• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KEUANGAN Mergers Corporate Con

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN KEUANGAN Mergers Corporate Con"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KEUANGAN

Mergers, Corporate Control, and Corporate Governance

PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. dan PT. Indosiar Karya Media, Tbk.

UNIVERSITAS SURABAYA FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

2013

Disusun Oleh :

KP – F

Michael Janitra Wihardjo 3122082

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan pengerjaan makalah mata kuliah Manajemen Keuangan. Penulis juga bersyukur atas segala anugerah yang telah diberikan-Nya selama proses pembuatan berlangsung.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang mendukung keberhasilan penulisan makalah ini. Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan makalah mata kuliah ini. Pada saat

makalah mata kuliah ini dibuat, penulis mengalami sedikit masalah terhadap pembahasan materi, karena perlunya pencarian sumber data yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan data makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan sarana dan prasarana serta kemampuan penulis. Oleh sebab itu, penulis menerima

kritik dan saran dari berbagai pihak yang dapat mendukung penulisan makalah mata kuliah Manajemen Keuangan. Tema makalah ini adalah Mergers, Corporate Control, and Corporate Governance khususnya membahas Portofolio. Penulis berharap agar makalah ini dapat menjadi panduan bagi semua pihak yang membutuhkan data makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN…………... 1

A. Latar Belakang ……... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

BAB II : LANDASAN TEORI ... 4

A. Pengertian Merger ………... 4

B. Pengertian Akuisisi ... 4

C. Pengertian Konsolidasi ... 5

D. Pengambilalihan (Takeover) ………..…...…. 5

E. Perusahaan Melakukan Merger atau Akuisisi...………... 6

F. Pihak yang Terkena Dampak Merger dan Akuisisi ……...……… 8

G. Proses Persetujuan Merger dan Akuisisi ... 8

H. Klasifikasi Merger dan Akuisisi ... 9

I. Konsep Nilai ... 14

J. Motif Ekonomi ... 15

K. Motif Sinergi ... 16

L. Motif Non-Ekonomi ... 17

M. Motif Defensif ... 18

N. Teknik Defensif ... 18

O. Spin-Off ... 21

P. Split-Off ... 21

(4)

BAB III : PEMBAHASAN ... 23

BAB IV : PENUTUP ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kami memilih topik Mergers and Acquisition terkait dengan “Laporan Keungangan untuk Kedua Perusahaan antara PT. ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI dengan PT. INDOSIAR KARYA MEDIA”.

Merger berarti setiap transaksi yang membentuk satu unit ekonomi dari dua atau lebih unit sebelumnya. Merger horizontal adalah pada industry yang sama. Merger vertical adalah diantara tahap-tahap yang berbeda dalam suatu industry tertentu. Merger konglomerat melibatkan perusahaan dalam industry yang tidak berkaitan.

Akuisisi biasanya mengambil bentuk suatu penawaran tender. Dalam suatu penawaran tender, suatu pihak umumnya suatu perseroan yang berusaha mendapatkan pengendalian dalam perusahaan lain, meminta para pemegang saham untuk menjual lembaran saham mereka dalam perusahaan sasaran.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk. telah dibeli oleh PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. pemilik SCTV.

Profil PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK)

PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) didirikan 3 Agustus 1983 oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja sebagai perusahaan layanan komputer pribadi dan pernah menjadi distributor produk Compaq di Indonesia. EMTK memulai aktivitasnya di tahun 1984 dan kantor pusat EMTK terletak di Jl. Asia Afrika Lot 19 Jakarta.

Bisnis EMTK berkembang pesat, EMTK menguasai Surya Citra Media (induk SCTV) melalui PT. Abhimata Mediatama sejak 2001. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama EMTK adalah di bidang jasa (terutama dalam bidang penyediaan jasa teknologi, media dan telekomunikasi), perdagangan, pembangunan dan industri.

(6)

memfokuskan siarannya di wilayah Jabodetabek dan pada tahun 2009, kepemilikan O Channel telah 100% dimiliki oleh EMTK.

Pada 1 Agustus 2010, EMTK meluncurkan rumah produksi Screenplay Productions. Pada 13 Mei 2011, EMTK resmi membeli saham Indosiar Karya Media (induk Indosiar) 27,24% dari PT. Prima Visualindo. Pada akhir penawaran tender wajib, EMTK resmi menguasai Indosiar dengan saham 84,77%.

Pada 23 November 2011, EMTK berhasil meluncurkan televisi berlangganan bermerek Nexmedia. Nexmedia sendiri adalah televisi berlangganan yang bisa dipasang dengan antena televisi biasa. Pada 6 Mei 2013, EMTK resmi bergabung dengan Indosiar Karya Media dengan penggabungan inilah yang menyebabkan perusahaan ini menguasai SCTV dan Indosiar yang diperusahakan oleh Surya Citra Media.

Profil PT. Indosiar Karya Media Tbk.

Indosiar adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional di Indonesia yang beroperasi dari Jl. Daan Mogot, Jakarta Barat. Direktur Utama Indosiar saat ini adalah E. Loe Soe Kim. Indosiar awalnya didirikan dan dikuasai oleh PT. Prima Visualindo melalui PT. Indosiar Karya Media Tbk. (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (dahulu Bursa Efek Jakarta).

Indosiar resmi beroperasi pada 11 Januari 1995. Dalam siarannya, Indosiar banyak menekankan kebudayaan. Salah satu program kebudayaan yang selalu ditayangkan adalah acara pertunjukan wayang pada malam minggu.

Bentu logo Indosiar yang sangat mirip dengan bentuk logo Television Broadcasts Limited, Hongkong. Awalnya, Indosiar memang banyak menayangkan drama-drama Hongkong. Seperti misalnya serial Return of The Condor Heroes yang dibintangi oleh Andy Lau, To Liong To yang dibintangi oleh Tony Leung yang keduanya cukup populer di kalangan penonton.

(7)

secara langsung (AFI), infortainment (KISS), dan juga program berita seperti Patroli dan Fokus. Indosiar juga menayangkan acara anak-anak atau kartun yang cukup banyak setiap hari Minggu yaitu dari pukul 06.30 sampai 12.00 WIB.

Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk. dibeli oleh PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk., pemilik SCTV (melalui SCM sebelum bergabung dengan IDKM) dan O Channel, menjadikan ketiga stasiun televisi berada dalam satu pengendalian.Saat ini, stasiun televisi Indosiar resmi dikuasai oleh SCM pasca bergabung dengan IDKM dan "bersaudara" dengan SCTV.

B. Identifikasi Masalah

Kesenjangan Das Sein dan Das Sollen

Apa yang seharusnya / Dass Sollen nya adalah setelah melakukan akuisisi seharusnya kinerja kedua perusahaan semakin baik atau dapat dikatakan terjadi sinergi.

Dari data yang diperoleh diatas :

Apa yang senyatanya / Dass Sein nya adalah setelah melakukan akuisisi kinerja salah satu perusahaan menjadi semakin buruk yang nampak dari Earning Per Share yang menjadi negatif.

Masalah utama yang terjadi adalah apakah penyebab kegagalan akuisisi kedua perusahaan ini yang menyebabkan kinerja salah satu perusahaan menjadi tidak optimal.

C. Tujuan

Manfaat yang diperoleh dengan adanya identifikasi masalah tersebut adalah :

1. Mengetahui terjadinya sinergi setelah terjadi akuisisi antara kedua perusahaan tersebut.

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Merger

Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai bahan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Penyatuan kepentingan memiliki makna yang sama dengan terminologi merger dan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22 mendefinisikan penyatuan kepentingan (pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama – sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala risiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasikan sebagai perusahaan pengakuisisi. Pihak yang masih hidup atau yang menerima merger dinamakan surviving firm atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu perusahaan yang berhenti dan bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm dengan sendirinya memiliki ukuran (size) yang semakin besar karena seluruh aset dan kewajiban dari merged firm dialihkan ke surviving firm.

