H2
S2 S3
S8 S1
S4
S9 S10
S5
S6 S7
S11 H1
H8
H3 H4
H9 H10
H5
H6 H7
H11
controller
collector Metric
calculation Route calculation Rate calculation Flow management BAB 3
MODEL DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini juga berisi rancangan sistem yang meliputi arsitektur jaringan dan ... Bab ini bertujuan untuk memaparkan model jaringan dan model antrian yang digunakan untuk mekanisme multipath routing dan adaptasi laju data. Model ... ini diselesaikan dengan pemrograman linear dan solusinya dapat digunakan untuk membangun flow forwarding tabel dalam protokol routing dan penentuan alokasi laju pengiriman.
3.1 Perancangan Aplikasi SDN
Rancangan sistem meliputi rancangan topologi jaringan pada data plane dan rancangan aplikasi SDN. Rancangan sistem ini diimplementasikan dalam controller Ryu dan disimulasikan dalam mininet yang memungkinkan pengguna menggunakan beberapa topologi. Rancangan sistem terdiri dari beberapa bagian seperti pada gambar 3.1, terdiri dari beberapa proses yaitu: pengumpulan data-data kondisi jaringan, perhitungan kondisi jaringan, pemilihan rute dan alokasi data rate.
Gambar 3.1: Blok rancangan sistem
-Untuk menjalankan beberapa proses pada gambar 3.1, maka diperlukan modul-modul sebagai berikut:
- Kolektor: modul kolektor digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi jaringan global, dan bertanggung jawab untuk menyimpan semua informasi. Informasi topologi jaringan, lalu lintas jaringan dan kondisi atau keadaan masing-masing perangkat dll. controller meminta berbagai data kondisi jaringan dari switch dengan mengirimkan pesan feature_request, dan switch mengirimkan pesan feature_reply berisi data yang diminta. Mekanisme ini dijelaskan secara rinci dalam spesifikasi OpenFlow [17].
- Perhitungan metrik: modul perhitungan metrik digunakan untuk menentukan parameter cost tiap link yang akan digunakan untuk menentukan routing dan laju data dan menyimpan semua kemungkinan jalur masing-masing pasangan switch.
- Perhitungan Rute: modul perhitungan rute digunakan untuk menghitung jalur terpendek dan jalur alternatif antara sumber dan tujuan. Perhitungan rute dilakukan ketika pesan packet_in datang ke controller.
- Perhitungan laju data: modul perhitungan laju data digunakan untuk menghitung service rate. Sebagaimana ditentukan dalam spesifikasi OpenFlow, setiap flow switch OpenFlow berisi sekumpulan instruksi yang dijalankan ketika sebuah paket entri yang sesuai tiba. Salah satu jenis instruksi adalah meter yang mengarahkankan paket ke meter tertentu. Setiap meter memiliki satu atau lebih meter band.
- Manajemen flow: modul manajemen flow bertanggung jawab untuk menentukan jalur setiap flow dan menginstal aturan/flow entry ke datapath atau switch. Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengatur flow yang efisien dengan mendistribusikan trafik.
3.2 Mekanisme routing dan alokasi rate terpusat
tidak tidak
flow baru ?l Trafk masukan
ya
Pencocokan paket dengan flow yang ada Kebijakan
dari controller
Antrian untuk flow Admission
control
Ada jaminan bandwidth ?l
Fair queuing Fix rate ya Flow ditolak
Routing
sumber daya path tersebut dan menginformasikannya kepada switch. Informasi sumber daya berupa agregat rate pada sebuah path yang juga merupakan kemampuan path untuk melayani flow yang masuk. Berdasarkan agregat rate pada path maka dapat ditentukan besarnya rate untuk sebuah flow.
Gambar 3.2: mekanisme routing dan alokasi rate terpusat
Pada mekanisme routing pada aplikasi ini, hasil pencarian routing disimpan di routing tabel T. semua kemungkinan path dan informasi jaringan disimpan dalam modul (database) sehingga kontroler tidak menjalankan algoritma routing online. Controller melakukan pengaturan routing berdasarkan jalur yang sudah tersimpan. Penentuan routing hanya dilakukan di node ingress dan node intermediate hanya melakukan fowarding. Controller tidak menghitung path untuk setiap permintaan flow tetapi menggunakan informasi yang sudah tersedia
3. 2.1 Pemilihan routing
terbaik maka trafik akan didstribusikan ke path alternatif sesuai dengan utilitas path sehingga dapat menghindari kemacetan jaringan. Controller menghitung utilitas setiap node s pada data plane jaringan. Kemacetan terdeteksi pada link sebuah path jika utilitasnya melebihi ambang kemacetan β , misalnya, β = 95%. Tujuan pembatasan ini untuk menjaga utilitas ke tingkat yang masih bisa diterima oleh jaringan (tidak menyebabkan turunnya kinerja jaringan). Prosedur untuk pemilihan routing dan distribusi trafik pada multipath routing digambarkan pada gambar 3. ....dengan penjelasan sebagi berikut :
- Ketika ada flow baru datang ke jaringan, controller Mencari kemungkinan lintasan terbaik dari sumber ke tujuan menggunakan algoritma DFS ( ) untuk pencarian jalur terbaik dan jalur alternatif, dimana rute terbaik adalah :
Pibest=max{Rbwpi|Pi∈P od}
Ketika controller mendeteksi kemacetan di sebuah link pada sebuah path yang menyebabkan utilitas path (l)> β, controller memindahkan trafik ke path alternatif yang menghindari link ini. Path alternatif ditentukan dengan menggunakan Algoritma 1.
