• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA TEKS TORTOR ILAH BOLON DALAMUPACARA RONDANG BITTANGMAKNA TEKS TORTOR ILAH BOLON DALAMUPACARA RONDANG BITTANG DI HUTA I PANAMBEAN NAGORI NANGGAR BAYUKECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN BAWAH. DI HUTA I PANAMBEAN NAGORI NANGGAR BAYUKE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA TEKS TORTOR ILAH BOLON DALAMUPACARA RONDANG BITTANGMAKNA TEKS TORTOR ILAH BOLON DALAMUPACARA RONDANG BITTANG DI HUTA I PANAMBEAN NAGORI NANGGAR BAYUKECAMATAN BOSAR MALIGAS KABUPATEN SIMALUNGUN BAWAH. DI HUTA I PANAMBEAN NAGORI NANGGAR BAYUKE."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA TEKS TORTOR ILAH BOLONDALAMUPACARA RONDANG BITTANG DI HUTA I PANAMBEAN NAGORI NANGGAR BAYU

KECAMATAN BOSAR MALIGASKABUPATEN SIMALUNGUN BAWAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

AFNI DAYANTI NASUTION

NIM. 2103140001

PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR Bismillahi Rohmannirohim…

Asslamua’alaikum warohmatullohi Wabarokatu, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiarat Allah SWT, yang senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayahnya serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ni yang berjudul “Makna Teks Tortor Ilah Bolon Dalam Upacara Rondang Bittang Di Huta I Nagori Nanggar Bayu Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun Bawah”.

Tujuan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Dalam penyelesaian tugas akahir ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan. Namun berkat doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Disini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni. 3. Dra. Tuty Rahayu M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik dan Dosen

Pembimbing II.

4. Nurwani S.S.T M.Hum selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Tari dan Dosen Pembimbing I.

5. Drs. Inggit Prasetiawan M.Sn selaku Dosen Pembimbing Akademik. 6. Martozet S.Sn M.A selaku Narasumber.

(7)

8. Amran Purba A. M.A selaku Narasumber Penelitian. 9. Ibu Adelia Sinaga S.Pd selaku Narasumber Penelitian.

10.Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang paling saya cintai, ayahanda Imran Nasution dan ibunda Rostina Parinduri, terimakasih banyak ayah dan ibu berkat doa, jeri payah, kesabaran, kesetiaan, perhatian dukungan dan pengorbanan ayah dan ibu anak mu dapat menyelesaikan studinya dan dapat membanggakan ayah dan ibu terimakasih Ayah, terimakasih Ibu ini hadiahku untukmu orang tua ku. 11.Teristimewa untuk kakak ku tercinta Ika Yanti Nasution S.Pdi dan

adik ku Fadhli Ansari Nasution, Irman Muklis Nasution, Abiku dan Ibunda Nurzannah Parinduri serta etek desminah dan etek risnah. 12.Teristimewa buat sahabat sekaligus teman seperjuangan saya Monica

Mauliyandari, Putri Norma Sari Hsb, Dodi Candra Galingging dan James Tambunan.

13.Teman-teman Pendidikan Seni Tari Stambuk 2010 terimakasih atas perhatian Doa, dukungan saran ide, tanpa bantuan dan dukungan selama perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi.

Akhirnya kata penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada seluruh pihak yang turut membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua wassalamua’laikum Waroh matullahi Wabarokatu.

Medan, September 2014 Penulis

Afni Dayanti Nasution 2103140001

(8)

ABSTRAK

Afni Dayanti Nasution, 2103140001, Makna Teks Tortor Ilah Bolon dalam

Upacara Rondang Bittang Di Huta I Panambean Nagori Nanggar Bayu

Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun Bawah. Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Medan.2014

Tortor Ilah Bolon merupakan tarian yang bersal dari daerah Simalungun. Tortor ini berada dalam upacara Rondang Bittang (URB) dan diperingati pada malam 14,. 15, 16 pada malam Rondang Bittang.Tortor Ilah Bolon menceritakan tentang seorang gadis yang telah dipingit (sudah dilamar) bersedih dimalam Rondang Bittang dikarenakan tidak dapat bermain-main lagi dengan teman-temannya dimalam tersebut. Tortor Ilah Bolon diiringi dengan syair lagu yang dilantunkan langsung oleh para penarinya sebagai tempo dari gerak Tortor tersebut.