B. Pengetian Akuisisi

(9)

Akuisisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk :

1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan 2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen

3. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi

Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum.

C. Pengertian Konsolidasi

Konsolidasi atau peleburan merupakan bentuk khusus merger dimana dua atau lebih perusahaan bersama – sama meleburkan diri membentuk perusahaan yang baru. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing – masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar. Dilihat dari segi yuridis dan operasional, konsolidasi lebih kompleks dibanding merger atau akuisisi.

D. Pengambilalihan (Takeover)

(10)

Pengambilalihan perusahaan publik oleh sekelompok kecil investor dan selanjutnya mereka menarik saham – saham yang beredar di pasar untuk tidak lagi diperjualbelikan (delist) dinamakan going private. Per definisi istilah ini kebalikan maknanya dengan going public. Jika going private ini dilakukan oleh sekelompok manajemen perusahaan yang bersangkutan, hal ini dinamakan management buyout. Sementara itu ditinjau dari segi sumber dana dalam rangka pengambilalihan tersebut, jika sebagian terbesar pembiayaan berasal dari hutang pihak ketiga, maka hal ini dinamakan leverage buyout.

Pengambilalihan ini terjadi dalam dua bentuk yaitu friendly takeover (pengambilalihan secara ramah atau bersahabat) dan unfriendly takeover (tidak ramah atau tidak bersahabat). Friendly takeover berarti masing – masing pihak secara “suka sama suka” setuju atas pengambilalihan ini. sebaliknya jika ada tekanan dari bidderi terhadap target dan cenderung terdapat pemaksaan, maka cara ini dinamakan unfriendly takeover. Tender offer merupakan salah satu bentuk unfriendly takeover karena bidder langsung melakukan tawaran langsung melalui media massa publik kepada pemegang saham perusahaan target tanpa melewati persetujuan direksi/ manajemen target.

Posisi target yang kurang menguntungkan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesulitan likuiditas, kerugian usaha, terlalu besarnya hutang, ketidaksolidan manajemen atau kesulitan dalam pemasaran produk. Jika pengambilalihan terjadi secara paksa oleh perusahaan yang berskala lebih besar dan kuat terhadap perusahaan yang lebih kecil dan lemah yang berada pada situasi seperti itu, maka hal ini disebut hostile takeover (pencaplokan secara paksa).

E. Perusahaan Melakukan Merger atau Akuisisi

(11)

Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan bisa melakukan ekspansi bisnis dengan memilih satu diantara dua jalur alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (organi/ internal growth), dan pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth).

Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun bisnis atau unit bisnis baru dari awal (start-ups business). Sebaliknya pertumbuhan eksternal ini dilakukan dengan “membeli” perusahaan yang sudah ada.

Alasan mengapa perusahaan melakukan merger atau akuisisi adalah ada “manfaat lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara lain adalah :

1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.

2. Memperoleh kemudahan dana/ pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.

3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.

4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru. 6. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.

7. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.

Disamping mempeoleh berbagai manfaat, merger dan akuisisi juga memiliki kelemahan sebagai berikut :

1. Proses integrasi yang tidak mudah.

2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. 3. Biaya konsultan yang mahal.

4. Meningkatkan kompleksitas birokrasi. 5. Biaya koordinasi yang mahal.

6. Seringkali menurunkan moral organisasi. 7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.

(12)

F. Pihak yang Terkena Dampak Merger dan Akuisisi

Secara umum merger dan akuisisi memiliki pengaruh baik secara langsung atau tidak langsung terhadap stakeholder seperti: pemegang saham, karyawan, direksi atau manajemen, supplier, konsumen, pemerintah, kreditor, pesaing, dan masyarakat. dalam skala internal perusahaan, keberhasilan strategi ini akan berdampak positif yaitu tercapainya tujuan perusahaan sebagaimana motivasi yang melandasi keputusan merger dan akuisisi ini, misalnya tercapainya peningkatan kekuatan segi finansial, manajerial, pemasaran, dan operasional. Sebaliknya jika strategi ini gagal, maka perusahaan harus menanggung risiko kerugian atas hilangnya sumber – sumber ekonomi dan non ekonomi yang nilainya tidak kecil.

Merger bisa berdampak positif jika perusahaan hasil merger mampu mencapai tingkat produksi pada skala ekonomis (economies of scale) yang selanjutnya diikuti oleh penurunan harga. Sebaliknya, merger, dalam skala tertentu, bisa berdampak negatif pada masyarakat manakala menimbulkan konsentrasi pasar atau menimbulkan dominasi oleh perusahaan hasil merger dalam industri tersebut. Disamping itu merger dan akuisisi yang diikuti oleh rasionalisasi, demi alasan efisiensi perusahaan, sering memunculkan PHK yang bisa menimbulkan masalah sosial dan ekonomi.

G. Proses Persetujuan Merger dan Akuisisi

(13)

H. Klasifikasi Merger dan Akuisisi 1. Berdasarkan Akivitas Ekonomik

 Merger Horizontal

Meger horizontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Efek dari merger horizontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli. Bahkan jika para oligopolis ini melakukan merger maka struktur pasar akan mengarah pada monopoli.

 Merger Vertikal

Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan – perusahaan yang bergerak dalam tahapan – tahapan proses produksi atau operasi. Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya dari industri hilir menuju industri hulu. Merger vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/ downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/ upward integration).

 Merger Konglomerat

Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing – masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bidang bisnis semula. Apabila merger konglomerat ini dlakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi.

(14)

Merger eksistensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk bersama – sama memperluas area pasar.

Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing – masing perusahaan. Merger eksistensi pasar sering dilakukan oleh perusahaan – perusahaan lintas negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar.

 Merger Eksistensi Produk

Merger eksistensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua perusahaan untuk memperluas lini produk masing – masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis produk dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas.

2. Berdasarkan Metode Pembiayaan

 Kas

Penggunaan kas sebagai alat pembayaran adalah yang paling sering dilakukan dan paling disukai baik oleh pengakuisisi ataupun yang diakuisisi. Pembayaran secara tunai ini dilakukan ketika perusahaan memiliki uang tunai yang cukup besar dan uang tersebut telah direncanakan untuk mendanai transaksi.

 Hutang

Jika pengakuisisi menggunakan kas untuk membiayai transaksi tersebut, tetapi uang kas tersebut sebagian besar berasal dari pinjaman pihak ketiga (hutang), maka hal ini dinamakan leverage buyouts. Dengan kata lain, pembiayaan akuisisi dilakukan melalui hutang dan hanya sebagian kecil dibiayai dengan uang tunai pengakuisisi.

 Saham

(15)

Pembiayaan melalui saham terjadi ketika saham perusahaan target diganti atau ditukar dengan saham perusahaan hasil merger.

Rasio pertukaran antar saham tersebut didasarkan pada harga masing – masing saham berdasarkan kesepakatan kedua pihak.

 Kombinasi Kas, Hutang, dan Saham

Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas, tidak ingin menggunakan saham seluruhnya, atau tidak ingin menggunakan hutang seluruhnya untuk membiayai transaksi, maka pengakuisisi bisa mengkombinasi dua atau tiga cara pembayaran tersebut. Dengan demikian pengakuisisi dapat menggunakan kas dan hutang, kas dan saham, hutang dan saham atau kas, hutang dan saham sebagai alat pembayaran. Manfaat bagi pengakuisisi adalah tidak harus membayar secara tunai seluruh nilai transaksi.

