PENDIDIKAN DAN PROFESIONALISME
Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing :
FINA SURYA ANGGRAINI, M.Pd.I
Disusun Oleh : 1. J aya Roza Azzukhrufi 2. Syaiful Anwar Nurul J amal
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi pendidikan
Dalam makalah ini, kami memberikan uraian singkat tentang pendidikan dan profesionalisme, dengan harapan semoga kita semakin faham terhadap apa yang kami uraiakan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan kami dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan bimbingannya, serta semua pihak yang ikut serta dalam terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami sangat berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua serta langkah kita dalam menuntut ilmu senantiasa diridhai oleh Allah SWT.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. LatarBelakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Profesionalisme 3
B. Ciri – Ciri Profesionalisme 4
C. Pekerjaan atau J abatan sebagai Profesi 5
D. Pendidikan sebagai Perkembangan Profesionaliasi, Organisasi
Profesional 8
BAB III 10
PENUTUP 10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebelum mengetahui tentang pendidikan dan profesionalisme, sebaiknya terlebih dahulu mengetahui definisi dari pendidikan sendiri itu apa. Pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri dan bertanggung jawab.
Pendidikan adalah proses perubahan manusia dari tidak berdaya menjadi berdaya, dari tidak punya harapan menjadi berpengharap. Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bertalian dengan berkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social, sampai kepada perkembangan iman. Perkembangan ini mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dan berprofesi yg faham akan moral. Pentingnya pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat juga dapat diamati pada lapisan elit masyarakat.1
Istilah “ profesi “ memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mencegah kesimpang siuran tentang arti profesi dan hal hal yang bersangkut paut dengan itu, berikut ini dikemukakan beberapa istilah dan ciri ciri profesi. Dari pendidikan sendiri bisa menguasai bagaimana pekerjaan maupun jabatan menjadi profesi. Dari pendidikan sendiri sebagai ajang untuk perkembangan profesionalisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan profesionalisme dan ciri-ciri nya ? 2. Bagaimanakah pekerjaan dan jabatan sebagai profesi ?
1J urusan Manajemen Pendidikan Islam,Institute KH. Abdul Chalim mojokerto.Kebijakan
3. Bagaimanakah pendidikan sebagai perkembangan profesionalisasi, organisasi profesional ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dengan profesionalisme dan ciri-ciri nya 2. Mengetahui pekerjaan dan jabatan sebagai profesi
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari akar kata “profesi” . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), profesionalisme adalah “tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi.” Sedangkan profesi merupakan suatu kelompok yang memiliki kekuasaan tersendiri dan karena itu mempunyai tanggung jawab khusus. Suatu profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama serta memiliki keahlian yang tertutup dari orang lain (Bertens, 2005). Orang yang bergabung dengan kelompok profesi memiliki pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki kebanyakan orang lain. Anggota profesi ini diatur oleh kode etik dan menyatakan komitmen terhadap kemampuan, integritas dan moral, altruism, dan dukungan demi kesejahteraan masyarakat. (Cruess S.R & Cruess R.L., 2012).2
Berkaitan dengan profesi ada beberapa istilah yang hendaknya tidak dicampur adukan yaitu profesi, profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan.
Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi; misalnya sebutan dia seorang professional. Kedua penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengah profesinya. Dalam pengertian kedua ini istlah professional sering dipertentangkan dengan istilah non profesional atau amatiran. Pasal 1 Bab I tentang ketentuan umum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Profesional diartikan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Profesionalisme menunjuk pada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.3
B. Ciri – Ciri Profesionalisme
Ciri ciri profesinalisme antara lain, (1) Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi, (2) Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan, (3) Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya, (4) Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/ atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat, (3) Kerja seorang profesional – diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral– harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi profesi. Menurut Harris [1995] ruang gerak seorang profesional ini akan diatur melalui etika profesi yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi. Pelanggaran terhadap kode etik profesi bisa dalam berbagai bentuk, meskipun dalam praktek yang umum dijumpai akan mencakup dua kasus utama, yaitu:
1. Pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek terhadap nilai-nilai yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu. Memperdagangkan jasa atau membeda-bedakan pelayanan jasa atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan uang yang berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan yang sering dianggap melanggarkode etik profesi.
2. Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang mencerminkan kualitas keahlian yang sulit atau kurang dapat dipertanggung-jawabkan menurut standar maupun kriteria profesional.4
C. Pekerjaan atau J abatan sebagai Profesi
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi. Sebagai contoh, pekerjaan staff administrasi tidak masuk dalam golongan profesi karena untuk bekerja sebagai staff administrasi seseorang bisa berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman, sedangkan akuntan merupakan profesi karena seseorang yang bekerja sebagai akuntan haruslah berpendidikan akuntansi dan memiliki pengalaman kerja beberapa tahun di kantorakuntan.
Profesi adalah kata serapan dari sebuah jata dalam bahasa
4https:/ / www.google.com/ amp/ s/ ranisakura.wordpress.com/ 2010/ 06/ 04/
Inggris “Profess”, yang bermakna J anji untuk memenuhi kewajiban melakuakn suatu tugas khusus secara tetap/ permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang tertentu banyak orang yang bekerja tetapi belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teknik intelektual yang merupakan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian.
