• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT BERBANTUAN MEDIA KONKRET TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV SD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NHT BERBANTUAN

MEDIA KONKRET TERHADAP KOMPETENSI

PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV SD

Ni Pt. Suka Asih

1

,

I Gst. A. Oka Negara

2

, I Wyn. Sujana

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email:niputusukaasih@yahoo.com

1

,okanegaraigustiagung@gmail.com

2

sujanawyn59@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran numbered head together berbantuan media konkret dengan yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IV di SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 202 siswa. Penentuan sampel dalam penelitian dilakukan dengan teknik random sampling. Untuk menyetarakan kelompok sampel digunakan teknik matching. Setelah melakukan uji kesetaraan dilakukan pengundian sehingga diperoleh siswa kelas IV SD Negeri 3 Darmasaba berjumlah 30 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IV SD Negeri 1 Darmasaba berjumlah 30 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes jenis objektif bentuk pilihan ganda biasa. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis statistik inferensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit= 2,981. Pada taraf signifikan 5% dengan dk 58 diperoleh ttab = 2,000. Karena thit 2,981 > ttab = 2,000 maka dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran numbered head together berbantuan media konkret dengan yang dibelajarkan secara konvensional, dan dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen X=84,3 > X=68,1 pada kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran numbered head together berbantuan media konkret berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: numbered head together, media konkret, kompetensi IPS

Abstract

This study aims to determine the significant differences in the competence of IPS knowledge of students who were taught using the model of learning numbered head together with concrete media assisted by using conventional learning in fourth grade students Elementary 9 Abiansemal Eliansemal Sub-district Year 2016/2017. This type of research is a quasi experiment with nonequivalent control group design. The population of the study was all fourth graders in SD Gugus 9 Abiansemal Abiansemal Sub-district Year 2016/2017 Year which amounted to 202 students. Determination of sample in research done by random sampling technique. To match the sample group used matching technique. After conducting the equality test conducted the draw so that the

(2)

2

students get fourth grade SD Negeri 3 Darmasaba amounted to 30 students as the experimental group and the fourth grade students SD Negeri 1 Darmasaba amounted to 30 students as a control group. Methods of data collection in this study using the method of type objective test of the usual double choice form. The collected data were analyzed using inferential statistical analysis method (t-test). Based on data analysis, obtained thit = 2,981. At a significant level of 5% with dk 58 obtained ttab = 2,000. Because thit 2,981> ttab = 2,000 it can be stated that there is a significant difference of IPS knowledge competence between students who are taught using model of learning numbered head together with concrete media with conventionally learned, and seen from experiment group average value X = 84, 3> X = 68.1 in the control group. It can be concluded that the implementation of learning model numbered head together with concrete media influence on the competence of IPS knowledge of fourth graders Elementary School 9 Abiansemal Abiansemal Sub-district Year 2016/2017.

Keywords: numbered head together, concrete media, IPS competence

PENDAHULUAN

Pendidikan sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang paling dasar yang menyelenggarakan program pendidikan selama enam tahun dan dibagi atas kelas I sampai kelas VI. Pendidikan sekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada peserta didik, yang selanjutnya akan dikembangakan pada jenjang berikutnya. Di sekolah dasar dikembangkan berbagai aspek diantaranya intelektual, religius, moral, sosial, emosi, fisik serta pengalaman peserta didik. Agar aspek tersebut berkembang secara maksimal pemerintahpun terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan cara meningkatkan kompetensi guru, memperbaiki sarana dan prasarana penunjang pendidikan, menurunkan biaya pendidikan dan terus memperbaiki serta memperbaharui kurikulum yang digunakan.

Pada saat ini kurikulum yang diberlakukan adalah kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. Pada kurikulum 2013 sangat menekankan penyeimbangan antara aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Pada kurikulum 2013 menggunakan berbagai model pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk perilaku ilmiah, perilaku sosial serta mengembangkan rasa ingintahu. Selain kurikulum, profesionalisme guru juga sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator

harus cermat dalam memilih model pembelajaran dan merancang program serta strategi pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan sehingga peserta didik lebih antusias dalam mengikuti.

Salah satu mata pelajaran yang menuntut penggunaan model dan media pembelajaran yang tepat adalah ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang merupakan ilmu pengetahuan yang mengandung banyak muatan nilai sebagai salah satu karakteristiknya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Gunawan (2011) bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang kajian yang menduduki konsep dasar sebagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta kebermaknaanya bagi siswa dalam kehidupannya. Karakteristik ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia dan banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan Tuhan, membuat dua bidang kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral, etika dan prilaku.