Controller mendistribusikan trafik melalui m path menurut rasio splitting φ, dimana ϕ ditentukan pada persamaan :
Algoritma load balancing bertujuan untuk menghitung beban yang adil dari setiap path yang sudah terpilih. Trafik yang dilewatkan ke tiap path proporsional dengan beban path dengan algoritma sebagai berikut :
Rpi=
ρpi
∑
j=1 n
ρp j
x Rtot
Controller akan terus membagi trafik ke beberapa jalur alternatif sesuai dengan utilitas path selama masih dibawah threshold. Paket akan terus dikirimkan ke lintasan ini sampai mencapai target utilisasi path alternatif (ε). Dimana 0 < ε < 1
Skema routing mengontrol utilitas dengan 3 parameter yang dapat diatur oleh controller:
α adalah sebuah parameter yang menunjukkan bahwa link atau path terjadi kemacetan. Misalnya (α = %)
Permintaan kandidat path (i) > path
yang terpilih ?l ya
Set kandidat path (i) sebagai path terpilih
Ke kandidat path berikutnya (i+1)
Apakah kandidat path (i) > kandidat
path ke (i+1)
Rutekan flow melalui multiple
path terpilih Path sudah tersedia di
Flow Table?l
Gambar 3.3 : Mekanisme pemilihan jalur
3.2.1 Deteksi kongesti
Untuk mendeteksi kongesti mekanisme routing mengunakan kondisi path. Kondisi beban path menggambarkan seberapa macet path tersebut. jika beban path melebihi ambang batas maka mengindikasikan kongesti. Parameter yang diamati sebagai informasi yang diperlukan untuk deteksi kongesti adalah sebagai berikut :
jumlah paket yang ditransmisikan pada switch
RTT (round trip time)
Jumlah hop
kapasitas link
Status kongesti : panjang antrian, packet loss, utilitas, delay
3.2.2 Komposisi cost metric
Metric routing terintegrasi dalam protokol routing untuk meningkatkan kualitas komunikasi dalam hal bandwidth, kesalahan laju pengiriman, latency, keandalan, dan biaya. Oleh karena itu desain metric routing merupakan hal yang sangat penting. Pada sistem ini metric yang digunakan merupakan integrasi dari beberapa informasi yaitu beban trafik dan delay dandiinginkan parameter tersebut mempunyai nilai seperti pada tabel 3.1 berikut :
Tabel 3.1. Parameter Cost Metric
parameter notasi tingkat
Utilitas link L rendah
Kapasitas link C tinggi
delay RTT rendah
Utilitas switch Q rendah
Dari pertimbangan nilai yang diinginkan diperoleh sebuah persamaan :
Cong(i , j)=α . L(i , j)+β . RTTδ .C +γ . Q(i)
3.2.3 Admission control
mulai
Kedatangan flow
Flow baru ?l
ya
Bandwidth
tersedia ?l Flow ditolak Flow diijinkan
ya
ρ < ρ th ?l ya
tidak
tidak
tidak ya
Flow d setup>d th ?l tidak
Flow RT ?l
tidak ya
selesai Lanjut ke proses
routing
Gambar 3.4 : mekanisme admission control
3.2.4 Alokasi rate
Flow dikirim Paket diterima ?l ya Deteksi kongesti
Kongesti ?l
ya
Notifkasi kongesti Jalankan algoritma
congestion control Update informasi
tidak
tidak
Lakikan penyesuain laju kedatangan
Gambar 3.5: alokasi rate
Mekanisme dasar untuk merancang skema pengendalian kemacetan PACEC, terdiri dari fungsi keputusan, fungsi penyesuaian rate, dan frekuensi keputusan.
b. Fungsi keputusan
Fungsi keputusan membantu pengendali rate untuk menentukan penyesuaian agregat Rate pada router ingress. Dalam PACEC ,controller memonitor available bandwidth. Pengendalian kemacetan dipicu saat keterseidaan bandwith mencapai ambang batas tertentu. Setiap interval waktu t, controller mengolah informasi global jaringan dan menginformasikan ketersediaan bandwidth ini ke ingress router.
c. Fungsin penyesuaian rate
Pada router ingress , diterapkan algoritma penyesuaian rate yang berfungsi untuk meningkatkan dan menurunkan agregat rate pengiriman sbb:
d. Frequency keputusan
controller
Ingress switch Egress switch
core switch
router ingress menerima informasi dari controller. frekuensi keputusan atau t pada PACEC diatur ke RTT antara ingress dan egress routers dalam kasus tidak ada kemacetan.
3.3 Model
3. 3.1 Topologi jaringan
Pada desertasi ini, Kami mempertimbangkan topologi jaringan yang ditunjukan pada gambar 3.6 yang terdiri dari user, edge switch yang terdiri dari switch ingress dan egress dan core network yang terdiri dari core switch. Edge switch terletak pada batas jaringan untuk menyediakan dukungan klasifikasi trafik, pembatasan laju pengiriman dan core switch yang berada di dalam jaringan untuk menyediakan fungsi forwarding. Semua switch terhubung ke controller.
Gambar 3.6 : Topologi jaringan
3. 3.2 Model Jaringan sebagai graph
Jaringan dimodelkan sebagai graph G(S , L) seperti ditunjukan pada gambar 4.2, sebuah
node yang dikaitkan untuk setiap router atau switch dan edge berarah untuk setiap link berarah yang secara fisik menghubungkan setiap node. Dengan demikian, S adalah satu set node dan L adalah himpunan link berarah. S={si} adalah kumpulan dari node dan L={li}, adalah kumpulan dari link. Link li=(si, sj) adalah sebuah pasangan node, dimana siadalah outgoing node dan sj
p3 p2
p1
o d
5
4 1
6
3 2
Gambar 3.7 : Jaringan Data Plane Sebagai Graph Berarah G(S , L)
Asumsi terdapat N path antara sepasang sumber-tujuan. Jika o adalah node sumber dan d adalah node tujuan, maka P(o , d) adalah seluruh rute dari o ke d, P(o , d)={P1, ….., PN}. asumsi bahwa path-k (k=1, …. , N) terdiri dari li intermediate node, maka :
Pk={o , si, sj….., d}
Pk={li}
Diasumsikan setiap link li mempunyai kapasitas sebesar Ci. Kapasitas dari sebuah path adalah Cp dan merupakan kapasitas minimum dari semua link yang menyusun sebuah path dari sumber sampai tujuan. Jika kapasitas tiap link adalah Ci, maka kapasitas sebuah path adalah kapsitas minimum dari semua link yang membentuk path tersebut.
CP=min{Ci}
3. 3.3 Model Jaringan sebagai antrian
Pada desertasi ini model jaringan openflow seperti digambarkan pada Gambar 3.8 switch dan controller dimodelkan sebagai node antrian untuk menghitung delay pada perangkat ini. Asumsi proses kedatangan paket di jaringan mengikuti proses Poisson dan laju kedatangan rata-rata di switch s adalah λs, dan bahwa kedatangan di switch yang berbeda adalah independen. Paket
λf1
μc
Ingress node Intermediate node Egress node SDN controller
Flow arrival
λtot μs1
λc
S1 μsk
Flow level
Packet level
Flow size = z packet
Packet size = x bit
μsk-n Sk-n Sk
Packet in Packet in
Packet out
Packet out
Packet out
Paket yang datang dari sebuah flow ke switch diklasifikasikan menjadi dua kategori, pertama adalah paket yang datang dari flow baru (fnew) dan paket dari flow telah mempunyai flow table
(fold). Keduanya tiba dengan proses Poisson dengan laju kedatangan rata-rata λnew dan λold. waktu
pelayanan switch diasumsikan untuk mengikuti distribusi general, dan waktu pelayanan yang diharapkan di switch adalah 1/μs. Waktu pelayanan rata-rata pesan paket-in di controller
dilambangkan 1/μc. waktu pelayanan ini termasuk waktu transmisi dari switch ke controller. Untuk menyederhanakan model ini, baik controller dan switch dianggap tidak ada batasan kapasitas antrian. untuk layanan tunggal, semua paket tiba di sebuah switch dalam antrian tunggal bukan antrian terpisah pada setiap port ingress dan semua paket diproses dalam urutan waktu kedatangan (FIFO). Selain itu, kami beranggapan bahwa ketika paket pertama tiba di switch, controller menginstal flow entri. Setelah itu, paket-paket yang tersisa tiba ke switch dan diteruskan langsung. semua switch dalam model ini dianggap memiliki service rate yang sama, dan pesan paket-in tiba di switch mengikuti proses Poisson.
Gambar 3.8: Model antrian jaringan SDN
a. Waktu menunggu di switch
ρs=
λs
μs , maka waktu rata-rata menunggu di setiap switch dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :
Mean dan varian dari waktu tunggu di switch adalah sebagai berikut :
(cek lagi )
mean
αs= ρ
2(1−ρ).
E[P2]
E[P] varian
σs=
√
[
ρs
2(1−ρs).
