbuka terhadap Reformasi Ekonomi (Gibbs, 2009). Berbeda dengan Presiden
Fidel Castro yang sangat diktator dalam setiap kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkannya, Presiden Raul Castro cenderung sebaliknya. Raul Castro
cenderung lebih terbuka dan pragmatis dalam setiap Kebijakan Luar Negeri yang
diambilnya .
Lebih lanjut, Raul Castro mengeluarkan paket Kebijakan Reformasi
Ekonomi yang terfokus kepada mengurangi peran negara dalam bidang ekonomi
dan mendorong tumbuhnya perusahaan milik pribadi di Kuba. Raul Castro dengan
untuk berinteraksi dengan negara lainnya terutama dalam sektor ekonomi dan
komunikasi (Voss, 2009).
Pada tanggal 17 Desember tahun 2014, Kuba dan Amerika Serikat
melakukan Normalisasi Hubungan Luar Negeri (Ana, 2014). Tindakan ini secara
tidak langsung telah menunjukan perubahan orientasi Kebijakan Luar Negeri
Kuba terhadap Amerika Serikat. Hingga saat ini, upaya normalisasi terus
dilakukan oleh Kuba dan Amerika Serikat.Perbaikan hubungan ini berorientasi
kepada terbukanya akses ekonomi dan komunikasi Kuba terhadap Amerika
Serikat.
Berdasarkan data diatas terdapat perubahan yang signifikan dalam
kebijakan luar negeri Kuba terhadap Amerika Serikat dalam sektor ekonomi dan
komunikasi. Hal inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan mengenai alasan
serta faktor yang mempengaruhi Kuba membuka akses ekonomi dan komunikasi
terhadap Amerika Serikat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan penulis di atas, maka
rumusan masalahnya adalah : “ Mengapa Kuba di era Kepemimpinan Presiden
Raul Castro merubah kebijakan ekonomi dan komunikasi dengan Amerika
Serikat? ”
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran sangat diperlukan dalam melakukan penelitian.
Dengan menentukan teori, model serta konsep yang akan penulis gunakan dalam
proses penelitian. Maka, penulis akan dipermudah untuk melakukan analisis yang
akan menjelaskannya dengan menggunakan Model Adaptif Politik Luar Negeri
oleh James N Rosenau.
Model Adaptif Politik Luar Negeri ( James N Rosenau )
Menurut model ini politik luar negeri merupakan konsekwensi dari
perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan lingkungan struktural
(lingkungan internal). Dengan kata lain, tindakan politik luar negeri suatu
negara pada suatu waktu tertentu merupakan penjumlahan dua variabel
independen, yaitu perubahan eksternal dan perubahan struktural
( perubahan internal). Kemudian, para pembuat keputusan yang bertindak
untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan peluang-peluang
didasarkan pada persepsi para pembuat keputusan mengenai kondisi
lingkungan disekitar mereka (Yanyan Mochamad Yani, 2014, pp. 7-8).
(Yanyan Mochamad Yani, 2014, p. 7)
Model ini berupaya untuk memisahkan beberapa pilihan politik luar negeri
berdasarkan perkiraan kapabilitas yang dimiliki suatu negara dan posisi
geopilitiknya.
Gambar 1.1 Model Adaptif Politik Luar Negeri
External Change
Foreign Policy Structural Change
Pt = Et + St
Pt = politik luar negeri pada suatu waktu tertentu
Et = perubahan eksternal
St = perubahan struktural (internal)
Dalam perkembangannya kemudian berubah menjadi:
Pt = Lt + Et + St
Lt = merupakan aspek kepemimpinan (leadership) dari elit politik suatu negara
dalam waktu tertentu
Dalam perspektif ini semua negara-bangsa dapat dipandang sebagai suatu
entitas yang selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Maka itu analisis
perspektif adaptif ini memusatkan perhatiannya pada proses tindakan adaptasi
suatu negara sebagai suatu respon terhadap lingkungan eksternal dan internalnya
yang berubah (Lovel, 1970, pp. 133-156). Dengan berpijak pada penilaian dari
negara tersebut akan kapabilitas yang dimilikinya, posisi geografi, geopolitik, dan
sebagainya (Jensen, 1982, p. 8). Secara khusus, Rosenau menyatakan bahwa
politik luar negeri pada hakekatnya merupakan suatu mekanisme untuk
negara-bangsa beradaptasi terhadap perubahan - perubahan di lingkungannya. James N
Rosenau menambahkan didalamnya termasuk aspirasi, atribut nasional,
kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi, dan aktifitas rutin untuk mencapai
identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara (Perwira, 2005, pp. 47-49)
Oleh karena itu, pemerintah dan pemimpin suatu negara dalam upayanya
untuk bertahan hidup dan mencapai tujuan nasionalnya harus menyeimbangkan
tekanan internal dengan tuntutan eksternal. Perubahan – perubahan dalam politik
semakin meningkatnya tuntutan yang berkenaan dengan kondisi di lingkungan
eksternal sesuai pada pandangan dan keyakinan dari Pemerintah itu sendiri
(Yanyan Mochamad Yani, 2014, p. 9).
Perubahan sikap dan orientasi Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap
Amerika Serikat dipengaruhi oleh perubahan eksternal , stuktural ( internal ) serta
pembuat keputusan pemimpin dari suatu negara leadership. Perubahan eksternal yang menjadi pertimbangan Kuba untuk merubah kebijakan luar negerinya yaitu,
berubahnya orientasi Politik Luar Negeri Amerika Serikat era Obama terhadap
Kuba. Dalam pidatonya, Presiden Obama menyerukan perbaikan hubungan luar
negeri dengan Kuba dan menginisiasi untuk terjalin kembalinya hubungan
kerjasama antar Kuba – Amerika Serikat. Berbeda dengan pendekatan politik luar
negeri yang dilakukan oleh Presiden George W Bush yang cenderung
menggunakan pendekatan militer dan sarat akan kekerasan dalam menyikapi
hubungan luar negeri Amerika Serikat terhadap Kuba.
Presiden Obama lebih menekankan pendekatan politik luar negerinya
dengan bernegosiasi dan berdiskusi. Amerika Serikat di era kepemimpinan
Presiden Obama sangat intens melakukan normalisasi hubungan dengan Kuba, hal ini terbukti dengan dikeluarkannya paket Kebijakan Luar Negeri Amerika
Serikat-Kuba yaitu Reaching Out Cuban People policy oleh Presiden Obama yaitu melonggarkan Kebijakan Embargo Ekonomi, memperbolehkan Rakyat
Kuba untuk berkomunikasi dan berkunjung dengan sanak saudara mereka yang
bertempat tinggal di Amerika Serikat dan membuka akses kerjasama dalam
mendapat respon positif organisasi internasional seperti Uni Eropa. Lebih lanjut,
Uni Eropa menyatakan dukungannya atas perubahan kebijakan ekonomi dan
komunikasi Kuba yang lebih terbuka terhadap Amerika Serikat. Wakil Presiden
Komisi Eropa (EC), Federica Mogherini menyatakan dukungannya terhadap
perbaikan hubungan luar negeri Kuba – Amerika Serikat. Federica Mogherini juga
mengisyaratkan rencana jangka panjang Uni Eropa untuk memperkuat dialog,
kerjasama politik dan satu fondasi nilai untuk mendorong kerjasama bilateral
dalam masalah-masalah regional dan internasional (Atmajaya, 2016).