IPS dalam jenjang sekolah dasar seperti yang tercantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas,2006). Perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 atau kurikulum tematik integratif IPS tidak

(3)

3 lagi terdaftar sebagai mata pelajaran. IPS di SD bukan dihilangkan melainkan diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lainnya seperti Bahasa Indonesia dan PPKN. Pelajaran IPS dimunculkan mulai di kelas IV sampai kelas VI, pelajaran IPS akan dimunculkan sebagai pelajaran tersendiri untuk kelas V dan VI.

Gunawan (2011) mengemukakan bahwa tujuan pengajaran IPS di sekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan dan menghafal sejumlah fakta dan informasi akan tetapi memberikan nilai kehidupan. Para siswa selain diharapkan memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya. Ilmu pengetahuan sosial dibelajarkan di sekolah dasar dimaksudkan agar siswa menjadi manusia dan warga Negara yang baik, seperti diharapkan oleh dirinya, orang tua, masyarakat dan Agama. Pada kenyataannya pelajaran IPS kurang digemari oleh peserta didik karena dianggap membosankan, dari hasil observasi yang dilakukan, saat pembelajaran IPS peserta didik kurang serius dalam mengikuti, mereka terlihat mengobrol dengan temannya, bercanda dan mengganggu teman yang sedang belajar. Rendahnya pencapaian kompetensi pengetahuan IPS juga membuktikan bahwa IPS sudah menjadi mata pelajaran yang kurang diminati. Hal ini tentu menimbulkan kesenjangan yang cukup jauh antara tujuan IPS dari kenyataan yang ada. Disatu sisi IPS memiliki peranan yang penting dalam menanamkan dan mengembangkan sikap, nilai, moral, etika dan prilaku peserta didik dalam kehidupan di masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal , diketahui dalam proses pembelajaran penggunaan pendekatan saintifik belum berjalan secara maksimal. Sistem teacher center masih mendominasi, pembelajaran masih bersifat pasif dimana siswa hanya menerima saja dan serta tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Penggunaan buku teks menjadi hal yang sering dilakukan, kurangnya pemanfaatan media

pembelajaran sehingga pembelajaran cenderung monoton dan membuat siswa merasa bosan dan jenuh. Siswa masih belajar dengan cara menghafal, mereka kurang terangsang untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan siswa lain kurang dikarenakan pembelajaran masih bersifat individual. Siswa yang belum paham dengan materi pembelajaran cenderung tidak mau bertanya dan menyampaikan pendapat sehingga proses pembelajaran menjadi kurang efektif.

Berdasarkan faktor-faktor permasalahan yang telah disampaikan, penggunaan model pembelajaran dan media dalam pembelajaran menjadi hal yang harus sangat diperhatikan, diperlukan suatu penerapan model pembelajaran yang inovatif, disenangi oleh siswa dan membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran yang dapat memberikan hasil belajar yang optimal. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional.

Numbered Head Together (NHT)

dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengetahui pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto,2010).

Numbered Head Together (NHT) merupakan variasi dari diskusi kelompok. Metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan dari Numbered Head

Together (NHT) adalah memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, Numbered Head Together (NHT) juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas (Huda, 2013)

(4)

4 Ngalimun (2013) juga mengemukakan bahwa Numbered Head Together (NHT) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil dan beri reward. Pada model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa dibentuk menjadi kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor. Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk di diskusikan bersama dalam kelompok dengan menunjukkan salah satu nomor untuk mewakili kelompok.

Model pembelajaran ini memiliki ciri khas dimana guru hanya menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu siapa yang akan mewakili kelompok. Sehingga dengan cara ini diharapkan semua siswa bisa ikut terlibat dan ikut bertanggung jawab dalam diskusi kelompok (Kurniasih dan Sani 2016). Model pembelajaran ini harus dilaksanakan dengan memberikan penomoran sehingga setiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Dengan pemberian nomor tersebut, guru dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa, pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi yang memang sedang dipelajari dan dalam membuat pertanyaan diusahakan dapat bervariasi dari yang spesifik sampai yang bersifat khusus dengan tingkat kesulitan yang bervariasi.

Guru harus memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan dari guru haruslah membuat siswa berfikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan, selanjutnya guru menyebutkan salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan

dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam satu kelompok, dimana masing-masing siswa dalam tiap kelompok diberikan nomor tertentu, model ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta kerja sama antara siswa dalam kelompok, memberikan kesempatan untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa banyak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang akhirnya membuat siswa mampu memahami dan mengidentifikasi konsep IPS.