Teori-teori yang digunakan dalam penuangan hasil penelitian serta teori pendukung yang berhubungan dengan topik penelitian yaitu pengertian makna teks pada Tortor Ilah Bolon, teori hermenautika, teori bentk, teori fungsi.

Waktu penelitian yang digunakan untuk membahas tentang Makna Teks Tortor Ilah Bolon Dalam Upacara Rondang Bittang Di Huta I Nagori Nanggar Bayu Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun Bawah dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Juli 2014 sampai bulan September 2014.Tempat penelitian adalah di Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun Bawah. Populasi pada penelitian ini adalah 2 orang seniman dan 2 orang penari. Sampel pada penelitian ini adalah bagian dari populasi, yaitu 2 orang seniman dan 2 orang penari yang mengerti dan memahami serta berkecimpung pada Tortor Ilah Bolon. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi, yang kemudian di analisis dengan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Makna Teks Tortor Ilah Bolon yaitu tarian ini mengandung nilai leluhur habonaron Do Bona filosofi masyarakat Simalungun. Tortor Ilah Bolon di lihat dari teks dan kontekstual. Teks pada Tortor ini dilihat dari bentuk yang tergambarkan dari simbol-simbol sebagai media aplikasi koreografer kepada penikmat seni sebagai media komunikasi. Sedangkan kontekstual dilihat dari keberadaan Tortor tersebut pada masyarakat Simalungun. Tortor ini memiliki syair yang dilantunkan sebagai penganti musik (musik internal) dalam tarian. Syairnya merupakan ungkapan hati seorang gadis yang bersedih pada saat malam Rondang Bittang. Syair Ilah Bolon terdiri dari tiga syair,dan setiap syair terdiri dari dua kalimat serta memiliki senandung. Kalimat dalam syair pertama merupakan sampiran dan kalimat kedua merupakan isi . keseluruhan syair Ilah Bolon dapat di tafsirkan makna teksnya secara tekstual dan kontekstual.

(9)

ABSTRACT

Afni Dayanti Nasution, 2103140001 The Meaning of Tortor Ilah Bolon Teks In Upacara Rondang Bittang In Huta I Panambean Nagori Nanggar Bayu Subdistrict Bosar Maligas District Simalungun Bawah Faculty Of Languages And Art. State University Of Medan. 2014.

Tortor Ilah Bolon Is a dance from Simalungun area. This Tortor is in Rondang Bittang ceremony and remembered in the 14, the 15, the 16, night of Rondang Bittang. Tortor Ilah Bolon describes a secluded girl who is sad is the Rondang Bittang night due to not able to play with her friends anymore in that night. Tortor Ilah Bolon is escorted by song rhyme which song directhy by the dancers as the tempo of Tortor moves.

Theories which ware used in the result of the research and supporting theories which were related to the topic of the research are the definition of the meaning of Tortor Ilah Boloh texs, hermeneutika theory, from theory, and fuction theory.

The time of the research which was used to discuss about the meaning of Tortor Ilah Bolon texs is Rondang Bittang Ceremony is huta I Panambean Nagori Nanggar Bayu Subdistrict Bosar Maligas District Simalungun Bawah was done in 2 months, namely July 2014 till September 2014. The location of the research was in subdistrict Bosar Maligas districh Simalungun Bawah. The population of the rsearch was the part of population namely 2 artists and 2 and dancers whom understood and involved in Tortor Ilah Bolon technique of collecting data ware abservation, interview, study of literature, and documentasi, which analysed by qualitative descriptive netgod after that.