Kuba merupakan salah satu negara sosialis komunis yang sangat
berpengaruh di Amerika Latin, di era kepemimpinan Fidel Castro Kuba menjadi
negara yang sangat anti terhadap Amerika Serikat. Hal ini terlepas dari perbedaan
ideologiyang dimiliki oleh kedua negara tersebut, kebencian Rakyat Kuba akan
sikap Amerika Serikat yang telah banyak ikut campur dan memanfaatkan Kuba
masih sangat tinggi. Namun, seiring berjalannya waktu dan pergantian
kepemimpinan dari Fidel Castro ke Raul Castro, pandangan Rakyat Kuba
terhadap Amerika Serikat perlahan mulai berubah.
Kebutuhan mereka akan akses dan interaksi dengan Amerika Serikat tidak
dapat dipungkiri, mayoritas dari Rakyat Kuba memiliki keluarga yang bertempat
tinggal di Amerika Serikat. Namun, karena kedua negara tersebut belum
membuka akses komunikasi dan imigrasi maka Rakyat Kuba mendapatkan
kesulitan untuk melakukan akses komunikasi dengan keluarga mereka yang
berada di Amerika Serikat (Juan Triana Cordovi, 2014, pp. 22-23). Lebih dari itu,
perbedaan mata uang kedua negara serta terhalang oleh buruknya hubungan luar
membuka akses ekonomi dengan Amerika Serikat. Rakyat Kuba mengalami
kesulitan dalam mengirim dan membelanjakan uang lintas negara yang
dikirimkan oleh keluarganya yang bertempat tinggal di Amerika Serikat dan
sebaliknya. Kemudian, kondisi ekonomi dalam negeri Kuba yang berjalan lambat
semakin menambah alasan Kuba untuk melakukan reformasi ekonomi dan
membuka akses ekonomi serta komunikasi dengan Negara Internasional dan
Amerika Serikat. Kebijakan ini mendapat dukungan dari Parlemen Kuba National Assembly of People’s Power, untuk membuka akses ekonomi dengan Amerika serikat dengan pertimbangan tindakan tersebut dapat mengurangi dampak krisis
ekonomi yang telah melanda Kuba (Yeld, 2010). Kemudian, setelah kebijakan
tersebut diterapkan maka di harapkan Amerika Serikat dapat sedikit
mengendurkan larangan bagi warga negaranya maupun perusahaan-perusahaan
untuk melakukan investasi di Kuba, sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan nilai investasi Foreign Direct Investment terhadap perekonomian Kuba.
Presiden Raul Castro merupakan pemimpin leader dan representasi dari Kuba. Oleh karenanya, Presiden Raul Castro memiliki peran yang signifikan
dalam pembuatan Kebijakan Luar Negeri Kuba. Seperti yang dijelaskan dalam
Model Adaptif Politik Luar Negeri, pemimpin leader dari suatu negara harus mempertimbangkan perubahan struktural (internal) dan perubahan eksternal
dalam membuat kebijakan luar negeri serta maksimalisasi peluang-peluang untuk
mewujudkan tujuan nasional negaranya. Sebagai Presiden Kuba, Raul Castro
pemerintahannya. Berbeda dengan Presiden Fidel Castro, Presiden Raul Castro
dalam mengambil kebijakan luar negeri cenderung pragmatis dan terbuka.
Raul Castro menyadari kebutuhan Kuba akan interaksi dengan negara lain,
terutama dengan negara yang memiliki ketahanan ekonomi yang mumpuni dan
bernilai strategis bagi Kuba. Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya
permintaan Rakyat Kuba untuk terjadinya perubahan dalam bidang ekonomi dan
komunikasi, menjadi bahan pertimbangan signifikan bagi Raul Castro. Kemudian,
Presiden Raul Castro mencanangkan Reformasi Ekonomi Kuba yang terorientasi
pada pengurangan peran negara terhadap bidang ekonomi serta mendorong
perusahaan-perusahaan privat, melihat serta mempertimbangkan kebutuhan
ekonomi dan komunikasi Rakyat Kuba, ditambah dengan perubahan orientasi
Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat serta respon negara dan institusi
internasional menjadi alasan yang mumpuni bagi Raul Castro untuk merubah
Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat dengan membuka akses
ekonomi dan komunikasi. Kemudian tidak berhenti sampai disitu, Raul Castro
juga melakukan perubahan Struktural Internal Kuba yakni dengan melakukan
Perubahan Kabinet serta mendorong terjadinya rejuvenasi dalam Partai Komunis
Kuba (Misick, 2011). Raul Castro telah melakukan 30 kali perubahan kabinet
sejak menjadi Presiden Kuba(RH, 2011).
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesa bahwa Perubahan
Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat di era Raul Castro
disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :
1. Adanya perubahan eksternal , berupa :
b. Dukungan Uni Eropa terhadap Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba. 2. Adanya perubahan struktur ( internal ) Kuba, berupa :
a. Perubahan pandangan dan kepentingan Rakyat Kuba terhadap Amerika
Serikat.
b. Kondisi Ekonomi dalam Negeri Kuba yang berjalan lambat.
3. Karakter leadership Raul Castro yang lebih terbuka dan pragmatis dalam menentukan Kebijakan Luar Negeri Kuba.
E. Jangkauan Penelitian
Batasan penulisan dalam melakukan penelitian sangat diperlukan. Hal ini
dilakukan agar proses penelitian tidak terlalu luas dan melebar, untuk mencapai
satu hasil yang spesifik dan terarah, pada penelitian ini penulis akan membatasi
kajian mengenai Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika
Serikat yang terjadi pada masa pemerintahan Presiden Raul Castro terutama
dalam rentan tahun 2008-2016. Pada tahun 2008, Raul Castro secara resmi
menjadi Presiden Kuba dan mencanangkan Reformasi Perekonomian Kuba serta
menjadikan Amerika Serikat sebagai negara tujuan utama dalam Politik Luar
Negeri Kuba. Kemudian pada tahun 2016 Kuba bekerjasama dengan Amerika
Serikat dalam bidang Ekonomi dan Komunikasi.
F. Metode Penelitian
Penelitian bersifat eksplanatif, menjelaskan mengenai alasan serta faktor
yang mempengaruhi Perubahan Kebijakan Ekonomi dan Komunikasi Kuba
terhadap Amerika Serikat. Penelitian akan dilakukan dengan metode kualitatif dan
menggunakan data sekunder. Penelitian ini akan berusaha untuk menggambarkan
mencatat,menganalisa serta menginterpretasikan kondisi-kondisi atau
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka . Studi pustaka yang dimaksud yaitu melakukan pencarian dan penelitian berbasis data
sekunder berupa berita, analisis, konsep, teori dan model hasil pemikiran para ahli
yang dimuat dalam buku , karya tulis ilmiah , artikel, media cetak, jurnal-jurnal
serta penelitian berbasis internet yang berkaitan dengan penelitian .
G. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk :
1. Untuk memahami pandangan umum Politik Luar Negeri Kuba beserta
dinamika yang terjadi dan mempengaruhi perjalanan Politik Luar Negeri
Kuba.
2. Menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
Kebijakan Luar Negeri Kuba terhadap Amerika Serikat dibawah
kepemimpinan Presiden Raul Castro.
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan, penelitian skripsi ini terdiri dari beberapa
bab dan sub bab yang akan diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah mengapa penelitian ini
dilakukan, yang kemudian berlandaskan dari hal tersebut dapat
disimpulkan rumusan masalah. Bab ini juga dilengkapi dengan beberapa
sub bab yang menerangkan kerangka teori, model dan konsep yang
digunakan dalam penelitian ini, hipotesa, tujuan penelitian, jangkauan
penelitian, serta metode penelitian.
Bab ini menjelaskan mengenai Dinamika Politik Luar Negeri Kuba
terhadap Amerika Serikat di awal kemerdekaan Kuba dan di era
kepemimpinan Fidel Castro . Terkait pada bagaimana hubungan kedua
negara (tidak harmonis) serta kebijakan-kebijakan luar negeri yang
dikeluarkan oleh Kuba terhadap Amerika Serikat.
BAB III PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT ERA RAUL CASTRO
Bab ini menjelaskan mengenai Politik Luar Negeri Kuba terhadap
Amerika Serikat di era kepemimpinan Raul Castro. Terkait pada
bagaimana hubungan kedua negara ( pragmatis dan terbuka ) serta
kebijakan-kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Kuba terhadap
Amerika Serikat (dibukanya akses ekonomi dan komunikasi) .
BAB IV FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI DAN KOMUNIKASI KUBA TERHADAP AMERIKA SERIKAT
Bab ini menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan kebijakan ekonomi dan komunikasi Kuba terhadap Amerika
Serikat. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut yaitu
eksternal,struktural (internal) dan leadership. Faktor-faktor tersebut kemudian menjadi input bagi Kuba untuk merubah Kebijakan Ekonomi dan Komunikasi terhadap Amerika Serikat di era Kepemimpinan Raul
Castro.
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian
BAB II
DINAMIKA POLITIK LUAR NEGERI KUBA TERHADAP
AMERIKA SERIKAT
Bab ini menjelaskan mengenai Dinamika Politik Luar Negeri Kuba
terhadap Amerika Serikat di awal kemerdekaan dan di era kepemimpinan Fidel
Castro.Terkait pada bagaimana proses pembentukan karakter Politik Luar Negeri
Kuba dalam Pemerintahan Fidel Castro, kemudian membahas mengenai
hubungan luar negeri kedua negara yang sarat akan konfrontasi (tidak harmonis)
dan diimanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan luar negeri yang dikeluarkan
oleh Kuba terhadap Amerika Serikat. Hubungan luar negeri antara Kuba dan
Amerika Serikat memasuki masa tegang di era kepemimpinan Presiden Fidel
Castro. Terhitung sejak mulai memimpin Kuba, Fidel Castro merubah Orientasi
Politik Luar Negeri Kuba menjadi sangat Komunis dan anti-Amerika Serikat. Hal
ini lantas tercermin pada setiap kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Fidel
Castro dan membuat hubungan luar negeri kedua negara tidak harmonis dan
berujung pada terputusnya hubungan kedua negara dalam segala sektor termasuk
ekonomi dan komunikasi.
A. Hubungan Luar Negeri Kuba-Amerika Serikat 1902-1959
Kuba merdeka pada tahun 1902, berhasil menjadi negara merdeka dan
terlepas dari penguasaan Spanyol (Siboro, 2012, p. 35). Kuba dengan status
sebagai negara yang baru merdeka tentunya memiliki banyak hal yang harus
dilakukan untuk menata negaranya. Oleh karenanya, orientasi Politik Luar Negeri
Kuba di awal kemerdekaannya menganut sistem terbuka dengan negara lain,
berstatus negara baru. Secara hukum Kuba telah menjadi negara merdeka namun
pada kenyataannya tidak demikian, Kuba masih berada dalam pengaruh Amerika
Serikat. Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang memiliki peran yang
signifikan dalam proses kemerdekaan Kuba. Amerika Serikat memberikan
dukungan serta bantuan militer dan membentuk Organization of American States
(OAS) dan Mutual Security Act (MSA) untuk Kuba selama berperang melawan
Koloni Spanyol (Siboro, 2012, p. 25). Hubungan Luar Negeri antara Kuba dengan
Amerika Serikat terjalin harmonis setelah banyak mendapat bantuan tersebut.
Hubungan baik antara Kuba dan Amerika Serikat terus terjalin hingga terjalinnya
hubungan diplomatik. Pada 27 Mei 1902, Kuba secara resmi menjalin hubungan
diplomatik dengan Amerika Serikat dan mendirikan Kantor Kedutaan di Havana.
Amerika Serikat di mengutus Menteri Herbert Goldsmith Squiers untuk menjadi
perwakilan Amerika Serikat di Kuba (State, 2010).
Kuba mendapatkan bantuan besar dari Amerika Serikat, berkat dukungan
tersebut Kuba berhasil mengusir Koloni Spanyol dan menjadi negara yang
merdeka. Amerika Serikat yang sejak awal telah mendukung dan membantu Kuba
perlahan mulai menunjukan tujuan utama dibalik tindakan tersebut. Lebih lanjut,
seperti menggantikan peran Spanyol, Amerika Serikat memaksa Kuba untuk patuh
terhadap Platt Amandement dan mengizinkan Amerika Serikat untuk melakukan
intervensi politik domestik apabila Amerika Serikat menilai terdapat kesalahan
dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh Kuba (Mukmin, 1981, p. 27). Amerika
Serikat juga mengintervensi urusan internal Kuba hingga dalam pemilihan
Presiden Kuba (Mukmin, 1981, p. 42). Amerika Serikat menjadi partner ekonomi
Serikat.Kuba mengekspor sebesar 65 % hasil gulanya terhadap Amerika Serikat
(Gonzalez, 2003, p. 692). Semenjak saat itu hubungan kedua negara terjalin
harmonis, setiap Kebijakan Luar Negeri Kuba harus melalui dan mengikuti
persetujuan Amerika Serikat.
Amerika Serikat terus memperlihatkan pengaruhnya dalam politik
domestik dan luar negeri Kuba, sejak Kuba merdeka hingga proses pemilihan
presiden selalu dalam pengawasan Amerika Serikat. Lebih dari itu,
perusahaan-perusahaan berbasis Amerika Serikat mendominasi seluruh sektor ekonomi
Kuba .Terutama di era kepemimpinan Fulgencio Batista, Kuba berada dalam titik
terendahnya. Politik Luar Negeri Kuba sepenuhnya berada dalam pengaruh
Amerika Serikat, Batista terkenal dengan kediktatoran dan kekejamannya
terhadap Rakyat Kuba dan hal ini mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat
karena setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Batista pasti akan menguntungkan
Amerika Serikat.
