Laporan Praktikum Ke- 6 Selasa, 06 Oktober 2015
Pembuatan Sabun Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Dhiska Amoriyana. S
4443122601
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2015
Abstrak
Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan tubuh, seperti sabun mandi. Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun mandi berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi kesehatan kulit. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi rumput laut terhadap kualitas sabun rumput laut .Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Oktober 2015. Pada praktikum ini perlakuan yang digunakan dalam pembuatan sabun rumput laut ini yaitu dengan menggunakan konsentrasi rumput laut yang berbeda-beda pada tiap kelompok yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10%.. Hasil yang didapat pada praktikum pembuatan sabun rumput laut ini penggunaan konsentrasi rumput laut yang berbeda ini pada uji Duncan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan terbaik pada pembuatan sabun rumput laut untuk parameter aroma dan tekstur terdapat pada perlakuan rumput laut dengan konsentrasi 2% sedangkan pada parameter kesan bersih ada konsentrasi rumput laut 4% dan banyak busa pada konsentrasi 10% hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis karena memiliki nilai tertinggi.
Kata Kunci :Konsentrasi, rumput laut dan sabun
PENDAHULUAN
diketahui bahwa rumput laut aman atau tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Dengan berjalannya waktu pengetahuan berkembang kini kandungan dari rumput laut digunakan agar bermanfaat seoptimal mungkin tidak hanya sebagai bahan pangan yang dikonsumsi langsung secara sederhana tetapi juga merupakan bahan dasar pembuatan produk pangan rumah tangga maupun industri makanan skala besar (Anggadireja, dkk., 2006). Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berdampak pada peningkatan permintan bahan kebutuhan sehari-hari. Salah satu kebutuhan hidup yang cukup penting adalah produk perawatan tubuh, seperti sabun mandi. Sabun mandi menjadi perhatian semua pihak karena sabun mandi berhubungan langsung dengan kulit tubuh, sehingga sangat mempengaruhi kesehatan kulit.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi rumput laut terhadap kualitas sabun rumput laut.
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput laut yang digunakan jenis Eucheuma cottoni berikut adalah taksonomi dari Rumput menurut Anggadireja, dkk., (2006). jenis Eucheuma cottonii :
Division : Rhodophyta Kelas : Rhodophyta Bangsa : Gigartinales
Suku : Solierisceae Marga : Eucheuma
Jenis : Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii)
dalam makanan atau disebut juga serat makanan umumnya berasal dari serat buah dan sayuran atau sedikit yang berasal dari biji-bijian dan serealia. Serat makanan terdiri dari serat kasar (crude fiber) dan “serat makanan” (dietary fiber). Serat kasar adalah serat yang secara laboratorium dapat menahan asam kuat (acid) atau basa kuat (alkali), sedangkan serat makanan adalah bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan (Wisnu, 2010). Almatsier (2009) menyatakan bahwa, ada 2 macam golongan serat yaitu yang tidak dapat larut dalam air dan yang dapat larut air. Karaginan mempunyai sifat pembentuk gel. Sifat dasar karaginan terdiri dari tiga tipe karaginan yaitu kappa, iota dan lambda karaginan.
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa Natrium atau Kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani (SNI, 1994). Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan proses netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali (Kirk et al, 1954).
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan (Wade dan Weller, 1994). Asam stearat memilki atom karbon C18 yang merupakan asam lemak jenuh dan berperan dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk (Mitsui, 1997). Asam stearat mempunyai titik cair pada suhu 69,40C (Ketaren, 1986).
NaOH merupakan salah satu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan organik yang halus. NaOH berbentuk butiran padat berwarna putih dan memilki sifat higroskopis (Wade dan Weller, 1994). Ion Na+ dari NaOH bereaksi dengan asam lemak membentuk sabun (Cavith, 2001).
dengan sukrosa dan alkohol berfungsi dalam pembentukan struktur transparan (Mitsui, 1997).
Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan rumus kimia C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside) yang mempunyai berat molekul 342,3. Sukrosa merupakan senyawa nonionik dan mempunyai sifat pengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency), dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik (Gupta et al., 1985).
METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 06 Oktober 2015 pukul 08.00 wib yang bertempat di laboratorium TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil Perairan) jurusan Perikanan fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini panci, sendok, kompor, alat penjapit, gelas kimia, aluminium foil. Kemudian untuk bahannya yaitu rumput laut Kappaphycus alvarezii, NaOH, gliserin, minyak zaitun, minyak sawit, asam stearat, alcohol, larutan gula, dan pengharum.