3. Berdasarkan Obyek Pajak

 Terkena Pajak

- Merger ke depan (forward merger)

Merger ke depan (forward merger) merupakan merger yang melibatkan uang kas sebagai media pembayaran sehingga merger tipe ini merupakan transaksi yang terkena pajak.

- Merger Berbalikan (reverse merger)

Merger berbalikan adalah merger dimana pemilik saham hasil merger adalah pemilik saham perusahaan yang dimerger. Dalam merger ini terjadi perubahan kepemilikan perusahaan hasil merger tersebut.

- Merger Melalui Perusahaan Anak (Subsidiary Merger)

(16)

- Merger segitiga berbalikan (triangular reverse merger)

Merger segitiga berbalikan adalah merger yang (1) dilakukan antara perusahaan target dengan perusahaan induk melalui perusahaan anak, (2) setelah merger, perusahaan anak dibubarkan dan perusahaan target dipertahankan hidup serta menjadi anak perusahaan induk. Pihak – pihak yang terlibat adalah :

o PT Induk (perusahaan induk)

o PT Anak (perusahaan yang 100% sahamnya dimiliki PT Induk)

o PT Target (perusahaan yang akan dimerger)  Bebas Pajak

- Reorganisasi Tipe A / Merger Berdasar Statuta (statutory merger)

Merger Berdasar Statuta (statutory merger), dinamakan juga Reorganisasi Tipe A, adalah merger yang dilakukan dengan saling mempertukarkan saham.

- Reorganisasi Hybrid Tipe A (hybrid triangular merger)

Reorganisasi Hybrid Tipe A dinamaukan juga merger segitiga ke depan (forward triangular merger). Tipe merger bebas pajak (tax-free) ini terjadi apabila pengakuisisi melakukan penggabungan perusahaan target melalui perusahaan anak.

- Reorganisasi Tipe B

Reorganisasi tipe B dinamakan juga “akuisisi saham untuk saham berhak suara” (acquisition of stock for voting stock).

(17)

- Reorganisasi Tipe B Segitiga

Variasi lain dari Reorganisasi Tipe B adalah merger melalui perusahaan anak dan dinamakan pula merger segitiga bebas pajak. Pemilik perusahaan target menyerahkan sahamnya kepada perusahaan anak yang akan menerima penggabungan.

- Reorganisasi Tipe C

Reorganisasi Tipe C dinamakan juga akuisisi properti untuk saham berhak suara (acquisition of property for voting stock). Pengakuisisi harus mengambilalih minimal 80% dari nilai pasar wajar aset perusahaan target dengan menggunakan saham berhak suara pengakuisisi.

- Reorganisasi Tipe D

Reorganisasi tipe D adalah bentuk khusus dari merge dimana perusahaan yang ukurannya lebih kecil justru dipertahankan hidup, sedangkan perusahaan yang ukurannya lebih besar dibubarkan.

4. Berdasarkan Obyek yang Diakuisisi

 Akuisisi Saham

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan, sehingga transaksi berakibat beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham – saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjualnya kepada pembeli/ pengakuisisi.

 Akuisisi Aset

(18)

5. Berdasarkan Perlakuan Akuntansi

 Metode Pembelian

Jika sebuah penggabungan bisnis melibatkan transaksi pembelian mayoritas saham secara tunai oleh perusahaan lain yang berakibat beralihnya pengendalian, maka transaksi ini diperlakukan sebagai pembelian (purchase) dan metode akuntansi yang digunakan adalah metode pembelian (purchase method).

 Metode Penyatuan

Penggabungan usaha diperlakukan sebagai penyatuan kepentingan (pooling interest) jika pemegang saham perusahaan yang bergabung tetap melanjutkan kepemilikannya terhadap perusahaan hasil penggabungan.

I. Konsep Nilai 1. Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik adalah nilai dasar atau nilai senyatanya dari perusahaan kerika perusahaan belum diakuisisi atau ketika masih berdiri secara terpisah (stand-alone) dibawah manajemen lama.

2. Nilai Pasar

Bagi perusahaan yang mencatatkan sehamnya di pasar modal, nilai ini dicerminkan oleh harga pasar saham, sedangkan bagi perusahaan yang belum go publik nilai pasar bisa ditetapkan dari harga pasar aset – aset yang dimiliki. Nilai pasar dinamakan juga nilai kapitalisasi pasar, yaitu harga pasar saham per lembar dikalikan dengan jumlah lembar saham yang beredar di pasar.

(19)

Harga beli adalah harga yang diantisipasi oleh pengakuisisi yaitu sebesar harga yang diminta oleh pemegang saham target. Harga beli bisa terbentuk dari hasil negosiasi antara pengakuisisi dengan pemegang saham target.

4. Nilai Sinergi

Sinergi adalah nilai lebih yang dihasilkan sebagai efek dari penggabungan perusahaan diatas penjumlahan nilai masing – masing perusahaan seandainya tidak digabung.

5. Nilai Gap

Nilai gap atau nilai kesenjangan adalah perbedaan antara nilai intrinsik dengan harga beli. Semakin tinggi nilai gap berarti semakin besar premium yang dibayarkan kepada pemegang saham target.

6. Nilai Premium Akuisisi

Semakin besar premium berarti semakin berat bagi pengakuisisi untuk menutup premium tersebut. Implikasinya adalah sinergi yang tercipta harus lebih besar dari premium agar bisa menghasilkan Net Present Value (NPV) yang positif.

J. Motif Ekonomi

Motif ekonomi merger dan akuisisi meliputi :

1. Mengurangi waktu, biaya, dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.

2. Mengakses reputasi teknologi, produk, dan merk dagang.

3. Memperoleh individu – individu sumberdaya manusia yang profesional.

4. Membangun kekuatan pasar (market power).

5. Membangun kekuatan monopoli.

6. Memperluas pangsa pasar.

7. Mengurangi persaingan.

(20)

9. Mempercepat pertumbuhan.

10.Menstabilkan cash flow dan keuntungan.

K. Motif Sinergi

Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari dua kekuatan atau lebih elemen – elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas – aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri – sendiri. Senergi harus dipahami dalam konteks bahwa hasil riil atau manfaat ekstra tersebut harus jelas dan terukur. Pemahaman tentang sinergi harus dikaitkan dengan besarnya premium yang dibayarkan oleh perusahaan. Secara kuantitatif merger dan akuisisi akan dinilai berhasil apabila nilai sinergi lebih besar dibandingkan dengan premium sehingga memberikan Net Present Value (NPV) yang positif. Berikut ini disajikan bentuk – bentuk sinergi.

1. Sinergi operasi

Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya – sumberdaya perusahaan. Operating synergy dapat dibedakan dalam economies of scale dan economies of scope.

(21)

- Economies of scope bisa diperoleh melalui merger dan akuisis ketika perusahaan mampu memanfaatkan secara maksimal satu input sumber daya untuk menghasilkan beberapa output/ produk atau jasa.

2. Sinergi finansial

Sinergi finansial (financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber – sumber dari luar secara lebih mudah dan lebih murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun.

3. Sinergi manajerial

Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain atau ketika secara bersama – sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan – keputusan strategik.

4. Sinergi teknologi

Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga mereka saling memetik manfaat.

5. Sinergi pemasaran

Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.

L. Motif Non-Ekonomi

(22)

1. Harga saham pengakuisisi seharusnya turun setelah pasar mengetahui adanya rencana untuk mengakuisisi. Hal ini karena akuisisi bukan merupakan keinginan terbaik dari pemegang saham dan bukan merupakan sebuah alokasi yang efisisen dari kekayaan mereka.

2. Harga saham perusahaan target seharunya meningkat dengan adanya tawaran itu. Hal ini karena pengakuisisi bersedia membayar premium.

