• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN CIVICS ED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN CIVICS ED"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN (CIVICS EDUCATION) BELANDA DAN JEPANG

Profil Belanda Keadaan Alam

Sebagian besar wilayah negeri Belanda terdiri atas dataran rendah. Daerah bagian tenggara negeri Belanda merupakan tanah turun (depresi kontinental). Bagian daratan yang terendah adalah Alexander Pol.der (6 meter di bawah permukaan laut). Letaknya di sebelah timur Rotterdam. Bagian daratan yang tertinggi merupakan kaki Pegunungan Leisteen dengan puncaknya Vaalserburg (± 321 m).

Beberapa sungai penting di negeri Belanda adalah Sungai Rijn, Sungai Mass. dan Sungai Schelde. Di bagian utara negeri Belanda terdapat teluk yang menjulur agak ke dalam yang disebut Zuiderzee. Kini teluk itu dipisahkan oleh laut utara. Bentuk teluk itu berupa bendungan yang disebut Yosel. Di daerah Belanda banyak terdapat bukit pasir yang terjadi karena pasir laut yang ditiup angin dari laut.

Negeri Belanda beriklim laut. Akibat pengaruh arus teluk menjadikan temperatur tahunan naik setinggi 10°C. Pada bulan Januari suhu udara4 turun hingga 1°C. Pada bulan Juli (musim panas) suhu udara mencapai 19°C. Di negeri Belanda hujan terjadi sepanjang tahun. Pada musim dingin hujan salju sering turun.

Budaya

Negeri Belanda termasuk negara maju dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Negeri Belanda dikenal karena kemajuannya dalam bidang filsafat, seni lukis, musik, sastra, sains, dan ekonomi.

Perekonomian

Kegiatan perekonomian negeri Belanda menyangkut bidang-bidang sebagai berikut.

(2)

Pertanian Belanda dilaksanakan secara modern dan intensif. Pertanian diusahakan di daerah bertanah liat antara Sungai Waal dan Sungai Rijn. Hasil pertanian utama Belanda adalah kentang, gandum, gula bit, sayuran, dan buah-buahan.

2) Peternakan

Peternakan Belanda dilaksanakan secara intensif. Beberapa binatang ternak yang ada, yaitu ayam. lembu, dan babi. Hasil sampingan peternakan Belanda adalah keju dan susu.

3) Pertambangan dan Perindustrian

Hal-hal yang berhubungan dengan pertambangan dan perindustrian Belanda adalah sebani berikut:

 Hasil tambang terpenting Belanda adalah batu bara dan minyak bumi. Tambang batu bara terdapat di daerah sebelah tenggara. Minyak bumi ditambah di bagian timur laut

 Pabrik mentega dalam kaleng dan keju terdapat di Trisland.  Pabrik pesawat terbang Fokker terdapat di Amsterdam.  Industri ractio dan bola lampu listrik terdapat di Eindhoven.  Industri galangan kapal terdapat di Rotterdam dan Amsterdam.  Industri tenun terdapat dl Twent, yaitu Enshede dan Amelo.  Industri mesin dan logam terutama terdapat di bagian barat.  Pabrik tepung terigu, kulit, dan sepatu terdapat di Hortogen.

Penduduk

(3)

Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan negeri Belanda adalah monarki konstitusional. Kepala negara Belanda dijabat oleh ratu dari keturunan Dinasti Oranje. Kekuasaan Fksekutif dipegang oleh kabinet. Parlemen negeri Belanda disebut Staaten Generaal terdiri atas Majelis Rendah (Teede Kamer) dan Majelis Tinggi (Eerste Kamer). Kedua anggota majelis tersebut dipilih oleh warga negara yang telah berusia 23 tahun.

KURIKULUM DI NEGARA BELANDA A. SISTEM PENDIDIKAN

Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang dikenal di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Di Eropa sendiri, sistem pendidikan ala Belanda hanya dikenal oleh beberapa negara, antara lain Jerman dan Swedia. Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai sejak pendidikan di tingkat dasar dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan akademis dari siswa yang bersangkutan. Secara umum, sistem penjurusan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (primary en secondary education) 2. Pendidikan tingkat menengah kejuruan (senior secondary vocational

education and training)

3. Pendidikan tingkat tinggi (higher education)

B. BASISSCHOOL DAN RAPORT DI BELANDA

(4)

Bahasa Belanda (11 butir):

19. Ilmu Alam20. UU Lalu Lintas

Mentalitas Siswa (7 butir):

(5)

35. Kelakuan di luar kelas sesama siswa 36. Kelakuan terhadap pengajar

Pekerjaan Rumah (2 butir): 37. Belajar sendiri

38. Membuat tugas

Katekese (1 butir): 39. Partisipasi

Berhitung (5 butir): 40. Berhitung umum

41. Berhitung di luar kepala 42. Latihan berhitung 43. Menghitung

44.Penguasaan hitungan

44 butir penilaian yang ada di dalam Raport setiap siswa Basisschool di atas masih ditambah dua materi ekstra kurikuler, yaitu Berenang dan Bersepeda.

