• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENYESUAIAN PEKERJAAN PADA MASA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENYESUAIAN PEKERJAAN PADA MASA (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PENYESUAIAN PEKERJAAN PADA MASA DEWASA

Nur Fadillah

Nurhidayah Usman

Alfirah Ali

Fakultas Psikologi

Universitas Negeri Makassar

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di antara sekian banyak tugas perkembangan orang dewasa dini, tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan dan hidup keluarga merupakan tugas yang sangat banyak, sangat penting dan sangat sulit diatasi. Bahkan sekalipun orang dewasa telah mempunyai pengalaman kerja, telah menikah dan telah menjadi orangtua namun tetap harus melakukan penyesuaian diri dengan peran –peran tersebut. Bagi sebagian besar pria dewasa, kebahagiaan bergantung pada kesesuaian antara bakat, minat dan tugas yang diemban. Artinya, makin cocok bakat dan minatnya dengan jenis pekerjaannya, makin tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh. Karena meningkatnya jumlah wanita baik yang telah menikah maupun yang masih lajang maka seringkali pekerjaan wanita dibandingkan dengan pria, karena sekarang banyak wanita yang mengusulkan pada pemerintah federal untuk mengurangi diskriminasi perlakuan antara pria dan wanita dalam pekerjaan seperti: wanita berharap dapat memperoleh gaji yang lebih tinggi dan pekerjaan yang lebih baik.

Jadi tidak sekedar diberi tugas untuk mengerjakan pekerjaan yang bersifat rutin, atau jenis tugas yang memerlukan kemampuan dan latihan yang terbatas sehingga tidak mempunyai rasa bangga akan tugasnya. Tapi dalam kenyataannya bahkan wanita dengan tingkat kompetensi yang lebih tinggi pun masih diperlakukan secara tidak adil dan bertentangan dengan teori bakat dan minat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

(3)

C. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah:

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Penyesuaian Pekerjaan Pada Fase Dewasa Awal a. Definisi Dewasa Awal

Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescere - yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan.” Akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa” oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. (Hurlock, 1980)

(5)

b. Penyesuaian Pekerjaan Pada Masa Dewasa Awal 1) Pilihan Pekerjaan

Penyesuaian pertama yang dianggap pokok adalah memilih bidang yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis. Banyak kasus dalam memilih bidang kerja yang tidak cocok dengan bakat dan minat (suara hati kecil) tetapi dipilih karena besarnya pengaruh sosial yang ada, justru akan menimbulkan ketidakpuasan terhadap hasil karyanya, tidak merasa mencintai tugasnya dan akhirnya prestasi kerjanya menurun sangat drastis. Sehubungan dengan itu, maka beberapa orang dewasa telah menentukan pilihannya jauh – jauh hari sebelum mereka bekerja sehingga jauh – jauh hari pula mereka melatih diri sesuai dengan prasyarat yang diperlukan untuj jenis tugas yang mereka anggap cocok dengan minat dan bakatnya. Sebaliknya, masih banyak juga orang dewasa muda yang bingung tentang apa yang akan mereka kerjakan dalam hidupnya setelah selesai dari pendidikan tinggi SLTA, akademi bahkan yang tamat dari perguruan tinggi.

(6)

2) Stabilitas Pilihan Pekerjaan

Penyesuaian kedua yang dianggap penting bagi orang dewasa muda adalah pilihan jurusan harus dilakukan dengan mantap. Cara ini tidak selalu dapat dilakukan baik oleh pria maupun wanita untuk berpindah pekerjaan. Bagaimanapun juga kalau perubahan jenis pekerjaan sebagai karier dilakukan pada saat seseorang menjelang akhir usia 30-an maka tindakan ini dianggap terlambat. Seberapa jauh tingkat kemantapan pemilihan jurusan bagi seseorang bergantung pada tiga faktor, yaitu pengalaman kerja, daya tarik pribadi terhadap pekerjaan dan nilai yang terkandung pada pekerjaan yang dipilih. Orang dewasa yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat memperoleh kepuasan yang jauh lebih sesuai dengan pekerjaan yang dipilih dibandingkan dengan mereka yang kurang mempunyai pengalaman kerja. Bahkan pengalaman kerja sambilan yang diperoleh pada waktu seseorang masih sekolah ditingkat SMA atau perguruan tinggi dapat digunakan seseorang untuk menilai jenis pekerjaan yang dianggap cocok dari berbagai alternatif pekerjaan yang tersedia demi hari depan kelak.