3. Kombinasi dari efek peningkatan nilai perusahaan target dengan penurunan nilai dari perusahaan pengakuisisi seharusnya negatif. Hal ini karena terjadinya tambahan biaya – biaya yang besar selama proses merger dan akuisisi.

M. Motif Defensif

Manajemen dan pemegang saham adalah dua pihak yang berkepentingan apabila terjadi pengambilalihan perusahaan. Alasan mengapa perusahaan melakukan taktik difensif adalah :

1. Keinginan manajemen atau jajaran direksi untuk mengamankan posisi strukturalnya.

2. Keinginan pemegang saham untuk meningkatkan posisi tawar mereka atau untuk mempertahankan kepemilikan pada perusahaan.

Manajemen perusahaan target dapat menerima tawaran tersebut dengan alasan :

1. Akuisisi tidak menyebabkan hilangnya posisi dan “power” mereka.

2. Akuisisi tidak menyebabkan hialangnya independensi untuk mengambil kebijakan secara otonom.

3. Akuisisi menyebabkan semakin baiknya kompensasi yang diterima oleh para manajer.

N. Teknik Difensif

Teknik difensif adalah cara yang digunakan untuk menghambat atau menggagalkan akuisisi. Taktik difensif yang bersifat aktif antara lain adalah :

(23)

Taktik ini dilakukan oleh perusahaan dengan mengubah struktur finansial atau membuat kebijakan finansial sedemikian rupa sehingga calon pengakuisisi tidak tertarik untuk melakukan akuisisi.

2. Peningkatan Kinerja Perusahaan

Hal ini dimaksudkan agar perusahaan mampu memberikan keuntungan yang maksimum bagi pemegang saham, sehingga mereka tidak menjual saham kepada calon pengakuisisi.

3. Perubahan/ amandemen Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Taktik ini bisa dilakukan dengan cara mengubah atau mengamandemen angggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan (shark repellent) sedemikian rupa sehingga sulit bagi perusahaan lain untuk melakukan akuisisi.

4. Golden Parachut

Istilah yang digunakan untuk suatu perjanjian antara pengakuisisi dan manajemen perusahaan target bahwa jajaran manajemen perusahaan target meminta jaminan kompensasi yang sangat besar dan benefits lain dari pengakuisisian atas kehilangan posisi mereka.

5. Dual-Class Share

Perusahaan tidak hanya mengeluarkan satu jenis saham biasa, tetapi mengeluarkan dua saham yang berbeda voting right-nya, misalnya saham kelas A dan kelas B. Saham kelas A memiliki voting power yang lebih rendah tetapi memiliki hak klaim yang lebih dulu terhadap deviden. Sebaliknya saham kelas B memiliki hak voting yang lebih besar tetapi memiliki hak klaim yang lebih rendah terhadap deviden.

6. Supermajority Amandment

Melalui anggaran dasar perusahaan, merger atau akuisisi hanay bisa disetujui oleh sejumlah suara tertentu pemegang saham.

(24)

Perusahaan target membuat peraturan melalui perubahan anggaran dasarnya bahwa jajaran direksi hanya akan bisa diganti setelah jangka waktu tertentu.

8. Pack-Man Defense

Perusahaan target balik menawar saham perusahaan yang akan mengakuisisi.

9. Share Premium Buy-Back

Perusahaan menawarkan untuk membeli kembali saham (repurchase stok) dari pemegang saham dengan harga premium atau lebih tinggi dari harga yang ditawarkan oleh calon pengakuisisi.

10.White Knight

Perusahaan target berusaha menggagalkan sebuah akuisisi dengan cara mencari perusahaan lain yang lebih menguntungkan.

11.Selling The Crown Jewel

Crown jewels digunakan untuk istilah aset – aset utama perusahaan. Taktik yang dilakukan dengan menjual aset – aset utama perusahaan target ketika tejadi ancaman akuisisi.

12.Poisson Pill

Perusahaan target memberi hak kepada pemegang sahamnya untuk membeli kembali saham yang akan telah diakuisisi dengan harga yang murah atau hak untuk menukar saham dengan rasio yang menguntungkan.

13.Standstill Agreement

Perjanjian yang menyebutkan bahwa pengakuisisi hanya boleh memiliki persentase maksimum tertentu terhadap saham perusahaan target.

(25)

Perusahaan mengubah struktur modal dengan meningkatkan leverage/ hutang dengan menjaminkan aset – aset perusahaan sehingga tidak menarik untuk diakuisisi.

15.LBO dan MBO

Leverage buyout (LBO) dan management buyout (MBO) juga merupakan taktik untuk menghambat takeover. Perusahaan yang melakukan LBO atau MBO ini biasanya diikuti dengan going private, yang selanjutnya kemungkinan untuk diakuisisi oleh perusahaan lain melalui tender offer sangat kecil karena mayoritas sahamnya hanya dimiliki oleh pihak tertentu seperti manajemen.

16.Golden Handcuffs

Pengakuisisi harus tunduk pada ketentuan atau perjanjian dengan perusahaan target, misalnya (1) pengakuisisi tidak boleh mengurangi jumlah karyawan target, (2) pengakuisisi tetap memperhatikan manajemen target, (3) pengakuisisi tidak menjual aset – aset strategik target pasca-akuisisi, (4) pengakuisisi tetap memberi keleluasaan manajemen target untuk mengambil keputusan secara independen.

17.Just Say “NO”

Taktik ini boleh dikatakan paling sederhana karena pemegang saham target sekedar menolak tawaran akuisisi.

18.Litigation

Litigation adalah proses memperkarakan atau mengajukan gugatan hukum pengakuisisi melalui pengadilan.

O. Spin-Off

Spin-off adalah pemisahan unit bisnis, divisi atau perusahaan anak dari perusahaan induk sehingga tercipta entitas bisnis yang baru dan independen. Spin-off digunakan (1) untuk membatalkan merger atau akuisisi yang ternyata, setelah berjalan sekian waktu, mengalami kegagalan dan (2) untuk mengatasi diversifikasi yang berlebihan.

(26)

Split-Off terjadi apabila sekelompok pemegang saham induk menerima saham perusahaan anak dan pada saat yang sama mereka harus melepaskan saham perusahaan induk yang mereka miliki.

Q. Split-Up

(27)

BAB III PEMBAHASAN

Berikut ini adalah analisa data laporan keuangan terkait dengan akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. yang telah dilakukan pada 13 Juli 2011 yang lalu.

PT. INDOSIAR KARYA MEDIA, TBK.

31 Desember 2010

31 Desember 2011

LIQUIDITY RATIO

Current Ratio 1,340 0,619

Aset Lancar : Kewajiban Lancar

Quick (Acid-Test) Ratio

(Aset Lancar - Persediaan) : Kewajiban Lancar 0,707 0,584

DEBT RATIOS

Debt Ratio 0,679 0,848

Jumlah Liabilitas : Jumlah Aset

PROFITABILITY RATIOS

Gross Profit Margin 0,468 0,274

Laba Kotor : Pendapatan

Operating Profit Margin

Operating Profit : Sales 0,060 -0,018

Net Profit Margin

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,011 -0,113 Pendapatan

Earnings Per Share

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 1,043 -12,173 Jumlah Lembar Saham Biasa Beredar

(28)

31 Desember 2010

31 Desember 2011

Return on Total Assets (ROA/ROI)

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,009 -0,108 Total Assets

Return on Common Equity (ROE)

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,027 -0,711 Total Equity

MARKET RATIOS

Market price per share of common stock 13,29 52,992 Book value per share of common stock Rp147,44 Rp67,21

Price/Earnings (P/E) Ratio

Market price per share of common stock : Earnings per Share 12,744 -4,353

Market/Book (M/B) Ratio

Market price per share of common stock :

Market price per share of common stock : 0,09 0,79

PT. ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI, TBK.