Based on the researeh which has been done, the meaning of Tortor Ilah Bolon Texs is this dance contains the forefathers value Habonaron Do Bona Simalungun community philosophy. Tortor Ilah Bolon was seen from the texs and contextual. The texs is Tortor was seen from the from of described symbols which applied by choreographer to the arts devotees as the media of communication. Meanwhile, the contekstual was seen from the existence of Tortor in Simalungun community. This Tortor has rhyme which song as the music substation (internal music) in the dance. The rhyme is the axpression of a girl whom sad in the night of Rondang Bittang. The rhymes of Ilah Bolon consist of three rhymes, and every rhyme consist of two sentences and has a hum. The sentence of the first rhyme wa rack and the second sentence was the content. The whole meaning of Ilah Bolon texs rhyme can be interpreted texstually and contextually.

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.9 Latar Belakang Penyusunan Ragam Gerak Tortor Ilah Bolon

berdasarkan Filosofi Batak Simalungun ... 60

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun ... 31

Gambar 4.2. Diagram Mata Pencaharian Nagori Panambean Kecamatan Bosar Maligas ... 37

Gambar 4.3. Pakaian Garamah Pada Tortor Ilah Bolon ... 46

Gambar 4.4. Pakaian Anak Boru Pada Tortor Ilah Bolon ... 47

Gambar 4.5. Bunga Pinang (Mange-Mange) ... 48

Gambar 4.6. Apias (Rerumputan)... 49

Gambar 4.7. Baju Soja (Untuk Penari Wanita) ... 50

Gambar 4.8. Teluk Belanga (Untuk Penari Pria) ... 51

Gambar 4.9. Gotong Suku Simalungun... 65

Gambar 4.10. Suri-Suri Suku Simalungun ... 66

Gambar 4.11. Ulos Ragi Sattik Suku Simalungun ... 67

Gambar 4.12 Bulang Suri-Suri Hati Rongga, Ulos Hati Rongga dan Kebaya Dipakai Pada Tubuh Wanita/Pemudi Suku Simalungun ... 68

Gambar 4.13 Baju Sojadan Teluk Belanga Dipakai Pria dan Wanita Suku Simalungun ... 69

Gambar 4.14. Tempat Bajut Hundul Beserta Anak Bajut Hundul Pada Suku Simalungun ... 70

Gambar 4.15. Buah Pinang... 71

Gambar 4.16. Kapur Sirih ... 71

(12)

DAFTAR FOTO RANGKAIAN GERAK

FOTO 4.6. Martopak Tangan Manlakkah Hu Siamun Pakon Siambilo ... 54

FOTO 4.6.1. Martopak Tangan Garamah ... 54

FOTO 4.6.2. Manlakkah Hu Siamun Pakon Siambilo Garamah ... 55

FOTO 4.6.3. Garamah Manortor Hutogahni Loloanni Hasomanni ... 55

FOTO 4.7. Martopak Tangan Manlakkah Hu Siamun Pakon Siambilo ... 56

FOTO 4.7.1. Martopak Tangan Anak Boru ... 56

FOTO 4.7.2. Manlakkah Hu Siamon Pakon Siambilo Garamah ... 56

FOTO 4.7.3. Boru Manortor Hutogahni Loloani Hasomanni ... 57

FOTO 4.8. Martopak Tangan Manlakkah Hu Siamun, Siambolo ... 58

FOTO 4.8.1. Garamah Rombang Manortor Hu Tongahni Loloanni Hasomanni ... 58

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk yang sangat

padat berada diperingkat kelima didunia, disebabkan lebih banyaknnya tingkat kelahiran dibandingkan tingkat kematian. Negara ini juga dikenal sebagai Negara

yang memiliki beranekaragam suku dan kebudayaan.

Kebudayaan merupakan pengetahuan, ide dan hasil cipta masyarakat

(Edwar B. Tylor dalam Posman Simanjuntak. (2000:107) Hal ini memaknakan bahwa Indonesia memiliki keberagaman kebudayaan berdasarkan banyaknya masyarakat atau etnis suku yang ada, menurut Edwar B. Tylor dalam Posman Simanjuntak (2000:107)”.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat”, sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Posman Simanjuntak (2000:107)”. Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta

masyarakat”.