(7)

walaupun faktor lain mempengaruhi motivasi seseorang untuk memilih kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya. Havighurst dalam studinya tentang sikap pekerja terhadap pekerjaannya menyimpulkan bahwa mereka dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum yaitu sikap kerja yang menopang masyarakat dan sikap kerja yang melibatkan ego.

a) Sikap kerja yang menopang masyarakat

Pekerja yang bersikap menopang masyarakat dalam dirinya kurang atau tidak berminat akan kerjanya dan hanya memperoleh sedikit kepuasan kerja. Tipe pekerja semacam ini orang yang mementingkan besarnya gaji yang diterima. Orang semacam ini seringkali memandang pekerjaannya sebagai beban yang berat dan tidak menyenangkan dan memandang hari depan hanya agar cepat menjalani masa pensiun.

b) Sikap kerja yang melibatkan ego

Para pekerja yang dalam bekerja melibatkan ego, biasanya memperoleh kepuasan pribadi yang lebih besar. Bagi beberapa orang, bekerja merupakan dasar harga diri dan kebanggaan. Bagi sejumlah orang lainnya bekerja dianggap sebagai prestise yang diperoleh, tempat untuk melakukan partisipasi sosial atau sebagai sumber kesenangan intrinsik atau merupakan ekspresi dari pribadi yang kreatif dan juga merupakan cara memanfaatkan waktu dengan cara yang rutin menyenangkan.

 Penyesuaian Diri Pria

(8)

pekerjaannya. Pertama, apabila pekerjaannya memungkinkannya untuk berperan maka ia akan memainkan perannya, ia akan merasa sangat puas dan proses penyesuaiannya berjalan dengan sangat harmonis. Kedua, kepuasan dapat diperoleh apabila pria merasa bahwa pekerjaannya menuntut banyak kemampuan yang dimiliki dan hasil pendidikannya. Ketiga, proses penyesuaian dengan pekerjaan dipengaruhi oleh cara pria menyesuaikan dirinya dengan wewenang. Keempat, penyesuaian terhadap pekerjaan dipengaruhi oleh meningkat tidaknya gaji yang diterima.

 Penyesuaian Diri Wanita

(9)

kerja perkantoran dan satu lagi tugas rumah tangga. Keenam, banyak wanita yang setelah lama bekerja di kantor mereka merasa pasrah dan tidak sanggup lagi apabila mereka diharapkan untuk berperan sebagai ibu rumah tangga dan ibu dari anak-anaknya.

2. Penyesuaian Pekerjaan Pada Fase Dewasa Madya

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewsa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat daripada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia madya. Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan yang berbeda menurut tahap dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dini pada satu batas, dan usia lanjut di batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu yang sama ada yang bulan juli, ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan oktober. Demikian halnya dengan manusia.

a. Kepuasan Kerja

(10)

Faktor penentu kepuasan kerja, yaitu: 1) Gaji/Upah

Kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji diberikan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga merupakan simbol dari pencapaian, keberhasilan dan pengakuan/penghargaan.

Berdasarkan teori keadilan Adams, orang yang menerima gaji yang dipersepsikan terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami ketidakpuasan. Jika gaji dipersepsikan adil berdasarkan tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat ketermpilan individu dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu maka akan ada kepuasan kerja. Jika dianggap gaji terlalu rendah, pekerja akan merasa tidak puas. Tapi jika gaji dirasakan terlalu tinggi, pekerja tidak lagi tidak puas, artinya tidak ada dampak pada motivasi kerjanya. Gaji atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap terhadap motivasi kerja seseorang jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya. 2) Kondisi Kerja

Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan akan menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kondisi kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan menimbulkan kepuasan kerja.

3) Hubungan Kerja

a) Hubungan dengan Rekan Kerja

Ada tenaga kerja yang dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh masukan dari tenaga kerja lain. Hubungan antara pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak yang berbentuk fungsional.

(11)

berkomunikasi. Dalam kelompok kerja di mana para pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi diri dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motovasi kerja mereka.

b) Hubungan dengan Atasan

Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggang rasa. Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada keterkaitan antara pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya mempunyai pandangan hidup yang sama.

Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika kedua jenis hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri pemimpin yang transformasional, maka tenaga kerja akan meningkat motivasinya dan sekaligus merasa puas dengan pekerjaannya.

b. Perubahan karir pada paruh kehidupan

Pengalaman perubahan karir di paruh kehidupan digambarkan sebagai titik perubahan di masa dewasa. Satu aspek dari periode paruh kehidupan melibatkan penyesuaian harapan yang ideal pada kemungkinan realistik dipandang dari berapa waktu yang tersisa di sebuah jabatan. Orang tengah baya mungkin memfokuskan pada berapa banyak waktu yang tersisa sebelum pensiun dan kecepatan mereka mencapai tujuan pekerjaan mereka (Baron, 2003).

Perubahan kondisi bekerja yang mempengaruhi pekerja berusia madya yaitu:

(12)

Pekerja yang tua biasanya dihargai karena keterampilannya yang didapat dari pengalaman bertahun-tahun, namun belakangan ini banyak yang menilai mereka terlalu tua untuk mempelajari keterampilan baru. 2) Strategi perekrutan karyawan

Pekerja usia madya lebih sulit mendapat pekerjaan daripada yang usia muda, sehingga sangat riskan untuk beralih pekerjaan.

3) Meningkatkan penggunaan otomatisasi

Pekerjaan yang diotomatisasikan memerlukan tingkat intelegensi yang tinggi, memerlukan banyak latihan, dan kecepatan yang besar. Hal ini menimbulkan efek bagi usia madya yang memiliki tingkat intelegensi rendah, dengan pelatihan untuk bagian kerja khusus, atau yang

Karyawan usia madya yang perusahaannya bersatu dengan perusahaan lain tahu bahwa tidak ada tempat baginya dalam organisasi baru tersebut. Hal ini dapat terjadi khususnya dalam bidang manajemen. 8) Relokasi

Terjadi saat karyawan yang berusia madya harus pindah untuk mempertahankan pekerjaan dan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lokasi baru.

(13)

Biasanya, prestasi keberhasilan tertinggi bagi pria diperoleh pada waktu usia empat puluhan dan awal lima puluhan. Pada masa itu pekerja tidak hanya dapat mencapai puncak status dalam jenjang organisasi saja tetapi juga pendapatannya mencapai angka tertinggi. Pria berusia madya secara kelompok lebih puas dengan pekerjaannya, daripada mereka yang relative masih muda sebagian karena bagi orang usia muda mempunyai pekerjaan saja sudah menyenangkan dan sebagian lagi karena mereka mempunyai pekerjaan yang lebih baik dari pada pekerjaan yang mereka punyai waktu masih muda.

Bagaimanapun juga ada beberapa pria yang berusia madya yang telah mencapai puncak statusnya dalam kerjaannya tetapi masih juga belum puas. Dalam kondisi seperti ini, beberapa dari mereka berusaha mencari pekerjaan yang lebih mereka sukai dan bagi sebagian pria lain tidak sekedar berganti pekerjaan saja, tetapi ada juga yang berganti profesi. Ketidakmantapan pekerjaan pada awal usia 40-an diakibatkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang terpenting keresahan, berakhirnya tanggungjawab untuk membiayai anak-anak, yang membebabaskan mereka dari beban yang dipikul bertahun-tahun, dan kesadaran bahwa jika mereka ingin merubah pekerjaan harus dilakukan saat ini juga atau sama sekali tidak beralih profesi.

(14)

memutuskan untuk mengganti pekerjaan dan karir setelah mencapai usia madya.

d. Penilaian terhadap Penyesuaian Pekerjaan

Penyesuaian terhadap pekerjaan pada usisa madya, dapat dinilai dari tingkat keberhasilan yang dicapai pria dan wanita dalam pekerjaan mereka dan dari tingkat kepuasan yang diperoleh.

1) Pretasi, pekerja usia madya menikmati tingkat keberhasilannya (mendapat pendapatan prestise, wewenang dan otonomi yang diharapkan). Masih banyak pula pekerja lain yang merasa berhasil dalam arti bahwa mereka telah berbuat yang terbaik dengan kemampuannya tapi menilai gagal karena belum mencapai apa yang diinginkan di masa muda.