31 Desember 2010 31 Desember 2011

LIQUIDITY RATIO

Current Ratio 4,417 1,424

Aset Lancar : Kewajiban Lancar

Quick (Acid-Test) Ratio

(Aset Lancar - Persediaan) : Kewajiban Lancar 3,947 1,280

DEBT RATIOS

Debt Ratio 0,271 0,331

Jumlah Liabilitas : Jumlah Aset

PROFITABILITY RATIOS

(29)

Laba Kotor : Pendapatan

Operating Profit Margin

Operating Profit : Sales 0,210 0,272

31 Desember 2010 31 Desember 2011

Net Profit Margin

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,150 0,178 Pendapatan

Earnings Per Share

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,098 0,131 Jumlah Lembar Saham Biasa Beredar

Jumlah Lembar Saham Biasa Beredar (dalam lembar) 5.127.302.220 5.640.032.442

Return on Total Assets (ROA/ROI)

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,115 0,103 Total Assets

Return on Common Equity (ROE)

Pendapatan Tersedia untuk Pemegang Saham Biasa : 0,161 0,155 Total Equity

MARKET RATIOS

Market price per share of common stock 750,87 1823,705

Book value per share Rp564,16 Rp846,31

Price/Earnings (P/E) Ratio

Market price per share of common stock : Earnings per Share 7644,60 13936,63

Market/Book (M/B) Ratio

Market price per share of common stock :

Book value per share of common stock 1,33 2,15

(30)

menggunakan sebagian kasnya. Hal ini terbukti dengan jumlah beban pajak yang meningkat pada tahun 2011 akuisisi. Akuisisi yang dilakukan juga tergolong akuisisi saham, karena penguasaan sebesar 72,76% atas saham PT. Indosiar Karya Media, Tbk.

Setelah dilakukannya akuisisi oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. dengan landasan data laporan keuangan pada periode sebelum dan sesudah akuisisi, yaitu pada tahun 2010 dan 2011 ditemukan hal – hal yang tidak seharusnya terjadi. Hal ini adalah menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. dimana nampak dari kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang semakin menurun.

Kemampuan untuk menghasilkan keuntungan tersebut terlihat dari Gross Profit Margin yang menurun dari 0,468 menjadi 0,274, Net Profit Margin,Operating Profit Margin, Earnings Per Share, Return on Total Assets (ROA/ROI), dan Return on Common Equity (ROE) yang turun sangat drastis dimana sebelum diakuisisi berada pada kondisi yang positif. Namun, setelah dilakukan akuisisi berada pada kondisi yang negatif. Harga saham PT. Indosiar Karya Media, Tbk. mengalami fluktuasi setelah terjadinya akuisisi. Fluktuasi harga saham tersebut terjadi dengan meningkatnya harga saham setelah akuisisi hingga akhir Juli 2013 dan pada pertengahan Agustus 2013 mencapai harga terendah setelah akuisisi.

PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata mengalami penurunan dalam hal rasio likuiditas dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor, dimana rasio likuiditas menurun sangat signifikan dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotornya menurun tidak terlalu signifikan. Rasio hutang juga meningkat, namun tidak signifikan. Upaya mengakuisisi PT. Indosiar Karya Media, Tbk. pembiayaannya dilakukan dengan penggadaian saham sebesar 1,6 miliar saham anak usahanya, PT. Surya Citra Media, Tbk. (SCMA) kepada Standard Charter Bank dan Citibank N.A . senilai Rp. 1,5 triliun. Dapat dikatakan bahwa upaya akuisisi ini dilakukan melalui cara kombinasi antara kas, hutang, dan saham kepada bank dengan sistem gadai atau jaminan dengan persentase penggunaan hutang yang terbanyak. Return on Total Assets (ROA/ROI) dan Return on Common Equity (ROE) milik PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. mengalami penurunan yang cukup besar.

(31)

karena perusahaan pengakuisisi melimpahkan beban usahanya kepada perusahaan yang diakuisisi dimana jumlah peningkatan beban jauh lebih besar dibandingkan jumlah peningkatan pendapatan.

Di lain sisi, PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi mengalami peningkatan dalam jumlah aset sebagai akibat adanya tambahan kepemilikan aset – aset baru yang berasal dari perusahaan yang diakuisisi.

(32)

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan dari makalah ini, ternyata teori yang ada itu tidak selalu sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Pada teori yang sebenarnya, seharusnya setelah perusahaan melakukan akuisisi. Perusahaan tersebut dapat meningkatkan kinerja kedua perusahaan yang dapat diukur dari laba yang diperoleh. Selain itu juga dapat dikatakan terjadi sinergi setelah melakukan akuisisi. Sedangkan pada kenyataannya telah ditemukan hal-hal yang tidak seharusnya terjadi.

Hal yang demikian terlihat dari kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk yang mengalami penurunan setelah melakukan akuisisi. Kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk semakin memburuk yang nampak dari Earning Per Share yang menjadi negatif.

Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan karena perusahaan pengakuisisi melimpahkan beban usahanya kepada perusahaan yang diakuisisi, dimana jumlah peningkatan beban jauh lebih besar dibandingkan jumlah peningkatan pendapatannya.

Sedangkan PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata juga tidak memperoleh keuntungan positif setelah mengakuisisi. PT. Elang Media Teknologi, Tbk. justru mengalami penurunan dalam hal rasio likuiditas dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Moin, Abdul. 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Yogyakarta: Ekonisia FE-UI

Astutik, Yuni. 2011. Tak Ada Ruginya Akuisisi Indosiar.

(http://economy.okezone.com/read/2011/12/06/278/538598/tak-ada-ruginya-akuisisi- indosiar, diakses tanggal 2 Desember 2013)

Saputra, Ari. 2011. Beli Indosiar Rp 2,03 Triliun, Emtek Gadaikan Saham SCTV.

(http://finance.detik.com/read/2011/04/05/135425/1608938/6/3/beli-indosiar-rp-203- triliun-emtek-gadaikan-saham-sctv, diakses tanggal 19 Desember 2013)

Triyatna, Stefanus Osa. 2011. KPPU: Akuisisi Indosiar Tidak Melanggar Undang-undang.

(http://health.kompas.com/read/2011/12/21/18210318/KPPU.Akuisisi.Indosiar.Tidak.Mel anggar.Undang-undang, diakses tanggal 19 Desember 2013)

Anonim. 2011. IDKM : Indosiar Karya Media Tbk.

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/IDK M.

pdf, diakses tanggal 19 Desember 2013)

Anonim. 2011. EMTK : Elang Media Teknologi Tbk.

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/PerformanceSummary/EMT K.

pdf, diakses tanggal 19 Desember 2013)

Purwantono, Suherman dan Surja, Sinarta. 2012. PT. Indosiar Karya Media Tbk dan Entitas Anak / and Subsidiaries.

(http://static.indosiar.com/pdf/investor/audit_report_indo.pdf, diakses tanggal 2 Desember 2013)

(34)

(http://www.emtek.co.id/Downloads/LaporanTriwulan/Laporan-Keuangan- Konsolidasi-per-31-Desember-2011.aspx, diakses tanggal 2 Desember 2013)

Anonim. 2013. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK.JK).

(http://finance.yahoo.com/q/hp?s=EMTK.JK&a=00&b=1&c=2011&d=11&e=31&f= 2011&g=w, diakses tanggal 2 Desember 2013)

Anonim. 2013. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK.JK).