Para pengusaha-pengusaha ini diperbolehkan untuk mengambil manfaat
dari lahan yang dimiliki oleh Rakyat Kuba, bahkan lebih dari itu tenaga Rakyat
Kuba juga digunakan secara cuma-cuma untuk memenuhi keserakahan para
kaum imperialis ini. Segala sektor ekonomi, industri bahkan komunikasi dikuasai
oleh perusahaan Amerika Serikat. Perusahaan Amerika Serikat telah mengkontrol
80 % barang-barang yang ada di Kuba, 90 % di pertambangan, 100 %
penyulingan minyak, 40 % industri gula dan 90 % peternakan sapi. Hal ini
kemudian berdampak negatif terhadap kemakmuran rakyat Kuba, 50 % penduduk
anak-anak di daerah pedesaan menderita karena kemiskinan dan berbagai penyakit
(Prevost, 2012, pp. 25-27).
B. Revolusi dan Karakter Politik Luar Negeri Kuba
Pada tanggal 1 Januari 1959, Fidel Castro berhasil menjatuhkan Rezim
Fulgencio Batista (Jr., 1960, p. 44). Fidel Castro mewakili seluruh Rakyat Kuba
menyatakan kebebasan mereka akan Rezim Kediktatoran Batista dan tekanan
Amerika Serikat sejak saat itu. Fidel Castro melakukan Revolusi Kuba sebagai
wujud protes dan keresahannya terhadap Rezim Batista yang sarat akan
kepentingan serta ikut campur Amerika Serikat. Fidel Castro mendapat dukungan
dari Rakyat Kuba, lebih dari itu terdapat kelompok masyarakat Amerika Latin
yang bernama Contra-Batista dan Pro Castro ikut mendukung revolusi ini. Fidel
Castro mendapat dukungan dana dari Venezuela, lebih dari itu Kuba juga
mendapatkan dukungan dari negara-negara Amerika Tengah dan China. Amerika
Serikat mencoba untuk menghentikan aliran dukungan dana tersebut namun tidak
dapat menghentikan Fidel Castro untuk tetap melakukan Revolusi Kuba (Jr.,
1960, p. 43).
Revolusi Kuba merupakan aksi puncak protes Rakyat Kuba dan Fidel
Castro akan kediktatoran dan imperialism yang dilakukan oleh Rezim Batista.
Mayoritas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Batista sangat merugikan dan
mengabaikan kepentingan Rakyat Kuba . Dimulai dengan tindakan rasisme yang
dilakukan oleh Batista, Rakyat Kuba merupakan multirasial banyak diantara
mereka yang memiliki kulit hitam karena merupakan keturunan Spanyol. Di masa
Pemerintahannya Batista sangat memperhatikan warna kulit. Rakyat Kuba yang
penting dalam pemerintahan.Contohnya terdapat kelompok yang bernama
Havana Yacht Club, yang merupakan kelompok ekslusif di Kuba yang di isi
mayoritas oleh pengusaha Amerika (Perez, 2003, p. 139).
Rakyat Kuba yang memiliki kulit hitam tidak diperbolehkan untuk
bergabung, bahkan lebih dari itu Rakyat Kuba yang berkulit hitam diperlakukan
secara tidak adil yaitu mendapat bayaran yang lebih rendah dibanding dengan
Rakyat Kuba yang berkulit putih. Rakyat Kuba yang memiliki kulit hitam juga
diberi batasan dalam penggunaan fasilitas umum seperti sekolah, taman bermain
dan sebagiannya (Shapiro, 1999, p. 411). Status Fulgencio Batista sebagai “ kaki
tangan Amerika Serikat “ menjadi salah satu alasan krusial yang dipertimbangkan
oleh Fidel Castro dalam melakukan Revolusi Kuba. Intervensi Amerika Serikat
sudah terlihat sejak Kuba masih menjadi koloni Spanyol dengan bertopeng
memberi bantuan terhadap Kuba, Amerika Serikat berhasil mendapatkan tiket
masuk untuk mengintervensi Kuba dan kemudian menempatkan orang-orangnya
seperti Fulgencio Batista pada Pemerintahan Kuba. Sehingga dengan cara tersebut
kepentingan dan keinginan Amerika Serikat terhadap Kuba dapat terjamin.
Munculnya dukungan internal Rakyat Kuba serta eksternal dari Rakyat Amerika
Latin secara umum semakin memperkuat Revolusi Kuba yang di prakarsai oleh
Fidel Castro ini.
Adapun tujuan utama dari Revolusi Kuba ini yaitu untuk menghapus
jurang pembatas antara si miskin dan si kaya, menghilangkan diskriminasi ras
dan yang paling menjadi perhatian Fidel Castro ialah untuk menghilangkan
pengaruh Amerika Serikat terhadap Kuba. Kebencian Fidel Castro dan Rakyat
lagi. Banyaknya kerugian moral dan moril yang dialami oleh Kuba akibat
perlakuan Amerika Serikat menambah daftar alasan mengapa revolusi ini
dilakukan. Fidel Castro merupakan seorang Komunis sejati. Dalam Revolusi
Kuba, Fidel Castro mendapat bantuan banyak dari Che Guevara. Selain berhasil
menjatuhkan rezim diktator Batista, Fidel Castro berharap dengan terjadinya
revolusi ini dapat membawa perubahan yang signifikan bagi Kuba dan membawa
Kuba menjadi negara yang lebih baik.
Sejak terjadinya Revolusi Kuba, Fidel Castro berhasil mendapatkan
dukungan dan simpati dari Rakyat Kuba serta negara-negara Amerika Latin
lainnya. Sosok Fidel Castro yang penuh karisma dalam memperjuangkan keadilan
Rakyat Kuba telah membawa Fidel Castro menjadi Presiden Kuba (JR, 2010, p.
227). Menurut Survei yang dilakukan oleh perwakilan dari Princeton: Institute for
International Social Researchyaitu Lloyd Free di Kuba, menyatakan bahwa
sebesar 85% Rakyat Kuba yang mayoritas merupakan rakyat kelas menengah
kebawah lower- middle class mendukung dan mempercayai tindakan Revolusi
Fidel Castro serta mengusungnya menjadi Presiden Kuba selanjutnya (Fagen,
1965, p. 279). Mayoritas Rakyat Kuba memberikan dukungan mereka terhadap
Fidel Castro karena melihat sosok Fidel Castro yang sangat berkarisma, mengerti
terhadap penderitaan Rakyat Kuba dan sosok pemberani karena berani melakukan
revolusi dan melawan Amerika Serikat. Selain mendapatkan mayoritas dukungan
internal dari Rakyat Kuba, Fidel Castro juga mendapat dukungan dari Uni Soviet.
Pasalnya saat itu Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet sedang
berlangsung, kedua negara tersebut saling berlomba-lomba untuk menyebarkan
Kuba yang dilakukan oleh Fidel Castro menjadi momentum yang tepat bagi Uni
Soviet untuk dapat menjadikan Kuba sebagai aliansi dan merubahnya menjadi
negara sosialis komunis. Posisi geografis dan geopolitik Kuba yang sangat
strategis menjadi alasan utama mengapa Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk
mendekati dan mempertahankan Kuba sebagai negara aliansinya (Bonfatti, 2011,
p. 8). Amerika Serikat menjadi pihak yang dirugikan jika Kuba memilih untuk
menjadi bagian negara komunis dan bergabung dengan Uni Soviet.