E[P2]
E[P]
]
2
+ ρs
3(1−ρs)
E[P3]
E[P]
Dimana ρ adalah... dan E[P] adalah ..., Jika cv adalah koefisien variasi, yaitu perbandingan men dan varian
cv=ασs s
rata-rata waktu tunggu ( waktu antrian) untuk antrian M / G / 1 dapat dinyatakan sebagai :
Wq=
[
1 +cv2
]
[
ρs
1−ρs
]
tsρ=λ ts
Dimana : ts= 1/μs
Dari pengukuran empiris, Hasil kami menunjukkan bahwa model M / G / 1 dengan log-normal
Model campuran untuk memodelkan delay end-to-end di Jaringan OpenFlowenabled
lebih akurat
Ref :
[01x] Analytical Modeling of End-to-End Delay in OpenFlow Based Networks Azeem Iqbal, Uzzam Javed, Saad Saleh, JongWon Kim, Jalal S. Alowibdi, Muhammad Usman Ilyas, Senior Member, IEEE
Paket dari flow baru
controller
flow baru
Packet in
Packet out
Ketika sebuah switch menerima paket, switch menempatkan paket tersebut ke dalam antrian paket di port masuk. Kemudian switch akan mengecek paket pertama dan mencocokan dengan flow table. Jika hasil pencocokan gagal maka switch mengirimkan message paket-in yang mengandung paket penuh ke controller SDN. controller akan menangani dan memberikan keputusan paket tersebut dan akan mengirimkan ke switch dan ditambahkan ke flow table switch yang bersesuaian. Karena pencarian flow table untuk semua paket adalah saling bebas satu sama lain, maka waktu pemrosesan paket dapat dianggap sebagai variabel acak. Dengan asumsi tersebut maka antrian di controller pada penelitian ini dimodelkan dengan M/G/1.
Jika flow datang pada sebuah switch dengan rata-rata laju kedatangan λtotflow per satuan
waktu. Sebagian flow yang datang adalah flow baru dan paket pertama dari flow baru yang datang ke switch akan dikirimkan ke controller untuk meminta inisiasi flow. Jika rata-rata kedatangan flow baru adalah λbaru= φ. λtot maka packet-in yang datang ke controller sama dengan
laju kedatangan flow baru. Flow datang pada sebuah switch mengikuti proses poisson oleh karena itu packet in yang datang ke controller diasumsikan mengikuti pola kedatangan poisson juga.
rata-rata laju kedatangan packet in dari ke controller sebuah switch adalah λc❑ dimana
λc❑=φ . λ totpacket per satuan waktu.
Gambar 3..9: proses inisiasi
Asumsi bahwa packet in yang ditimbulkan oleh flow baru setiap switch adalah λc❑ maka packet in yang
datang secara keseluruhan jika terdapat K switch adalah :
λc=
∑
i=0 kλci
c. Waktu menunggu di controller
Lama waktu pelayanan diasumsikan mempunyai distribusi tertentu (umum) dengan rata-rata waktu pelayanan di controller adalah tc dan laju pelayanan di controller sebesar μc .Waktu menunggu di controller (Wqc¿ ....
ρc=
λc
μc
αk= ρc
2(1−ρc).
E[P2]
E[P]
σk=
√
[
ρc
2(1−ρc).
E[P2]
E[P]
]
2
+ ρc
3(1−ρ)
E[P3]
E[P]
Secara umum, jika kita ingin waktu tunggu rata-rata menjadi tidak lebih dari t menit, maka kita dapat menghitung laju kedatangan maksimum yang diijinkan (λ) sebagai berikut:
Wqc=
[
1 +cv2
]
[
ρc
1−ρc
]
tc<tRata-rata respon time di controller dapat diestimasi dengan model antrial M/G/1 [ ]:
E[r]=E[e]+E[e] ρ(1+cv 2
)
2(1−ρc)
Dimana E[e] adalah rata-rata waktu eksekusi, ρ intensitas beban cv koefisien variasi (perbandingan standar deviasi dengan mean) dari waktu ekseskusi permintaan
d. End to end delay
sebuah link dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari delay propagasi (dp), delay forwarding paket (df), dan delay antrian (dq), seperti yang ditunjukkan pada Persamaan. (1).
d=d¿+df+dq
parameter kedua dan ketiga dalam Pers. (.... ) merupakan variabel tergantung pada bandwidth dan kebijakan antrian di path p, sementara Dp adalah konstan tergantung pada sifat fisik dan panjang path. asumsi bahwa kedatangan paket mengikuti proses Poisson dengan waktu pelayanan eksponensial dan setiap antrian adalah dilengkapi buffer yang tak terbatas dan disiplin pelayanan adalah FCFS , maka Dq dapat diturunkan dari analisis antrian M/G/1 . Ketika sebuah koneksi flow dalam kelas f dirutekan sepanjang path Pi, maka berdasarkan model
jaringan M/G/1 tandem, mean dan varian delay setiap link DLi ditentukan menggunakan formula
[ ] :
Jika delay setiap link i adalah DLi, maka delay dalam sebuah path adalah :
Dp=
∑
i=1n
DLi
Menurut teorema limit pusat dan pengukuran data dari trafik internet, kita tahu bahwa end to end path delay, yang terdiri dari sejumlah besar independen delay dalam antrian intermediate, terdistribusi normal. Dari hasil di [02x] mean dan dan varians dari delay endtoend dari path -j adalah :
αs=N ρs
2(1−ρs)
.E[P
2
]
E[P]
σs=√N
√
[
ρs
2(1−ρs).
E[P2]
E[P]
]
2
+ ρs
3(1−ρs)
E[P3]
E[P]
3. 3.4 Model Routing
mempertimbangkan topologi jaringan G(S , L), semua koneksi diasumsikan menggunakan
sumber o∈S dan tujuan d∈S yang sama dan mengalami delay sebesar Di untuk setiap link. Setiap flow diasumsikan meminta bandwidth untuk memenuhi persyaratan QoS. Jika P(o , d)
adalah semua path yang memungkinkan untuk merutekan flow dari pasangan (o , d) maka
permasalahan routing dalam kasus ini adalah menemukan path yang mempunyai sisa kapasitas
AVP maksimum dalam sebuah jaringan.
= max (min AVi ) dengan Cp>0
Dimana sisa kapasitas atau available bandwidth dari end to end path adalah kapasitas yang tersisa yaitu jumlah trafik yang dapat dikirim ke sepanjang path tanpa terjadi kemacetan. Available bandwidth pada sebuah link secara umum didapatkan sesuai persamaan ().
