Tugas Geologi Kelautan
Perbedaan Teori Folks (1957) dan Shephard (1954)
Disusun oleh: Denny Hermawan Saputra
270110150014 Kelas C
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya Penyusun dapat menyelesaikan makalah perbedaan dan persamaan teori Folks (1957) dan Shephard (1954) dengan benar dan tepat waktu. .
Makalah ilmiah ini telah Penyusun susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Penyusun dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata Penyusun berharap semoga makalah ini dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Sumedang, 17 Desember 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dewasa ini masih banyak mahasiswa jurusan geologi yang masih belom paham dan mengenal perbedaan dan persamaan teori Folks (1957) dan Shephard (1954). Untuk itu penulis sengaja membuat makalah ini untuk menambah pengetahuan bagi penulis maupun bagi pembaca nantinya. Selain itu, makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah geologi kelautan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah: Bagaimanakah perbedaan dan persamaan teori Folks (1957) dan Shephard (1954)?
1.3 Tujuan
Tujuan dibentuknya makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas geologi kelautan dan nilai uas serta memberi pengetahuan pada khalayak banyak. 1.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh tim penyusun adalah berasal dari referensi dan buku pengetahuan.
1.5 Metode Penulisan
BAB II ISI 2.1. Teori Folk (1957)
Teori Folk (1954) adalah teori yang digunakan dalam analisis besar butir yang dilakukan untuk mengetahui parameter nilai pada pengukuran butir sedimen secara grafis. Distribusi ukuran partikel secara umum ditunjukkan dengan empat parameter (Yang, 1996) yaitu :
1. Mean
Mode, median dan mean adalah sama dalam sekumpulan data berdistribusi normal simetris (tidak miring), tetapi tidak sama pada sedimen kerikil fluvial yang memiliki distribusi yang miring.
2. Standar Deviasi (Sorting)
Sorting adalah Sedimen alamiah mempunyai suatu rentang ukuran partikel. Penyebaran ukuran di sekitar ukuran rata-ratanya. Sedimen dengan well-sorted menunjukkan penyebaran ukuran yang sempit, dan sedimen dengan poorly-sorted menunjukkan penyebaran ukuran yang lebar. Sedimen dengan wellsorted adalah bergradasi jelek, dan sedimen dengan poorly-sorted adalah bergradasi baik. Sedimen dengan wellsorted cenderung makin seragam, sedangkan sedimen dengan poorlysorted cenderung makin tidak seragam. Folk dan Ward (1957) membagi derajat sorting dalam 7 klasifikasi yaitu:
3. Skewness
Skewness adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadapdistribusi normal. Distribusi normal adalah suatu distribusi ukuran butir dimana pada bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak. Butiran yang lebih kasar sertalebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Apabila dalam suatudistribusi ukuran butior berlebihan partikel kasar, maka kepencengannya bernilai negatif (Folk,1957).
Table 2. Klasifikasi Skewnes
4. Kurtosis
Kurtosis menunjukkan kepuncakan atau kedataran distribusi dalam perbandingan kepada distribusi normal. Ukuran ini tidak sering digunakan untuk mengukur distribusi ukuran partikel pada sungai-sungai dengan dasar kerikil. Untuk distribusi ukuran partikel dalam satuan φ. Kurtosis dihitung dengan pendekatan oleh Folk & Ward (1957) yang dikelompokkan ke dalam lima kategori seperti dalam Tabel:
2.2. Teori Shapherd (1954)
Pergerakan air dan udara umumnya memisahkan partikel dari ukuran aslinya dan selanjutnya sedimen dari berbagai sumber yang berbeda akan bertemu dan menghasilkan percampuran antar ukuran yang berbeda-beda pula.
Sedimen dengan ukuran yang lebih halus lebih mudah berpindah dan cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar. Fraksi halus terangkut dalam bentuk suspensi sedangkan fraksi kasar terangkut pada atau dekat dasar laut. Selanjutnya partikel yang lebih besar akan tenggelam lebih cepat daripada yang berukuran kecil (Dyer, 1986). Berikut ini disajikan beberapa persamaan yang umum digunakan untuk analisis ukuran butir sedimen.
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
1. Teori Folk (1954) adalah teori yang digunakan dalam analisis besar butir yang dilakukan untuk mengetahui parameter nilai pada pengukuran butir sedimen secara grafis.
2. Menurut yang terdapat 4 parameter nilai untuk analisa besar butir yaitu mean, standar deviasi(sorting), Kurtosis dan Skewness.
3. Mode, median dan mean adalah sama dalam sekumpulan data berdistribusi normal simetris (tidak miring), tetapi tidak sama pada sedimen kerikil fluvial yang memiliki distribusi yang miring
4. Standar deviasi (sorting) adalah sedimen alamiah mempunyai suatu rentang ukuran partikel.
5. Skewness adalah penyimpangan distribusi ukuran butir terhadapdistribusi normal.
6. Kurtosis menunjukkan kepuncakan atau kedataran distribusi dalam perbandingan kepada distribusi normal.
7. Teori segitiga Shapherd atau populasi (1954) adalah Percampuran antar ukuran sangat sering terjadi di lautan.
8. Sedimen dengan ukuran yang lebih halus lebih mudah berpindah dan cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Evinatamiroriris. 2014. Praktikum Analisis Besar Butir Sedimen.
https://www.scribd.com/doc/229703830/Praktikum-Analisis-Besar-Butir-Sedimen (Diakses pada 16 Desember 2017).
Junaidi dan Restu Wigati. ANALISIS PARAMETER STATISTIK BUTIRAN
SEDIMEN DASAR PADA SUNGAI ALAMIAH (Studi Kasus Sungai Krasak Yogyakarta). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Robert L. Folk. 2002. Petrology of Sedimentary Rocks. Texas: University of Texas Austin.