Pada tahun 1959 Fidel Castro resmi menjadi Presiden Kuba (Jr., 1960, pp.
44-45). Fidel Castro menganut ideologi komunis, dalam setiap aksi yang
dilakukannya kesetaraan hak, HAM, kedaulatan negara dan kesejahteraan Rakyat
Kuba telah menjadi fokus utama Fidel Castro. Fidel Castro memiliki tujuan untuk
menjadikan Kuba sebagai Negara Komunis dan kemudian direalisasikan pada saat
Fidel Castro menjadi Presiden Kuba. Dibawah Pemerintahan Fidel Castro, Kuba
menjadi negara sosialis-komunis dan merubah orientasi politik dalam negeri dan
luar negeri Kuba. Uni Soviet terus melakukan pendekatan terhadap Kuba, sosok
Presiden Kuba yaitu Fidel Castro yang merupakan sosok komunis sejati yang
berakar pada ajaran Marxis semakin menambah kemungkinan keberpihakan Kuba
terhadap Uni Soviet. Fidel Castro kemudian membentuk Rezim
Marxisme-Leninisme dengan Uni Soviet (Domínguez, 1978, pp. 83-84).
Orientasi dan karakter Politik Luar Negeri Kuba dibawah Pemerintahan
Fidel Castro berubah dan cenderung berorientasi pada prinsip-prinsip sosialis
komunis. Kuba menjadi negara komunis melalui Fidel Castro, kuatnya pengaruh
dan keinginan untuk menjadikan Kuba sebagai negara komunis terus dilakukan
yang menjadi tujuan utama Politik Luar Negeri Kuba yaitu poin pertama,
kelangsungan hidup pemerintah revolusioner, poin ke dua pembangunan
ekonomi, poin ke tiga meningkatkan pengaruh atas pemerintah, poin ke empat
meperluas dan mempertahankan pengaruh atas kaum kiri yang berpaham sosialis
komunis dan dukungan terhadap revolusi (Domínguez, 1978, p. 88). Fidel Castro
mengarahkan politik luar negeri yang revolusioner bagi Kuba yakni dengan
memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat. Kuba dengan tegas menyatakan
kebenciannya terhadap Amerika Serikat, kemudian Fidel Castro juga
mengeluarkan dan memecat oknum-oknum yang merupakan “kaki-tangan”
Amerika Serikat di dalam Pemerintahan Kuba. Setelah itu, Fidel Castro merubah
sistem perekonomian Kuba dengan sistem perekonomian sosialis komunis, yang
dimana negara memiliki hak prerogative untuk mengatur berjalannya aktifitas
perekonomian di Kuba.
Fidel Castro juga mengarahkan politik luar negeri Kuba untuk berpusat
pada kebijakan pemerintah dan Fidel Castro sebagai Presiden Kuba. Tujuan utama
dari pada Politik Luar Negeri Kuba dibawah Pemerintahan Fidel Castro sangat
bersifat ideologis yakni dengan menyebarluaskan ideologi sosialis komunis
terhadap negara lain terutama negara-negara kawasan Amerika Latin . Lebih
lanjut, Fidel Castro juga kemudian merubah lingkungan interaksi Kuba Cuban
Families, yang menjadi partner Kuba dalam melakukan aktifitas ekonomi,politik
dan militer. Jika saat Rezim Batista Amerika Serikat menjadi kawan utama Kuba
dalam melakukan aktifitas tersebut, maka di era kepemimpinan Fidel Castro Uni
Soviet menjadi kawan utama Kuba (Domínguez, 1978, pp. 88-89). Fidel Castro
dan Negara Amerika Tengah serta China. Kuba diera Kepemimpinan Fidel Castro
menjadi Negara Komunis yang memiliki pengaruh signifikan di kawasan Amerika
Latin.
Fidel Castro melakukan perubahan secara menyeluruh terhadap politik
domestik dan politik luar negeri Kuba, tujuan utama Fidel Castro untuk
memutuskan hubungan luar negeri dengan Amerika Serikat menjadi titik balik
untuk Kuba menjadi Negara Komunis. Langkah Politik Luar Negeri Fidel Castro
yang diambil oleh membuat hubungan luar negeri antara Kuba dengan Amerika
Serikat semakin tidak harmonis. Amerika Serikat mengintervensi Kuba sebagai
langkah preventif Amerika Serikat untuk membendung paham komunis di
kawasan Amerika Latin, namun pada kenyataannya berbanding terbalik Kuba
berubah menjadi Negara Komunis dan bersekutu dengan Uni Soviet dan
negara-negara komunis lainnya. Revolusi Kuba telah membawa Amerika Serikat dalam
keadaan yang tidak seimbang. Bergabungnya Kuba dengan Uni Soviet semakin
memperburuk keadaan diantara Kuba dengan Amerika Serikat, posisi geografis
dan geopolitik Kuba yang sangat strategis menjadi hal yang sangat dibutuhkan
Amerika Serikat dalam hal perlindungan negaranya dari Uni Soviet.
C. Kebijakan Konfrontatif Fidel Castro
Pasca Revolusi, Fidel Castro terus melakukan perubahan-perubahan
terhadap pemerintahan Kuba. Fidel Castro ingin memastikan bahwa Kuba sudah
terlepas dari pengaruh Amerika Serikat. Sifat dan karakter dari Politik Luar
Negeri Kuba berubah dibawah pimpinan Fidel Castro, salah satunya yaitu bersifat
konfrontatif. Setelah berhasil melakukan revolusi, Fidel Castro memiliki
konfrontatif, dan hal tersebut sangat terlihat ketika Fidel Castro mengeluarkan
atau merespon kebijakan terhadap Amerika Serikat.Fidel Castro mengambil
tindakan serius dan bersifat konfrontatif, dengan mengeluarkan beberapa
kebijakan luar negeri yang ditujukan terhadap Amerika Serikat dan negara-negara
sekutu yang berpaham kapitalis lainnya. Dalam pidatonya Fidel Castro kembali
menegaskan bahwa Kuba tidak akan lagi berhubungan atau menerapkan prinsip –
prinsip liberal-kapitalis dalam negaranya. Fidel Castro menyatakan bahwa Kuba
tidak akan pernah membiarkan inisiatif pribadi atau segala hal yang tera dalam
prinsip “ Neo-Kapitalis”. (Latell, 2005, p. 235).
Segala bentuk – bentuk intervensi Amerika Serikat terhadap Kuba seperti
mengizinkan keberadaan perusahaan – perusahaan privat , hak-hak individu untuk
melakukan aktifitas perdagangan , kebebasan pers dan telekomunikasi dan
sebagiannya yang syarat akan nilai-nilai kapitalis secara keseluruhan dihilangkan
oleh Fidel Castro . Rezim Totaliter Fidel Castro terus berupaya agar nilai-nilai
demokrasi, kebebasan berpendapat yang merupakan manifestasi dari prinsip
liberal hilang dari Kuba. Fidel Castro membatasi akses komunikasi, akses internet
dan kebebasan pers bagi Rakyat Kuba dan penduduk asing yang berada di Kuba.