Prosedur kerja yang pertama dilakukan adalah mencampurkan asam stearat, rumput laut, minyak zaitun dan minyak sawit kemudian dipanaskan diatas air panas dengan wadah gelas kimia. Aduk hingga merata dan adonan agak mencair, selanjutnya angkat adonan tambahkan NaOH dan alcohol diluar perebusan. Kemudian panaskan kembali hingga adonan tercampur merata, tambahkan gliserin sebagai penjernih adonan sabun aduk hingga rata dan adonan terasa lembut. Masukan larutan gula sebagai pengemulsi dan essens parfum sebagai pembentuk aroma wangi pada sabun, aduk hingga merata. Tuang adonan kedalam cetakan, biarkan hingga adonan sabun mengeras, selanjutnya lakukan uji organoleptik
Asam stearat+ rumput laut + minyak zaitun + minyak sawit dicampurkan
Tambahkan NaOH + alkohol (diluar perebusan)
Tuangkan adonan ke cetakan
Biarkan hingga adonan sabun mengeras
Uji Organoleptik
Gambar.1 Diagram alir pembuatan sabun rumput laut HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah grafik batang hasil uji organoleptik pada praktikum pembuatan kerupuk rumput laut metode cair:
2.6 2.8 3.0 3.2 3.4
3.6 3.23 3.5 3.3 3.13
2.97 2.97
Aroma
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
N
ila
i M
ea
n
0 0.51 1.52
2.53 2.47 2.63 2.53 2.57 2.03 2.37
Tekstur
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
N
ila
i M
ea
n
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter tekstur mean ranks tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 2% dengan nilai 2,63 dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 8% adalah yang terendah dengan skor nilai 2,03 hal ini tidak disukai panelis.
0 1 2 3
4 2.67 2.63
Kesan Bersih
3 2.77 2.47 2.83Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
N
ila
i M
ea
n
1.7 1.8 1.92 2.1 2.2 2.3 2.4
Banyak Busa
Pemberian Konsentrasi Rumput Laut
N
ila
i M
ea
n
Hasil yang didapat pada uji organoleptik parameter banyak busa mean ranks tertinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi rumput laut 10% dengan nilai 2,3 dan tidak berpengaruh nyata hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis. Sedangkan perlakuan konsentrasi rumput laut 6% adalah yang terendah dengan skor nilai 1,9 hal ini tidak disukai panelis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam praktikum mengenai pembuatan sabun rumput laut ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan konsentrasi rumput laut yang berbeda ini pada uji Duncan tidak berpengaruh nyata. Perlakuan terbaik pada pembuatan sabunrumput laut untuk parameter aroma dan tekstur terdapat pada perlakuan rumput laut dengan konsentrasi 2% sedangkan pada parameter kesan bersih ada konsentrasi rumput laut 4% dan banyak busa pada konsentrasi 10% hal ini menunjukan bahwa perlakuan tersebut disukai panelis karena memiliki nilai tertinggi.
Adapun saran pada praktikum ini yaitu untuk praktikun pembuatan sabun ini ada penambahan warna sabun rumput laut agar lebih menarik penampilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta. Anggadireja, J.T, Achmad Zatnika, Heri Purwoto, Sri Istini. 2006. Rumput Laut.
Kateren, S. 1986. Pengantar Teknologi Pengujian Kualitas Sabun Mandi Padat. Universitas Indonesia. Jakarta
SNI 06-3532.1994. Standar Mutu Sabun Mandi Padat. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Wisnu R.A.,2010. Analisa Komposisi Nutrisi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dengan Proses Pengeringan Berbeda. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Zatnika, A. 2008. Prospek Industri dan Proses Produksi Carrageenan. Majalah
Techner, No.10 Tahun II. Jakarta : 42-45
LAMPIRAN
Tabel 1. Anova Uji Hedonik Sabun Rumput Laut
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
AROMA Between
Groups 6.383 5 1.277 2.046 .074
Within
Groups 108.567 174 .624
Total 114.950 179
TEKSTUR Between
Groups 38.000 5 7.600 9.928 .000
Within
Groups 133.200 174 .766
Total 171.200 179
BANYAK
BUSA Between Groups 2.644 5 .529 .599 .701
Within
Groups 5.028 5 1.006 1.404 .225
Within
Groups 124.633 174 .716
Tabel 2. Uji Lanjut Duncan Parameter Aroma Sabun Rumput Laut
Tabel 3. Uji Lanjut Duncan Parameter Tekstur Sabun Rumput Laut SABUN
RL N
Subset for alpha = .05
1 2 3
Tabel 4. Uji Lanjut Duncan Parameter Banyaknya Busa Sabun Rumput Laut
Tabel 5.Uji Lanjut Duncan Parameter Kesan Bersih Sabun Rumput Laut SABUN
RL
1 2
B 30 2.4667
F 30 2.6333 2.6333
D 30 2.6667 2.6667
C 30 2.7667 2.7667
E 30 2.8333 2.8333
A 30 3.0000