Penggunaan model pembelajaran akan lebih efektif apabila berbantuan dengan media. Pada siswa kelas IV yang berada pada masa operasional konkret sebaiknya diberikan media yang sesuai. Menurut Piaget anak yang berusia antara 7-11 tahun berada pada masa operasional konkret. Pada masa ini anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkret. Anak belum mampu untuk menyelesaikan masalah dengan baik apabila dihadapkan dengan masalah secara verbal tanpa ada bahan yang kongkret. Jadi media yang tepat digunakan untuk siswa kelas IV dalam proses pembelajaran adalah media konkret yakni media yang bersifat nyata yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik.

Media konkret adalah objek yang sesungguhnya yang membantu memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam mempelajari berbagai hal terutama yang menyangkut pengembangan keterampilan tertentu. Media benda konkret dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

(5)

5 untuk meningkatkan pembelajaran karena penggunaan media benda konkret menampilkan benda-benda nyata. Siswa akan lebih banyak belajar dikarenakan memperoleh pengalaman langsung sehingga siswa terkesan dengan kegiatan yang dilakukan.

Media realita atau media nyata adalah benda yang dapat dilihat, didengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka (Arsyad,2011). Dewi (2016) juga berpendapat bahwa benda konkret (nyata) adalah benda yang dapat dilihat, didengar atau dialami oleh peserta didik yang memberikan pengalaman secara langsung kepada peserta didik sehingga mempermudah pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran.

Sejalan dengan pendapat tersebut Restuti, dkk (2013) juga mengemukakan pendapat bahwa benda konkret adalah benda-benda asli atau tiruan dalam bentuk nyata (berwujud, dapat dilihat, dan dapat diraba) yang digunakan sebagai sumber belajar untuk menyampaikan informasi melalui ciri fisiknya sendiri, seperti ukurannya, bentuknya, beratnya, susunannya, warnanya, serta fungsinya.

Berdasarkan paparan pendapat yang telah disampaikan dapat di simpulan bahwa media konkret adalah benda yang sebenarnya yang dapat digunakan untuk membantu menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima berupa pengalaman langsung sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret pada kelas IV SD Gusus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017 2) Untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas IV

SD Gusus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017 3) Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada kelas IV SD Gusus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret dengan kelompok siswa yang dibelajarakan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design (Sugiyono, 2014:89).

Dalam melakukan sebuah penelitian harus ditentukan populasi yang akan digunakan. Menurut Dantes (2012:37) “Populasi dapat didefinisikan sebagai sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria tertentu, yang ditentukan peneliti” sedangkan menurut Sanjaya (2014:228) “Populasi adalah keseluruhan yang menjadi target dalam menggeneralisasikan hasil penelitian”.

Dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan orang-orang yang memiliki karakteristik tertentu yang ingin diteliti dan dipelajari kemudian ditarik kesimpulan oleh peneliti, yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV (empat) SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal tahun ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 7 kelas dalam 7 sekolah dasar. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 202 siswa.

Untuk mengefisienkan waktu serta biaya dalam pelaksanaan penelitian dipilih beberapa bagian dari populasi yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

(6)

6 Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono,2014:91). Menurut Dantes (2012:38), “Perwakilan populasi disebut sampel”. Sedangkan menurut Agung (2014:69) “sampel ialah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan keseluruhan anggota populasi. Dari pengertian tersebut memberi gambaran bahwa sampel mewakili populasi untuk dijadikan sebagai sumber data penelitian.

Sampel merupakan bagian terkecil dari populasi. Menurut Dantes (2012:38), “Perwakilan populasi disebut sampel”. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Sedangkan menurut Sugiyono (2012:118), sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan seluruh anggota populasi.

Teknik atau cara untuk mengambil bagian dari populasi dinamakan teknik sampling. Menurut Sanjaya (2013:228), “Sampling diartikan sebagai cara untuk memperoleh informasi yang mendalam, terperinci dan efisien tentang kelompok individu atau bukan (populasi) dengan cara hanya mengambil sebagian kecil (sampel) dari populasi tersebut”.

Setelah diketahui sampel penelitian dilakukan penyetaraan kelompok. “Pemberian pra tes biasanya digunakan untuk mengukur equivalensi atau penyetaraan kelompok” (Dantes, 2012: 97). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini pra tes.Teknik yang digunakan untuk penyetaraan kelompok dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik matching. Darmadi (2014) menyatakan, teknik matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variable atau lebih yang telah diidentifikasikan mempunyai hubungan yang erat dengan penampilan (performance) variable bebas. Untuk

masing-masing subyek yang ada, dicarikan subyek yang lain yang sama atau nilainya mirip. Jika terdapat subyek yang tidak mendapatkan pasangan tidak diikut sertakan sebagai kelompok sampel.