Fidel Castro menerapkan sanksi berat terhadap Rakyat Kuba atau asing yang
menolak kebijakan tersebut dan akan ditetapkan sebagai penghianat. Fidel Castro
menghukum 75 pembangkang,wartawan independen, dan aktivis lainnya dengan
dipenjara mulai dari 6 sampai 28 tahun (Rand, 2004, pp. 1-2). Rakyat Kuba tidak
diperbolehkan menggunakan internet secara pribadi, apabila ingin mengakses
Fidel Castro dalam usahanya untuk mengantisipasi dan memaksimalisasi
peran negara sebagai aktor nasional dengan mengeluarkan kebijakan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan yang berbasis Amerika Serikat dan sekutunya yang
berlokasi di Kuba. Fidel Castro menasionalisasi semua perusahaan tersebut dan
menjadikannya sebagai perusahaan milik negara. Fidel Castro berhasil
menasionalisasi properti dan bisnis, dimulai dengan perusahaan gula, peternakan
sapi kemudian memperluas ke kilang minyak, utilitas, pertambangan, kereta api,
dan bank yang berbasis Amerika Serikat senilai tidak kurang dari USD 850 juta
(JR, 2010, pp. 230-231). Tindakan ini diambil oleh Fidel Castro sebagai respon
terhadap tindakan Amerika Serikat yang mengurangi kuota impor gula Kuba
sampai 7 juta ton (Pambudi, 2007, p. 120). Akibat dari kebijakan nasionalisasi
yang dikeluarkan oleh Fidel Castro, banyak dari Rakyat Kuba terutama yang
berada pada kelas menengah dan kaum kaya menarik dukungan mereka terhadap
Fidel Castro dan kemudian membentuk komunitas Anti-Castro. Terhitung sejak
awal pemerintahan Fidel Castro hingga akhir abad 20 sebanyak 1 juta Rakyat
Kuba yang telah melakukan migrasi (Font, 2008, p. 109).
Pembatasan kuota impor gula yang dilakukan oleh Amerika Serikat
terhadap Kuba membawa dampak yang besar terhadap kondisi perekonomian
Kuba, pasalnya hasil aktifitas impor gula merupakan salah satu sumber
pendapatan devisa terbesar bagi Kuba (Pambudi, 2007, p. 121). Selain itu,
keadaan tersebut semakin memperkuat keinginan Fidel Castro untuk
memalingkan diri dan bekerjasama dengan negara-negara komunis. Kemudian,
berlandaskan dari kejadian tersebut, Uni Soviet kembali melakukan usahanya
dengan memberikan bantuan ekonomi. Kuba mendapatkan pinjaman dana dari
Uni Soviet berjuta-juta dollar serta mendapat pesanan gula setiap tahunnya, Uni
Soviet menghormati janjinya untuk membeli 2,7 juta ton gula dari Kuba. Republik
Rakyat China membeli satu juta ton, dan negara komunis lainnyamembeli
300.000 ton gula dari Kuba sebagai bukti dukungan mereka terhadap keputusan
Kuba (Prevost, 2012, p. 22). Berbagai pakta dan perjanjian dilakukan oleh Kuba
dan Uni Soviet, hal ini kemudian semakin membuat Amerika Serikat gelisah dan
semakin memperburuk hubungan kedua negara tersebut (Pambudi, 2007, pp.
120-121).
Amerika Serikat keberatan terhadap langkah Politik Luar Negeri Kuba
dengan menjalin hubungan dengan Uni Soviet. Para pejabat Amerika Serikat
kemudian menetapkan Castro sebagai ancaman bagi kepentingan Amerika Serikat.
Presiden Dwight D Eisenhower pada Maret 1960, memerintahkan CIA Central
Intelligence Agency untuk melatih dan mempersenjatai imigran Kuba untuk kemudian menyerang Fidel Castro (Mandey, 2015). Pada tanggal 14 April 1961,
Presiden Amerika selanjutnya yaitu John F Kennedy melanjutkan program untuk
menjatuhkan Fidel Castro dengan skala yang lebih besar. Amerika Serikat yang
saat itu dipimpin oleh Presiden John F. Kennedy menyusun rencana untuk
menjatuhkan Rezim Fidel Castro.Pada April 1961, Amerika Serikat kembali
menurunkan pasukan pengasingan Kuba yang didukung CIA untuk menyerang
dan menjatuhkan Fidel Castro (Armandhanu, 2014). Sekitar 1.500 warga Kuba di
pengasingan dilatih dan dibiayai oleh CIA melakukan Invasi Kuba di Teluk Babi,
Fidel Castro kembali mengeluarkan kebijakan konfrontatif lainnya, dengan
berlandas pada tujuan untuk kesejahteraan Rakyat Kuba terutama kaum proletar
seperti petani dan buruh. Fidel Castro mengeluarkan Kebijakan Reformasi
Agraria. Reformasi Agraria ini berisi paket kebijakan yang dimana Fidel Castro
membebaskan semua lahan terutama lahan pertanian kepada seluruh Rakyat
Kuba. Fidel Castro kemudian memberikan izin secara cuma-cuma kepada Rakyat
Kuba untuk mengelola dan mengambil manfaat dari lahan- lahan tersebut.Para
petani asal Kuba menyambut gembira kebijakan tersebut, pasalnya selama ini
mereka sulit untuk mendapatkan lahan yang dapat mereka kelola secara pribadi
dan mendapat keuntungan dari aktifitas tersebut.Kedaulatan pangan dan keadilan
sosial menjadi tujuan utama Fidel Castro dalam melakukan Reformasi Agraria
terkait redistribusi tanah kepada Rakyat Kuba, Fidel Castro ingin memberdayakan
para kaum petani dan kelas menengah kebawah di Kuba untuk dapat hidup lebih
layak serta mendapat lapangan pekerjaan melalui tindakan tersebut. Pada 17 Mei
1959, UU Reformasi Agraria resmi disahkan yang menyerukan pembatasan
ukuran peternakan hanya 3.333 hektar ( 13km
2
) dan untuk real estate hanya
sebesar 1.000 hektar ( 4km
2
). Setiap kepemilikan lebih dari batas-batas ini
diambilalih oleh pemerintah dan didistribusikan untuk para petani (Font, 2008, p.
205).
Dalam UU ini juga menetapkan bahwa perkebunan gula tidak dapat
dimiliki oleh orang asing. Sebuah badan pemerintah baru dibentuk oleh Fidel
Castro, Institut Nasional Reformasi Agraria ( INRA ) didirikan untuk mengelola
INRA bertugas untuk membantu pemerintah menguasai tanah yang telah diambil
alih, mengawasi distribusi dan kemudian mendirikan koperasi peternakan. INRA
juga turut menyita 480.000 hektar tanah yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Sebanyak 70 % lahan pertanian menjadi hak milik
dan dikontrol oleh negara state-owned (Prevost, 2012, pp. 22-24).