Pada dasarnya kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yakni, buddhayah yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi dan akal.

(www.http//wikepedia Indonesia kebudayaan blog sport). Jadi dapat disimpulkan

(14)

yang berbudi. Salah satu unsur budaya adalah kesenian yang dimiliki oleh setiap suku yang ada di Sumatera Utara.

Sumatera Utara dikenal sebagai provinsi yang memiliki keberagaman etnis, mulai dari Karo, Batak toba, Melayu, Nias, Sibolga, Tapsel, Dairi dan

Simalungun. Etnis-etnis tersebut memiliki tarian khas daerahnya masing-masing. Tarian inilah yang mencerminkan kebudayaan Etnis setiap daerah. Menurut Nurwani (2010:17) bahwa, “Tari ialah gerakan yang tercipta dari luar, yang

dilahirkan dari dalam (ekspresi), tersusun rapi dan ritmis selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu dari hasil tari tersebut”. 1. Pendapat

beberapa ahli dalam Nurwani, (2010:19). Susanne K.Langer mengatakan, ”Tari merupakan bentuk yang diungkapkan manusia untuk dinikmati dengan rasa”. Sedangkan menurut”, 2. Soedarsono “Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang

dilahirkan melalui gerak yang indah dan ritmis”.

Menurut” Anya Peterson Royce” dalam buku antropologi tari terjemahan

F.X.Widaryanto (2007:2) tari disebut sebagai seni yang paling tua, mungkin dapat juga dikatakan bahwa tari bisa lebih tua dari seni itu sendiri. Seni tari terdapat

diseluruh penjuru dunia dengan berbagai bentuk, sifat dan fungsi, dan ketiganya saling berkesinambungan dalam penuangan isinya.

Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui

gerak-gerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakekat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai elemen vital terhadap elemen-elemen (unsur-unsur) lain

(15)

yang lainnya, karena kesemua elemen ini saling melengkapi dalam sebuah pertunjukan. (Nurwani 2009:20)

Tari dapat dilihat dari teks dan kontekstual. Teks : “sebagai ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, pragmatik merupakan suatu kesatuan”. Tetapi

dalam dunia tari teks itu adalah isi dari sebuah gerakan (gerakanlah yang menjadi isinya), sedangkan kontekstual ialah: bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung kejelasan makna situasi yang ada hubunganya dengan kejadian dalam

penelitian. Http://Www.Wikepedia Indonesia. Pengertian Teks dan Kontekstual.B log Spot. Jadi dapat dilihat tari secara tekstual adalah maksud atau isi dari sebuah

tarian dituangkan lewat simbol-simbol gerak, sebagai media komunikasi antara senimat pengkarya dengan penikmat karya. Sementara tari dilihat dari kontekstual

dapat dilihat dari mayarakat sosial sebagai pendukung tari tersebut.

Teks tidak hanya dokumen, kesusastraan dan kitap suci, teks dapat mencakup simbol, ritual, praktik, dan kebiasaan, mitos, struktur kuasa, jaringan

kekeluargaan, tatanan sosial, dan sebagainya. Maulidin dalam Nurwani (2013:10). Teks dalam tari dilahirkan lewat simbol-simbol gerak, yang dimaknai oleh

koreografer dan penikmat sebagai media komunikasi. Menurut Nurwani (2013:25).

Simalungun juga kaya akan keseniannya, baik seni tari, seni musik, dan

seni rupa, dan kesenian ini di kembangkan dan dilestarikan dengan adanya pagelaran atau pertunjukan yang disebut PRB (Pesta Rondang Bittang). PRB ini

(16)

menjadi aset kebudayaan yang menandakan ciri khas masyarakat Simalungun sesuai dengan tradisi dan kebiasaan para leluhur.