(http://finance.yahoo.com/q/hp?s=EMTK.JK&a=00&b=1&c=2010&d=11&e=31&f=201 0&g=w, diakses tanggal 2 Desember 2013)

Anonim. 2013. Elang Mahkota Teknologi

(http://id.wikipedia.org/wiki/Elang_Mahkota_Teknologi, diakses tanggal 4 Desember 2013)

Anonim. 2013. Indosiar

(35)

LAMPIRAN

PT. INDOSIAR KARYA MEDIA TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

31 Desember 2010 31 Desember 2011

ASET

ASET LANCAR

Kas dan setara kas Rp30.856.834.740 Rp158.057.366.512 Piutang usaha

Pihak ketiga Rp175.176.045.738 Rp275.009.217.466

Pihak - pihak berelasi - Rp209.000.000

Piutang lain - lain pihak ketiga Rp706.253.913 Rp1.158.653.090

Persediaan Rp202.922.413.108 Rp26.526.855.644

Pajak dibayar di muka Rp1.500.000 Rp64.465.963

Uang muka pembelian film dan uang muka lain - lain Rp8.189.721.862 Rp5.096.546.848 Biaya dibayar di muka Rp11.877.206.032 Rp2.858.024.202 Jumlah Aset Lancar Rp429.729.975.393 Rp468.980.129.725

ASET TIDAK LANCAR

Piutang pihak-pihak berelasi Rp10.070.000.000 Rp2.020.000.000 Aset pajak tangguhan - neto Rp135.338.347.045 Rp53.860.054.952

Aset tetap Rp340.870.190.520 Rp339.534.527.807

Uang muka pembelian aset tetap Rp8.494.059.580 Rp17.639.768.844 Taksiran tagihan pajak penghasilan Rp10.787.195.797 Rp7.678.480.752 Beban tangguhan hak atas tanah Rp5.259.493.350 Rp5.212.153.413 Aset tidak lancar lainnya Rp21.226.067.995 Rp981.116.205 Jumlah Aset Tidak Lancar Rp532.045.354.287 Rp426.926.101.973

JUMLAH ASET Rp961.775.329.680 Rp895.906.231.698

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS JANGKA PENDEK

Utang bank jangka pendek Rp27.451.620.084 Rp20.000.000.000 Utang usaha

Pihak ketiga Rp85.673.502.415 Rp203.338.840.156

Pihak-pihak berelasi - Rp8.296.750.000

Utang lain-lain

Pihak ketiga Rp72.246.502.130 Rp54.481.063.956

Pihak-pihak berelasi - Rp394.958.327

(36)

Beban masih harus dibayar Rp9.152.582.688 Rp59.244.508.229 Pendapatan diterima dimuka Rp141.250.000 Rp630.750.000 Bagian lancar utang bank jangka panjang Rp123.003.402.571 Rp400.518.611.490

31 Desember 2010 31 Desember 2011

Jumlah Liabilitas Jangka Pendek Rp320.689.485.084 Rp757.243.671.168

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Utang bank jangka panjang Rp325.000.000.000 -

Utang tidak lancar lain - lain Rp7.203.514.015 Rp2.522.306.522 Jumlah Liabilitas Jangka Panjang Rp332.203.514.015 Rp2.522.306.522

Jumlah Liabilitas Rp652.892.999.099 Rp759.765.977.690

EKUITAS

Ekuitas yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk

Modal saham Rp506.403.454.750 Rp506.403.454.750

Tambahan modal disetor - neto Rp201.252.710.784 Rp201.252.710.784 Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali Rp67.387.705.202 -

Opsi pemilikan saham karyawan Rp8.496.265.438 -

Saldo laba (defisit)

Telah ditentukan penggunaannya Rp5.000.000.000 Rp5.000.000.000 Belum ditentukan penggunaannya (Rp489.885.073.622) (Rp586.729.591.137)

Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp298.655.062.552 Rp125.926.574.397 Kepentingan Nonpengendali Rp10.227.268.029 Rp10.213.679.611

Jumlah Ekuitas Rp308.882.330.581 Rp136.140.254.008

(37)

PT. INDOSIAR KARYA MEDIA TBK LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF

31 Desember 2010 31 Desember 2011

PENDAPATAN NETO Rp749.009.490.723 Rp856.478.322.483

BEBAN PROGRAM DAN PENYIARAN (Rp398.410.444.963) (Rp621.736.530.657)

LABA BRUTO Rp350.599.045.760 Rp234.741.791.826

Beban umum dan administrasi (Rp219.459.302.369) (Rp248.431.868.850) Beban operasi lainnya (Rp4.606.258.164) (Rp14.052.274.973) Pendapatan operasi lainnya Rp2.741.003.270 Rp84.058.118.972

LABA USAHA Rp129.274.488.497 Rp56.315.766.975

Biaya keuangan (Rp85.267.167.951) (Rp73.153.860.975)

Pendapatan keuangan Rp1.165.484.997 Rp1.458.280.160

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN Rp45.172.805.543 (Rp15.379.813.840)

BEBAN PAJAK

Tangguhan (Rp36.877.201.013) (Rp81.478.292.093)

LABA RUGI (NETO) Rp8.295.604.530 (Rp96.858.105.933)

Pendapatan komprehensif lain - -

JUMLAH PENDAPATAN (RUGI) KOMPREHENSIF Rp8.295.604.530 (Rp96.858.105.933)

Pendapatan (rugi) komprehensif yang diatribusikan kepada :

Pemilik entitas induk Rp8.295.292.590 (Rp96.844.517.515)

Kepentingan nonpengendali Rp311.940 (Rp13.588.418)

Jumlah Rp8.295.604.530 (Rp96.858.105.933)

LABA (RUGI) PER SAHAM YANG DIATRIBUSIKAN (Rp47,81) Rp4,09

(38)

PT. ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

31 Desember 2010 31 Desember 2011 ASET

ASET LANCAR

Kas dan setara kas Rp1.458.875.700 Rp1.341.581.271

Investasi Jangka Pendek Rp3.042.937 Rp5.495.327

Piutang usaha

Pihak ketiga Rp654.466.893 Rp993.413.953

Pihak - pihak berelasi

Piutang lain - lain pihak ketiga Rp14.743.054 Rp32.043.084

Persediaan Rp265.820.097 Rp278.368.569

Pajak dibayar di muka Rp14.002.138 Rp39.535.708

Uang muka Rp62.585.403 Rp38.887.127

Biaya dibayar di muka Rp22.888.808 Rp27.348.768

Jumlah Aset Lancar Rp2.496.425.030 Rp2.756.673.807

ASET TIDAK LANCAR

Aset tetap Rp556.826.967 Rp1.130.857.599

Properti investasi Rp28.530.942 Rp219.178.875

Investasi jangka panjang Rp1.044.992 -

Investasi ensitas asosiasi - -

Goodwill dan aset tak berwujud Rp1.088.752.884 Rp2.699.542.807

Aset pajak tangguhan Rp28.639.259 Rp45.774.844

Klaim atas pengembalian pajak Rp8.734.275 Rp19.020.649

Biaya sewa dibayar dimuka Rp159.308.385 Rp153.861.944

jangka panjang

Aset tidak lancar lainnya Rp26.021.933 Rp110.136.858

Jumlah Aset Tidak Lancar Rp1.897.859.637 Rp4.378.373.576

TOTAL ASET Rp4.394.284.667 Rp7.135.047.383

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS JANGKA PENDEK

Pinjaman jangka pendek Rp6.682.755 Rp34.844.755

Utang usaha

Pihak ketiga Rp252.680.703 Rp424.596.276

Pihak-pihak berelasi Rp335.797 -

Utang lain-lain

Pihak ketiga Rp22.932.004 Rp80.605.405

(39)

Utang pajak Rp80.027.797 Rp80.134.423 Biaya masih harus dibayar Rp187.672.775 Rp302.766.815