2) Kepuasan, pada usia 60-an biasanya terjadi penurunan kepuasan pada pria, dikarenakan merasa memiliki kemungkinan yang kecil untuk berprestasi meskipun sudah bekerja keras. Kepuasan kerja juga menurun.

3) Pekerjaannya, pada masa dewasa madya seseorang menunjukan sikap tidak suka pada pekerja yang lebih muda. Tidak ada dari faktor tersebut yang menunjang rasa puas terhadap pekerjannya.Wanita usia madya mengalami kegagalan mencapai prestasi dan kepuasan kerja. Ketidakpuasan kerja dapat terjadi oleh berbagai faktor sama halnya dengan pria, tetapi hal tersebut semakin diintensifkan dengan ketidaksamaan dalam kesempatan untuk pengembanganh asil. Anggota kelompok minoritas pria maupun wanita mengalami kekecewaan terhadap pekerjaannya, sedang alasannya samadengan yang dikemukakan oleh kelompok wanita.

3. Penyesuaian Pekerjaan Pada Fase Dewasaa Akhir

(15)

kritis untuk mengevaluasi kesuksesan dan kegagalan seseorang menghadapi masa sekarang maupun masa mendatang.

Pada umumnya para usia lanjut mempunyai masalah dalam menyesuaikan diri terhadap pekerjaan, yang juga mereka hadapi pada masa sebelumnya, sekalipun pada masa sekarang sifatnya lebih unik. Misalnya mereka tidak hanya menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan tapi juga harus menyadari bahwa manfaat dirinya pada pekerjaan semakin berkurang sesuai dengan semakin bertambahnya usia. Mereka juga mempersiapkan masa pensiun. Penyesuaian diri terhadap pekerjaan pada orang usia lanjut adalah sulit karena hambatan ekonomis yang dewasa ini memegang peranan penting ketimbang masa sebelumnya. Walaupun ada bantuan keuangan dari pemerintah dalam bentuk jaminan sosial, asuransi, dan pembagian keuntungan secara bertahap yang diperoleh dari dana pension, mereka kadang tidak sanggup mengatasi berbagai problem yang mereka hadapi.

a. Penyesuaian Pekerjaan pada Usia Lanjut.

Pria lanjut usia biasanya lebih tertarik pada jenis pekerjaan yang statis daripada pekerjaan yang bersifat menantang, yang mungkin mereka sadari tak mungkin akan ada. Akibatnya, mereka lebih puas dengan pekerjaannya daripada orang yang lebih muda.

1) Kesempatan kerja bagi pekerja usia lanjut.

Kesempatan kerja bagi pekerja usia lanjut sangat terbatas. Apabila pekerja usia lanjut memperoleh pekerjaan, jenis pekerjaannya lebih banyak yang bersifat monoton, pekerjaan yang tidak berkembang, dan sebagainya. Akibatnya mereka merasa tidak puas. Hal ini membuat skala pendapatan mereka berada pada urutan paling bawah, hanya sedikit sekali yang berpendapatan tinggi. Hal ini pula yang menyebabkan mereka tidak puas.

2) Penilaian pekerja usia lanjut.

(16)

Kesadaran pekerja usia lanjut lebih besar karena sikap mereka lebih matang dan mereka ingin terus memiliki pekerjaan tersebut sehingga mereka lebih dapat terandal. Ketidakhadiran karena alasan sakit dan kecelakaan di tempat kerja kurang begitu umum bagi pekerja usia lanjut daripada apa yang dipercayai dalam masyarakat.

b. Penyesuaian diri terhadap masa pensiun

Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa mendatangkan kepuasan (karena uang, jabatan, dan memperkuat harga diri). Oleh karenanya, sering terjadi orang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya, ada yang malahan mengalami problem serius (kejiwaan atau pun fisik).

Schwarts (dalam Hurlock,1980) berkata bahwa pension dapat merupakan akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup baru. Pension selalu menyangkut perubahan peran, keinginan dan nilai, dan pola hidup secara keseluruhan setiap indivdu.

Akhirnya, pensiun wajib pada usia 65 tahun menjadi sesuatu yang hampir unversal.

1) Jenis pension

(17)

sangat rendah, dan cenderung mengalami kemunduran fisik dan psikologis.