Pada tahun 1975 untuk pertama kali digelarlah kesenian Simalungun dalam satu even di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Simalungun, oleh Dewan

Kesenian Simalungun Siantar (DKSS) oleh Almarhum Boru Saragih dan Purba yang bertempat di Gedung Nasional Pematangsiantar selama tiga tahun dan gedung tersebut dan sekarang dikenal sebagai gedung perjuangan

Pematangsiantar. Wawancara Bapak Amran Purba tanggal 29 maret 2014).

Kemudian pada tahun 1976-1977 tidak diadakan lagi dan sempat fakum

karna terhalang biaya (APBD) dan adanya Krisis Moneter yang terjadi di Indonesa. Pada tahun ke empat digelar kembali dengan nama (PKBS) Pekan

Kesenian Batak Simalungun, hanya sekali diadakan di Universitas Nomensen Pematangsiantar. Pada tahun 1980 digelarlah PRB (Pesta Rondang Bittang) yang berpindah-pindah setiap tahunnya Sekecamatan dan Kabupaten dibawah pimpinan

Bupati Jhon Hugo. PRB yang ke lima diadakan di (Serebelawan Kecamatan Dolok Batu Nanggar Seribu Dolok). Pada tahun 1986 PRB yang ke enam

diadakan disimpang Kalpin (Kecamatan Bandar).Wawancara bapak Amran Purba tanggal 14 April 2014).

Dari tahun 1986 sampai tahun 2013 PRB yang pertama hingga PRB yang

ke 28 tetap eksis setiap tahunnya diselenggarakan dan dipertunjukan ke masyarakat ramai sekabupaten Simalungun Atas dan Simalungun Bawah,

(17)

Haranggaoul, Tiga Ras, Siantar, Dolok Kahean, dan Seribu Dolok. Tidak hanya tarian yang di hadirkan dalam PRB tersebut melainkan adanya musik tradisional

khas Simalungun yaitu gondang sombah, gondang simonang-monang, dan gondang sipitu-pitu. (wawancara Ibu Adelia tanggal 26 April 2014).

Tidak hanya itu pagelaran baju pengantin, baik pagelaran baju pengantin kuno, hingga baju pengantin modern juga turut ditampilkan. Tarian yang di perlombakan sangat banyak dan selalu berbeda-beda setiap tahunnya sesuai

dengan keingin para tetua adat, adapun tarian yang di pertunjukkan di PRB ialah: Tortor Sombah, harouan bolon, manduda, sitalasari, dan tortor Ilah Bolon

(wawancara Ibu Adelia tanggal 26 April 2014).

Pada awalnya Tortor Ilah Bolon ditarikan pada kegiatan malam nasehat

dan merupakan tari yang wajib ditampilkan setiap pertunjukan Rondang Bittang, ditambah Tortor yang lain yang terinspirasi dari Tortor Ilah Bolon sebagai tari pilihan. Wawancara dengan narasumber (wawancara dengan Ibu Adelia tanggal

26 April 2014). Adapun Tortor tersebut adalah: 1. Ilah Mardoge

2. Ilah Manduda

3. Ilah Majetter

4. Ilah Marindong

5. Ilah Sibuat Gulon

Tortor ini dilakukan oleh muda-mudi masyarakat Simalungun di malam

(18)

purnama. Ada juga tarian burung, Bodat Haudanan, dan tarian hewan lainnya. Wawancara dengan Narasumber Ibu Adelia (kamis 24 April 2014).

Tortor merupakan sebutan tarian bagi masyarakat Simalungun, yang

melambangkan sebuah ekspresi jiwa manusia baik dalam suka cita, duka cita,

ataupun suasana lainnya. Ekspresi tersebut dituangkan dalam bentuk gerak tari (Tortor) dan senantiasa dijumpai dalam setiap upacara adat suku Simalungun. Jamin (2011:10). Mengatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat Simalungun,

Tortor berhubungan erat dengan upacara atau untuk hiburan. Pada dasarnya

Tortor mengandung prinsip semangat kebersamaan, rasa persaudaraan atau

solidaritas untuk kepetingan bersama. Pada umumnya gerak tari pada masyarakat Simalungun dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman seseorang atau

masyarakat, agar dihayati secara estetika oleh penikmat seni (penonton). Wawancara dengan Narasumber Bapak Amran Purba (Sabtu, 26 April 2014).