Cara menentukan sampel pada penelitian ini adalah dengan memberikan nomor urut pada masing-masing sekolah di SD Gugus 9 Abiansemal kemudian dilakukan teknik pengambilan sampel secara acak (random sampling) yang telah diketahui setara berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan kepala gugus.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD No. 3 Darmasaba berjumlah 30 siswa sebagai kelompok yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret dan siswa kelas IV SD No. 1 Darmasaba berjumlah 30 siswa sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.

Dalam penelitian ini, digunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel penelitian adalah “segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut yang kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,2014: 38). Sedangkan menurut Dantes (2012:166) variable dapat diartikan sebagai “suatu totalitas gejala atau objek pengamatan yang akan diteliti”. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Sanjaya (2014:16) berpendapat “Variabel perlu ditentukan agar masalah lebih jelas dan terstruktur yang selanjutnya variabel akan didefinisikan oleh peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel adalah sesuatu yang harus ditentukan oleh peneliti yang akan menjadi titik perhatian yang harus dipelajari oleh peneliti untuk menentukan tujuan dilaksanakannya penelitian. Penelitian ini menyelidiki pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent).

Variabel bebas yang biasanya dilambangkan dengan variabel “X”, adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti

(7)

7 sesuai dengan tujuan penelitian eksperimen (Sanjaya, 2014). Menurut Agung (2014:42) “Variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variable terikat”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel bebas adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti yang menjadi sebab munculnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret.

Variabel terikat adalah variabel yang sering dilambangkan dengan variable ”Y” adalah variabel yang mungkin dapat muncul atau tidak dapat muncul karena pengaruh variabel bebas (Sanjaya,2014). Sedangkan menurut Sugiyono (2014: 40) ”Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Jadi dapat disimpulkan variabel terikat adalah variabel yang muncul karena dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kompetensi Pengetahuan IPS siswa.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian diperoleh dengan cara pemberian post test setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) kepada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional kepada kelompok kontrol.

Sebelum tes digunakan terlebih dahulu dilakukan validasi secara teoritis dengan menggunakan kisi-kisi dan dikonsultasikan pada ahli, selanjutnya dilakukan validasi secara empirik dengan jumlah responden 34 siswa. Dari hasil uji instrument yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, dan uji indeks kesukaran diperoleh 32 butir tes yang dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 50 butir tes yang di uji cobakan.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis kompetensi pengetahuan IPS dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t.Sebelum dilaksanakannya uji prasyrat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal.

Hasil perhitungan menunjukkan data kompetensi pengetahuan IPS Siswa Kelas IV kelompok eksperimen dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 97 dan nilai terendah adalah 67 dengan angka rata-rata (mean) sebesar 84,3. Hasil perhitungan menunjukkan data kompetensi pengetahuan IPS Siswa kelas IV kelompok kontrol dengan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 83 dan nilai terendah adalah 47, dengan angka rata-rata (mean) sebesar 68,1.

Dari data tersebut diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh harga X2hitung = 2,27 untuk kelompok eksperimen, sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (α= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel =11,07, karena X2tabel = 11,07 < X2hitung = 2,27 maka H0 diterima (gagal ditolak) Ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada kelompok kontrol harga X2hitung = 1,42 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (α= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel =11,07, karena X2tabel = 11,07 < X2hitung = 1,42 maka

(8)

8 H0 ditolak (gagal diterima). Ini berarti data nilai tes akhir penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok kontrol berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians.Uji homogenitas data kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung = 1,01. Sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk 30,30 = 1,84. Ini berarti Fhitung = 1,04< Ftabel (α=0,05) = 1,84, maka H0 diterima (gagal ditolak) maka dapat dikatakan data kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen.

Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.Karena data yang diperoleh telah telah memenuhi uji prasyarat, maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis

data dengan menggunakan uji-t pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t

No Sampel N Dk X S2 thitung ttabel Status 1 Kelompok eksperimen 30 58 84,3 88,13 2,981 2,000 H0 ditolak 2 Kelompok kontrol 30 68,1. 84,98

Dari hasil analisis diperoleh thitung= 2,981 dan ttabel = 2,000 pada taraf signifikansi 5% (α=0,05) dengan dk = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58. Oleh karena thitung = 2,981>ttabel (α=0,05)= 2,000 maka H0 yang menyatakan bahwa Tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran

Numbered Head Together (NHT)

berbantuan media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal ditolak, dan berarti Ha yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi

pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa banyak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang akhirnya membuat siswa mampu memahami dan mengidentifikasi konsep IPS. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS karena melibatkan siswa secara langsung sehingga membuat siswa lebih aktif. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih efektif apabila berbantuan dengan media. Pada siswa kelas IV yang masih dalam masa operasional konkret. Anak belum mampu untuk menyelesaikan masalah dengan baik apabila dihadapkan dengan masalah secara verbal tanpa ada bahan yang konkret. Jadi media yang

(9)

9 dapat digunakan adalah media konkret yakni media yang bersifat nyata yang bisa memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik.