AVi=(1−ρi)∗Ci
di mana AVi adalah bandwidth yang tersedia pada linki, ρi adalah utilitas pada link i , dan Ci adalah kapasitas linki. Selanjutnya, end-to-end bandwidth yang tersedia dari path yang berisi H link jika terdapat paket yang dikirimkan pada rate r adalah:
AVP(r)= min
i=1… HAVi(r)
jika asumsi terdapat m koneksi dari kelas flow f untuk path pk dan diasumsikan bahwa setiap node sumber mengetahui informasi mengenai topologi jaringan (termasuk kapasitas maksimum setiap link) dan beban trafik yang ditawarkan antara setiap pasangan sumber-tujuan. Dengan pengetahuan global tentang topologi jaringan dan beban trafik yang ditawarkan, m koneksi di setiap kelas f harus diarahkan melalui path pk antara o dan d dengan alokasi bandwidth tertentu.
a. Rute tunggal
pada model single path, flow hanya diberikan pada path yang mempunyai available bandwidth terbesar. Diasumsikan path terbaik pkbest dari seluruh rute dari sumber dan tujuan adalah path yang mempunyai sisa bandwith AVP terbesar.
pkbest=max
{
AVP|pk∈P(o , d)}
b. Rute jamak
Sebuah rute multipath adalah satu set path, dimana masing-masing memiliki node sumber dan tujuan yang sama. Kami juga menganggap bahwa pada setiap path di rute multipath sebagai jalur alternatif.Dalam multi-path routing, setiap router dapat menggunakan beberapa jalur yang berbeda untuk mencapai tujuan. Penggunaan multipath routing bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan end-to-end. ketika salah satu jalur gagal, maka paket data masih bisa disampaikan melalui jalur lainnya dan dengan demikian ketersediaan end-to-end dapat dipertahankan, asalkan tidak semua jalur antara sumber dan tujuan gagal secara bersamaan. Asumsi terdapat n buah path yang mungkin, maka pada multipath routing dipilih k buah path dimana k ≤ n sehingga ∀ k berlaku AVP>0.
(catatan : masih akan dikembangkan lebih lanjut)
Untuk memodelkan multihop path, pada penelitian ini dipertimbangkan jaringan tandem m/g/1 yang sudah dijelaskan pada sub bab ....
Asumsi path k ( k= 1,...N) terdiri dari Li intermediate node, maka path ke k dapat dimodelkan sebagai jaringan antrian yang terkoneksi dalam tandem. Misalkan flow trafik dengan rata-rata laju kedatangan poisson maka jika terdapat antara sumber dan tujuan diantara N disjoint path dalam pararel adalah terdistribusi poisson juga yang dinotasikan sebagai
λj(j=1… N) Dimana
∑
j=1 N
λj=λ
c. Pembagian beban path
Beban jaringan dibagi dan kemudian didistribusikan secara proporsional sesuai dengan Splitting rasio. Model kami menentukan spliting rasio dengan meminimalkan delay path maksimal. Gambar 2 menunjukkan suatu set beberapa path yang terhubung antara sumber dan tujuan.
P(o , d)={pk}
λ λ
λ λf1
λ
|P(o , d)|=k
Dari sudut pandang pengguna, jalan p∈P(o , d) terhubung antara sumber dan tujuan dapat dianggap link logis seperti yang diilustrasikan pada Gambar. 3.... Beban Jaringan akan didistribusikan dan ditugaskan untuk setiap path sesuai dengan solusi optimal dari masalah pembagian beban.
Jika Misalkan Bp,l mewakili bandwidth dan dp,l mewakili delay propagasi link l ∈ p. Bandwidth dan delay di sepanjang jalan Dapat didekati di sini sebagai berikut
Ini masih m/m/1
Gambar 3.10 : splitting ratio
di mana λ adalah rata-rata laju kedatangan trafik dan adalah splitting ration untuk path p. Dengan asumsi ini model pada gambar ... ditransformasikan ke model antrian pada gambar .... dan fungsi biaya dirumuskan dalam persamaan.
Cp(ϕp)=Dp+B 1
p−λϕp (ini masih m/m/1)
Meminimalkan maxp∈PCp(ϕp) Dengan kendala
∑
0≤ϕp≤ Bp
Splitting ratio ϕp untuk semua p ∈ Ρ, adalah dan proporsi trafik yang dialokasikan untuk
path p. Spliting ratio awal dihitung dari Persamaan a :
∀p∈P:ϕ0p=
Bp
∑
p∈PBp
Controller akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Hitung Cp(ϕp) dengan menggunakan persamaan ... untuk setiap p 2. Pilih p∈P yang mempunyai utilitas path ρp < β
3. Tentukan trafik yang melewati path sebanding dengan split ratio 4. Tentukan perubahan splitting ratio
5. Perbaharui splitting ratio
3. 3.5 PACEC
Dalam Bab ini, kami mengusulkan eksplisit rate congestion control baru yang menyesuaikan laju pengiriman flow sesuai dengan status jaringan (kapasitas yang tersedia di path jaringan). Metode congestion control pada desertasi ini menggunakan router assited congestion control yang bekerja secara edge to edge. Perbedaan utama dengan router assisted congestion control yang sudah ada adalah, mekanisme congestion control yang kami usulkan menentukan laju pengiriman dengan melibatkan seluruh switch di data plane yang dikoordinasi oleh controller. Keputusan diambil secara global untuk menentukan laju pengiriman flow yang dapat dialokasikan pada sebuah path dari sumber sampai tujuan.
a. Karakteristik umum
memerintahkan pengirim mengirimkan paket pada rate tertentu. Secara umum router assisted congestion control dimodelkan dengan teori antrian M/G/1-PS untuk menghitung agregat rate pada setiap router (node). Dimana agregat rate pada setiap node mengikuti model sederhana yang diberikan pada persamaan berikut:
R=C(1−ρ) (5)
Dimana :
R : sending rate untuk sebuah link, C : kapasitas link dan ρ : utilitas link.
Dari nilai R(t) yang didapatkan, maka dapat diperhitungkan sending rate untuk setiap flow. Berikut adalah ringkasan persamaan yang digunakan oleh beberapa router asisted congestion control di jaringan traditional.
Table : 3.1
Agregat sending rate Sending rate per flow Kenaikan dan penurunan rate XCP
Secara umum Kekurangan dari metode yang sekarang adalah rate dihitung secara lokal pada tiap node sehingga menghasilkan optimal lokal belum tentu secara global juga optimal. Sebagai ilustrasi sebagai berikut :
(tambahkan)
Informasi lokal
R1(t)= ?l R2(t)= ?l
Pandangan global Controller :
kebijakan pengendalian kemacetan
R(t)= ?l
router assisted congestion control di SDN
Gambar 3.11: PACEC di SDN
Secara umum, rate yang dapat dialokasikan pada sebuah path adalah :
Rp=Cp(1−ρp) (7)
Dimana :
Rp : sending rate untuk sebuah path, Cp : kapasitas path dan ρp : utilitas path
Dengan tujuan untuk :
Ropt=max
i=i:k Rpi=Cpi(1−ρi)
Perbedaan PACEC dengan pengendalian kemacetan yang dibantu jaringan lainnya yang adalah :
pertama, tidak menggunakan pengukuran yang digunakan untuk umpan balik secara langsung; laju pengiriman dihitung secara independen berdasarkan hasil dari perhitungan controller. Perhitungan laju pengiriman dibatasi oleh waktu pelaporan yang dibutuhkan oleh switch untuk melaporkan kondisi masing-masing switch ke controler.
Kedua, tidak ada penyesuaian rate secara bertahap. Laju pengiriman dihitung secara eksplisit berdasarkan kapasitas yang tersedia dan utilitas pada sebuah path. Dengan demikian PACEC, menghindari penyesuaian laju pengiriman secara bertahap. Perhitungan laju pengiriman ekspisit secara langsung membantu algoritma ini mencapai konvergensi yang cepat.