Sehubungan dengan hal tersebut Tortor pada masyarakat Simalugun

berperan penting dalam aktifitas kehidupan mereka, berkaitan dengan kehidupan spiritual dan hubungan sosial kemasyarakat. Dengan demikian, gerak dalam

Tortor sebagai teks adalah bagian dari refleksi dan perwujudan sikap, sifat,

perilaku serta pengalaman hidup masyarakat Simalungun yang dituangkan lewat simbol-simbol gerak dan nyanyian, baik Simalungun atas maupun Simalungun

bawah. Simalungun atas adalah daerah yang menjorok keselatan yaitu daerah Tebing Tinggi, 50, Batubara dan sekitarnya sedangkan Simalungun bawah adalah

(19)

Tortor Ilah bolon di tarikan oleh muda-mudi (lelaki dan wanita) remaja di

kabupaten Simalugun. Tortor Ilah Bolon telah ada sejak terbentuknya Simalungun

yaitu pada zaman Raja-raja Simalugun. Wawancara dengan narasumber Bapak Amran Purba (26 April 2014).

Tujuan di laksanakannya Tortor Ilah Bolon ini untuk melestarikan kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Simalungun sejak zaman kuno (jaman para lelur) yang menjadikan malam Rondang Bittang menjadi malam yang special

karna di dalamnya banyak lahir tarian, nyanyian dan musik yang di ciptakan langsung oleh orang-orang Simalungun tersebut yang menandakan ciri khas dan

kebiasan mereka sesuai dengan kejadian sebenarnya baik kehidupan pribadi maupun kehidupan disekelilingnya (seluruh makhluk hidup yang hidup di

permukaan bumi ini).

Tortor Ilah Bolon ini merupakan tarian yang diiringi gerak dan lagu yang

dinyanyikan langsung oleh penari tersebut dengan kata lain tempo dan geraknya

berasal dari diri sendiri (musik internal) syair yang dilantunkan menjadi tempo pergantian gerak dalam tarian ini. Tortor Ilah Bolon menceritakan tentang seorang

gadis yang telah dipingit (sudah dilamar) bersedih di malam Rondang Bittang dikarenakan tidak dapat bermain-main lagi dengan temannya di malam tersebut, ia hanya dapat bernyanyi dan melihat Rodang Bittang tersebut dari balik jendela

kamarnya, sembari bersedih dan menagis dan selalu memikirkan kesenangan teman-temannya yang menarikan tarian tersebut di bawah bulan purnama.

(20)

Gerak bertepuk tangan, melangkah kekiri kekanan, menghentakkan kaki sambil bernyannyi, syair Ilah Bolon. Gerakan tarian, pola lantai dan pola edar

terlihat begitu sederhana. Walaupun Tortor Ilah Bolonterlihat sangat sederhana, namun terdapat makna yang mendalam dalam setiap gerak, syair dan suasana

(sedih dan gembira).

Keunikan dari Tortor Ilah Bolon yang muncul dari kesederhanaan, namun mengandung makna yang mendalam, menjadi penyebab penulis ingin menggali

kembali Tortor Ilah Bolon dengan mengangkat tari ini menjadi topik penelitian dengan judul: MaknaTeks Tortor Ilah Bolon dalam Upacara Rondang Bittang di

Desa Pasar Baru Kecamatan Bosar Maligas Simalungun Bawah.

B. Identifikasi Masalah

Di dalam bagian identifikasi masalah sangat penting di tuliskan berbagai masalah yang akan diteliti. Semua masalah yang akan di teliti sedapat mugkin

dikemukakan oleh peneliti. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertayaan-pertanyaan yang hendak dicari jawabannya.

Berdasarkan uraian diatas dan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah maka permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah keberadan Tortor Ilah Bolon pada masyarakat Simalungun Bawah?