Hasil penelitian ini memperkuat simpulan yang disampaikan oleh (1) Puji Artha (2016) yang menyatakan adanya perbedaan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan Saintifik berbasis tipe pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional mengindikasikan adanya pengaruh dari pemberian pembelajaran melalui pendekatan Saintifik berbasis tipe pembelajaran Numbered Head Together (NHT). (2) Deni Suwitri (2016) yang menyatakan adanya perbedaan hasil belajar IPA siswa dengan penerapan model pembelajaran mind mapping berbantuan media konkret dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat dikatakan bahwa Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbatuan media konkret berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017, dengan nilai thitung = 2,981> ttabel = 2,000 untuk signifikansi 5% dan derajat kebebasan 58.

Dengan demikian model model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbantuan media konkret berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IV SD Gugus 9 Abiansemal Kecamatan Abiansemal Tahun Pelajaran 2016/2017.

Adapun saran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini yaitu: (1) Kepada guru disarankan di dalam pembelajaran guru memperhatikan adanya variasi pembelajaran, baik variasi model pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, maupun media pembelajaran sehingga memberikan kontribusi yang baik terhadap kompetensi pengetahuan siswa belajar salah satunya dapat mempergunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbatuan media konkret (2) Kepada sekolah disarankan dengan hasil penelitian ini sekolah dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan model-model serta media pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. (3) Kepada peneliti lain disarankan dapat menjadi bahan kajian penelitian yang relevan. Khususnya sebagai penunjang penelitian dengan kajian yang lebih luas dan mendalam terhadap Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berbatuan media konkret dalam kaitannya dengan hasil belajar baik kompetensi pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

DAFTAR RUJUKAN

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta, CV.

Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Depdiknas.

Deni Suwitri, Ni Pt. 2013. Pengaruh Pembelajaran Mind Mapping Berbantuan Media Konkret Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus III Banjar Anyar Kediri. Jurnal Mimbar PGSD

(10)

10 Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Tahun 2013).

Dewi Ratna, Nengah. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Konkret Dapat Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Kelas VB. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016)

Gunawan, Rudi. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.

Kristiani, Ayu Lia. 2013. Pengaruh Metode Talking Stick Berbantuan Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV Di SD Gugus IV Sukasada. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Tahun 2013).

Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Puji Artha, I Kadek. 2016. Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbasis Tipe Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Tema Sejarah Peradaban Indonesia Siswa Kelas V Gugus Kompyang Sujana Tahun 2015/2016. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 4 No: 1 Tahun 2014).

Restuti, dkk. 2013. Penggunaan Media Benda Konkret Dalam Peningkatan Pembelajaran Sifat-Sifat Cahaya Di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Kampus VI Kebumen (Tahun: 2013)

Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan R&D. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2010. Mendisain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Melalui analisis deskriptif diharapkan dapat memperoleh gambran yang jelas mengenai regulasi emosi peserta didik, yang untuk selanjutnya dari hasil tersebut

Namun, anda harus memeriksa secara berkala profil Google Scholar anda, karena bisa saja artikel yang di asukka se ara oto atis uka artikel ya g a da pu

Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa ia menciptakan alam semesta ini tidak dengan (sia-sia), akan tetapi di dalamnya mengandung banyak sekali hikmah. Ini

Bila angket atau soal tersebut memiliki lebih dari satu faktor, misalnya mengukur kecerdasan emosi seseorang memiliki 2 faktor, yaitu faktor interpersonal dan faktor

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa pencitraan pada level kosakata dan mendeskripsikan level gramatika dalam wacana iklan Pilkada Kabupaten Tuban

Temuan dilapangan menunjukan jika jumlah balita dalam sampel penelitian lebih banyak yang sesuai dengan standar peraturan tersebut yaitu sebanyak 65% dari keseluruhan

Pendidikan di dalam suatu organisasi adalah suatu proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan (Notoadmodjo, 1992). Bidan

Hasil dari perancangan ini adalah para calon ibu maupun ibu muda yang mengalami kebingungan dapat menemukan solusi dengan membaca buku ini, pembaca juga