C. INSTITUSI PENDIDIKAN DI BELANDA

Di Belanda ada 2 macam institusi pendidikan tinggi. Yang pertama adalah HBO atau hoger beroepsonderwijs, yang terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia “pendidikan kejuruan tinggi”, dan WO atau wetenschappelijk onderwijsyang terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia “pendidikan sains”.

Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Adapun beberapa negara yang menerapkan pendidikan yang hampir sama dengan Belanda adalah Jerman dan Swedia. Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai sejak pendidikan di tingkat dasar dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan akademis siswa yang bersangkutan.

(6)

Konstitusi Belanda dan ini tergambar dalam sistem pendidikan. Majelis atau dewan pendidikan (school boards) diizinkan atas hak-hak sebagai berikut:

1. Kebebasan mendirikan, yaitu kebebasan mendirikan sekolah berdasarkan ideologi atau keperluan masyarakat apa saja : ini berkaitan dengan kriteria kuantitatif, bukan kualitatif.

2. Kebebasan ideologi, yaitu kebebasan bagi pejabat yang kompoten pada sekolah yang diasuh oleh denominasi agama untuk menyelenggarakan pendidikan berdasarkan prinsip penentuan sendiri jenis ideologi yang dianut.

3. Kebebasan struktur, yaitu kebebasan bagi pejabat yang kompoten untuk menentukan isi dan metode pendidikan. Kebebasan ini dibatasi oleh negara dengan memberikan persyaratan-persyaratan kualitatif.

Kesamaan kesempatan berpendidikan, perbaikan kualitas pendidikan, dan pengembangan tanggung jawab individu dan kewarganegaraan merupakan tujuan umum politik pendidikan Belanda. Secara lebih khusus, sistem pendidikan Belanda berusaha mencapai tujuan pendidikan sebagai berikut :

1. Melaksanakan keadilan terhadap berbagai ideology yang terdapat dalam masyarakat,

2. Meningkatkan persamaan kesempatan belajar bagi berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda,

3. Meningkatkan pertukaran kultural,

4. Meningkatkan mobilitas dan integrasi sosial,

5. Mempertahankan dan mengembangkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat,

6. Mendidik ahli-ahli dan mengembangkan keahliannya pada level-level yang berbeda,

7. Meningkatkan demokratisasi dan emansipasi,

(7)

Anak-anak yang dijadikan pusat perhatian, bukan lagi bahan pelajaran.Bahan pelajaran tidak lagi ditetapkan untuk satu tahun pelajaran tertentu.Menurut pengaturan ini tidak ada lagi anak-anak yang tinggal kelas, walaupun begitu masih ada sekolah yang menerapkan sistem kenaikan kelas dan tidak naik kelas. Pelajaran diberikan disekitar 4 obyek:

1. Kecakapan instrumental dan kebudayaan, yang mengutamakan pelajaran bahasa, termasuk bahasa inggris, menulis dan berhitung.

2. Pengenalan dunia (sejarah, geografi, biologi, fisika, hygiene dan lalu lintas).

3. Saluran-saluran berekspresi (kerajinan tangan, music, dan menggambar). 4. Olahraga.

Di Belanda pendidikan khusus tercatat 20 macam, mulai dari sekolah bagi anak-anak yang mengalami ketidakmampuan belajar sampai pada anak-anak dengan cacat ganda. Pendidikan khusus ini melayani anak-anak dari usia 3 tahun yang membutuhkan pertolongan lebih banyak dari anak-anak biasa, baik yang berada di sekolah dasar maupun di sekolah menengah. Pada prinsipnya, sekolah khusus disediakan bagi anak-anak pada kelompok umur yang sama. Usia yang dapat diterima pada sekolah khusus bervariasi tergantung pada jenis sekolah, dan biasanya antara usia 3 dan 6 tahun. Pada sekolah menengah umur 12 tahun ke atas dengan batas maksimum 20 tahun.Pengecualian hanya dilakukan terhadap kasus-kasus luar biasa. Kira-kira 60% anak-anak yang tamat dari sekolah khusus melanjutkan sekolahnya ke sekolah menengah, 6% masuk ke sekolah dasar, dan selebihnya tidak meneruskan pendidikannya.