2) Sikap terhadap pension

Havigurts (Hurlock, 1980) membagi orang usia lanjut dalam 2 kategori umum atas dasar sikapnya terhadap pension. Pertama, “pengalihan peran (transformer)” mereka yang mampu dan mau mengubah gaya hidupnya dengan mengurangi kegiatan-kegiatan berdasarkan pilihan sendiri dengan menciptakan gaya hidup bau yang menyenangkan dirinya. Hal ini mereka lakukan dengan cara melepaskan berbagai peran lama dan menjalankan peran baru. Kedua, “pemeliharaan peran (maintainers)”, merek terus bekerja dengan melakukan part time jobs setelah pension. Mereka seperti “perubahan peran”, jarang untuk rileks dan tidak mengerjakan apapun, tetai apa yang mereka kerjakan merpakan lanjutan dari apa yang mereka lakukan sebelumnya.

3) Kondisi yang memengaruhi penyesuaian diri terhadap pension

a) Pekerja yang pension secara sukarela akan menyesuaikan diri lebih baik dibanding mereka yang pension denga terpaksa.

b) Kesehatan yang buruk pada waktu pension memudahkan penyesuaian sedangkan orang sehat mungkin cenderung melawan untuk melakukan penyesuaian diri.

c) Banyak pekerja yang merasa bahwa berhenti dari pekerjaan secara bertahap ternyata lebih baik efeknya dibandingkan dengan mereka yang tiba-tiba berhenti dari kebiasaan bekerja karena mereka tidak bisa mengatur persiapan pola hidup tanpa pekerjaan.

d) Semakin sedikit perubahan yang harus dilakukan terhadap kehidupan semasa pension semakin baik penyesuaian dirinya. e) Status ekonomi yang baik memungkinkan seseorang hidup dengan

nyaman untuk penyesuaian yang baik pada masa pension.

(18)

g) Tempat tinggal seseorang mempengaruhi penyesuaian terhadap masa pension. Semakin besar masyarakat menawarkan berbagai kekompakan dan kegiatan bagi orang usia lanjut, semakin baik penyesuainnya.

h) Sikap anggota keluarga terhadap masa pension memberi pengaruh yang besar terhadap penyesuaian.

4) Perbedaan seks dalam penyesuaian diri dengan masa pension.

Secara umum, wanita menyesuaikan diri dengan lebih baik daripada pria terhadap masa pension. Alasannya yaitu pertama, perubahan peran yang terjadi tidak begitu radikal karena dalam berbagai hal wanita selalu memainkan peran domestic entah ketika masih belum menikah maupun setelah menikah. Kedua, pekerjaan lebih mengahasilkan sedikit manfaat dpsikologis dan dukungan sosial, sehingga kurang menimbulkan trauma. Ketiga, karen lebih sedikit wanita memegang posisi eksekutif mereka tidak merasa bahwa mereka tiba-tiba kehilangan kuasa dan prestise.

Sebaliknya pria mempunyai sedikit sumber pengganti yang data menghasilkan kepuasan, untuk menggantikan sarana yang biasa diperoleh dari pekerjaannya dahulu. Akibatnya mereka merasa pension sebagai beban mental dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik selama masa pension.

c. Post Power Syndrome

Terjemahan dari Post power syndrome kira-kira adalah gejala-gejala pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat satu jabatan, namun ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat negatif, itulah yang diartikan post power syndrome.

(19)

tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrome akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrome yang menyerang akan semakin parah.

Gejala post-power syndrome:

1) Gejajala fisik, misalnya menjadi jauh lebih cepat tua tampaknya dibandingkan waktu dia menjabat. Rambut semakin banyak beruban, keriput, sakit-sakitan, dan menjadi lemah. 2) Gejala emosi, misalnya cepat teringgung, merasa tidak

berharga, menarik diri dari pergaulan,dsb.

3) Gejala perilaku, misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan kemarahan.

Ciri-ciri orang yang rentan menderita post-power syndrome:

1. Orang yang terlalu senang dihargai dan dihormati orang lain, permintaanya senantiasa terlaksana/dituruti, suka dilayani. 2. Orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena

kurangnya harga diri, dengan jabatan dia lebih merasa diakui orang lain.

3. Orang yang meletakkan arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan mengatur orang lain, untuk dapat berkuasa atas orang lain.

(20)

Dalam kasus berat, diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.