Disini saya jelaskan lagi pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.5
Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia memiliki syarat syarat atau ciri ciri tertentu. Sejumlah ahli seperti ( Mc Cully, 1963 ; Tolbert, 1972 ; dan Nugent, 1981 ) telah merumuskan syarat syarat atau ciri ciri utama dari suaru profesi sebagai berikut:
anggotanya (petugas dalam pekerjaan itu) harus menampilkan pelayanan yang khusus yang didasarkan atas teknik teknik intelektual, dan keterampilan keterampilan tertentu yang unik. 3. Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara
rutin saja, melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dam metode ilmiah.
4. Para anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu yang didasarkan atas ilmu yang jelas, sistimatis, dan eksplisit, bukan hanya didasarkan atas akal sehat (common sense) belaka.
5. Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan latihan dalam jangka waktu yang cukup lama.
6. Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi menimum melalui prosedur seleksi , pendidikan dan latihan serta lisensi ataupun sertifikat.
7. Dalam menyelenggarakan pelayanan kepada fihak yang dilayani para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memberikan pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan berkenaan dengan penyelenggaraan pelayanan professional yang dimaksud.
8. Para anggotanya baik perorangan maupun kelompok lebih mementingkan pelayanan yang bersifat sosial daripada pelayanan yang mengejarkeuntungan yang bersifat ekonomi.
9. Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat (eksplisit) melalui kode etik yang benar benar diterapkan. Setiap pelanggaran atas kode etik dapat dikenakan sanksi tertentu.
Tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri di atas, Sanusi et al dalam dalam Soetjipto dan Raflis Kosasi ( 2007 ) mengemukakan ciri-ciriutama suatu profesi itu sebagai berikut :
1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan ( crusial ).
2. J abatan yang menuntut keterampilan / keahlian tertentu.
3. Keterampilan / keahlian yang dituntut jabatan itu di dapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. J abatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistimatik, eksplisit, yang bukan hanya sekadar pendapat khalayak umum.
5. J abatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.
6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai- nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam meberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya. 9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom
dan bebas dari campurtangan orang luar.
10.J abatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.6
D. Pendidikan sebagai Perkembangan Profesionaliasi, Organisasi Profesional
kuat mempengaruhi lambatnya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, perlu dilakukan strategi-strategi untuk mempercepat menanggulangi permasalahan tersebut. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah peningkatan profesionalisme guru.7
Tugas pokok guru sebagai pendidik adalah mendewasakan peserta didik, yang mana guru mendorong peserta didik mencapai kedewasaan fisik (physical maturity), kedewasaan sosial pribadi (social and personal), kedewasaan mental intelektual (mental and intellectual maturity), kedewasaan moral keagamaan (moral and religious maturity). Pendidikan tidak dapat disajikan dengan instanisasi atau dengan apa adanya, pendidikan harus disajikan dengan profesionalitas. Upaya yang dilakukan oleh meperintah untuk menggasak profesionalisme guru secara langsung sekarang adalah melalui pensertifikasian. Kebijakan ini merupakan rangsangan atau alat motivasi bagi tenaga pendidikan untuk membangun kinerja dan loyalitas kependidikannya supaya lebih berorientasi pada pengembangan mutu dan kualitas pendidikan, karena kualitas pendidikan saat sekarangharus ditingkatkan mengingat ketatnya persaingan global.8
Tenaga pendidik yang professional dalam era global tidak dapat ditawar-tawar lagi karena keprofesionalan sangat menentukan keberhasilan dalam membawa tujuan pendidikan yang sesuai dengan keberhasilan dalam membawa tujuan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Oleh sebab itu, tenaga pendidik yang professional mempunyai implikasi langsung terhadap penyampaian materi dan penguasaan bahan ajar. Pembelajaran berbasis materi sangat ditentukan oleh keprofesionalan tenaga pendidik.
Dalam konteks ini pula diyakini bahwa keberhasilan pelaksanaan
7Hanani,silfia.sosiologi pendidikan keindonesiaan(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013)
hal.146-147
proses belajar mengajar melalui pembelajaran berbasis materi sangat tergantung pada pendidik yang professional, pendidik mempunyai pendidikan yag sesuai dengan tuntutan profesinya. Pendidikan tenaga pendidik yang sesuai dengan tuntutan profesionalnya merupakan barometer dalam membangun keberhasilan materi ajar yang dilakukan dalam proses belajarmengajar.9
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Profesionalisme menunjuk pada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan adalah profesi. pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Suatu jabatan atau pekerjaan disebut profesi apabila ia memiliki syarat syarat atau ciri ciri tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Hanani,silfia. sosiologi pendidikan keindonesiaan(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013)
https:/ / www.google.com/ amp/ s/ cancer55.wordpress.com/ 2011/ 04/ 25/ guru-sebagai-jabatan-profsi/ amp/ 03 November2016
http:/ / www.seputarpendidikan.com/ 2014/ 08/ pengertian-pekerjaan-profesi-dan-profesional.html 03 November2016
https:/ / www.google.com/ amp/ s/ ranisakura.wordpress.com/ 2010/ 06/ 04 / ciri-ciri-profesionalisme/ amp/ 03 November2016
http:/ / repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/ 47041/ 4/ Chapter%20II. pdf 03 November2016