PACEC merupakan sebuah cara untuk menerapkan congestion control melalui pengalokasian laju pengiriman secara terpusat, dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Flow baru dimulai dengan laju pengiriman flow yang tinggi. Laju pengiriman ini tergantung pada bandwidth yang tersedia pada sebuah path. Controller pada PACEC
memutuskan agregat rate flow maksimum yang diijinkan melewati sebuah path.
- ingress switch menyesuaikan laju pengiriman untuk semua flow yang melewati path sesuai dengan informasi controller.
- Ingress switch melakukan perubahan laju pengiriman flow jika terdapat perubahan informasi dari controller. Laju pengiriman dihitung secara eksplisit berdasarkan flow aktif dan ketersediaan kapasitas, sehingga menghindari penyesuaian bertahap seperti yang dilakukan oleh algoritma reaktif.
Pada PACEC perhitungan laju pengiriman di controller hanya dibatasi oleh waktu yang dibutuhkan jaringan untuk mendaftarkan perubaan flow dan kondisi jaringan atau secara singkat kami sebut dengan periode update (Tupdate). Tupdate ini berhubungan langsung dengan frekuensi keputusan yang menentukan seberapa sering ingress switch menerima keputusan dari controller untuk mengubah laju pengiriman.
b. Model PACEC
Kami mempertimbangkan jaringan dengan satu set flow dan link seperti yang telah ditunjukan pada gambar 3. ...., Untuk menyederhanakan model, diasumsikan dari sumber ke tujuan sudah tersedia sebuah path P. Sebuah path dalam jaringan data plane terdiri dari beberapa link l, l∈P. setiap link lmempunyai kapasitas Cl,maka kapasitas path, Cp yang memiliki H link berturut-turut adalah sesuai dengan adalah sebagai berikut :
Xp
pengirimm 1 2 i N penerimam
Rp controller
Setiap node terhubung ke sebuah controller. controller menghitung AVp atau bandwidth yang tersedia pada pathP. AVp digunakan sebagai batas atas kapasitas path yang masih dapat diberikan kepada flow yang melewati path tersebut.AVp juga digunakan untuk menentukan agregat rate maksimum atau Rpyang melewati sebuah path. Berdasarkan Rp, ingress switch menyesuaikan laju pengiriman sebesar Xp yang mendekati nilai Rp .
Gambar 4... : mekanisme PACEC
Jika setiap path P memiliki satu set flow, F(P), yang melewatinya dansetiap flowa pada path P dikirim pada laju pengiriman ra, berarti kita akan menentukan alokasi laju pengiriman untuk
flow a yang memenuhi batasan kapasitas path:
∑
a∈F(p)
ra≤Cp
c. Kondisi path
Kondisi path jaringan merupakan elemen kunci dari model ini. Kondisi path dapat diketahui oleh controller dari informasi yang dilaporkan oleh setiap switch. Controller hanya dapat membuat keputusan congestion control yang terbaik jika controller memiliki informasi yang benar mengenai kondisi path jaringan data plane. kondisi path digunakan untuk menentukan besarnya agregat flow yang dapat melewati sebuah path.
Kondisi path pada PACEC ditentukan dengan parameter utilitas path (ρpath). utilitas path
ditentukan dari besarnya utilitas link (ρlink) yang tergabung dalam path tersebut. Kondisi path
meggunakan pendekatan pada [ ], dimana utilitas link pada antrian tunggal ρi secara umum dinyatakan sebagai :
ρi=
λi
μi
Ketika terdapat paket tambahan yang ditransmisikan pada rater bps melintasi antrian ini, maka utilitas efektif sebuah link ρi(r)adalah :
ρi(r)=min
❑
(
1,ρi+Cr i
)
Sebuah path jaringan yang terdiri dari urutan H link dimodelkan sebagai H antrian berturutan. Dengan asumsi bahwa utilitas antrian berturut-turut tidak berkorelasi, maka utilitas end-to-end dari sistem, ρP dapat dinyatakan sebagai
ρP=1−
∏
1≤ i≤ H (1−ρi)
Utilitas end-to-end dari sistem ketika diperikas pada rate r dapat dinyatakan sebagai ρP(r), yang dinyatakan dalam persamaan berikut :
ρP(r)=min
❑
(
1,1−
∏
1≤i ≤ H
(
1−
(
ρi+Cr i)
)
)
Available bandwidth dari end to end path adalah kapasitas yang tersisa yaitu jumlah trafik yang dapat dikirim ke sepanjang path tanpa terjadi kemacetan. Pada paper ini Available bandwidth pada sebuah link secara umum didapatkan sesuai persamaan ( ).
AVi=(1−ρi)∗Ci
Maka bandwidth yang tersedia pada link i jika terdapat paket yang dikirimkan pada rate r adalah :
AVi(r)=(1−ρi(r))∗Ci
d. Rate path (Rp)
Rate path Rpmerupakan common rate yang diberitahukan controller ke edge router.Rp ini merupakan rate maksimum yang diizinkan untuk flow yang akan melalui path ini selama periode update T. Controller menghitung Rp secara berkala. Satu path hanya mempertahankan satu nilai Rp. Secara prinsip Rpditentukan dengan pendekatan prosessor sharing pada persamaan berikut :
Rp(t)=Cp(1−ρp(t))
e. Alokasi Resource
Setelah rate path Rp diperoleh, selanjutnya sumber daya Rp ini akan didistribusikan kepada N buah sumber trafik yang ada. Terdapat beberapa skema pengalokasian sumber daya ini, antara lain uniform share, fair share, dan constrained share. Permasalahan pembagian sumber daya ini dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut. Misalkan terdapat N buah sumber yang memiliki volume data masing-masing adalah
υ
1 ,υ
2 , … ,υ
N . Misalkan bahwamasing-masing sumber mula-mula mengirimkan data dengan kecepatan masing-masing-masing-masing adalah
κ
1 ,κ
2 ,…,κ
N . Maka masing-masing sumber akan selesai mengirimkan data setelah waktu
τ
i=
υ
i/
κ
i (k1)Mean dan standard deviasi dari waktu transmisi ini adalah
T
m=
∑
i=iN
τ
i=
∑
i=iN
υ
i/
κ
i(k2)
S
m=
√
N
1
∑
i=i
N
(
T
m−
τ
i)2(k3)
Jika masing-masing sumber memiliki volume trafk yang sama dan laju transmisi mula-mula sama, maka Sm akan bernilai 0 dan sumber dikatakan memiliki laju
yang uniform.
Dengan adanya tambahan resource Rp yang terdapat pada jaringan, maka
resource ini dapat dibagikan ke setiap sumber sehingga setiap sumber mendapat tambahan rate sebesar
r
i . Dengan demikian, rate transmisi untuk setiap sumber menjadi¯
κ
i=
κ
i+
r
i (k4)τ
i=
υ
i/
κ
i=
υ
i/ (
κ
i+
r
i)=
τ
i⋅
κ
κ
ii
+
r
i (k5)Jika tidak semua tambahan resource Rp yang ada dialokasikan untuk
penambahan rate dari setiap resource, maka persentase dari resource Rp yang dialokasikan untuk menambah rate transmisi dari masing-masing resource dapat dinotasikan dengan α . Parameter α bernilai antara 0
sampai 1 yang menunjukkan seberapa banyak resource dialokasikan untuk menambah rate dari sumber.