2. Bagaimana fungsi Tortor Ilah Bolon di Simalungun Bawah?

(21)

4. Apa Makna Teks Tortor Ilah Bolon di Simalungun Bawah?

C. Pembatasan Masalah

Setelah peneliti menyinggung identifikasi masalah, serta

mempertimbangkan. Oleh adanya keterbatasan waktu, tenaga dan teori, maka tidak semua masalah yang telah di identifikasi akan diteliti. Menurut pendapat Sumadi (2000:15) mengatakan bahwa “Dari masalah-masalah tersebut perlu di pilih salah satu yang paling tepat untuk di teliti”. Menurut Wiranto Surakhmad

(1982:31) peneliti menetapkan pembatasan masalah agar topik menjadi terfokus

dan menjaga agar pembahsan tidak melebar.

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti membatasi masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Keberadaan Tortor Ilah Bolon pada masyarakat Simalungun Bawah?

2. Bagaimana Bentuk Tortor Ilah Bolon di Simalungun Bawah? 3. Apa Makna Teks Tortor Ilah Bolon di Simalungun Bawah?

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus yang digarap oleh

seorang peneliti pada sebuah penelitian. Karena penelitian merupakan permasalahan yang membutuhkan sebuah jawaban akan kebenaran hal tersebut

(22)

batasan-batasan masalah yang telah ada sekaligus dapat mempertajam arah penelitian. Rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana Makna Teks

Tortor Ilah Bolon dalam Upacara Rondang Bittang di Huta I Panambean Nagori

Nanggar Bayu Kecamatan Bosar Maligas Simalungun Bawah.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengungkapkan sasaran yang

dicapai dan didapat pada penelitian. Tujuan penelitian menjadi struktur kerangka yang selalu dirumuskan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil

yang telah dicapai dan diperoleh pada penelitian. Tujuannya adalah menemukan jawaban dari pertanyaan mengenai ruang lingkup pada pokok masalah yang telah

dirumuskan. Berhasil atau tidaknya suatu penelitian terhadap tercapai atau tidaknya tujuan penelitian:

1. Mendeskripsikan keberadaan Tortor Ilah Bolon pada masyarakat

Simalungun Bawah?

2. Mendeskripsikan Bentuk Tortor Ilah Bolon di Simalungun Bawah?

3. Mendeskripsikan Apa Makna Teks Tortor Ilah Bolon di Simalungun Bawah?

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian atau pentingnya penelitian terutama bagi

(23)

disimpulkan bahwa dengan adanya manfaat penelitian serta uraian terhadap masalah yang diteliti, maka penelitian terhadap masalah ini memang layak untuk

di laksanakan atau diteliti.

Manfaat penelitian diantaranya sebagai berikut:

1. Sebagai pengetahuan baru akan budaya yang beranekaragam dan informasi bagi masyarakat luas khususnya masyarakat Simalungun. 2. Sebagai bentuk pelestarian budaya agar dapat diketahui oleh masyarakat

luas bahwa Simalungun memiliki budaya yang unik.

3. Salah satu bentuk pemeliharaan kesenian daerah sebagai bagian dari

kekayaan Budaya Nasional.

4. Sebagai wawasan peneliti sehubungan dengan tarian-tarian dan kesenian

budaya di Indonesia disebabkan peneliti sebagai orang seni yang akan menjadi Sarjana Pendidikan (Seni Tari).

5. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Etnis Simalungun.

6. Sebagai bahan tambahan informasi bagi peningkatan Apresiasi Seni Tradisi di kalangan masyarakat Simalungun dalam mengembangkan

pengetahuan di bidang Seni Budaya.

7. Penelitian diharapkan dapat mendorong dan meningkatkan minat generasi-generasi muda untuk mencintai kesenian budaya Indonesia khususnya Seni

Tari.

8. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan

(24)

9. Dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan kesenian daerah Simalungun khususnya Seni tari.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Peterson, Anya. 2007. The Antropologi Of Dance Terjemahan F.X Widaryanto. Bandung: Jawa Barat Indonesia

Saragih,Asnarita. 2012, “Tortor Mangolopi Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Simalungun : Jurnal Skripsi Jurusan Sendratsik Fakultas Bahasa Dan Seni UniversitasNegeri Medan.