Pria lebih rentan terhadap post power sindrome karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria. Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, akibatnya akan lebih parah. Apabila seseorang telah mampu menaklukan fase Post-Power Syndrome akan jauh menjadi lebih bijaksana dan mampu membuktikan kebermanfaatan atas eksistensinya.

4. Contoh dan Analisis Kasus Contoh kasus :

Deri adalah seorang wanita karir yang bekerja disalahsatu perusahaan terkenal. Di satu sisi, dia adalah seorang ibu dengan 3 orang anak. Ia melaksnkn beban tugs ganda; satu tugas dalam dunia kerja dan satu lgi tugas dalam rumah tangga. Ia merasa bersalah karena menolak tugas rumah tangga misalnya dari sekian banyak tugas rumah tangga hanya tugas merawat anak yang dapat dilakukan itu bahkan tugas seperti ini pun sering dilakukan oleh ibunya. Dan lagi ia merasa bersalah apabila kegitan rekreasaional untuk keluarga pun harus dibatasi. Dan kuantitas bermainnya dengan anak kurang. Akibatnya, bagi Deri kehidupan rumah tangganya menjadi tidak memuaskan. Situasi seperti ini menambah persoalan penyesuian diri yang timbul dari pekerjaan itu sendiri. Analisis Kasus:

(21)
(22)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Masalah utama dalam penyesuaian pekerjaan pada masa dewasa muda meliputi pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan penyesuaian terhadap situasi kerja. Sejauh mana keberhasilan pria dan wanita melakukan penyesuaian diri dapat dinilai dari prestasi, perubahan pekerjaan secara sukarela dan kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan. Selain itu penyesuaian keluarga dan pekerjaan khususnya pada masa dewasa awal sangatlah sulit karena kebanyakan orang dewasa awal membatasi dasar-dasar karena adanya pembaruan (newness) peran-peran dalam penyesuaian diri. Keberhasilan penyesuaian diri dengan masa dewasa dapat dinilai dengan tiga kriteria yaitu prestasi dalam pola pekerjaan dan pola hidup yang dipilih seseorang, tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan dan pola hidup yang dipilih, dan keberhasilan dari penyesuaian personal.

Pada umumnya para usia lanjut mempunyai masalah dalam menyesuaikan diri terhadap pekerjaan, yang juga mereka hadapi pada masa sebelumnya, sekalipun pada masa sekarang sifatnya lebih unik. Misalnya mereka tidak hanya menyesuaikan diri dengan kondisi pekerjaan tapi juga harus menyadari bahwa manfaat dirinya pada pekerjaan semakin berkurang sesuai dengan semakin bertambahnya usia. Mereka juga mempersiapkan masa pensiun.

(23)

B. Saran

Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sebaiknya penyusun makalah denan topik yang sama selanjutnya akan lebih melengkapi bagian-bagian yang belum ada dalam makalah ini.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Greenberg, Jerald, Baron, R.(2003). Behavior in Organizations (understanding and managing the human side of work ). Eight edition. Prentice Hall. Santrock, J.W. 1995. Life – Span Development Perkembangan Masa hidup Jilid 2

Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Musrenbang Kecamatan Gunungpati ada 4 usulan yang berasal dari Kelurahan Nongkosawit, namun dari ke empat usulan tersebut hanya ada 3 usulan paling

kualitas tidur jika seseorang tidur dengan waktu yang cukup, tidur dengan. nyenyak, tidak memiliki gangguan tidur saat akan tidur

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan maka penulis akan melakukan mengembangan penelitian lebih lanjut untuk dapat membuat sistem pakar dengan judul

Begitu juga dalam penelitian Mizruchi (2002) yang menyatakan bahwa perusahaan Interlocking Directorate terjadi ketika satu orang terkait dengan suatu organisasi dan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Deskripsi kemampuan

Dari hasil yang diperoleh dalam Perancangan Pump Installation Maintenance Trainer maka langkah-langkah Perancangan dan Pembuatan Pump Installation Maintenance Trainer

{3} PIHAK KEDUA bertanggungjawab mutlak dalam pembelanjaan dana tersebut pada ayat (1) sesuai dengan proposal kegiatan yang telah disetujui dan berkewajiban untuk

• User menekan tombol OK, dan sistem akan melakukan penyimpanan atribut filter untuk digunakan selanjutnya. Skenario