Uang muka Rp13.806.873 Rp35.629.354

31 Desember 2010 31 Desember 2011

Bagian lancar dari pinjaman jangka panjang

Utang obligasi - Rp574.572.025

Pinjaman bank - Rp400.518.611

Utang sewa pembiayaan Rp1.017.632 Rp2.480.715

Total Liabilitas Jangka Pendek Rp565.196.879 Rp1.936.189.287

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Jaminan diterima - -

Utang obligasi konversi - pihak berelasi - Rp67.082.885 Pinjaman jangka panjang - setelah

dikurangi bagian lancar

Utang sewa pembiayaan Rp1.577.981 Rp2.714.509

Utang obligasi Rp573.801.643 -

Liabilitas pajak tangguhan Rp4.679.073 Rp296.107.407

Liabilitas imbalan kerja karyawan Rp45.521.144 Rp59.791.296 Total Liabilitas Jangka Panjang Rp625.579.841 Rp425.696.097

TOTAL LIABILITAS Rp1.190.776.720 Rp2.361.885.384

EKUITAS

Ekuitas yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik Entitas Induk

Modal saham Rp1.025.460.444 Rp1.128.006.488

Tambahan modal disetor - neto Rp1.317.355.320 Rp2.037.216.943 Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali Rp31.340.248 Rp31.340.120 Transaksi dengan pihak non-pengendali Rp83.575.582 Rp76.341.604

Uang muka pemesanan saham - -

Saldo laba

Telah ditentukan penggunaannya Rp2.000.000 Rp4.000.000 Belum ditentukan penggunaannya Rp432.561.848 Rp1.041.154.646 Pendapatan komprehensif lain

Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan Rp305.048 -

Sub-total Rp2.892.598.490 Rp4.318.059.801

Kepentingan non-pengendali Rp230.950.000 Rp455.143.106

(40)

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS Rp4.314.325.210 Rp7.135.088.291

PT. ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI TBK LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF

31 Desember 2010 31 Desember 2011

PENDAPATAN Rp3.353.538.263 Rp4.136.532.904

BEBAN POKOK PENDAPATAN (Rp2.021.909.925) (Rp2.106.039.041)

LABA KOTOR Rp1.331.628.338 Rp2.030.493.863

Beban penjualan (Rp24.901.522) (Rp18.988.951)

Beban umum dan administrasi (Rp507.286.446) (Rp758.289.455) Rugi penjualan aset tetap - neto (Rp2.948.543) (Rp12.720.241)

Rugi selisih kurs - neto (Rp12.577.892) (Rp3.677.730)

Pendapatan (beban) operasi lain-lain - neto Rp18.507.321 (Rp39.758.245)

LABA USAHA Rp802.421.256 Rp1.197.059.241

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Pendapatan keuangan Rp59.290.669 Rp68.895.771

Beban keuangan (Rp65.965.792) (Rp139.048.746)

Rugi penurunan nilai dan amortisasi goodwill (Rp91.557.422) (Rp1.943.744) Total beban lain-lain - neto (Rp98.232.545) (Rp72.096.719)

Laba sebelum pajak penghasilan Rp704.188.711 Rp1.124.962.522

Manfaat (beban) pajak penghasilan

Kini (Rp208.788.953) (Rp330.633.531)

Tangguhan Rp8.272.577 (Rp56.291.423)

Beban Pajak Penghasilan - Neto (Rp200.516.376) (Rp386.924.954)

LABA NETO Rp503.672.335 Rp738.037.568

Pendapatan komprehensif lain

(41)

TOTAL LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN Rp503.613.329 Rp738.037.568

Laba neto yang dapat diatribusikan kepada:

Pemilik entitas induk Rp429.187.536 Rp607.607.976

Kepentingan non-pengendali Rp74.484.799 Rp130.429.592 Rp503.672.335 Rp738.037.568 Total laba komprehensif tahun berjalan

yang dapat diatribusikan kepada:

31 Desember 2010 31 Desember 2011

Pemilik entitas induk Rp429.128.350 Rp607.607.976

Kepentingan nonpengendali Rp74.484.799 Rp130.429.592

Rp503.613.149 Rp738.037.568

Laba Per Saham Dasar Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik

(42)
(43)

2010 Nov 1,

2010 920.00 1,020.00 920.00 1,000.00 338,9 949,99 Nov 8,

2010 1,060.00 1,080.00 990.00 1,030.00 571,3 986,71 Nov 12,

2010 8.50 Dividend

Nov 15,

2010 970.00 1,080.00 940.00 980.00 507,3 938,81 Nov 22,

2010 1,040.00 1,040.00 960.00 980.00 115,5 938,81 Nov 29,

2010 1,010.00 1,080.00 990.00 1,050.00 310,7 1005,87 Dec 6,

2010 1,020.00 1,110.00 1,020.00 1,060.00 579 1015,45 Dec 13,

2010 1,060.00 1,090.00 1,020.00 1,080.00 59,1 1034,61 Dec 20,

2010 1,080.00 1,180.00 1,060.00 1,100.00 65,2 1053,71 Dec 27,

2010 1,100.00 1,250.00 1,100.00 1,220.00 89,2 1168,73

(44)
(45)
(46)

PT. INDOSIAR KARYA MEDIA, TBK. IDKM .JK HISTORICAL PRICE 2010

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

"Tak Ada Ruginya Akuisisi Indosiar" Selasa, 06 Desember 2011 12:34 wib Yuni Astutik - Okezone

JAKARTA - PT Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Tbk mengaku tidak merugi, setelah perusahaan melakukan akuisisi PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) beberapa waktu lalu. Indosiar memang telah merugi sebelum diakuisisi.

"Belum menemukan kerugian dari adanya akuisisi antara EMTEK dan Indosiar," ungkap Direktur Utama EMTEK, Susanto Suwarto saat Paparan Publik di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (6/12/2011).

Dia mengatakan, sebelum Indosiar bergabung dengan EMTEK, neraca perusahaan memang telah merugi. Namun, Susanto meyakini, kinerja perusahaan semakin membaik seiring dengan akuisisi yang dilakukan.

"Waktu mereka (Indosiar) sebelum masuk, itu rugi, saya lupa angkanya. Tapi sekarang pasti dan sudah baik. Karena kita betulin kinerjanya," tuturnya.

Menurutnya, dari lima hingga enam tahun yang lalu, Indosiar pernah mengalami masa kejayaan menjadi televisi yang paling banyak diminati karena programnya.

Dengan adanya kejadian tersebut, perusahaan yakin Indosiar masih memiliki prospek yang bagus ke depannya, meskipun saat ini kondisinya sudah berubah. "Dulu siapa yang nggak nonton Indosiar. Kita berani akuisis Indosiar karena pertumbuhannya yang signifikan," tandasnya.

(65)

Namun pada akhir November lalu, Komite Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) telah memberikan pendapat bahwa tidak ada godaan praktik monopoli yang tidak sehat dari akuisisi tersebut. (mrt) (rhs)

Beli Indosiar Rp 2,03 Triliun, Emtek Gadaikan Saham SCTV

Ari Saputra - detikfinance Selasa, 05/04/2011 14:02 WIB

Jakarta -PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) berniat untuk melakukan gadai saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan meningkatkan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) aliasprivate placement untuk rencana akuisisi PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM).

Seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (5/4/2011), dana hasil gadai saham dan private placement itu akan digunakan EMTK untuk membiayai penawaran tender (tender offer) saham IDKM di kisaran harga Rp 900-1.040 per lembar.

Tender offer ini akan dilakukan usai pembelian 551.708.684 (27,24%) saham IDKM dari PT Prima Visualindo (PV) senilai Rp 496,5 miliar. Sementara tender offer dilakukan atas 1,473 miliar (72,76%) dari total saham IDKM.

Nilai penawaran tender ini sebanyak Rp 1,53 triliun. Dengan demikian, nilai seluruh transaksi akuisisi IDKM dari PV dan tender offer ini jumlahnya mencapai Rp 2,03 triliun.