Ast, Friendrich. 1778184. Hermeneutika Filologis Diiringi KearahHermeneutika Dialogis: Yogyakarta.

Hutauruk, Iin. 2013, “Bentuk Penyajian Tari Sampaia”,Yang Menjelaskan Bentuk Penyajian Tari Sampaia Pada Masyarakat Sibolga : Jurnal Skripsi

Gultom, Irma. 2013. Tortor Sirintak Hotang Pada Masyarakat Simalungun. KajinTerhadap Konsep Koreografi. Jurnal Skripsi Jurusan SendratasikFak ultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Purba, Jamin. 2011. “Upacara Adat Marhajabuan Pada Masyarakat Simalungu Studi Analisis Terhadap Tortor”: Jurnal Skripsi Jurusan Sendratsik Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Nurwani, (2008). Pengantar Pengetahuan Tari ,Fakultas Bahasa Dan Seni, Unimed :2010.

Nurwani, 2013. “Ritual Kematian Bailan Pada Masyarakat Minang Kabau Dalam

Perspektif Teori Budaya (Pendekatan Teori Perubahan Sosioal Dan Hermeneutika) 2013.Erlangga: UNRAIR Surabaya.

Palmer, E Richard. (2005). Terjemahan Musnur Hery Hermeneutika Teori BaruMengenai Interpretasi : Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Soedarsono, (1976). PengantarPengetahuanTari.:Yogyakarta.

Schletermacher (2003). MenerjemahkanHermeneutika.:Yogyakarta. Susan, (2003).Menafsirkan Hermeneutika:Yogyakarta.

Susi, (2012. Horja Harangan Marsialap Ari Pada Masyarakat Kabupaten Simalun gun Jurnal Skripsi Jurusan Sendratsik Fakultas Bahasa Dan Seni.

Universitas Negeri Medan.

Sosiologi Seni (2014). Cara MelihatSosiologi: Surabaya UNNAIR.

(26)

P,Wiwin. 2013. Dokumentasi Tari Berdasrkan Fungsi Di Kabupaten Simalungun: Jurnal Skripsi JurusanSendratsik FakultasBahasa Dan Seni: UniversitasNe geri Medan.

Http://Simalungun kab.Go.Id/Pdf/Kecamatan/Propil kec Bosarmaligas 2014.Pdf Http:// www.Wikepedia Indonesia.PengertianTeks dan Kontekstual. Blog Spot

Gambar

Tabel 4.9 Latar Belakang Penyusunan Ragam Gerak Tortor Ilah Bolon

Referensi

Dokumen terkait

Persemaian tanaman kehutanan adalah suatu tempat yang digunakan untuk memproduksi bibit suatu jenis tanaman kehutanan yang siap untuk periode kegiatan penanaman

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul STUDI

Untuk mengetahui pemberian limbah buah pisang kluthuk untuk pertumbuhan tanaman anggrek tanah pada media pasir dan tanah liat yang paling efektif. Menambah pengetahuan bagi

Dipihak lain terdapat tekanan untuk pembangunan behan yang lebih besar dengan Amerika Serikat (kalangan moderat/nasionalist), Pandangan-pandangan yang jauh melewati

Abdul Kadir (2009) Dasar Perancangan dan Implementasi Database relasional , ANDI Yogyakarta. Anastasia Diana, Lilis Setiawati (2011) Sistem Informasi

Pengaruh Stress Kerja dan Hukuman DisiplinTerhadap Kinerja Karyawan pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional,Tbk Kantor Cabang Induk putrid Hijau, Fakultas

Pekerjaan yang berat tidak mengahalang saya untuk hadir dalam bekerja. Beban kerja yang belebihan tidak membuat saya

Pengukuran konsentrasi gula dilakukan dengan memanfaatkan fenomena opto-electric dari material BST sebagai sensor cahaya. Semakin bertambahnya konsentrasi gula