(8)

1. Pendidikan prauniversitas (secondary grammar school) 2. Sekolah menengah kejuruan tingkat pertama dan tingkat atas 3. Akademi vokasional

4. Dan sekolah jenis lain, seperti kursus-kursus sosial bagi pekerja-pekerja muda yang diselenggarakan baik secara paruh waktu atau purna waktu. Yang terakhir ini sesungguhnya bukanlah pendidikan nonvokasional, dan dimaksudkan bagi anak-anak muda yang pendidikan wajibnya tidak dapat diselesaikan sepenuhnya.

Kelebihan Sistem Pendidikan di Belanda

Pendidikan di Belanda, terutama pendidikan tingginya telah diakui repu-tasinya di dunia. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang pernah studi di universitas atau institusi pendidikan tinggi Belanda memiliki kinerja yang sangat baik di manapun mereka berada. Untuk negara kecil seperti Belanda, orientasi internasional, termasuk pendidikan dan pelatihan merupakan keha- rusan untuk dapat bertahan di tengah arus dunia yang semakin internasional. Kelebihan sistem pendidikan di Belanda :

1. Masyarakat yang multikultur dan terbuka 2. Lingkungan studi yang internasional

3. Pendidikan dan riset yang berkualitas dan beraneka ragam 4. Terletak di tengah Benua Eropa

5. Biaya kuliah di Belanda relatif terjangkau 6. Budaya Mahasiswa

7. Beasiswa

8. Program Pertukaran

Kelemahan Pendidikan Belanda

(9)

memilukan di era penjajahan tersebut. Apa yang baik di Negara Belanda dan dapat diambil untuk pengembangan system pendidikan di Indonesia tentu sangat berharga. Tidak mudah mencari kekurangan/ kelema- han sistem/pola pendidikan di Negara Belanda. Tentu ini disebabkan begitu lamanya pengalaman mengelola pendidikan di Negara sendiri maupun Negara-negara jajahannya. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi siapapun yang ingin menggunakan kesempatan belajar di Negara Belanda.

Gejala Post Modernisasi sangat terasa di Negara Belanda. Gejala post modernisasi ditandai dengan sekularisasi yang salah satunya dalam bentuk lunturnya nilai-nilai agama. Kecuali itu juga ditandai dengan liberalisasi pola pikir yang sangat menekankan pada hak azasi tiap manusia untuk melakukan kehendaknya sendiri. Belanda yang pada masa lalu mampu mengirimkan misionaris-misionarisnya ke seluruh dunia, terutama Negara jajahannya, kini justru membutuhkan misionaris-misionaris dari luar. Tidak dapat dipungkiri, masyarakat Belanda masa kini adalah masyarakat yang individualistis, yang memandang soal-soal agama sebagai urusan pribadi semata. Kegiatan keroh-anian menjadi tidak menarik lagi. Gereja-gereja kosong, kaum muda tidak tertarik melaksanakan kegiatan keagamaan. Aktualisasi kehidupan beriman orang Belanda masa kini lebih ditekankan pada karya-karya humanistis. Namun gejala ini tidak berlaku bagi kaum imigran.

(10)

SISTEM PENDIDIKAN DI JEPANG Pendahuluan

Pendidikan kewarganegaraan di Jepang yang dikenal dalam terminologi social studies, living experience and moral education (Kerr, 1999), berorientasi pada pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan warga negara berkaitan dengan upaya untuk membangun bangsa Jepang. Dalam tulisan ini, kajian pendidikan kewarganegaraan di Jepang akan memfokuskan diri kepada kajian tentang konteks kelahiran, landasan pengembangan, kerangka sistemik, dan kurikulum dan bahan ajar pendidikan kewarganegaraan di Jepang.