∑
i=iN
r
i=
α
⋅
R
p(k6)
Dengan rate baru ini, maka mean dan standard deviasi dari waktu kirim sumber berturut-turut berubah menjadi
baru Sm dapat bernilai lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan Sm semula bergantung pada pemilihan ri.
Permasalahan pemilihan alokasi tambahan ri dengan demikian dapat
diformulasikan sebagai upaya untuk meminimalkan parameter waktu transmisi rata-rata Tm (rata-rata transmisi tercepat), atau meminimalkan standard deviasi Sm (keadilan waktu transmisi bagi setiap sumber), atau proporsional terhadap besar dari masing-masing volume data di setiap sumber.
∑
Permasalahan alokasi yang meminimalkan berbedaan waktu transmisi dapat diformulasikan sebagai
Sedangkan formulasi untuk pengalokasian secara proporsional dapat dirumuskan sebagai.
Jika kita dapat membuktikan bahwa
T
m=
∑
i=iadalah fungsi konveks, maka Formulasi #1 dan #2 dapat diselesaikan menggunakan optimasi konveks (Boyd dan Vandenberge, Convex Optimization, Cambridge University Press, 2004). Sedangkan Formulasi (3) dapat diselesaikan dengan Pemrograman Linear (LP).
===========================================================
Penyelesaian permasalahan pada Formulasi #1.
Ada beberapa cara untuk menyelesaikan Formulasi #1
Cara pertama adalah dengan cara analitis menggunakan metode Lagrange, cara kedua adalah dengan cara numeris dengan menggunakan metode Optimisasi Konveks.
Pada pembahasan ini, kita akan selesaikan permasalahan Formulasi #1 dengan menggunakan metode analitis yakni menggunakan metode Lagrange.
Untuk penyelesaian dengan metode Lagrange, kita tinjau dulu kasus dengan jumlah sumber sebanyak 2 buah.
Permasalahan formulasi #1 untuk kasus dua sumber ini dapat dinyatakan dengan
Diberikan 2 sumber dengan kondisi awal volume trafk
υ
1 danυ
2 serta∇
F
(
r
1, r
2)=
Sedangkan gradient dari fungsi konstrain adalah
∇G(r1,r2)=∂rG(r1,r2)
Dengan λ adalah konstanta pengali Lagrange.
υ
1 adalah volume trafc mula-mula dari sumber 1 dan 2, maka persamaan (K18)memiliki arti fsis bahwa penambahan rate r1 dan r2 harus dilakukan agar rasio dari
rate transmisi akhir adalah sebanding dengan akar dari rasio volume trafk sumber 1 terhadap sumber 2.
Dengan demikian solusi dari (K20) yang merupakan solusi permasalahan Formulasi #1 untuk jumlah sumber 2 adalah
[
r1Dengan menerapkan metode Lagrange seperti sebelumnya, maka kita peroleh set persamaan:
r
1−
√
υ
υ
1Persamaan (K25.C) adalah dari fungsi konstrain.
Tulis ulang sistem persamaan (K25.A), (K25.B) dan (K25.C), maka kita peroleh
Sehingga solusi dari permasalahan Formulasi #1 untuk 3 variabel adalah
[
r
1Solusi general untuk N variable.
Solusi general dari N variable diperoleh dengan mengeneralisasi fungsi objektif
F(r1, r2, ... , rN) dan G(r1, r2, …, rN) dan menerapkan metode Lagrange untuk
kemudian menyusun persamaan yang diperoleh dalam sistem persamaan linier. Dengan menerapkan langkah tersebut, maka sistem persamaan linier yang
[
1
−
√
υ
υ
1Untuk keringkasan, kita dapat tulis (K26) menjadi
BAGIAN CONTOH NUMERIK INI SUDAH DIVERIFIKASI (KRU, 21 June 2017)
dihitung penambahan rate r1 dan r2 agar rata-rata pengiriman menjadi minimum.
Solusi:
Untuk kasus ini, kita langsung saja ke persamaan matriks yakni
[
1 −√
υυ1Perbandingan rate sumber 1 dan sumber 2 adalah 6 : 12 atau 1:2 yakni sama dengan perbandingan akar volume trafc sumber 1 terhadap sumber 2.
Waktu transmisi dari sumber 1 : t1 = v1 / (r1+k1) = 100 / 6 = 16,67. Waktu transmisi dari sumber 2 : t2 = v2/(t2+k2) = 100 / 12 = 8,33.
Rata-rata waktu transmisi : (16.67 + 8.33) / 2 = 12.5
Sebelum penambahan rate, waktu transmisi adalah : Sumber 1 : t1 = v1/k1 = 100/4 = 25
Sumber 2 : t2 = v2/k2 = 400/4 = 100
Apakah penambahan rate baru [2 8] tersebut paling minimum?l
Ambil contoh penambahan rate masing-masing 5. Dengan demikian rate sumber 1 dan 2 menjadi 4 + 5 = 9.
Waktu transmisi sumber 1 : 100/9 = 11,11 Waktu transmisi sumber 2 : 400/9 = 44,44
Waktu transmisi rata-rata = (11,11 + 44,44) / 2 = 55,55 /2 = 27,775 (masih kalah dengan penambahan rate [2 8] tadi).
Ambil case yang lain, yakni [-2/5 52/5] (misalkan diijinkan r1 negatif). Dengan demikian,
Rate sumber 1 menjadi 18/5 dan rate sumber 2 menjadi 72/5. Waktu transimisi sumber 1 menjadi : 100 / (18/5) = 27,78 Waktu transmisi sumber 2 menjadi : 400 / (72/5) = 27,78.
Waktu transmisi rata-rata adalah 27,78 (masih kalah disbanding dengan penambahan rate [2 8 ] tadi).
================================================== =================
Solusi Formulasi #2.
Kita akan selesaikan permasalahan Formulasi #2 dengan menggunakan metode metode Lagrange.
Seperti halnya dengan langkah terdahulu, kita tinjau dulu kasus dengan jumlah sumber sebanyak 2 buah. Permasalahan Formulasi #2 untuk kasus dua sumber ini dapat dinyatakan dengan
Diberikan 2 sumber dengan kondisi awal volume trafk
υ
1 danυ
2 sertarate transmisi awal
κ
1 danκ
2 . Rate path sistem yang tersedia Rp danpersentase α .
Tentukan tambahan rate
r
s=
[
r
1r
2]
TSedemikian sehingga
r
1+
r
2=
α
⋅
R
p=
X
pS
m=
√
1
2
∑
optimum, maka kita gunakan fungsi objektif yang lebih sederhana F(r1,r2)∇G(r1,r2)=∂rG(r1,r2)
Dengan λ adalah konstanta pengali Lagrange.
Dengan memasukkan nilai ∇F(r1,r2) dan ∇G(r1,r2) ke dalam (K13) diperoleh
Persamaan (K39) terpenuhi jika
Persamaan (K40B) hanya terpenuhi jika
υ
1 danυ
2 bernilai nol. Karenaυ
1 danυ
2 dapat bernilai sebarang bilangan positif, maka (K40B) tidak dapat dipenuhi.Sehingga (K40A) yang harus dipenuhi.