Kebijakan tersebut lantas mendapatkan kecaman dari Amerika Serikat,
kebijakan nasionalisasi perusahaan swasta sebelumnya telah membuat Amerika
Serikat mengalami banyak kerugian. Amerika Serikat yang dipimpin oleh
Presiden Dwight Eisenhower, kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Kuba
berupa embargo ekonomi. Amerika Serikat memutuskan hubungan dengan Kuba,
Amerika Serikat menghentikan semua aktifitas ekonomi berupa perdagangan
import export , bantuan dana, dan mengisolasi Kuba untuk tidak bisa melakukan
kerjasama ekonomi lagi dengan negara-negara sekutu Amerika Serikat. Amerikat
Serikat juga akan memberikan sanksi terhadap negara-negara dunia ketiga yang
masih menjalin kerjasama dengan Kuba. Pada tahun 1602, Amerika Serikat
memutuskan hubungan diplomatik dan memberikan sanksi Embargo Ekonomi
terhadap. Efek langsung dari embargo ekonomi berdampak pada penurunan
jumlah perdagangan dan aktifitas ekspor impor,bantuan ekonomi dari Amerika
Serikat terhadap Kuba terhenti, dan kegiatan ekonomi domestik berjalan lambat.
Gross Domestic Bruto Kuba mengalami penurunansebesar 60% , dan menjadi
salah satu penurunan GDP tercuram yang pernah tercatat (Prevost, 2012, p. 28).
Meskipun Kuba mendapatkan kerugian yang sangat besar dari tindakan embargo
China dan negara-negara komunis lainnya yang dapat dijadikan sebagai partner
kerjasama.
Setelah kehilangan Amerika Serikat, Kuba menjalin kerjasama dengan
dengan Uni Soviet dan negara-negara komunis yang tergabung dalam Council for
Mutual Economic Assistance (CMEA), CMEA merupakan organisasi ekonomi
untuk negara komunisyang dibentuk oleh Presiden Mikhail Gorbachev. Aktifitas
perdagangan yang terjadi antara Kuba dengan CMEA kurang lebih secara
keseluruhan mencapai 80 % . Negara-negara CMEA menyuplai 63 % dari impor
bahan pangan, 98% dari impor bahan bakar dan pelumas, 80% dari impor mesin
dan peralatan, dan 57% dari impor bahan kimia. Mereka juga membeli mayoritas
barang ekspor milik Kubatermasuk 63% gula, 73% nikel, dan 95% jeruk
(Gonzalez, 2003, p. 705). Selain itu, Uni Soviet memberikan subsidi ekonomi
Kuba dengan menyediakan subsidi terhadap harga impor dan ekspor dengan
menawarkan pinjaman dari sangat menguntungkan antara tahun 1986 dan 1990,
Kuba menerima $11,6 miliar pinjaman dari Uni Soviet dan $ 10 miliar pada
subsidi (Gonzalez, 2003, p. 706) .
Perekonomian Kuba kemudian sangat bergantung pada akses perdagangan
dengan negara-negara CMEA. Meskipun Kuba mengalami kerugian yang besar
akibat Kebijakan Embargo Ekonomi oleh Amerika Serikat, namun hal tersebut
dapat diatasi berkat hubungan baik yang terjalin antara Kuba dan Uni Soviet.
Fidel Castro sebagai Presiden Kuba tidak tinggal diam, kebijakan embargo yang
dilakukan Amerika Serikat semakin menambah alasan untuk Kuba memutuskan
hubungan luar negeri dengan Amerika Serikat dan menjadikan Uni Soviet dan
kedua negara terputus, hubungan Kuba dengan Amerika Serikat tidak
menunjukan perubahan yang signifikan sejak Fidel Castro memimpin Kuba.
Hubungan luar negeri terutama dalam sektor ekonomi dan komunikasi kedua
negara terputus. Kebijakan Fidel Castro untuk menjalin kerjasama perdagangan
dengan Uni Soviet dan negara-negara CMEA membuat Amerika Serikat geram
dan membenci Fidel Castro, dan berujung pada terputusnya hubungan luar negeri
Kuba dan Amerika Serikat.
Keadaan Kuba mulai berubah setelah keruntuhan Uni Soviet pada tahun
1991, Revolusi Fidel Castro mulai kehilangan momentum (Armandhanu, 2014).
Kekalahan Uni Soviet dalam Perang Dingin secara tidak langsung memberikan
dampak negatif terhadap Kuba. Uni Soviet mengalami perpecahan dan krisis
ekonomi, dukungan ekonomi terhadap Kuba terhenti. Selama masa Pemerintahan
Fidel Castro, Kuba mendapatkan dukungan ekonomi dan militer dari Uni Soviet
dan aliansi-aliansinya. Kuba mendapat bantuan ekonomi berupa mensubsidi
ekonomi melalui perdagangan bahan pangan, minyak, hingga memenuhi segala
kepentingan industri gula yang dimiliki Kuba, dan hal tersebut telah menyebabkan
Kuba mengalami ketergantungan terhadap bantuan Uni Soviet. Perekonomian
Kuba berada pada titik terendah dan mengalami krisis. Pada tahun 1990 sampai
1993, jumlah Gross Domestic Product (GDP) dan nilai investasi Kuba jatuh
drastis dan bernilai negatif dan mengalami defisit sebesar 30,4 %
(Herndndez-Catd, 2000, pp. 4-5). Jumlah pengangguran di Kuba meningkat dengan pesat,
tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial juga terus meningkat. Melihat keadaan
Kuba yang tidak stabil menjadikan Fidel Castro sebagai Presiden Kuba untuk
Negeri Fidel Castro yang sarat akan kebijakan yang bersifat konfrontatif terhadap
Amerika Serikat perlahan berubah.
Hubungan Kuba dan Amerika Serikat sedikit membaik setelah kunjungan
Fidel Castro ke Amerika Serikat dan mengundang masyarakat pengasingan Kuba
yang tinggal di Amerika Serikat untuk kembali ke kampung halaman mereka dan
memulai bisnis-bisnis. Dipastikan dalam ketentuannya mengenai beberapa bentuk
sosialisme di negaranya, Fidel Castro bersiap untuk membentuk sebuah generasi
baru pemimpin-pemimpin Kuba, sementara juga secara efektif membangun
kembali ekonomi Kuba dan berusaha memperoleh kembali dukungan dari
orang-orangnya. Dalam periode krisis ekonomi yang terjadi di Kuba, Fidel Castro mulai
bersikap lebih moderat dalam kebijakan luar negeri yang dikeluarkannya.
Fidel Castro mulai mendesak Amerika Serikat untuk menghapuskan
embargo ekonominya sejak revolusi lampau, kemudian meminta Amerika Serikat
untuk melonggarkan proses administrasi imigran asal Kuba (Larry Nackerud,
1999, pp. 175-176). Amerika Serikat memberikan beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh Kuba, yaitu dengan merubah sistem pemerintahannya dan
mengendalikan keberangkatan ilegal imigran Kuba ke Amerika Serikat.