Konteks Kelahiran

Konteks kelahiran Pendidikan Kewarganegaraan di Jepang dapat ditelusuri, terutama setelah Perang Dunia kedua (1945). Pada masa itu, perhatian pemerintah Jepang terhadap pendidikan mulai menunjukkan peningkatan. Pendidikan menjadi pusat perhatian pemerintah sebagaimana direncanakan sejak periode Meiji (abad ke-19) (Otsu, 1998:51; Ikeno, 2005:93). Periode setelah kekalahan Jepang ini, merupakan titik balik yang sangat penting bagi pendidikan di Jepang. Pendidikan Jepang mengubah orientasinya dari yang bersifat militer ke arah pendekatan yang lebih demokratis. Demikian pula perubahan dirasakan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, mata pelajaran ini telah bergeser penekanannya dari pendidikan untuk para warganegara dan pengajaran disiplin ilmu-ilmu sosial yang terkait dengan upaya untuk membangun bangsa Jepang, ke arah Pendidikan Kewarganegaraan untuk semua warganegara (Ikeno, 2005:93).

Pendidikan Kewarganegaraan Jepang setelah Perang Dunia II dapat digambarkan dalam tiga periode (Ikeno, 2005:93) sebagai berikut: “Pertama, periode tahun 1947-1955, berorientasi pada pengalaman. Kedua, periode tahun 1955-1985, berorientasi pada pengetahuan, dan ketiga, periode tahun 1985-sekarang, berorientasi pada kemampuan”.

(11)

Pelaksanaan pembelajaran studi sosial pada periode ini adalah melalui “ yubin-gokko (playing the post)” dan “yamabiko-gakko (echo school)”. Dalam praktek ini, guru mengorganisir suatu struktur yang berhubungan dengan kegiatan pos sebagai satu aktivitas untuk anak-anak. Di yamabiko-gakko, guru mengorganisir aktivitas penyelidikan sehingga anak-anak bisa membuat pertanyaan-pertanyaan melalui komposisi dan jawaban bebas mereka.

Dalam situasi demikian, anak-anak itu melaksanakan aktivitas, sementara para guru tidak mengambil peran yang besar untuk memimpin dalam proses pembelajaran tersebut. Banyak orang mengkritik praktek pembelajaran ini, mereka berpendapat bahwa dalam praktek pembelajaran tersebut, anak-anak hanya memperoleh pengetahuan biasa yang dipelajari tanpa sengaja, dan mereka menuntut para guru studi sosial untuk mengajar ilmu sosial secara sistematis.

Pada periode yang kedua, Pendidikan Kewarganegaraan didasarkan atas prinsip intelektualisme yang berkembang dalam disiplin akademis. Kementerian Pendidikan Jepang memisahkan Pendidikan Moral (dotoku) dari studi sosial. Studi sosial dipecah menjadi Geografi, Sejarah, dan politik/ekonomy/kemasyarakatan.

Sasaran pengajaran Pendidikan Kewarganegara pada periode kedua ini terdiri atas empat unsur (Ikeno, 2005:94), yaitu untuk mengembangkan:

1. pengetahuan dan pemahaman 2. keterampilan berpikir dan ketetapan 3. keterampilan dan kemampuan, dan 4. kemauan, minat, dan sikap warganegara

Pendidikan Kewarganegaraan dalam periode ketiga bertujuan mempersiapkan setiap individu untuk dapat terlibat dalam secara aktif dalam masyarakat, dan menggunakan budaya umum dalam setiap hal. Penekanan Pendidikan Kewarganegaraan telah diubah dari mengutamakan pengetahuan umum tentang bangsa Jepang kepada kemampuan itu untuk membangun masyarakat. Pada periode ketiga ini, pendidikan Kewarganegaraan Jepang sebagian besar diterapkan sebagai “kewarganegaraan (civics)” dalam sekolah tingkat atas, dan sebagai “studi sosial” dalam sekolah tingkat menengah (Otsu, 1998:51).

Landasan Pengembangan

(12)

Oleh karena itu, penting diketahui bagaimana konsep-konsep tersebut dikonstruksi. Untuk menjelaskan hubungan antara citizen dan citizenship di Jepang, Otsu (1998:53) mengemukakan sebagai berikut: “Related to the definition of ‘citizen’, ‘citizenship’ has a much wider meaning and can be used differently in different contexts”. Berdasarkan kutipan tersebut diketahui bahwa definisi antara citizen dan citizenship dapat memiliki arti yang luas dan dapat digunakan dalam cara dan dalam konteks yang berbeda.