Pembelian saham PV ini perseroan akan menggunakan dana internal, sementara untuk saham penawaran tender, dananya dari pinjaman lembaga keuangan.

Dalam rangka mencari pinjaman untuk biayai penawaran tender itu, induk Grup SCTV itu akan menandatangani perjanjian gadai saham. Saham yang akan digadaikan adalah SCMA.

(66)

target dana Rp 666,6 miliar, maka harga saham baru itu per lembarnya sebesar Rp 1.300 per lembar.

Soal Akuisisi Indosiar, KPI Masih Tegas Menolak

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) enggan disebut loyo dan mundur teratur bila menghadapi raksasa media. Menurut Ketua KPI Dadang Hidayat, sejauh ini sikap KPI selalu tegas menegakkan aturan penyiaran seperti rencana akuisisi Indosiar oleh pemilik SCTV yang dianggap pelanggaran UU Penyiaran.

"Kami sangat tegas menentang akuisisi. Itu sangat jelas. Karena rencana ini berimplikasi penguasaan opini. Kalau terjadi, ini efeknya sangat besar. Luar biasa penguasaan opini. Karena bisa saja kalau berkolaborasi dengan kekuasaan, publik harus bersikap," kata Dadang Hidayat menepis keraguan salah satu peserta seminar 'Tolak Monopoli TV Swasta' di Gedung Jakarta Media Center (JMC), Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (5/3/2011).

Hanya saja, Dadang mengakui keputusan KPI tersebut masih menunggu keputusan pengadilan. Sebab, selain isi siaran, keputusan KPI tersebut tidak mengikat.

"Apakah keputusan KPI tersebut bisa membatalkan akuisisi atau tidak, merubah atau tidak, itu sebuah pertanyaan bagi kami. Kami menunggu pengadilan apakah keputusan kami dipakai atau tidak," tandas Dadang.

Seirama dengan Dadang, Ketua Komite Advokasi untuk Independen Penyiaran Wirawan Adnan juga menyatakan akuisisi jelas-jelas menyalahi aturan. Pada kesempatan serupa, pengacara tersebut menyatakan rencana akuisisi melanggar UU Penyiaran. "Pasal 34 UU Penyiaran jelas melarang pemindahtanganan frekuensi. Dari A ke B. Itu tidak ada penafsiran, tegas. Hitam-putih jelas," kata Adnan.

(67)

pembuktian tidak hanya persoalan formil tetapi materil. Ini sudah betul-betul pelanggaran. Karena secara formal pengambilalihan saham, secara materil monopoli informasi," tandas Adnan.

Pendapat berbeda dilontarkan anggota Dewan Pers, Leo Batubara. Menurutnya, akuisisi tersebut tidak serta merta berujung monopoli.

Akan tetapi dapat menyelamatkan isi siaran yang makin berkurang kualitasnya karena kompetisi tidak sehat.

"Diskusi ini seolah-olah kerjasama itu langsung dicap monopoli informasi. Diskusi para pakar ini tidak berimbang. Seolah-olah wacananya sudah menuju monopoli. Di Jakarta ada 11 stasiun televisi komersial. Jangan 11 ini dibiarkan sendirian untuk selera rendah, kompetisi tidak sehat dan berdarah-darah," kritik Leo Batubara.

(68)

KPPU: Akuisisi Indosiar Tidak Melanggar Undang-undang

Penulis : Stefanus Osa Triyatna | Rabu, 21 Desember 2011 | 18:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Rabu

(21/12/2011), mengeluarkan pendapat tentang pengambilalihan saham perusahaan PT Indosiar

Karya Media Tbk oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk.

Tidak ada dugaan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang diakibatkan

pengambilalihan saham PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) oleh PT Elang Mahkota

Teknologi Tbk (EMTek).

Pendapat KPPU yang ditandatangani Ketua KPPU Nawir Messi ini merupakan kesimpulan dua

rangkaian proses. Pertama, pemberitahuan (notifikasi) terhadap pihak yang mengakuisisi. Kedua,

penilaian komisi. Pemberitahuan (notifikasi) dilakukan PT Elang Mahkota Teknologi (EMTek)

kepada KPPU pada 20 Juni 2011 dan dinyatakan lengkap pada 20 Juli 2011.

Pada rentang 20 Juni 2011 hingga 20 Juli 2011, EMTek melengkapi dokumen yang diminta

Komisi melalui Surat Penetapan 48/KPPU/Pen/VII/2011 tanggal 20 Juli 2011. Dalam proses

penilaian yang berlangsung sejak 20 Juli 2011 hingga 24 November 2011, Komisi terlebih

dahulu melihat pasar bersangkutan dan konsentrasi pasar, serta checklist justifikasi.

Dalam konteks pasar bersangkutan, setelah melalui pengumpulan data, Komisi mengidentifikasi

pasar bersangkutan dari transaksi ini berdasarkan pasar produk dan pasar geografisnya, yaitu

pasar jasa penayangan program melalui televisi free to air yang diukur melalui pendapatan iklan,

dan akan dilakukan penilaian checklist justifikasi bilamana konsentrasi pasar yang ada sebelum

akuisisi adalah melebihi batas 1800 HHI (Hirschman-Herfindahl Index) dengan perubahan

konsentrasi melebihi 150.

HHI adalah standar konsentrasi pasar yang diperoleh dari jumlah atau gabungan dari kuadrat

pangsa pasar masing-masing kompetitior (pelaku usaha pada pasar bersangkutan) di mana dalam

konteks ini, konsentrasi pasar yang terhimpun dari 6 grup lembaga penyiaran swasta(LPS)

(69)

Grup dimaksud meliputi RCTI, MNC TV, dan GLOBAL TV dimiliki oleh MNC Grup; TRANS

TV dan TRANS 7 dimiliki PARA Grup; AN TV dan TV ONE dimiliki BAKRIE Grup; SCTV

dimiliki EMTeK Grup; IVM dimiliki Salim Grup; dan Metro TV dimiliki Media Grup.

Sementara perubahan konsentrasi pra dan post akuisisi menunjukkan bahwa perubahan

konsentrasi pasar akibat dari akuisisi ini adalah 216,01 atau melebihi 150 poin yang diperoleh

Referensi

Dokumen terkait

Responden pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kota Denpasar ditinjau dari perspektif proses internal secara keseluruhan memberikan jawaban

Islam tidak bisa dipisahkan dengan politik. Diantara beberapa fenomena yang menguatkan akan hal ini dalam perspektif al-Qur’an adalah: pertama, Interaksi sejumlah nabi dengan

Kegiatan pertama yang dilakukan pada tahap siklus II dimulai dengan menyusun perangkat pembelajaran atau RPP.Penyusunan RPP tidak jauh berbeda dengan penyusunan

Walaupun disudutkan secara tidak langsung oleh pihak lain, akan tetapi dengan kebesaran hati dan tidak terlepas dari rasa persatuan kebangsaan Muhammadiyah tetap

Adapun saran yang diajukan dari penelitian ini adalah agar peneliti berikutnya dapat melanjutkan penelitian ini secara kuantitatif dengan mengukur seberapa besar nilai

Bank Penerus ( Advising Bank ) Bank Penerbit L/C ( Issuing Bank ) Penjual ( Eksportir ) Pembeli ( Importir ).. 2) Pembeli (Importir) harus memiliki dana cukup untuk

Hal ini menunjukkan bahwa domain magnetik pada sampel sebagian besar terdiri dari bulir superparamagnetik antara 10% sampai dengan 75% yang merupakan campuran antara

Analisis spasial wilayah potensial PKL menghasilkan peta tingkat wilayah potensial yang tersebar sepanjang Jalan Dr.Radjiman berdasarkan aksesibilitas lokasi dan