Negosiasi tersebut akan ditunda sebelum Kuba menghapuskan pemerintahannya
yang diktator. Fidel Castro dengan tegas menolak syarat yang diajukan oleh
Amerika Serikat tersebut. Dalam pidatonya Fidel Castro juga mengatakan bahwa
Kuba tidak akan menghentikan kapal – kapal para imigran yang menuju Amerika
Serikat, namun Amerika Serikat harus membantu Kuba untuk memperbaiki
Pernyataan tersebut mendapat respon negatif dari Presiden Bill Clinton,
Pemerintahan Clinton menanggapi dengan memperketat embargo ekonomi dan
mengancam akan memblokade laut jika Fidel Castro menolak untuk
mengendalikan keberangktan ilegal. Pada tahun 1994, kongres di Amerika
semakin memperketat embargo setelah Fidel mengatakan" This country can only
be ruled by revolution” (Larry Nackerud, 1999, pp. 177-178). Fidel Castro tetap
teguh pada prinsipnya yaitu menjadikan Kuba sebagai negara komunis. Pada
Tahun 1996, Kuba menembak jatuh dua buah pesawat Amerika Serikat. Tindakan
ini kemudian ditindaklanjuti dengan serius oleh Amerika Serikat yakni dengan
menerapkan pembatasan-pembatasan pengiriman uang kepada keluarga yang ada
di Kuba (Papasi, 2015, p. 2).
Lebih lanjut, pada tanggal 12 Maret 1996 Presiden Clinton menyetujui
Akta Solidaritas Demokrasi dan Kebebasan Kuba atau yang dikenal dengan Akta
Helms- Burton. Akta ini berisi mengenai pemberlakuan penalti kepada perusahaan
asing yang melakukan bisnis di Kuba dan mengizinkan warga Amerika Serikat
untuk menggugat investor asing yang memanfaatkan properti Amerika Serikat
yang dikuasai oleh Pemerintah Kuba serta menolak masuk orang-orang yang
menanamkan investasinya di Kuba (Laksana, 2007, p. 153). Hubungan luar negeri
antar Kuba dan Amerika Serikat kembali memanas pada tahun 2003, kejadian
tindakan kekerasan pembangkangan Black Spring yang dilakukan oleh Kuba
mendapatkan kecaman internasional, 75 orang dipenjara selama 28 tahun dan
kemudian membajak sebuah kapal feri untuk menuju Amerika Serikat. Kejadian
ini mendapatkan respon negatif dari PBB dan Uni Eropa, Uni Eropa
mencela Kuba atas tindakannya tersebut. Pada mei 2004, Amerika Serikat
memberikan sanksi terhadap Kuba dengan membatasi kunjungan keluarga
Amerika Serikat -Kuba dan pengiriman uang tunai. Sebagai respon atas sanksi
yang diberikan Amerika Serikat, Fidel Castro mengumumkan larangan transaksi
dalam dolar AS, dan menerapkan pajak 10% pada konversi dolar-peso (Smith,
2012). Dinamika hubungan Luar Negeri Kuba dan Amerika Serikat sangat terlihat
di era Kepemimpinan Fidel Castro, intensitas hubungan kedua negara yang
dinamis dengan berbagai kebijakan konfrontatif yang dikeluarkan oleh Kuba dan
begitu pula dengan Amerika Serikat terus terjadi. Hal ini kemudian menjadikan
hubungan kedua negara tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Sejak
diputuskan hubungan diplomatik antar kedua negara, hubungan kedua negara
BAB III
PE
RUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI KUBA
TERHADAP AMERIKA SERIKAT ERA RAUL CASTRO
Bab ini menjelaskan mengenai Perubahan Kebijakan Luar Negeri Kuba
terhadap Amerika Serikat di era kepemimpinan Raul Castro. Terkait pada
bagaimana hubungan kedua negara yang lebih pragmatis dan terbuka serta
kebijakan-kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Kuba terhadap Amerika
Serikat (dibukanya akses ekonomi dan komunikasi) . Hubungan Luar Negeri
Kuba dengan Amerika Serikat memasuki babak baru di era kepemimpinan Raul
Castro. Perubahan kebijakan dan Orientasi serta pendekatan Politik Luar Negeri
Raul Castro cenderung berbeda yakni lebih terbuka dan pragmatis, hal ini
tercermin dari tindakan, upaya dan kebijakan dalam dan luar negeri yang
dikeluarkan oleh Raul Castro. Perubahan orientasi Politik Luar Negeri Kuba di
era Kepemimpinan Raul Catstro inilah yang kemudian menjadi titik balik
harmonisasi hubungan luar negeri Kuba dengan Amerika Serikat, untuk
kemudian diwujudkan dengan dibuka kembalinya hubungan diplomatik
(normalisasi), akses kerjasama ekonomi dan komunikasi antar kedua negara.
A. Perubahan Orientasi Politik Luar Negeri Raul Castro
Pada tahun 2008, Raul Castro resmi menjadi Presiden Kuba. Raul Castro
mengambil alih kekuasaan untuk menggantikan kakaknya Fidel Castro yang
mengundurkan dari jabatannya karena alasan kesehatan (Achir, 2008). Sebelum
menjadi Presiden Kuba, Raul Castro menjadi salah satu orang kepercayaan Fidel
Castro dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Raul Castro memiliki
Raul Castro memiliki cita – cita untuk tetap mempertahankan Kuba menjadi
Negara Komunis dengan menjalankan prinsip – prinsip komunis terhadap Kuba
seperti yang dilakukan oleh Fidel Castro sebelumnya. Raul Castro memiliki
tujuan dan pandangan hidup yang sama dengan Fidel Castro, namun Raul Castro
memiliki pandangan yang berbeda mengenai metode dan orientasi Politik Luar
Negeri Kuba. Jika sebelumnya Fidel Castro mengarahkan Politik Luar Negeri
Kubayang sangat ketat dalam menentukan kawan dan lawan Kuba, menggunakan
kekuatan militer high politics serta sarat akan kebijakan - kebijakan konfrontatif
tertutama dengan Amerika Serikat. Raul Castro memiliki pandangan yang
cenderung berbeda, hal ini telah ditunjukan oleh Raul Castro sejak menjabat
menjadi Menteri Pertahanan Kuba.
Raul Castro resmi menjadi Presiden Kuba pada tahun 2008, namun secara
teknis Raul Castro secara tidak langsung telah memimpin Kuba pada tahun 2006
saat Presiden Fidel Castro menjalani operasi lambung dan untuk sementara
menyerahkan kendali pemerintah kepada Raul Castro (Smith, 2012). Sejak Fidel
Castro menyerahkan kendali pemerintahan kepada Raul Castro untuk sementara
pada tahun 2006 dan membawa perubahan halus namun penting dalam
Pemerintahan serta kebijakan luar negeri Kuba. Raul Castro telah menunjukan
sikapnya yang terbuka dan pragmatis akan ekonomi dan komunikasi bagi Kuba
(Daniel P. Erikson, 2010, p. 390). Kepentingan Rakyat Kuba akan akses ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari mereka menjadi tujuan utama Raul
Castro. Dalam pidatonya pada 26 Juli 2006, Raul Castro mengatakan bahwa
keadaan dan pendapatan ekonomi Kuba saat itu tidak dapat memenuhi semua