Lebih lanjut Otsu (1998:53) mengemukakan bahwa pada saat “studi sosial (social studies)” dimulai sebagai mata pelajaran inti pada tahun 1948, Kementerian Pendididikan menjelaskan bahwa ‘studi sosial tidak hanya membantu penduduk mengikuti kebijakan pemerintah, tetapi setiap penduduk secara intens belajar tentang masyarakat mereka dan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan mereka untuk berpartisipasi secara positif dalam masyarakat mereka untuk membangun masyarakat yang demokratis.

Pada saat “kewarganegaraan (civics)” disiapkan sebagai suatu mata pelajaran pada sekolah menengah pada tahun 1970, Kementerian Pendidikan menggambarkan tujuan inti Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:

a. to develop an awareness and understanding of Japan as a nation and the principle of sovereignty (Untuk mengembangkan kesadaran dan pemahaman tentang Jepang sebagai sebuah negara dan prinsip kedaulatan)

b. to develop a concept of local community and the state and ways in which the individual can contribute to the work of the community and the state (Untuk mengembangkan suatu konsep tentang masyarakat lokal dan negara serta cara bagaimana setiap individu dapat berkontribusi dalam satu pekerjaan di masyarakat dan negara)

c. to appreciate rights and responsibilities and duties of the individual in the community and wider society (Untuk menghargai hak dan tanggungjawab serta tugas dari individu dalam suatu komunitas dan masyarakat yang lebih luas) d. to develop an ability to act positively in relation to rights and duties (untuk

mengembangkan kemampuan untuk bertindak secara positif dalam hubungan antara hak dan kewajiban)

Kerangka Sistemik

(13)

maupun pendidikan menengah” (Kerr, 1999; Winataputra, 2007). Pada tabel berikut ini disajikan pengorganisasian Civic Education di Jepang pada pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan pertama dan tingkat atas.

Tabel 1. Organisation of Citizenship Education in Primary Phase

Country Terminology Approach Hors per weeks Japan Social studies, living kewarganegaraan pada tingkat pendidikan dasar. Terminologi yang digunakan untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah “Social studies, living experiences and moral education”. Kedudukan dalam program pendidikan bersifat wajib yang dikemas sebagai materi inti yang terintegrasi atau secara berdiri sendiri. Beban belajar perminggu adalah 175 x 45 menit per tahun.

Sementara itu, Pendidikan Kewarganegaraan untuk tingkat pendidikan lanjutan pertama dan tingkat atas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. Organisation of Citizenship Education in the Lower and Upper Secondary Phase

(14)

Kurikulum dan Bahan Belajar

Dalam uraian Otsu (1998:) Pendidikan Kewarganegaraan dalam sekolah dasar diimplementasikan sebagai “life and environmental studies” pada tingkat 1-2, dan “social studies” pada tingkat 3-6 untuk tiga jam pelajaran (1 jam pelajaran = 45 menit) per minggu. Di sekolah menengah, studi sosial terdiri atas tiga mata pelajaran, Geografi (4 jam per minggu pada tingkat 1 dan 2, 1 jam = 50 menit), Sejarah (dengan proporsi yang sama dengan geografi), dan Kewarganegaraan (2-3 jam per minggu pada tingkat 3).

Isi (kurikulum) Kewarganegaraan pada sekolah menengah terdiri atas: 1. contemporary social life (Kehidupan sosial kontemporer)

2. Improvement of national life and economy (Perbaikan kehidupan nasional dan ekonomi)

3. democratic government and international community (Pemerintahan demokratis dan masyarakat internasional) (Otsu, 1998:54)

Pada sekolah menengah, para siswa belajar Kewarganegaraan pada tahun terakhir, pelajaran Kewarganegaraan tingkat tiga cenderung diarahkan sebagai pusat pengetahuan dan ditekankan terhadap hapalan (memorization), karena banyak siswa dan guru berkonsentrasi untuk ujian masuk ke tingkat sekolah menengah atas.

Kurikulum sekolah menengah atas terdiri atas bidang mata pelajaran dan sub mata pelajaran yang spesifik. Para siswa diharuskan mengambil empat kredit dari mata pelajaran Kewarganegaraan yang terdiri atas: masyarakat kontemporer (4 jam, 1 jam = 50 menit), etika (2 jam), dan politik/ekonomi (2 jam).