Persamaan (K40A) disederhanakan menjadi :
κ
1+
r
1κ
2+
r
2=
υ
1υ
2 (K41)Persamaan (K41) mengandung arti fsis bahwa untuk meminimalkan variansi dari waktu transmisi, maka penambahan rate r1 dan r2 dilakukan sehingga rasio rate transmisi sumber 1 terhadap sumber 2 setelah penambahan tersebut adalah sama dengan rasio dari volume trafk dari sumber 1 terhadap sumber 2. Hasil ini secara intuitif benar, karena dengan membuat rasio ini sama, maka waktu transmisi dari kedua sumber akan sama sehingga standard deviasi waktu transmisi menjadi nol yang merupakan nilai minimum standard deviasi yang mungkin.
Kita susun kembali persamaan (K41) tersebut serta dimasukkan fungsi konstrain, maka diperoleh system persamaan linier
r
1−
v
v
12
⋅
r
2=−
k
1+
k
2v
1v
2 (K42A)r
1+
r
2=
X
p (K42B)Dalam matriks, set persamaan (K42A) dan (K42B) dapat dituliskan sebagai
[
1
−
υ
υ
1Dan solusi persamaan (K43) tersebut adalah
[
r
1Seperti halnya pada penyelesaian Formulasi #1, kasus pada Formulasi #2 ini dapat digeneralisasi ke N sumber
Solusi general dari N variable diperoleh dengan mengeneralisasi fungsi objektif
F(r1, r2, ... , rN) dan G(r1, r2, …, rN) dan menerapkan metode Lagrange untuk
r
1−
Dengan demikian persamaan matriksnya menjadi
[
1
−
υ
υ
1Untuk keringkasan, kita dapat tulis (K26) menjadi
c
=
Sama seperti contoh untuk Formulasi #1 sebelumnya. Misalkan network memiliki 2 sumber dengan Volume Trafk
υ
1=
100
satuan volume danυ
2=
400
satuanvolume. Mula-mula sumber tersebut mengirim dengan kecepatan yang sama yaitu
κ
1=
4
danκ
2=
4
. Jika Controller menginformasikan nilai Rp sebesar 10 dandengan asumsi α=1 , maka akan dihitung penambahan rate r1 dan r2 agar
standard deviasi waktu pengiriman menjadi minimum.
Solusi:
Untuk kasus ini, kita langsung saja ke persamaan matriks yakni
[
1
−
υ
υ
1Solusi ini menarik karena nilai r1 negatif, yang berarti rate untuk sumber 1 harus dikurangi.
Rate transmisi baru dengan demikian adalah : Sumber 1 : 4 – 0,4 = 3,6
Dengan demikian rasio sumber 1 : sumber 2 = 3,6 : 14,4 = 1 : 4 = v1 : v2.
Standar deviasi dengan rate baru ini adalah 0.
Contoh berikutnya : 3 sumber dengan volume data masing-masing sebesar v1 = 100, v2 = 200, dan v3 = 400.
Masing-masing memiliki rate mula-mula yang sama yakni : k1 = k2 = k3 = 5.
Network memberitahukan bahwa ada available bandwidth sebesar 10. Ingress switch memutuskan untuk memberikan semua bandwidth tersebut ke sumber. Akan dihitung berapa alokasi yang sebaiknya diberikan ke setiap sumber.
Matriks Q
================================================== =================
e.1. Rate per flow (fair share rate)
Pada tahap ini sumber mengambil "langkah" untuk menyesuaikan rate berdasarkan informasi dari ingress switch. Tahap ini digunakan untuk mengalokasikan rate untuk setiap flow sehingga
Rpdapat digunakan dengan optimal. Rate untuk setiap flow diperbaharui setiap kali sebuah flow
baru diterima di edge switch. Jika kapasitas path adalah adalah Cp, diasumsikan rate kedatangan setiap flow a adalah ra dan hasil perhitungan, rate yang bisa dialokasikan untuk flow a adalah xa, maka setiap flow akan menerima layanan sebesar min(ra, xa). Jika total laju kedatangan flow adalah A, maka :
A=
∑
i=1 n
ra
Jika A>Cp, Maka
Cp=
∑
i=1n
min(ra, xa)
xa=? ? ? ? ?
e.2. Proportional resource share
e.3. Constrained resource share
3. 3.6 Interoperasi PACEC dengan multipath routing
Flow kelas 2
λfm λ2 λ1
C b1
Flow kelas 1
b2
bm3
μs
control plane
Penjadwalan
kebijaka n
classifier Flow kelas 3
Sebuah rute multipath dikelola oleh router ingress untuk flow melintasi oleh rute menggunakan algoritma ... yang dibahas dalam sub bab ... Setiap kali flow baru tiba kerouter ingress, router memberikan aliran ke jalur “terbaik”. Kami mendefinisikan jalur terbaik sebagai path yang menyediakan laju pengiriman terbesar di antara rute multipath diatur untuk diberikan tujuan. path terbaik ini ditentukan berdasarkan ...
3. 3.7 PACEC untuk heterogen trafik
Flow tipe f yang datang pada sebuah pathmenerima sebuah agregat laju pelayanan sebesar bf
∈ [0, Cp]. Dimana Cp >0 dan merupakan service rate maksimum yang dapat disediakan untuk
setiap tipe flow pada sebuah path. Total laju pelayanan bf dibagi untuk semua flow pada kelas
tersebut. waktu layanan flow dari kelas yang sama diasumsikan saling bebas satu sama lain demikian juga waktu layanan untuk kelas yang berbeda diasumsikan diasumsikan saling bebas satu sama lain, yaitu layanan yang diberikan kepada flow satu kelas tidak mempengaruhi pelayanan yang diberikan kepada flow kelas yang lain.
Untuk menentukan sending rate tiap flow untuk layanan yang berbeda, maka mekanisme congestion control terintegrasi dengan mekanisme manajeman jaringan lainnya. Dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Langkah 1
permintaan ke dalam 1 dari kategori yang ada. Flow dibedakan ke dalam 3 layanan. Untuk menentukan kelas pelayanan trafik heterogen di .... kita mempertimbangkan tiga layanan :
GS (guaranted service) digunakan untuk flow data yang memiliki kendala yang kuat baik dari segi delay dan kehandalan. Aplikasi yang ditargetkan oleh GS adalah layanan yang tidak mentolerir variasi QoS;
AS : assured service digunakan untuk flow responsif yang tidak memiliki kendala keterlambatan yang kuat, tetapi membutuhkan bandwidth rata-rata minimum.
BE: best effort digunakan untuk layanan yang tidak ada jaminan QoS.
Paket diklasifikasikan tergantung pada nilai DSCP dari header paket dan ditugaskan untuk antrian yang berbeda (buffer) kelas forwarding seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.