Isi dari kajian tentang masyarakat kontemporer adalah sebagai berikut:

1. the individual and culture in contemporary society (individu dan budaya dalam masyarakat kontemporer)

2. environment and human life (lingkungan dan kehidupan manusia)

3. contemporary politics and economy and the individual (politik dan ekonomi kontemporer dan individual)

4. international community and global issues (organisasi internasional dan isu-isu global) (Otsu, 1998:54)

(15)

pengetahuan, beberapa guru menciptakan inovasi pembelajaran dengan mengambil isu-isu kontemporer dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif dan aktifitas yang bervariasi, seperti diskusi, games dan simulasi. Meskipun studi sosial dalam sekolah menengah atas dicitrakan sebagai pelajaran hapalan dalam waktu yang lama, namun studi tentang masyarakat kontemporer telah mengubah citra (image) studi sosial sampai taraf tertentu. Pembelajaran kreatif pada masyarakat kontemporer dipublikasikan dan memiliki pengaruh yang mendukung guru-guru lintas bangsa.

(16)

DAFTAR REFERENSI

Ikeno, N. (2005). “Citizenship Education in Japan After World War II”. In Citized. International Journal of Citizenship and Teacher Education. Vol 1, No. 2 December 2005.

Cogan, J.J. and Ray Derricott (ed). (1998). Citizenship Education for the 21st Century: An International Perspective on Education. London: Kogan Page. Otsu, K. (1998). “Japan”. In Cogan J.J. and Ray Derricott (ed). Citizenship Education for the 21st Century: An International Perspective on Education. London: Kogan Page.

Kerr, D. (1999). Citizenship Education: An International Comparrison. England: nfer, QCA.

———–. (1999). Citizenship Education in The Curriculum: An International Review. England:nfer, QCA.

"Gini coefficient of equivalised disposable income (source: SILC)" (dalam Inggris). Eurostat Data Explorer. Diakses tanggal 2017-05-13.

"North Sea" [Laut Utara] (dalam Inggris). Kementerian Pertahanan. Diakses tanggal 2012-03-06.

Misi Tetap Belanda untuk PBB. "General Information" [Informasi Umum] (dalam Inggris). Diakses tanggal 2017-05-13.

"Milieurekeningen 2008" [Data Lingkungan Tahun 2008] (PDF) (dalam Belanda). Biro Pusat Statistik Belanda. Diakses tanggal 2017-05-13.

"Netherlands Guide – Interesting facts about the Netherlands" [Panduan Belanda - Fakta menarik tentang Belanda] (dalam Inggris). Eupedia. 1994-04-19. Diakses tanggal 2017-05-13.

van Krieken, Peter J.; David McKay (2005). The Hague: Legal Capital of the World [Den Haag: Ibu Kota Hukum Dunia] (dalam Inggris). Cambridge University Press. ISBN 90-6704-185-8. , khususnya, "Pada dasawarsa 1990-an, ketika menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Boutros Boutros-Ghali mulai menjuluki Den Haag sebagai ibu kota hukum dunia."

Gambar

Tabel 2. Organisation of Citizenship Education in the Lower and Upper

Referensi

Dokumen terkait

¾ Response dari pendengar berupa gerakan tubuh disebut back channel.. ¾ Dengan adanya back channel, pembicara merasa bahwa pendengar cukup memahami pembicaraan. ¾

Dalam makna yang demikian ini pula, kiranya tindakan Abu Bakar dalam memerangi orang- orang yang murtad serta orang yang enggan untuk berzakat 40 tidaklah dinilai sebagai

Di samping itu, analisis perkembangan sosial ekonomi Metropolitan Sema- rang dilakukan dengan mempertimbangkan tiga variabel, yaitu kepadatan penduduk, rasio perempuan

Keberadaan ekosistem mangrove memberikan fungsi dan manfaat nyata bagi kehidupan masyarakat desa setempat, namun dalam memanfaatkan ekosistem ini sebagian masyarakat

REGISTRASI ADMINISTRATIF CALON MAHASISWA BARU PROGRAM DOKTOR DAN MAGISTER UNIVERSITAS DIPONEORO GELOMBANG II SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2013/ 2014 Nama-nama peserta

Anomali rendah di sebelah tengah berada pada topografi tinggi yang merupakan daerah perbukitan yang merupakan puncak dari gunung Poco Ranakah, Poco Manggung, Poco Mandasawu dan

If the teacher activates students’ previewing and predicting skills, it will encourage their students to read more, aware of any features given and use their imagination..

Masih pada form Tabel Data Terkoreksi dan Uji Lanjut, jika user ingin melihat nilai – nilai LSD dan informasi lainnya yang bersangkutan, user dapat mengklik tombol Alpha = 1%, Alpha