Gambar 3. : klasifkasi paket
b. Langkah 2
ingress node melaporkan ke controller dan kemudian controller menetapkan path dengan data rate QoS yang dipersyaratkan. Pada langkah ini termasuk di dalamnya terdapat prosedur admission control. Pada langkah ini admission control diterapkan pada edge router untuk memastikan sebuah permintaan akan diterima atau tidak. Admission control hanya diberlakukan untuk flow real time. Sebuah permintaan akan diterima jika
- Bandwidth yang tersedia dapat melayani flow real time
Rp≥ bminnew
Dimana bminnew adalah bandwidth minimum yang diperlukan oleh sebuah flow baru
bmin adalah jamainan rate minimum. Dimana Rate minimum dari sebuah flow i masih
bi≥ bimin,∀i∈f
bmin ditentukan berdasarkan karekteristik flow
- Flow setup controller tidak melebihi dari ambang batas
tsetup=tt h resh old
Asumsi kapasitas total sebesar C dan kapasitas yang dialokasikan untuk tiap kelas adalah Ci
∑
❑ ❑
ci≤ C
dsetup≤dt h resh old
Dimana probabilitas delay untuk mendapatkan sebuah koneksi (flow setup)
P(dsetup≥ dt h res h old)=1−
∫
0 dth resh oldfdsetupdsetup
P(dsetup<dt h resh old)=1−Fdsetup
P(dsetup<dt h resh old)=
∫
0 dt hres holdfdsetupdsetup
c. Langkah 3
- Pemilihan path
Setelah dipastikan flow baru dapat diijinkan masuk jaringan, langkah selanjutnya adalah diberikan rute sebuah path dari sumber sampai tujuan.
Dimana rute terbaik adalah :
Pibest=max{Rbwpi|Pi∈P od}
Path yang dipilih untuk aplikasi real time adalah path yang memenuhi syarat :
Dp=Dp t h resh old
Clink
classifer WFQ
difserv
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
- Bandwidth allocation
ai mewakili rate untuk flow i dan Rp adalah rate agregat untuk seluruh flow yang aktif
Untuk trafk heterogen alokasi rate untuk kelas yang berbeda sesuai
dengan bobot
ai=
w(ci)
∑
j
❑
njw(cj)
Rp
Flow dari kelas yang sama mendapatkan proporsi yang sama dari Rp Dimana
Setiap antrian i diberikan bobot φi sedemikian rupa sehingga rate pelayanan minimum
tertentu dijamin pada setiap antrian. Kapasitas yang dialokasikan untuk trafik kelas i dinotasikan dengan ci diberikan
ci= ϕi
∑
i
❑
ϕi
Clink
Pengklasifikasi flow membaca kode pada header dan akan menempatkan masing-masing kelas pada antrian. setiap antrian i diberi bobot sesuai dengan laju pelayanan minimum. Kapasitas yang disediakan untuk masing-masing kelas adalah :
Ck= ϕk
∑
1 kϕi
ρk=
Bk ϕk
∑
i k
ϕi
. C
Bkmerupakan rata-rata agregat bit rate setiap kelas.
Sebuah path Pi untuk pasangan sumber dan tujuan mempunyai rata-rata laju kedatangan sebesar λ dan rata-rata waktu pelayanan t. Terdapat m Qos kelas yang berbeda dalam jaringan, misal Q={1, … , m}. Flow pada kelas yang sama diberikan alokasi bandwidth yang sama. Untuk
menentukan besarnya bandwidth setiap kelas maka perlu ditetapkan terlebih dahulu bandwidth atau service rate pada sebuah path.
Setiap kelas mempunyai persyaratan QoS yang spesifik termasuk persyaratan bandwidth minimal Bfdan kendala maksimal end-to-end delayDpi. Jumlah total koneksi untuk setiap kelas
adalah Nf.
Pada sistem dengan heterogen flow dengan kelas layanan yang berbeda, service rate yang dialokasikan berbeda untuk tipa jenis flow. flow dilayani oleh server tunggal dengan service
rate sebesar μ paket per detik. Dimana μ=Cσ , σ = rata-rata ukuran paket dan service rate untuk
setiap layanan adalah μc, μv, dan μe. Untuk menjaga kestabilan maka :
Ncμc+Nvμv+Neμe≤ Nμ
Sehingga bit rate yang disediakan untuk setiap layanan adalah service rate dikalikan dengan rata-rata ukuran paket setiap layanan. Jika untuk CBR ukuran paket rata-rata adalah E[xc], VBR adalah E[xv] dan elastis adalah E[xe] paket per bit. maka bit rate untuk setiap layanan adalah
rc=E[xc]μc, rv=E[xv]μv dan rs=E[xe]μe . bit rate total untuk ketiga layanan adalah
Ncrc+Nvrv+Nsrs<C
Ketika ada N flow yang ada dalam sistem yang terdiri dari Nc, Nv dan Ne, maka laju berakhirnya flow (service rate) adalah :
μ(N)=REc(Nc) (zc) +
Rv(Nv)
E(zv) +
Re(Ne)
ρ=ρc+ρv+ρe
Dimana ρc=
λc
μc , ρv=
λv
μv dan ρe=
λe
μe
Flow dengan CBR
Karena durasi dari layanan CBR tidak tergantung pada bandwidth yang tersedia maka bit rate untuk layanan ini adalah konstan sebesar rc. Ketika ada sejumlah Nc flow CBR maka bit rate total yang disediakan untuk layanan ini adalah
Rc(Nc)=Ncrc
- Flow dengan VBR
Layanan VBR bervariasi sesuai dengan ambang batas bawah dan ambang batas atas, maka bit rate untuk layanan ini adalah :
Rv(Nv)=Nvrv
rv=min(❑❑,❑❑) ( bergerak dari min threshold ke max threshold)
- Jumlah Flow
- Jumlah flow untuk masing-masing layanan adalah : Jumlah flow streaming CBR
Nc
Jumlah flow streaming VBR jika ada j flow CBR dan tidak ada flow elastik
Nv(Nc)=
[
C−Ncrc
E[rv]
]
Jumlah maksimum flow elastik jika terdapat i flow streaming VBR dan j flow CBR adalah
Ne(Nc, Ne)=
[
C−Ncrc−Nvrv
E[re]
]
Beban trafik elastik jika ada i flow streaming VBR dan j flow CBR
ρe(i , j)=
λe
μe(C−irv−jrc)
Bit rate untuk layanan elastis tergantung pada ukuran flow dan bit rate yang dialokasikan untuk layanan ini adalah :
Re(Ne)=Nere
Initial sending rate
Setiap flow yang dibangkitkan oleh sumber mengharapkan rate awal untuk mengirimkan data. Rate awal yang dialokasikan untuk tiap flow sebesar ri tergantung pada jenis layanan.
Untuk layanan CBR jika permintaan rate sebuah flow adalah λfc, maka sending rate dari sebuah flow adalah :
rc=λfc
Untuk layanan VBR jika permintaan rate sebuah flow adalah λfv, maka sending rate dari sebuah flow adalah :
rv=¿
Untuk layanan elastis (best effort) jika permintaan rate sebuah flow adalah λfe, maka sending rate dari sebuah flow adalah :
re=¿
d. Langkah 4
Setiap periode waktu yang telah ditetapkan controller memperbaharui status kondisi jaringan sesuai dengan kondisi yang dilaporkan tiap node. Pada langkah ini merupakan proses update untuk laju pengiriman.
Rate adaptation
Jika ρ> β: ini menandakan kemacetan. rate tidak bisa dialokasikan secara penuh dan penyesuaian harus dilakukan.
Penyesuaian dilakukan dengan menghitung kembali bandwidth yang tersedia pada sebuah path. Update dari Rp dilakukan dengan menggunakan nilai ρp yang diamati dan
nilai Xp. Dengan mempertimbangkan rate ri yang diminta, menghitung nilai ρp baru
dengan rate yang sama dengan Rtot + ri.